Sunteți pe pagina 1din 8

RESUME DEMONSTRASI KLINIK

DISTOKIA PADA SAPI

Oleh Vivien Kusuma Whardani Hastin Utami Damayantie Rahmah Fauziah M. Jami Ramadhan Rio Aditya Andika Pandu Wibisono Ashley Maruyama (B04080173) (B04080175) (B04080176) (B04080178) (B04080179) (B04080180) (B04088004)

Departemen Klinik, Reproduksi, dan Patologi Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor 2012

Faktor Penyebab Distokia Sebab-sebab distokia dibagi menjadi dua yaitu sebab dasar dan sebab langsung. Sebab dasar distokia antara lain herediter, gizi, tatalaksana, infeksi, traumatik dan berbagai sebab lain. Sedangkan sebab langsung distokia dapat dibedakan dalam distokia tipe maternal dan tipe fetal.

Sebab-Sebab Dasar 1. Herediter Sebab-sebab herediter distokia dapat dibagi atas faktor-faktor yang terdapat pada induk yang berpredisposisi terhadap distokia, atau faktor-faktor tersembunyi atau gen-gen resesif pada induk dan pejantan yang dapat menghasilkan fetus yang defektif. Gen-gen tersembunyi atau resesif pada pejantan atau betina dapat menimbulkan kondisi patologik yang mempengaruhi foetus atau selaputnya, yang pada gilirannya menyebabkan distokia (Toelihere 1981). 2. Nutrisional dan manajemen Kondisi makanan ternak yang sedang bunting dan manajemen pada waktu partus sangat erat berhubungan dan merupakan merupakan sebab-sebab dasar dari banyak distokia. Distokia karena ukuran induk yang kecil sering ditemukan pada sapi dara yang baru pertama kali beranak. Pemberian makanan yang tidak sempurna pada sapi dara yang sedang tumbuh merupakan faktor paling utama dalam menghambat pertumbuhan tubuh dan pelvis (Toelihere 1981) . 3. Sebab-sebab infeksius Setiap infeksi atau penyakit yang mempengaruhi uterus bunting dan isinya dapat menyebabkan abortus, uterus tak bertonus, kematian fetus dan metritis septic pada kebuntingan (Toelihere 1981). 4. Sebab-sebab traumatik Sebab-sebab traumatik terhadap distokia jarang ditemukan. Hernia ventralis dan rupture tendon prepubis menyebabkan distokia karena ketidaksanggupan kontraksi abdominal yang ditimbulkannya, sehingga induk tidak dapat mendorong fetus keluar. Torsio uteri dapat disebabkan oleh selip, jatuh atau terguling secara tiba-tiba pada kebuntingan tua (Toelihere 1981). 5. Sebab-sebab lain

Penyebab kelainan-kelainan kecil dalam posture, seperti kaki yang melipat atau leher dan kepala yang membengkok ke sisi, sehingga menyebabkan distokia pada fetus hidup dan uterus normal, sulit diterangkan (Toelihere 1981).

Sebab-Sebab Langsung 1. Penyebab maternal

Disebabkan karena kegagalan tenaga mendorong keluar dan obstruksi saluran peranakan.

Uterus

Abdominal

Kegagalan untuk mendorong keluar Inersi uterine primer Gangguan myometrium, pemekaran yang berlebihan, degenerasi (ketuaan, toksik, dll), infeksi uterus, penyakit sistemik, jumlah anak sekelahiran yang sedikit, heriditer Defisiensi biokimiawi: rasio estrogen/progesterone, oksitosin, prostalglandin F2, relaksin, kalsium, glukosa. Histeris gangguan lingkungan Oligoamnion (defisiensi cairan amnion) Kelahiran premature Inersia uterine sekunder Sebagai konsekuensi dari penyebab distokia yang lain Kerusakan uterus Termasuk rupture Torsi uterus Dapat juga menyebabkan obstruksi saluran peranakan Ketidakmampuan untuk Karena umur, kesakitan, kelemahan, mengejan rupture diafragma, kerusakan trachea/laringeal (Jackson 2007) Obstruksi saluran Peranakan Fraktur, ras, diet, belum dewasa, neoplasia, penyakit Vulva Cacat congenital, fibrosis, belum dewasa. Vagina Cacat congenital, fibrosis, prolaps, neoplasia, abses, perivagina, hymen.

Tulang pelvis Jaringan lunak

Servik Uterus

Cacat congenital, fibrosis, kegagalan untuk dilatasi. Torsi, deviasi, herniasi, adhesi, stenosis. (Jackson 2007)

2.

Penyebab fetal No. 1 2 3 Defisiensi hormone Disproporsi fetopelvis Maldisposisi fetal Penyebab fetal ACTH/cortisol: inisisi kelahiran Fetus yang terlalu besar, Cacat pelvis, Monster fetus Malpresentasi Malposisi Malpostur 4 Kematian fetus (Jackson 2007) Tranversal, lateral, vertical, simultaneous. Ventral, lateral, miring. Deviasi dari kepala dan kaki.

Penanganan Distokia Manipulasi 1. Prinsip penanganan: a. Repulsi : mendorong fetus sepanjang saluran peranakan kearah uterus : pembetulan letak bagian-bagian fetus yang mengalami fleksi : memutar tubuh fetus sepanjang sumbu longitudinal : memutar fetus kedepan/ kebelakang : penarikan fetus keluar dari tubuh induk

b. Extensi c. Rotasi

d. Versio e. 2. Retraksi

Prosedur penanganan: a. Anamnesa. Berguna untuk mengetahui riwayat induk dan riwayat kejadian seperti lama kebuntingan, sejarah perkawinan, apakah distokia pernah terjadi sebelumnya, apakah hewan memperlihatkan atau menderita penyakit selama 2 bualn terakhir sampai menjelang partus (Toelihere 1981). b. Pemeriksaan umum. Mencakup hal-hal: sikap berdiri sapi, suhu tubuh, pulsus, warna selaput lendir, kondisi vulva (Toelihere 1981). c. Pemeriksaan khusus. seperti: mengekang hewan, dalam kondisi rebah semua kaki diikat, pemeriksaan saluran kelahiran apakah dilatasi, berputar, lembab dan licin, berdarah, bengkak, nekrotik, ukuran inlet pelvis, vagina dan vulva, pemeriksaan fetus hidup atau telah mati, dan pemeriksaan presentasi, posisi dan postur fetus (Toelihere 1981). d. Anestesi epidural jika diperlukan. e. Diberi cairan janin buatan jika saluran peranakan sudah mengering.

f. Tindakan, berdasarkan hasil diagnosa. 3. Contoh tindakan manipulasi berdasarkan permasalahannya:

a. Unilateral carpal flexion posture Definisi: Hanya ada 1 kaki yang terlipat, kaki yang normal dan kepala ditemukan di dalam atau menonjol di vagina. Flexi karpal dari kaki depan yang lain ditemukan pada inlt atau terjepit dalam vagina. Presentasi: longitudinal anterior, posisi : dorsosacrum, posture: carpal flexion (unilateral). Penanganan: Pada flexi carpal unilateral, satu kaki akan terjulur keluar ke vulva, kemudian diikat dengan tali dan membiarkannya terjulur keluar. Dengan porok kebinadanan, direpulsikan, kaki yang mengalami flexi di ekstensikan, lalu ujungnya diikat dengan tali. Fetus ditarik keluar. b. Bilateral carpal flexion posture Definisi: Ada 2 kaki yang mengalami flexi carpal, ditemukan pada inlet pelvis atau terjepit dalam vagina. Presentasi : longitudinal, posisi : dorsosacrum, postur : bilateral carpal flexion. Penanganan: Mencari 1 kaki yang mengalami flexi dengan cara merepulsikan kemudian diekstensikan, menarik keluar 1 kaki dan diikat dengan tali. Untuk kaki yang sama, diperlakukan dengan cara yang sama seperti sebelumnya, dan fetus ditarik keluar. c. Shoulder flexion posture Definisi: Jika kedua kaki terlipat, dan hanya kepala fetus yang menonjol keluar vagina atau vulva. Kaki tersebut mungkin benkak. Jika hanya ada 1 kaki yang terkena, kaki yang lain menonjol dari vulva dengan kepala. Presentasi: longitudinal anterior, posisi: dorsosacrum, postur: shoulder flexion. Penanganan: Satu kaki yang normal akan menjulur keluar, diikat dengan tali dan dibiarkan menjulur keluar. Kemudian direpulsikan, bahu yang mengalammi flexi diekstensikan, ujung diikat dengan tali, fetus ditarik keluar. d. Head neck flexion posture (lateral) Definisi: Kaki depan fetus biasanya ditemukan dalam vagina dan kaki-kakinya dapat menonjol melewati vulva. Kadang-kadang leher fetus berotasi ke arah lateral (kanan/kiri). Presentasi: longitudinal anterior, posisi: dorsosacrum, postur: head neck flexion (lateral).

Penanganan: Kaki fetus yang keluar diikat dengan tali, fetus direpulsi, kepala dan leher yang mengalami flexi diekstensikan yaitu dengan mengaitkan tali pada rahang bawah fetus, tarik pelan-pelan. Dengan bantuan kedua tali pada ujung kaki, fetus ditarik keluar.

e. Head neck flexion posture (ke ventral)/vertex Definisi: Kepala dapat disimpangkan ke bawah anatar kaki depan yang berbatasan dengan sternum dalam postur dada kepala. Presentasi: longitudinal anterior, posisi: dorsosacrum, postur: head neck flexion (ventral). Penanganan: Kaki fetus yang keluar diikat dengan tali, repulsikan fetus dan angkat moncong ke atas menuju pelvis. Jika kepala tidak dipindahkan di bawah kaki depan, tidak cukup ruang untuk menuju pelvis, kecuali salah satu kaki depan digerakkan ke belakang ke dalam uterus. Jika kepala sudah didapat, kaki deoan ditempatkan kembali, kemuadian tarik fetus keluar. f. Hock flexion posture Definisi: Ujung ekor fetus dapat menonjol dari vulva dan pergelangan kaki yang mengalami flexi teraba pada inlet pelvis tau terkunci dalam pelvis. Jika hanya 1 kaki saja yang mengalami flexi pada hock, yang lainnya dapat enjulur ke vulva. Presentasi : longitudinal posterior, posisi : dorsosacrum, postur : heck flexion. Penanganan: Fetus direpulsikan, ikat ujung kaki belakang dengan tali, kemudian tali tersebut dilewatkan pertengahan teracak ditarik keluar. Ujung teracak dilindungi agar tidak melukai saluran peranakan induk. Dengan bantuan tali tersebut, fetus ditarik keluar. g. Unilateral hip flexion posture Definisi: Salah satu panggunl tertekuk ke dalam, sedangkan tali belakang yang lain terjulur keluar. Presentasi: longitudinal posterior, posisi: dorsosacrum, postur: unilateral hip flexion. Penanganan: Kaki yang keluar diikat dengan tali, fetus direpulsikan, kaki belakang/pinggul yang mengalami flexi diekstensikan dengan hati-hati. Lindungi teracak agar tidak melukai uterus. h. Unilateral tarsal flexion posture Definisi: Jika salah satu kaki belakang terjulur keluar sedangkan flexi tarsal dari kaki belakang yang lain ditemukan pada inlet pelvis atau terjepit dalam vagina.

Presentasi: longitudinal posterior, posisi: dorsosacrum, postur: unilateral sacral flexion. Penanganan: Ikat kaki yang keluar dengan tali, fetus direpulsikan kemudian kaki yang mengalami flexi distensi, kemudian ujungnya diikat dengan tali. Dan fetus ditarik keluar.

i. Posterior presentation, ventral position (bilateral hock flexion) Definisi: Jika kedua kaki belakang terjulur keluar, sedang kan posisi tubuh adalah ventral. Presentasi : longitudinal posterior, posisi : dorso pubis, postur : bilateral hock flexion. Penanganan: Kedua ujung kaki masing-masing diikat dengan tali, pegang salah satu pangkal kaki sambil mendorong ke dalam, kemudian dilakukan rotasi ke arahh dorsal position. Dengan bantuan tali tersebut, fetus ditarik keluar. j. Transversal presentation, cephaloillial dextra position Definisi: Punggung dari fetus menghadap ke arah vulva. Presentasi : transverso-dorsal, posisi : chepalo-illial dextro, postur : unilateral hip flexion. Penanganan: Pegang kaki yang mudah didapat, kemudian fetus direpulsikan. Putar fetus ke arah ventral position, presentasi bisa anterior/posterior. Rotasikan fetus ke arah dorsal position, dengan tali yang diikatkan pada badan/ujung kaki fetus, tarik keluar (Cady 2009).

Fetotomi Fetotomi adalah tindakan operasi pada fetus, berupa pemotongan bagian tubuh fetus untuk mengurangi ukurannya dengan menyisihkan bagian tertentu fetus baik secara parsial maupun total. Tujuan fetotomi adalah mengurangi ukuran fetus dengan cara memotong sebagian atau keseluruhan dari fetus, hal ini dilakukan karena untuk menghindari bedah Caesar (sectio caesarea), pelaksanaannya tidak terlalu rumit, dapat mengurangi trauma atau kelukaan akibat tarikan, ukuran fetus menjadi lebih kecil sehingga mudah ditarik. Syaratnya, servik harus dalam keadaan membuka penuh sehingga kedua tangan operator bisa masuk ke dalam ruang uterus untuk manipulasi fetus. Akibat yang dapat ditimbulkan dari fetotomi ini potongan fetus dapat menyebabkan kelukaan, tenaga tidak sedikit, waktu yang lama, operator dapat mengalami kelukaan dan bisa terjadi infeksi akibat fetus yang terinfeksi. Fetotomi dapat dilakukan bila fetus yang dipotong sudah mati, dilatasi lintasan peranakan tidak sempurna dan juga bila pemilik menyetujui untuk dilakukan fetotomi. Bila terpaksa harus

dilakukan fetotomi dan fetus belum mati, maka seharusnya fetus dimatikan lebih dahulu (mercy killing) dengan cara memotong tali pusatnya dengan gunting atau scalpel (Azmi 2010).

Sectio Cesaria Sectio Caesaria atau pembedahan caesar adalah pengeluaran foetus, umumnya pada waktu partus, melalui laparohisteretomi atau pembedahan pada perut dan uterus, Bedah ini dilakukan apabila mutasi, tarik paksa dan foetotomi tidak dapat atau sangat sulit dilakukan untuk mengeluarkan foetus atau peternak menginginkan supaya foetus dikeluarkan dalam kedaan hidup. Kata Caesaria berasal dari kata-kata Latin yaitu caeso matris utera yangberarti memotong uterus induk. Sectio-caesaria atau yang lebih dikenal dengan operasi sesar merupakan tindakan terakhir yang harus diambil oleh seorang dokter hewan untuk menghentikan masa kebuntingan, baik yang disebabkan oleh distokia maupun oleh sebabsebab yang lain. Dan pada kasus-kasus tertentu operasi sesar merupakan tindakan pertama untuk menyelamatkan induk atau anak ataupun kedua-duanya. Akan tetapi operasi sesar umumnya dilakukan terhadap hewan yang mengalami distokia. Indikasi untuk melakukan operasi sesar bermacam-macam, begitu pula dengan teknik yang akan dilakukan. Hal ini sangat tergantung pada kondisi dan spesies hewan tersebut (Erwin 2009).

Daftar Pustaka Azmi Z. 2010. Gangguan Reproduksi Pada

Ternak. http://theveterinarian23azmi.blogspot.com/2010/12/gangguan-reproduksipada-ternak.html. Diakses pada 20 April 2012. Cady, R.A. 2009. DystociaDifficult Calving, What It Costs and How to Avoid It. www.wvu.edu/~agexten/forglvst/Dairy/dirm20.pdf. Diakses pada 20 April 2012. Erwin. 2009. Sectio Caesar pada Sapi. http://erwinklinik.blogspot.com/2009/07/sectiocaesar-pada-sapi.html. Diakses pada 20 April 2012. Jackson, P, G. 2007. Handbook Obstetrik Veteriner Edisi ke-2. Diterjemahkan oleh Aris Junaidi. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Toelihere, Mozes R. 1981. Ilmu Kebidanan pada Ternak Sapi dan Kebau. Jakarta: UI Press.

S-ar putea să vă placă și