Sunteți pe pagina 1din 17

OUTLINE SKRIPSI PERBANDINGAN POLITIK LUAR NEGERI RUSIA ERA BORIS YELTSIN dan VLADIMIR PUTIN

Disusun Oleh : SRI MUSTIKA RAHAYU 151070242

JURUSAN ILMU HUBUNGAN INTERNASIONAL FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL VETERAN YOGYAKARTA 2012

BAB I PENDAHULUAN

A. Alasan Pemilihan Judul Runtuhnya Uni Soviet menghadapkan Rusia pada agenda perubahan yang berlapis-lapis. Rusia harus menyesuaikan sistem politik, sistem ekonomi dan mencari orientasi peran baru dalam arena internasional. Dalam konteks kebijakan luar negeri, Rusia dituntut untuk menciptakan politik luar negeri yang mendukung perubahan politik dan ekonomi di dalam negeri dan beradaptasi di tengah perubahan lingkungan internasional. Pergantian pemimpin juga berpengaruh pada perubahan arah dan strategi kebijakan politik luar negeri Rusia. Sebagai presiden Rusia pertama setelah runtuhnya Uni Soviet, Boris Yeltsin berusaha untuk mewujudkan Revolusi Baru Rusia, dan berusaha membawa Rusia pada era baru yang berbeda dengan era sebelumnya. Yeltsin juga berusaha memperluas pengaruhnya pada negara-negara bekas Uni Soviet dan terbuka untuk bekerja sama dengan negara lain demi kemajuan ekonomi Rusia. Dibawah kepemimpinan Yeltsin, Rusia berusaha menjalin kedekatan dengan negara-negara barat misalnya dengan bergabungnya Rusia pada World Trade Organization atau WTO yang didominasi oleh negara-negara barat. Melalui "revolusi baru Rusia" itu, Rusia dengan tiba-tiba memasuki satu era baru yang terlalu jauh berbeda dengan era sebelumnya, walaupun Yeltsin beberapa kali

memperlihatkan sikap autoritarian untuk mengukuhkan kuasa seperti yang berleluasa ketika era komunis.

Mei 2000, Vladimir Putin menggantikan posisi Boris Yeltsin sebagai presiden Rusia. Pada hakikatnya Vladimir Putin mewarisi jejak pemimpin pendahulunya, Boris Yeltsin, melanjutkan reformasi dan pasar bebas, namun Putin mempunyai sikap dan cara yang berbeda dalam mengimplementasikannya, dia mengkaji ulang sebab-sebab kemerosotan negerinya, salah satunya adalah berkembangnya oligarki di Rusia, fokus utama Putin adalah menindak para oligarki dan untuk memberantasnya terkadang cara yang tidak demokratispun dilakukannya. Vladimir Putin merivisi konsep kebijakan luar negeri Boris Yeltsin yang pernah disahkan pada tahun 1993. Dalam konsep yang baru disahkan pada tanggal 28 Juni 2000 Putin semakin menegaskan visi, misi, dan strategi kebijakan dan politik luar negeri Federasi Rusia. Konsep ini juga menjadi pedoman bagi formulasi dan tindakan politik luar negeri Rusia dalam sebuah system dunia yang telah mengalami perubahan.

Perbedaan kebijakan politik luar negeri inilah yang menarik penulis untuk mengangkat judul Perbandingan Politik Luar Negeri Rusia Era Boris Yeltsin dan Vladimir Putin (Studi Kasus : kebijakan ekonomi Rusia) dimana hal ini termasuk ke dalam kajian hubungan internasional.

B. Latar Belakang Masalah

Federasi Rusia adalah sebuah negara yang membentang dengan luas di sebelah timur Eropa dan utara Asia. Dengan wilayah seluas 17.075.200 km, Rusia adalah negara terbesar di dunia. Wilayahnya kurang lebih dua kali wilayah Republik Rakyat Cina (Tiongkok; RRT), Kanada atau Amerika Serikat. Penduduknya menduduki peringkat ketujuh terbanyak di dunia setelah Tiongkok, India, Amerika Serikat, Indonesia, Brasil, dan Pakistan.1 Negara ini dahulu pernah menjadi negara bagian terbesar Uni Soviet. Rusia adalah ahli waris utama Uni Soviet karena negara ini mewarisi 50% jumlah penduduk, 2/3 luas wilayah, dan kurang lebih 50% aset-aset ekonomi dan persenjataannya. Saat ini Rusia berusaha keras untuk meraih status sebagai negara adidaya lagi. Meskipun Rusia adalah negara penting, tetapi statusnya masih jauh dibandingkan dengan status Uni Soviet dulu. Kebijakan luar negeri merupakan strategi atau rencana tindakan yang dibuat oleh para pembuat keputusan Negara dalam menghadapi Negara lain atau unit politik internasional lainnya, dan dikendalikan untuk mencapai tujuan nasional spesifik yang dituangkan dalam terminology kepentingan nasional.2 Kebijakan luar negeri yang dijalankan oleh pemerintah suatu Negara memang bertujuan untuk mencapai kepentingan nasional masyarakat yang diperintahnya

Wikipedia, Rusia, http://id.wikipedia.org/wiki/Rusia, diakses tanggal 4 April 2012

Jack C Planoo dan Roy Olton, Kamus Hubungan Internasional, dalam Anak Agung Banyu Perwita dan Yanyan Mochamad Yani, Pengantar Ilmu Hubungan Internasional, Bandung, Remaja Rosdakarya, 2005, hal 49

meskipun kepentingan nasional suatu bangsa pada waktu itu ditentukan oleh siapa yang berkuasa pada waktu itu.3 Menurut Rosenau, pengertian kebijakan luar negeri yaitu upaya suatu Negara melalui keseluruhan sikap dan aktifitasnya untuk mengatasi dan

memperoleh keuntungan dari lingkungan eksternalnya.4 Kebijakan luar negeri menurutnya ditujukan untuk memelihara dan mempertahankan kelangsungan hidup suatu Negara.5 Boris Yeltsin terpilih sebagai presiden lewat pemilu langsung pertama di Rusia pada Juni 1991. Lalu pada Oktober 1991, Yeltsin mencanangkan bahwa Rusia akan menjalankan reformasi ekonomi menuju mekanisme pasar secara radikal. Di dalamnya termasuk program swastanisasi atas perusahaan-perusahaan Negara.6 Yeltsin memiliki ambisi untuk mewujudkan revolusi baru Rusia oleh karena itu pada 1992, Yeltsin membawa Rusia memasuki Sistem Ekonomi Pasar. Sistem tersebut ternyata membawa Rusia kepada masalah ekonomi karena memiliki dasar penswastaan, yaitu menjual asset Negara dengan harga murah. Hal inilah yang akhirnya melahirkan satu kelompok kapitalis baru yaitu kelompok oligarki.

Mochtar Masoed, Ilmu Hubungan Internasional: Disiplin dan Metodologi, dalam Anak Agung Banyu Perwita dan Yanyan Mochamad Yani, Pengantar Ilmu Hubungan Internasional, Bandung, Remaja Rosdakarya, 2005, hal 49
4

James N. Rosenau, Gavin Boyd dan Kenneth W. Thompson, World Politics An Introduction, dalam Anak Agung Banyu Perwita dan Yanyan Mochamad Yani, Pengantar Ilmu Hubungan Internasional, Bandung, Remaja Rosdakarya, 2005, hal 49
5

Ibid, hal. 32 Simon Saragih, Bangkitnya Rusia, Jakarta, Kompas, 2008, hal 2

Oligarki (oligarchy) biasanya diartikan sebagai suatu sistem pemerintahan negara yang pada dasarnya dikuasai oleh sekelompok kecil elit penguasa saja. Dalam konteks Rusia, istilah oligarki menunjuk para hartawan yang memperoleh kekayaan setelah runtuhnya komunisme di Rusia. Kekayaan mereka berasal dari aset-aset negara yang dibeli dengan harga murah pada masa Yeltsin berkuasa, selanjutnya aset-aset tersebut menjadi hak milik pribadi. Yeltsin memiliki ambisi untuk mewujudkan revolusi baru Rusia oleh karena itu pada 1992, Yeltsin membawa Rusia memasuki Sistem Ekonomi Pasar. Sistem tersebut ternyata membawa Rusia kepada masalah ekonomi karena memiliki dasar penswastaan, yaitu menjual asset Negara dengan harga murah. Hal inilah yang akhirnya melahirkan satu kelompok kapitalis baru yaitu kelompok oligarki. Dibawah Mikhail Gorbachev dan Boris Yeltsin, Kremlin adalah teman bagi Barat. Saat itu Kremlin di isi oleh orang-orang yang berpandangan liberal, internasionalis, dan propasar. Namun, dibwah Gorbachev dan Yeltsin, muncul kinerja Kremlin yang memperlihatkan kegagalan ekonomi, kegagalan militer, dan kegagalan dibanyak bidang.7 Vladimir Putin menjabat Presiden Sementara Rusia pada 31

Desember 1999, saat menggantikan Boris Yeltsin dan kemudian terpilih menjadi presiden pada 7 Mei 2000. Pada 2004, ia terpilih kembali untuk masa jabatan yang kedua (dan terakhir sesuai dengan Konstitusi yang berlaku sekarang), kepemimpinannya berakhir pada 2008. Setelah terpilih menjadi presiden, Putin dengan gaya kepemimpinannya telah mengambil kebijakan luar negeri yang baru
7

Simon Saragih, Bangkitnya Rusia, Jakarta, Kompas, 2008, hal 52

dalam politik dunia. Dengan mengedepankan pada perbaikan ekonomi. Untuk mengembalikan kebesaran Rusia, sebagaimana pendahulunya Putin menyadari sektor ekonomilah yang harus diperbaiki lebih dahulu. Salah satunya dengan cara menasionalisasi seluruh asset Negara, contohnya sektor energi. Kembalinya sektor energi ke tangan pemerintah membuat AS dan NATO merasa dirugikan. Mereka menginginkan swastanisasi sektor energi, dengan melibatkan rakyat. Tetapi Putin menolak untuk melakukan swastanisasi tersebut, karena hal itu berbenturan dengan misi yang Putin untuk memulihkan keadaan Rusia menjadi lebih baik. Putin mengatakan ia memilih system perekonomian pasar, namun harus disesuaikan dengan kondisi di Rusia. Rusia masih merupakan Negara yang didasarkan pada system paternalistic yang kuat. Sistem paternalistic merujuk pada peran Negara yang lebih menonjol ketimbang elemen sipil. Setuju atau tidak setuju, hal ini sesuai dengan kesimpulan ahli sosial Belanda, Geertz Hofstede, yang pernah menganalisa dimensi budaya Rusia. Dari analis itu, disimpulkan bahwa Rusia memiliki indeks power distance (jarak kekuasaan) yang relative tinggi. Negara Barat pada umumnya memiliki indeks power distance yang rendah, di mana elemen demokrasi menjadi sendi utama kenegaraan. Rakyat di Negara dengan indeks power distance yang tinggi, relative bias mennerima otoritas yang kurang demokratis.8

Simon Saragih, Bangkitnya Rusia, Jakarta, Kompas, 2008, hal 108

Politik luar negeri Rusia masa Putin bersifat non-ideologis yang cenderung pragmatis. Putin lebih mengutamakan kepentingan nasional Rusia. Pada awal pemerintahannya, Putin cenderung lunak terhadap pihak Barat. Sikap pragmatis Rusia dilakukan untuk mengamankan posisi Rusia yang masih melakukan perbaikan ekonomi danpolitik dalam konstelasi global, sambil menunggu posisi Rusia kuat kembali dan mengembalikan status Super Power-nya. Oleh karena itu, penulis ingin mencoba memaparkan bagaimana kebijakan politik luar negeri Rusia dibawah kepemimpinan yang berbeda.

C. Rumusan Masalah Rumusan masalah dari penelitian ini adalah apa persamaan dan perbedaan politik luar negeri Rusia pada masa pemerintahan Boris Yeltsin dan Vladimir Putin?

D. Kerangka Pemikiran Teori adalah konsep konsep yang saling berhubungan menurut aturan logika menjadi suatu bentuk pertanyaan tertentu sehingga dapat menjelaskan fenomena tersebut secara ilmiah.9 Untuk menjawab pertanyaan yang

dikemukakan dalm rumusan masalah diatas, penulis menggunakan teori perbandingan sistem politik, dan teori kepentingan nasional (National Interest).

Mohtar Masoed, Ilmu Hubungan Internasional : Teori Dan Metodologi, Yogyakarta: pusat antar universitas-study social UGM, 1998, hal 161

1. Perbandingan Sistem Politik Dalam menganalisa perbandingan biasanya harus dilalui tiga tahap seperti yang ditunjukkan profesor Almond, yaitu : (1) tahap mencari informasi tentang sistem politik yang jadi sasaran penelaahan; (2) memilah-milah informasi ini berdasar klasifikasi tertentu, seperti kelompok kepentingan atau birokrasi, dan kemudian (3) dengan menganalisa hasil pengklarifikasian itu dapat dilihat keteraturan (regularities) dan hubungan-hubungan diantara berbagai variabel dalam masing-masing sistem politik. Selanjutnya menjelaskan tiga konsep yang dianggapnya paling tepat untuk menganalisa berbagai sistem politik. Konsepkonsep itu adalah sistem, struktur dan fungsi.10 Sistem diartikan sebagai suatu konsep ekologis yang menunjukkan adanya suatu organisasi yang berinteraksi dengan suatu lingkungan, yang mempengaruhi maupun dipengaruhinya. Sistem politik merupakan organisasi melalui mana masyarakat merumuskan dan berusaha mencapai tujuan-tujuan bersama mereka. Sistem politik melaksanakan perang atau mendorong usaha perdamaian; memajukan perdagangan internasional atau membatasinya, membuka diri demi pertukaran gagasan-gagasan atau menutup diri; menarik pajak dari rakyat secara adil atau tidak adil; mengatur prilaku manusia dengan ketat atau kurang ketat; mengalokasikan sumber daya untuk bidang pendidikan, kesehatan, dan kesejahteraan atau tidak; dan sebagainya.

10

Mohtar masoed dan Colin MacAndrews, Studi Perbandingan Sistem Politik dalam Perbandingan sistem politik, yogyakarta : Gajah Mada University Press, 2001, hal 21-32. Seperti yang dikutip dari Gabriel A. Almond, The Study of Comparative Politics,dalam Comparative Politics Today (Boston : Little Brown & Company, 1974).

Untuk melakukan berbagai kegiatan ini sistem politik mempunyai lembaga-lembaga atau struktur-struktur yang menjalankan kegiatan-kegiatan atau fungsi-fungsi tertentu, yang selanjutnya memungkinkan sistem politik itu untuk merumuskan dan melaksanakan kebijaksanaan-kebijaksaannya. Apabila kita bisa mengetahui bekerjanya keseluruhan sistem, maka barulah kita bisa memberi makna pada ciri-ciri struktur itu dan kita dapat menyatakan bahwa lembaga-lembaga tertentu menjalankan fungsi-fungsi tertentu dengan konsekuensi-konsekuensi tertentu pula. Fungsi-fungsi itu ada tiga yaitu : fungsi sosialisasi politik, fungsi rekruitmen politik, dan fungsi komunikasi politik. Penerapan kebijaksanaan pemerintah (output) mempengaruhi kehidupan ekonomi, struktur social, dan kebudayaan dari masyarakat domestik. Pengaruh-pengaruh terhadap masyarakat ini selanjutnya mempengaruhi tuntutan-tuntutan berikutnya yang diajukan pada sistem politik, dan bisa meningkatkan maupun menurunkan tingkat kesetiaan politik dikalangan masyarakat itu. Pada masa transisi Uni Soviet menjadi Rusia, kondisi Rusia sangat terpuruk. Rusia ingin mengembalikan citra sebagai Negara yang memiliki power. Oleh karena itu Boris Yeltsin gencar melakukan upaya reformasi, melakukan swastanisasi dengan menjual aset-aset Negara kepada sebuah kelompok yang bernama oligarkhi. termasuk menghilangkan system komunis dengan menerapkan system demokrasi di Rusia. Yeltsin membawa Rusia untuk pro pasar juga mengarahkan politik luar negerinya pada kerjasama dengan Negara lain, termasuk AS dan Rusia juga tidak terlalu keras terhadap Negara bekas Uni Soviet lainnya. Contoh kerjasama Rusia dan AS, Yeltsin dan Bush bertemu di
10

Washington untuk membicarakan tentang reduksi senjata nuklir kedua Negara dibawah jumlah minimum pada perjanjian Strategic Arms Reduction Treaty pada tahun 1991. Tujuannya yaitu untuk mengurangi kepemilikan senjata nuklir kedua Negara. Sedangkan ketika Vladimir Putin memegang jabatan sebagai presiden Rusia, Putin tidak mementingkan demokratisasi Rusia. Putin tetap meneruskan upaya Yeltsin untuk membangkitkan Rusia namun dengan cara yang berbeda. Kebijakan politik Putin lebih menitik beratkan kepada sektor perekonomian Negara. Hal ini bertujuan untuk membangkitkan kembali kehidupan Rusia, sebagai Negara yang kaya akan sumber daya alam sudah selayaknya kemakmuran dimiliki oleh Rusia. Putin menasionalisasi kembali aset-aset Negara yang dimiliki para oligarkhi, juga memberantas para oligarkhi yang merugikan pemerintah Rusia. Putin berpendapat jika kestabilan ekonomi dapat tercapai, maka hal ini dapat membantu Rusia untuk kembali mengukuhkan hegemoninya di kawasan Negara persemakmuran Rusia juga di mata AS.

2. Kepentingan Nasional Konsep kepentingan nasional adalah konsep yang popular dalam analisa hubungan internasional, baik untuk mendeskripsikan menjelaskan, meramalkan maupun menganjurkan perilaku internasional untuk menjelaskan perilaku luar negeri suatu negara. Analisi sering menggunakan konsep

11

kepentingan nasional sebagai pengukur keberhasilan politik luar negeri yaitu evaluasi.11 Jack C. Plano dan Roy Olton mendefinisikan kepentingan nasional sebagai : Kepentingan nasional merupakan tujuan pokok yang paling penting yang menjadi pedoman para pembuat keputusan disuatu negara dalam membuat kebijakan politik. Negara akan mengedepankan apa yang paling penting kebutuhannya secara umum. Termasuk didalamnya hak untuk mempertahankan diri, kemerdekaan, integritas wilayah, keamanan serta kesejahteraan ekonomi.12 Prioritas kepentingan nasional setiap negara berbeda, tergantung pada kebutuhan masing-masing negara. Para ahli cenderung untuk menempatkan masalah survival atau self preservation sebagai prioritas utama serta beranggapan bahwa tujuan mendasar yang menentukan dan memandu para pembuat keputusan adalah kepentingan nasional.13 Kepentingan nasional merupakan tujuan nasional yang dijadikan dasar dan penentu utama yang menjadi pemandu para pembuat kebijakan dalam menentukan politik luar negeri atau satu negara dengan negara lain serta berbedabeda sasaran yang hendak dituju, namun biasanya berkisar pada: (1) self preservation, yaitu hak untuk mempertahankan diri; (2) Independence, yang berarti tidak dijajah atau tunduk pada negara lain; (3) military security, berarti tidak ada gangguan dari kekuatan militer negara lain; (4) territorial integrity atau kebutuhan wilayah, dan (5) economic well being atau kesejahteraan ekonomi.

11 12

Dorothy Pickles, Pengantar Ilmu Politik, Jakarta : Rineka Cipta, 2001, hal. 18. Jack C. Plano and Roy Olton, the international Relation dictionary, California: western Michigan University, 1980, hal.9. 13 Ibid. hal.7.

12

Pada dasarnya Boris Yeltsin dan Vladimir Putin melakukan politik luar negerinya dengan mengutamakan kepentingan nasional yang sama yaitu economic well being atau kesejahteraan ekonomi, akan tetapi baik Yeltsin dan Putin memiliki cara yang berbeda dalam mewujudkannya. Yeltsin lebih tergesa-gesa untuk melakukan reformasi dengan membuka pasar dan swastanisasi yang justru menimbulkan korupsi besar-besaran dan kebangkrutan pemerintah Rusia karena aset Negara dimiliki kelompok oligarkhi. Sedangkan Putin lebih menggunakan cara yang tegas, menarik kembali aset-aset Negara dan memberantas oligarkhi yang berkembang pesat di Rusia. Jika kestabilan ekonomi tercapai maka akan mempermudah untuk mencapai kepentingan yang lain, terlebih Rusia kayak akan sumber daya alam dan menjadi eksportir sumber daya alam terbesar bagi kawasan Eropa.

E. Hipotesa Hipotesis dari penelitian ini adalah : 1. Persamaan yang dimiliki Boris Yeltsin dan Vladimir Putin adalah samasama ingin mengembalikan citra Rusia sebagai Negara yang memiliki

13

power, memperbaiki perekonomian Rusia untuk mensejahterakan masyarakat, dan memperbaiki hubungan dengan Negara lain. 2. Perbedaannya antara lain : a. Yeltsin yang pro pasar dan melakukan swastanisasi lebih bersifat tergesa-gesa dan tidak memiliki perhitungan yang matang sehingga kebijakan yang dilakukan malah menjadi boomerang dengan adanya oligarkhi yang merajalela. b. Putin memegang system perekonomian pasar yang disesuaikan dengan kondisi Negara Rusia. Lebih tegas terhadap kaum oligarkhi dengan melakukan nasionalisasi, dan lebih mementingkan kepentingan nasionalnya dibandingkan dengan hubungan kerjasama dengan Negara lain.

F. Jangkauan Penelitian Untuk membatasi penganalisisan skripsi ini, penulis melakukan

pembahasan pada masa Boris Yeltsin sebagai presiden pertama dan pemimpin masa transisi Rusia pasca runtuhnya Uni Soviet, hingga masa pemerintahan Vladimir Putin.

G. Tujuan Penulisan Tujuan dari penulisan ini adalah :

14

1. Untuk membuktikan jawaban dari rumusan masalah dan membuktikan kebenaran dengan teori seerta data yang relevan. 2. Untuk mengetahui persamaan dan perbedaan pulitik luar negeri Rusia pada masa pemerintahan Boris Yeltsin dan Vladimir Putin. 3. Untuk melengkapi tugas akhir sebagai syarat kelulusan dan memperoleh gelar sarjana S1 jurusan Ilmu Hubungan Internasional Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Pembangunan Nasional Veteran Yogyakarta.

H. Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam proses skripsi ini adalah metode deskripsi analitik, dengan mengumpulkan data dan fakta, kemudian berdasarkan kerangka teori disusun secara sistematis sehingga dapat memperlihatkan korelasi antara fakta yang satu dengan yang lainnya. Metode ini ditunjang library research yang menggunakan sumber data literatur, artikel-artikel, jurnal, situs internet, surat kabar, dan majalah-majalah.

I. Sistematika Penulisan BAB I. Pendahuluan Merupakan pendahuluan yang di dalamnya diuraikan mengenai: alasan pemilihan judul, latar belakang masalah, perumusan masalah, landasan teori,

15

hipotesa, jangkauan penelitian, tujuan penelitian, metodologi penelitian, dan sistematika penelitian. BAB II . Gambaran Umum Rusia Pada bab ini akan terbagi dalam beberapa sub bab yaitu: Sejarah Berdirinya Rusia, Kondisi Rusia di Masa Uni Soviet, Pemerintahan dan Perpolitikan di Rusia, Perekonomian Rusia, Pertahanan Keamanan Rusia. BAB III. Masa Pemerintahan Boris Yeltsin dan Vladimir Putin Pada bab ini akan membahas tentang politik luar negeri Rusia pada masa pemerintahan Boris Yeltsin, meliputi : Rusia, latar belakang kehidupan Boris Yeltsin, Pembaharuan yang dilakukan, kerjasama yang dijalin dengan Negara lain, akibat-akibat dari pembaharuan tersebut. Selanjutnya akan dibahas mengenai politik lluar negeri pada masa pemerintahan Vladimir Putin, meliputi : kondisi Rusia setelah masa pemerintahan Boris Yeltsin, latar belakang kehidupan Vladimir Putin, pembaharuan yang dilakukan, upaya Putin mmambangkitkan Rusia, kerjasama yang dilakukan dengan Negara lain, akibat-akibaat dari pembaharuan tersebut. BAB IV. Persamaan dan Perbedaan Pulitik Luar Negeri Rusia pada Masa Boris Yeltsin dan Vladimir Putin Pada Bab IV ini akan dibahas mengenai persamaan dan perbedaan politik luar negeri Rusia dibawah pimpinan Boris Yeltsin dan Vladimir Putin. BAB V. Kesimpulan

16

Pada BAB V ini akan membahas tentang kesimpulan dari penelitian ini.

17

S-ar putea să vă placă și