Documente Academic
Documente Profesional
Documente Cultură
B.P. Suryosubianto
Staf Akademik Blok Komunikasi Efektif, FK Unjani
Tujuan Instruksional
Mahasiswa mampu menjelaskan tentang cara memecahkan masalah menggunakan teknik berpikir kritis Khususnya, mahasiswa mampu menjelaskan tentang: 1. 2. 3. 4. Pengertian, dasar-dasar, standar, hasil, dan manfaat berpikir kritis Cara menilai argumen dengan adil Cara membedakan fakta dan opini Cara bertanya terfokus untuk mengatasi musibah atau untuk merancang
Pendahuluan
Menurut Dent & Harden (2009), manifestasi berpikir kritis yang tertinggi tingkatnya dalam profesi medik adalah pemecahan masalah (problem solving) yang pada praktek kedokteran memiliki kekhususan, dikenal dengan islitah penalaran klinis (clinical reasoning). Kemampuan memecahkan masalah memerlukan pemahaman teori tentang dasar berpikir kritis, cara menilai argumen dengan adil dan cara bedakan fakta dari opini, dan kepiawaian mengajukan pertanyaan terfokus (Paul & Elder, 2002), baik pola mengatasi musibah atau pola merancang Kemampuan memecahkan masalah perlu dilatihkan sejak awal pendidikan dokter.
Pengertian
Berpikir kritis ialah interpretasi dan evaluasi secara terampil dan aktif terhadap observasi, komunikasi, informasi, dan argumentasi. Untuk menjadi kritis, berpikir harus memenuhi standar tentang kejelasan dan relevansi, masuk akal, melibatkan proses bertanya dan metakognisi sehingga ia merupakan proses aktif (Fisher 2004).
Menurut Paul & Elder (2002), agar dapat memenuhi syarat berpikir kritis, harus dipenuhi 9 standar berpikir disertai contoh pola pertanyaan kajiannya, sebagai berikut: 1. Jelas: Ada contoh-contoh? Berikan ilustrasi / cara-elaborasi 2. Akurat: Bagaimana cara cek / verifikasi? Benarkah? 3. Presisi: Dapat diutarakan lebih spesifik / eksak / detail? 4. Mendalam: Apa yang membuat sulit / kompleks? 5. Relevan: Hubungannya dengan masalah? Bisa membantu dalam isu tertentu? 6. Masuk akal: Gabungan logis? Sesuai bukti-bukti / fakta-fakta? 7. Signifikan: Penting untuk dikaji? Apa fakta terpentingnya? 8. Luas: Bagaimana tinjauan dari perspektif / sudut-pandang lain? 9. Adil: Asumsinya didukung bukti? Pemikiran sesuai konteks? Tujuan yang adil dihadapkan pada situasinya?
3. Mengenal fungsi-dasar akal yang jelas berbeda,terdiri dari: a. Berpikir: menimbang, menerima, menganalisis, menentukan, membandingkan, menyintesis b. Merasakan: bahagia, sedih, tertekan, cemas, stres, tenang, khawatir, heboh karena amat gembira c. Menginginkan: sasaran, dambaan, manfaat, agenda, tata nilai atau kepercayaan, motif Apa yang dipahami ada hubungan khusus dengan akal. Siswa harus belajar mengenali kapan mereka paham dan kapan mereka memerlukan tambahan informasi (Driessen, Overeem & van Tartwijk, 2011). Kemampuan seseorang untuk memrediksi kinerja pada berbagai tugas serta memantau tingkat penguasaan dan pemahaman disebut metakognisi.
1. Mengidentifikasi klaim dan pendukungnya, kemudian memutuskan apakah pendukungnya relevan dan adekuat 2. Memeriksa argumen terhadap prasangka 3. Memeriksa nalar suatu argumen: Argumen buku teks biasanya dikembangkan dengan dukungan yang relevan dan adekuat, misalnya kajian, survei, pendapat pakar, eksperimen, teori, contoh atau alasan, ilustrasi, grafik, bagan, atau foto. Pembaca efektif: selalu menguji nalar argumen
Untuk memiliki rasa adil, perlu intelektualisme, yang memiliki sifat-sifat: rendah hati, berani, ulet, berintegritas, berempati, sikap tidak berat sebelah, percaya diri dalam bernalar, dan otonom. Pemikir kritis menyadari peran egosentri, etnosentri, dan emosi terhadap pertimbangan. Ia mendengarkan dan merespons pandangan yang berlawanan, menggunakan empati dan rasa adil yang meliputi: 1. Respek terhadap mereka yang etnis dan tradisinya tidak sama 2. Mau mendengarkan dan memahami pendapat lain 3. Menerima perubahan karena ada informasi atau pandangan baru Mekanisme bertahan (defence mechanism) dapat mengaburkan daya pikir. Alih-alih menerima adanya perbedaan, orang melakukan rasionalisasi. Pikiran kritis dapat dipengaruhi kecocokan terhadap pendapat orang lain. Konformitas dapat terjadi bila kita ikuti perbuatan orang lain dari pada mengandalkan pertimbangan terbaik. Ide yang memicu respons emosional contohnya beberapa pengalaman buruk dapat memicu generalisasi. Teknik mendengarkan aktif yang memupuk rasa adil dan empati adalah parafrase. Dua orang yang berbeda pendapat, secara bergantian mengutarakan dgn kata-kata sendiri pendapat orang lain yang berlawanan sikap. Dengan demikian, kita berlatih mendengarkan untuk memahami, bukan untuk mencari kesalahan.
Pemecahan Masalah
Manakala masalah tidak terpecahkan oleh formula atau robotik, kita perlu berpikir kritis, dimulai dengan menentukan sifat dan dimensi masalah sebagai dasar pertimbangan, sudut pandang, konsep, teori, data, dan alasan yang relevan untuk solusi. Latihan ekstensif memecahkan masalah secara mandiri, esensial untuk mengembangkan pikiran kritis. Pemecahan masalah jarang dapat diatasi dengan tepat dan gamblang. Umumnya perlu analisis, pengumpulan bukti dan pemikiran dialogis atau dialektik. Setelah itu, masalah dapat dideskripsi kemudian disarankan pemecahannya, selanjutnya dievaluasi dan direvisi (Paul & Elder, 2002). Unsur-unsur penalaran yang memenuhi standar intelektual meliputi rangkaian: konsep sudut pandang asumsi kesimpulan tujuan berpikir menyusun pertanyaan tentang isu atau masalah informasi implikasi dan konsekuensi konsep Ada dua jenis pertanyaan terfokus: 1. Untuk mengatasi masalah atau musibah 2. Untuk merancang Agar mahasiswa terampil memecahkan masalah maupun merancang, ia harus mampu mengajukan pertanyaan terfokus, menggunakannya sebagai titik tolak untuk memecahkan masalah atau merancang. Dalam kehidupan sehari-hari, orang perlu menguasai seni mengambil keputusan secara cerdas, karena: To live is to act. To act is to decide. Hidup sehari-hari merupakan rangkaian keputusan berurutan. Sebagian keputusan kecil dan konsekuensinya ringan, yang lain keputusan besar dan dapat menjadi penentu kehidupan. Dua jenis keputusan besar yang perlu diwaspadai dalam kehidupan tiap orang adalah yang:
6
1. Jelas ada konsekuensi masa depan, misalnya menetapkan pilihan pasangan hidup, karir, tata nilai, atau filosofi. 2. Konsekuensinya di masa depan harus ditemukan, misalnya implikasi kebiasaan makan atau latihan. Empat kunci mengambil keputusan bernalar: 1. Mengenali bahwa kita sedang menghadapi keputusan yang penting 2. Mengidentifikasi alternatif-alternatifnya secara akurat 3. Mengevaluasi alternatif-alternatifnya secara logis 4. Berdisiplin pribadi melaksanakan alternatif terbaik Bila Anda hanya mampu memikirkan 1 2 opsi keputusan, mungkin Anda berpikir terlalu sempit. Ingat kaidah berikut ini: Rule one: there is always a way Rule two: there is always another way Luangkan waktu lebih banyak. Bila tidak cukup waktu untuk merenungkan keputusan, kita tidak dapat meningkatkan mutu keputusan itu. Agar keputusan efektif dan rasional, perlu pertimbangan dan nalar yang baik, dengan mengingat sembilan dimensi pengambilan keputusan (Diestler, 2005): 1. Perhitungkan dan nyatakan kembali secara berkala sasaran utama, manfaat, dan kebutuhan 2. Bila mungkin, atasi masalah dengan mengambil keputusan satu demi satu 3. Pelajari hal yang berpengaruh terhadap alternatif-alternatif, agar keputusan Anda jernih, konsentrasi pada hal-hal yang dapat diubah atau diperbaiki 4. Perhitungkan mana informasi yang Anda butuhkan, dan cari secara aktif informasi itu 5. Analisis dan interpretasikan informasi yang terkumpul, simpulkan mana yang masuk akal 6. Perhitungkan opsi tindakan, mana yang berjangka pendek, mana yang panjang 7. Evaluasi opsi pada berbagai situasi, pertimbangkan untung-ruginya 8. Sesuaikan pendekatan stratejik terhadap keputusan, langsung ditindaklanjuti atau akan menunggu saja lebih dahulu 9. Saat bertindak, monitor implikasinya begitu timbul; Anda harus siap untuk merevisi bila perlu.
2. 3. 4. 5.
Inheren: Mengapa masalah ini terjadi? Signifikan: Berapa luas cakupan masalahnya? Pemecahan: Apa yg dapat kita lakukan untuk memperbaiki keadaan? Konklusi: a. Langkah-langkahnya b. Imbauannya, karena pola ini semula tujuannya merancang pidato yang persuasif
Ringkasan
Perlu dikembangkan keterampilan memecahkan masalah, memanfaatkan: Dasar-dasar berpikir kritis, terutama pertanyaan analisis dan evaluasi Pengembangan rasa adil Kemampuan membedakan fakta dari opini Keterampilan mengajukan pertanyaan terfokus
8
Dapat melatih diri dengan membuat sendiri skenario pemicu, untuk: Didiskusikan dengan rekan mahasiswa dalam kelompok Menggunakan teknik-teknik berpikir kritis Memanfaatkan dua pola pertanyaan terfokus
Penutup
Mahasiswa yang terlatih memecahkan masalah, akan dapat memanfaatkannya dalam praktek menghadapi masalah kesehatan : Perorangan: dalam bentuk penalaran klinis Masyarakat: menjalankan tugas seorang Dokter Berbintang Lima Kemahiran memecahkan masalah perlu dialihgunakan ke studi ilmu-ilmu lain dan dalam kehidupan sehari-hari.
Referensi
1. 2. 3. 4. Dent JA & Harden RM 2009: A practical guide for medical teachers, 3rd ed. Elsevier, London. Paul RW & Elder L 2002: Critical thinking. Prentice Hall, Upper Saddle River. Fisher A 2004: Critical thinking. Cambridge University Press. Diestler S 2005: Becoming a critical thinker, 4th ed. Pearson Education Inc. Upper Saddle River. 5. Driessen,E, Overeem K & vanTartwijk J, 2011: Learning from practice: mentoring, feedback, and portofolios, in Dornant et al: Medical Education, theory and practice. Elsevier, London. 6. Henry DJ 2004: The effective reader. Pearson Education. Inc. New York.