Sunteți pe pagina 1din 8

NAMA : Afif Mukhayan NIM : 06.55283.00909.11 HUKUM PIDANA A.

PENGERTIAN HUKUM PIDANA Hukum pidana ialah hukum yang mengatur tentang pelanggaran-pelanggaran dan kejahatan-kejahatan terhadap kepentingan umum, perbuatan mana diancam dengan hukuman yang merupakan suatu penderitaan / siksaan. Dari definisi tersebutkita dapat mengambil kesimpulan bahwa Hukum Pidana itu bukanlah suatu hukum yang mengandung norma-norma yang baru, melainkan hanya mengatur tentang pelanggaran-pelanggaran dan kejahatan terhadap norma-norma hukum yang mengenai kepentingan umum. Adapun yang termasuk dalam pengertian kepentingan umum ialah:

1. Badan dan peraturan perundangan negara, meliputi: lembaga-lembaga negara,


pejabat negara, undang-undang, dsb. 2. Kepentingan hukum tiap manusia, yaitu: jiwa, raga / tubuh, kemerdekaan, kehormatan, dan hak milik / harta benda. Antara pelanggaran dan kejahatan terdapat perbedaan sebagai berikut: 1. Pelanggaran ialah mengenai hal-hal kecil atau ringan, yang diancam dengan hukuman denda, misalnya: sopir yang tidak memiliki SIM. 2. Kejahatan ialah mengenai soal-soal yang besar, seperti: pembunuhan, penganiayaan, pencuria, dsb. Contoh pelanggaran kejahatan terhadap kepentingan umum berkenan dengan: = Badan / Peraturan Perundangan Negara, misalnya pemberontakan untuk membayar pajak. = Kepentingan hukm tiap manusia: - terhadap jiwa: pembunuhan - terhadap tubuh : penganiayaan - terhadap kemerdekaan: penculikan - terhadap kehormatan: penghinaan - terhadap milik: pencurian Dalam hukum pidana yang bertinadak dan yang mengurus perkara ked an di muka Pengadilan Pidana, bukanlah pihak korban sendiri melainkan alat-alat kekuasaan negara sepertipolisi, jaksa, dan hakim. Oleh karena itu kemudian ternyata,bahwa orang-orang yang kepentingan hukumnya diserang terkesan malu-malu, segan / takut mengerus sendiri perkaranya ke muka Pengadilan, maka dapat dimengerti bahwa banyak perkara yang tidak sampai ke pengadilan sehingga merajalela masyarakat; berhubungan dengan hal itu dan juga terdorong perubahan zaman, maka sekarang

tiap-tiap serangan atas kepentingan hukum perseorangan dipandang juga sebagai serangan terhadap masyarakat. Pidana adalah hkuuman berupa siksaan yang mirip keistimewaan dan unsur yang terpenting dalam Hukum Pidana. Menurut KUHP pasal 10 hukuman atau pidana terdiri atas: 1. Pidana Pokok ( utama ) : a. Pidana mati b. Pidana Penjara: - pidana seumur hidup - pidana penjara selama waktu tertentu (setinggi-tingginya 20 tahun dan sekurang-kurangnya 1 tahun) - pidana kurungan (sekurang-kurangnya 1 hari dan setinggi-tingginya 1 tahun) - pidana denda - pidana tutupan 2. Pidana Tambahan: a. Pencabutan hak-hak tertentu b. Perampasan (penyitaan) barang-barang tertentu c. pengumuman keputusan hakim B. RIWAYAT HUKUM PIDANA DI INDONESIA Kitab hukum pidana lahir dan telah mulai berlaku sejak 1 Januari 1918 yang dibuat pada zaman Hindia Belanda dulu. Sebelum tanggal 1 Januari 1918 di tanah air berlaku dua KUHP yaitu: 1. Satu untuk golongan Indonesia (mulai 1 Januari 1873) 2. Satu untuk golongan Eropah (mulai Januari 1867) Perbedaan antara KUHP untuk orang Eropah (1867) dengan KUHP orang Indonesia (1873) adalah terutama macamnya hukuman, Misalnya: 1. Orang Indonesia dapat diberi kerja paksa dengan lehernya diberi kalung besi atau dengan tidak dibayar untuk mengerjakan pekerjaan umum, sedang orangorang Eropah tidak, hanya hukuman penjara atau hukuman kurungan saja. 2. KUHP untuk orang Indonesia disesuaikan dengan keadaan dan kebiasaan orang Indonesia. Sebelum tahun 1873 bangsa Indonesia hukum yang berlaku adalah Hukum Adat Pidananya masing-masing. Contoh-contoh Hukum Adat Pidana yang tertulis yaitu: 1. Kutaramanawa dalam Kerajaan Mojopahit kira-kira tahun 1350. 2. Pepakem Cirebon untuk Kerajaan di Cirebon tahun 1768.

C. PEMBAGIAN HUKUM PIDANA Hukum Pidana dapat dibagi sebagai berikut: 1. Hukum Pidana Obyektif (Jus Punale), yang dapat dibagi ke dalam: a. Hukum Pidana Material. b. Hukum Pidana Formil (Hukum Acara Pidana). 2. Hukum Pidana Subyektif (Jus Puniendi). 3. Hukum Pidana Umum. 4. Hukum Pidana Khusus, yang dapat dibagi lagi kedalam: a. Hukum Pidana Militer. b. Hukum Pidana Pajak (Fiskal). D. TUJUAN HUKUM PIDANA Kalau seorang melanggar peraturan pidana, maka akibatnya ialah bahwa orang itu dapat dipertanggung jawabkan tentang perbuatannya itu sehingga ia dapat dikenakan hukuman ( kecuali orang gila, di bawah umur dan sebagainya ). Tujuan Hukum Pidana itu memberi system dalam bahan-bahan yang banyak dari hukum itu : Asas-asas dihubungkan satu sama lain sehingga dapat dimasukan dalam satu system. Penyelidikan secara demikian adalah Dogmatis Juridis. Ilmu Hukum Pidana ini mempunyai ilmu-ilmu pengetahuan pembantunya, di antaranya: 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. Antropologi Filsafat Ethica Statistik Medicina Forensic ( ilmu Kedokteran bagian kehakiman ) Psychiatrie Kehakiman Kriminologi

Kriminologi ialah suatu ilmu pengetahuan yang mencari apa dan sebabnya dari kejahatan dan berusaha untuk memberantasnya. Kriminologi dapat dibagi ke dalam: 1. 2. 3. 4. Antropologi Kriminologi Sosiologi Kriminil Politik Kriminil Statistik Kriminil

Antropologi Kriminil dan Sosiologi Kriminil termasuk Aetiologi Kriminil yaitu ilmu pengetahuan yang mempelajari sebab-sebab timbulnya kejahatan itu.

Di dalam Aetiologi terdapat beberapa aliran (mazhab=sekolah) tentang sebabsebabnya kejahatan dan yang terpenting di antaranya ialah:

1. Mazhab Italia atau aliran Biologi Kriminil ( Antropologi Kriminil ). a. Dari sebuah penyelidikan ditarik kesimpulan bahwa memang ada orang
jahat semenjak lahirnya. Dan tiap penjahat itu mempunyai banyak sekali sifat-sifat yang menyimpang dari orang-orang biasa. 2. Aliran Sosiologi Kriminil atau mazhab Perancis. Penganjurnya ialah A. Lacassagne (1843-1924), seorang mahaguru di Perancis dalam Ilmu Kedokteran Kehakiman. Aliran ini adalah suatu reaksi terhadap aliran Antropologi Kriminil. Ditolaknya tentang adanya orang orang jahat karena pembawaan atau penjahat semenjak lahirnya. Aliran ini berpendapat, bahwa sebetulnya si penjahat itu tidak bersalah. 3. Aliran Bio Sosiologi Aliran ini merupakan synthese dari kedua aliran yang tersebut diatas tadi . Penganjurnya ialah E. Ferri (1856-1926), seorang mahaguru Italia dalam Ilmu Hukum Pidana. Prof. Ferri mencari sebab-sebab daripada kejahatan baik pada pembawaan yang terdapat pada manusia, maupun dalam masyarakat. Pada akhir-akhir ini teori Hukum Pidana itu dapat dibagi menjadi: a. Theori mutlak (teori pembalasan) b. Theori relative (teori tujuan) c. Theori gabungan (1 dan 2) Teori mutlak; teori ini merupakan teori tertua (klasik) dan banyak dianut oleh ahli-ahli filsafat Jerman pada akhir abad ke-18. Teori Relatif menurut ajaran aliran ini, yang dianggap sebagai dasar hukum bukanlah pembalasan tetapai tujuan hukuman. Teori relative modern; menurut ajaran ini dasar hukuman adalah tujuan untuk menjamin ketertiban hukum. Teori Gabungan mencakup dasar hukuman dariapada teori mutlak dan teori relatief menjadi satu. Hal ini berarti bahwa menurut ajaran ini dasar hukuman adalah terletak pada kejahatan sendiri yaitu pembalasan atau siksaan (teori mutlak). Akan tetapi di samping itu diakuinya dasar-dasar tujuan daripada hukuman.

E. KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PIDANA (KUHP). Peninjauan terhadap KUHP dapat dari laur dan dapat pula dari dalam. Peninjauan dari luar ialah mengenai riwayatnya yang telah kita bicarakan dahulu, sekitar Undang-Undang Pidana dan beberapa ilmu pengetahuan dari Hukum Pidana.Dari dalam ialah mengenai bentuk dan isi Kitab Undang-Undang Hukum Pidana. 1. Undang-Undang Hukum Pidana 2. Siapakah yang berhak membuat Undang-indang Hukum Pidana itu? 3. Bila suatu Undang-undang Pidana mulai syah berlaku? 4. Bila suatu Undang-undang Pidana tidak berlaku lagi ? 5. Sampai manakah kekuasaan berlakunya undang-undang Hukum Pidana Indonesia? 6. Penyerahan (Extraditon = Uitlevering) 7. Interpretasi (Penafsiran) Undang-Undang Pidana.

Bagaimanakah menafsirkan Undang-Undang Pidana? Undang-Undang Pidana hanya dapat ditafsrkan menurut kata-kata dalam Hukum Pidana itu sendiri. Salah satu penafsiran yang penting yaitu pasal 88 yang berbunyi Meruntuhkan pemerintahan, berarti menghapus atau merobah dengan jalan yang tidak sah bentuk pemerintahan yang berdasarkan UUD . F. ISI POKOK HUKUM 1. Aturan Hukum Dalam ilmu pengetahuan Hukum Pidana maka yang terpenting ialah buku 1 yang berkata Aturan Umum yang memuat 9 titel: Titel Titel Titel Titel Titel Titel Titel Tentang kekuasaan berlakunya undang-undang pidana. Hukuman Penghapusan, pengurangan, dan penambahan hukuman. Percobaan. Turut serta melakukan perbuatan yang dapat dihukum. Gabungan perbuatan yang dapat dihukum. Memasukan dan mencabut pengaduan dalam perkara kejahatan yang hanya boleh dituntut atas pengaduan. Titel 8 : Hapusnya hak menuntut dan hapusnya hukuman. 1 2 3 4 5 6 7 : : : : : : :

Titel 9 : a. Arti beberapa perkataan dalam undang-undang ini. b. Peraturan penghabisan (pasal 103). 2. Perbuatan yang dapat dihukum (tindak pidana = delik). Delik ialah perbuatan yang melanggar Undang-Undang, dan oleh karena itu bertentangan dengan Undang-Undang yang dilakukan dengan sengaja oleh yang dapat dipertanggungjawabkan. 3. Sifat hukum dari kejahatan. Sebagaimana diterangkan lebih dahulu dari sudut formal, maka perbuatan yang dapat dihukum itu adalah suatau perbuatan yang bertentangan dengan Undangundang oleh karena suatu keharusan atau larangan dari pembuat Undang-Undang telah dilanggar. a. b. c. d. e. Kepentingan Hukum Bahaya Norma dan Sanctie Pembagian kejahatan dan pelanggaran. Unsur-unsur tindak pidana (Delik).

Tindak pidana atau delik ialah tindak yang mengandung 5 unsur, yakni: 1. Harus ada suatu kelakuan (gedraging). 2. Kelakuan itu harus sesuai dengan uraian undang-undang (wettelijke omschrijving). 3. kelakuan itu adalah kelakuan tanpa hak. 4. kelakuan itu dapat diberatkan kepada pelaku. 5. kelakuan itu aincam dengan hukuman. ASAS-ASAS HUKUM ACARA PIDANA A. ATURAN YANG MENJADI DASAR HUKUM ACARA PIDANA Adanya dua macam hukum acara pidana, merupakan akibat semata dari perbedaan peradilan bagi golongan penduduk Bumi putera dan peradilan bagi golongan bangsa Eropadi jaman Hindia Belanda yang masih tetap dipertahankan, walaupun reglemen Indonesia yang lama (Staatsblad Tahun 1848 Nomor 16) telah diperbaharui dengan reglemen Indonesia yang dibarui (R.I.B.), karena tujuan dari penbaruan itu bukanlah dimaksudkan untuk mencapai satu kesatuan hukum acara pidana, tetapi justru ingin meningkatkan hukum acara pidana bagi Raad Van Justitie. Meskipun Undang-Undang Nomor 1 Drt. Tahun 1951 telah menetapkan, bahwa hanya ada satu hukum acara pidana yang berlaku untuk seluruh Indonesia, yaitu R.I.B., akan tetapi ketentuan yang tercantum di dalamnya ternyata belum memberikan jaminan dan perlindungan terhadap hak asasi manusia, perlindungan terhadap harkat dan martabat manusia sebagaimana wajarnya dimiliki oleh suatu negara hukum.

B. KUHAP DIDASARKAN PADA DASAR NEGARA PANCASILA Asas yang mengatur perlindungan terhadap keluhuran harkat serta martabat manusia yang telah diletakkan didalam undang0undang tentang ketentuan-ketentuan Pokok kekuasaan Kehakiman, yaitu Undang-undang Nomor 14 Tahun 1970 harus ditegakkan dalam dan dengan undang-undang ini. C. ASAS-ASAS HUKUM PIDANA Adapun asas tersebut antara lain, adalah: 1. Perlakuan yang sama atas diri setiap orang di muka hukum dengan tidak mengadakan pembedaan perlakuan (asas persamaan di muka hukum). 2. Penangkapan, penahanan, penggeledahan dan penyitaan hanya dilakukan berdasarkan perintah tertulis dari pejabat yang diberi wewenang oleh undang-undang dan hanya dalam hal dan dengan cara yang diatur dengan undang-undang (asas perintah tertulis dari yang berwenang). 3. Setiap orang yang disangka, ditangkap, dituntut dan atau dihadapkan di muka sidang pengadilan, wajib dianggap tidak bersalah salpai adanya putusan pengadilan yang menyatakan kesalahannya dan memperoleh kekuatan hukum tetap (asas praduga tidak berdalah = presumption of innocent). D. KODIFIKASI DAN UNIDIKASI HUKUM ACARA PIDANA Dengan landasan sebagaimana telah diuraikan di muka dalam kebulatannya yang utuh serta menyeluruh, diadakanlah pembaharuan atas hukum acara pidana yang sekaligus dimaksudkan sebagai suatu upaya untuk menghimpun ketentuan acara pidana yang dewasa ini masih terdapat dalam berbagai undang-undang kedalam suatu undangundang hukum acara pidana nasional sesuai dengan tujuan kodifikasi dan unifikasi itu. E. KUHAP Atas pertimbangan yang sedemikian itulah, undang-undang No. 8 Tahun 1981 tentang hukum acara pidana ini disebut Kitab Undang-Undang hukum Acara Pidana, disingkat KUHAP. F. HUKUM ACARA PIDANA MAHKAMAH AGUNG Kitab undang-undang ini tidak hanya memuat ketentuan tentang tatacara dari suatu proses pidana, tetapi kitab ini pun juga memuat hak dan kewajiban dari mereka yang ada dalam suatu proses pidana dan memuat pula hkum acara pidana Mahkamah Agung setelah dicabutnya Undang-Undang Mahkamah Agung (Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1950) oleh Undang-Undang nomor 13 Tahun 1965.

S-ar putea să vă placă și