Sunteți pe pagina 1din 16

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Peningkatan populasi hewan dalam jumlah besar menjadi masalah tersendiri bagi kesehatan manusia, terutama hewan kecil seperti anjing dan kucing karena hewan-hewan tersebut dapat menularkan dan membawa berbagai agen penyakit. Salah satu solusi untuk memecahkan permasalahan di atas adalah melakukan tindakan sterilisasi pada kucing baik pada jantan maupun betina. Sterilisasi pada hewan jantan dapat dilakukan dengan hanya mengangkat duktus deferens (vasectomy) atau testisnya saja (kastrasi). Vasektomi dilakukan untuk tindakan sterilisasi sedangkan untuk kastrasi dapat juga dilakukan untuk terapi pengobatan pada kasus-kasus reproduksi seperti orchitis, oedema scrotalis, tumor scrotalis, tumor testis (sertoli cell tumor), monorchyde, cryptorchyde, dermatitis scrotalis (exzeem scrotalis). Tindakan bedah ini akan memberikan efek pada hewan seperti perubahan tingkah laku hewan dimana hewan tidak lagi memiliki kemampuan untuk menyalurkan spermanya. Perubahan tingkah laku ini dapat terjadi akibat ketidakseimbangan hormonal.

1.2. Tujuan Tujuan praktikum ini adalah: 1. Mengetahui pengertian vasektomi. 2. Mengetahui teknik operasi vasektomi. Tujuan kastrasi adalah: 1. Mencegah meningkatnya populasi hewan. 2. Terapi, karena adanya orchitis, oedema scrotalis, tumor scrotalis, tumor testis (sertoli cell tumor), monorchyde, cryptorchyde, dermatitis scrotalis (exzeem scrotalis). 3. Melakukan tindakan sterilisasi 4. Perubahan tingkah laku sehingga mudah dikendalikan dan lebih jinak. Melatih dan meningkatkan keterampilan calon mahasiswa PPDH dalam persiapan preoperasi, operasi dan perawatan post operasi.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1.Vasektomi Salah satu teknik pembedahan untuk membuat hewan penderita menjadi steril adalah dengan metode vasektomi yang merupakan tindakan pengikatan vas deverens pada hewan jantan yang dimaksudkan agar semen tidak dapat diejakulasikan dan mencegah keluarnya spermatozoa dari duktus ejakulatoris, sehingga tidak terjadi kebuntingan pada hewan betina. Organ reproduksi jantan terdiri atas testis, saluran kelamin, kelenjar kelamin dan alat kopulasi. Testis merupakan penghasil sel-sel kelamin jantan atau spermatozoa serta mensekresikan hormone kelamin jantan atau testosterone. Testis berada didalam suatu kantong yang disebut scrotum. Fungsinya untuk mengatur perubahan suhu agar proses spermatogenesis berjalan lancer dan sebagai protector bagi testis. Saluran-saluran kelamin seperti epididimis yang merupakan saluran berkelok-kelok sebagai tranpor dan

pematangan sperma. Terdapat vas deferns yang berbentuk tali menyalurkan sperma ke uretra. Sebelum memasuki uretra, lumen vas deferens meluas yang disebut ampula. Sementara itu, untuk alat kopulasinya berupa penis yang terdiri atas bagian pangkal, badan dan ujung penis. Untuk saluran reproduksi, terdiri dari duktus deferens (vas deferens) merupakan saluran yang mengangkut sperma dari ekor epidydimis ke urethra. Dindingnya mengandung otot licin yang penting dalam mekanisasi pengangkutan semen waktu ejakulasi, konsistensinya seperti tali. Dekat ekor epididymis, vas deferens berliku-liku dan berjalan sejajar dengan badan epididymis (Frandson, 1992). Saluran reproduksi terdiri dari duktus deferents (vas deferents) yaitu tempat pematangan dan tempat penyimpanan sementara sperma. Selanjutnya vas deferents yaitu merupakan suatu saluran untuk mengangkut sperma ke vesika seminalis (kantung sperma). Arah vas deferensia ini ke atas, kemudian melingkar dan salah satu ujungnya berakhir pada kelenjar prostate, dan dibelakang kandung kemih saluran ini bersatu membentuk duktus ejakulatoris sama-sama berakhir di ujung penis (Anonimus, 1996).

Duktus deferent (vas deferens) bertugas adalah untuk mendorong spermatozoa dan cairannya dengan cepat, dari epididimis menuju urethra ketika terjadi ejakulasi. Ketika berada dalam urethra, spermatozoa bercampur dengan sekresi dari kelenjar assesoris saluran reproduksi untuk membentuk semen, yang akan dikeluarkan atau disemprotkan ke dalam saluran reproduksi betina. Pada teknik pembedahan vasektomi, dilakukan pengikatan vas deferents yaitu

mengeluarkan buluh dengan pembedahan istimewa pada vas deferens untuk menghambat pertemuan sperma dengan ovum pada hewan betina sehingga tidak terjadi fertilisasi. Vasektomi adalah istilah dalam ilmu bedah yang terbentuk dari dua kata yaitu vas dan ektomi. Vas atau vasa deferensia artinya adalah saluran benih yaitu saluran yang menyalurkan sel benih jantan (spermatozoa) keluar dari buah zakar (testis) yaitu tempat sel benih itu diproduksi menuju kantung mani (vesikulaseminalis) sebagai tempat penampungan sel benih jantan sebelum dipancarkan keluar pada saat ejakulasi. Ektomi atau ektomia artinya pemotongan sebagian, jadi vasektomi artinya adalah pemotongan sebagian (0.5 cm 1 cm) saluran benih sehingga terdapat jarak diantara ujung saluran benih bagian sisi testis dan saluran benih bagian sisi lainnya yang masih tersisa dan pada masing-masing kedua ujung saluran yang tersisa tersebut dilakukan pengikatan sehingga saluran menjadi buntu atautersumbat. Pada prinsipnya vasektomi adalah memotong saluran sperma jantan. Tujuannya untuk mencegah terjadinya pertemuan cairan sperma dan sel telur, yaitu untuk mencegah kebuntingan (Jamilah, 2001). Metode ini tidak mempengaruhi produksi spermatozoa, testis akan terus menghasilkan sperma yang selanjutnya terus berkembang dan meninggalkan testis kemudian diblokade dibagian vas deferens yang divasektomi, selanjutnya spermatozoa tersebut akan mati dan diabsorbsi oleh tubuh. Vasektomi tidak memberikan efek pada faktor kejantanan dikarenakan hanya pengikatan dan pemotongan pada vas deferens yang mana vas deferens akan berfungsi kembali jika dilakukan operasi penyambungan kembali, sehingga memungknkan terjadinya kebuntingan. Vasektomi dapat dilakukan baik pada hewan yang berusia tua maupun yang masih muda, dan hewan penderita tetap dapat beraktivitas melakukan perkawinan sekalipun tidak menghasilkan kebuntingan.

2.2. Kastrasi

Kastrasi merupakan suatu tindakan operasi untuk menghilangkan testis dari rongga scrotum (Deni, 2012). Kastrasi dilakukan pada beberapa hal dimana diharapkan hasil operasi ini dapat memperbaiki sifat buruk dan untuk merubah temperamen yang tidak menyenangkan pada anjing muda. Kadang-kadang hasilnya tidak begitu memuaskan pada beberapa kasus dan dengan beberapa pertimbangan operasi tidak direkomendasikan jika terjadi perubahan degeneratif, infeksi pada testis atau terjadi kelukaan (Anonimous, 2004).

Tindakan kastrasi dapat meliputi 2 teknik yakni : 1) tanpa perdarahan dan 2) dengan perdarahan dimana teknik dengan perdarahn dibagi menjadi 2 bagian yakni : a) metode terbuka dan b) metode tertutup (Deni, 2012). Kastrasi biasanya dilakukan dengan

indikasi penggemukan, sterilitas, terapi dan mengurangi aktivitas dari hewan. Premedikasi Sebelum dioperasi, kucing diberikan obat preanestetik. Obat-obatan preanastesik yang disebut juga dengan premedikasi digunakan untuk mempersiapkan pasien sebelum pemberian obat anastesi baik itu anastesi lokal, regional maupun umum. Manfaat pemberian premedikasi adalah untuk membuat hewan menjadi lebih tenang dan terkendali, mengurangi dosis anastesi, mengurangi efek-efek otonomik yang tidak diinginkan seperti saliva yang berlebihan, mengurangi efek-efek samping yang tidak diinginkan seperti vomit, dan mengurangi rasa nyeri preoperasi. Agen anastesi digolongkan menjadi 4 yaitu: antikolinergik, morfin serta derivatnya, transquilizer, dan neuroleptanalgesik. Sementara menurut Sardjana dan Kusumawati (2004), obat-obat yang digunakan anastesi premidikasi meliputi antikolinergik. Analgesik, neuroleptanalgesik, transquilizer, obat dissodiatif dan barbiturate. Obat-obatan premedikasi diberikan maksimal 10 menit atau kurang lebih setengah sampai satu jam sebelum pemberian anestesi umum atau anestesi lokal. Obatobatan tersebut disuntikkan secara intramuskular, subkutan, dan bahkan intramuskular. Menurut Sardjana dan Kusumawati (2004) pada umumnya obat-obat preanastesi bersifat sinergis terhadap anastetik namun penggunaanya harus disesuaikan dengan umur, kondisi dan temperamen hewan, ada atau tidaknya rasa nyeri, teknik anastesi yang dipakai, adanya antisipasi komplikasi, dan lainnya. Atropin Sulfat

Atropin merupakan obat anestetikagen preanestesi yang digolongkan sebagai antikolinergik atau parasimpatik, namun paling sering digunakan sebagai antikolinergik, dengan fungsi utama mengurangi sekresi kelenjar saliva terutama bila dipakai obat anestetik yang menimbulkan hipersekresi kelenjar saliva. Atropin sebagai antimuskurinik mempunyai kerja menghambat efek asetilkolin pada syaraf postganglionik kolinergik dan otot polos. Hambatan ini bersifat reversible dan dapat diatasi dengan pemberian asetilkolin dalam jumlah berlebihan atau pemberian antikolinesterase. Atropin sebagai premedikasi diberikan pada kisaran dosis 0.02-0.04 mg/kg, yang diberikan baik secara subkutan, intra vena maupun intramuskuler (Plumb,1998), sedangkan menurut Rossof (1994), atropin sebagai premedikasi diberikan dosis 0,030,06 mg/kg. Pada dosis normal, atropin dapat mencegah bradikardia dan sekresi berlebih saliva serta mengurangi motilitas gastrointestinal. Atropin dapat menimbulkan efek, misalnya pada susunan syaraf pusat, merangsang medulla oblongata, dan pusat lain di otak, menghilangkan tremor, perangsangan respirasi akibat dilatasi bronkus, pada dosis yang besar menyebabkan depresi nafas, eksitasi, halusinasi dan lebih lanjut dapat menimbulkan depresi dan paralisa medulla oblongata. Efek atropin pada mata menyebabkan midriasis dan siklopegia. Pada saluran nafas, atropin dapat mengurangi sekresi hidung, mulut, dan bronkus. Efek atropin pada sistem kardiovaskuler (jantung) bersifat bifasik yaitu atropin tidak mempengaruhi pembuluh darah maupun tekanan darah secara langsung dan menghambat vasodilatasi oleh asetilkolin. Pada saluran pencernaan, atropin sebagai antispasmodik yaitu menghambat peristaltik usus dan lambung, sedangkan pada otot polos atropin mendilatasi pada saluran perkencingan sehingga menyebabkan retensi urin (Ganiswarna, 2001). Anestesi Anestesi menurut arti kata adalah hilangnya kesadaran rasa sakit, namun obat anestesi umum tidak hanya menghilangkan rasa sakit akan tetapi juga menghilangkan kesadaran. Pada operasi-operasi daerah tertentu seperti perut, maka selain hilangnya rasa sakit dan kesadaran, dibutuhkan juga relaksasi otot optimal agar operasi dapat berjalan dengan lancar. Hampir semua obat anestetik menghambat aktivitas sistem saraf pusat secara bertahap diawali fungsi yang kompleks yang dihambat dan yang paling akhir dihambat adalah medula oblongatandimana terletak pusat vasomotor dan pusat respirasi yang vital. Depresi umum pada sistem saraf pusat tersebut akan menimbulkan hipnosis, analgesi, dan depresi pada aktivitas refleks.

Obat anestesi umum yang ideal menurut Norsworhy (1993) mempunyai sifat-sifat antara lain: pada dosis yang aman mempunyai analgesik relaksasi otot yang cukup, cara pemberian mudah, mulai kerja obat yang cepat dan tidak mempunyai efek samping yang merugikan. Selain itu, obat tersebut harus tidak toksik, mudah dinetralkan, mempunyai batas keamanan yang luas, tidak dipengaruhi oleh variasi umur dan kondisi hewan. Ketamin Ketamin adalah larutan yang tidak berwarna, stabil pada suhu kamar dan relative aman dengan kerja singkat. Sifat analgesiknya sangat kuat untuk sistem somatik tetapi lemah untuk sistem visceral, tidak menyebabkan relaksasi otot lurik bahkan kadangkadang tonusnya sedikit meninggi. Ketamin dapat dipakai oleh ahmpir semua spesies hewan. Ketamin bersama xilazyne dapat dipakai untuk anastesi pada kucing. Ketamin dengan pemberian tunggal bukan anestetik yang bagus.

BAB III

MATERI DAN METODE

1. Materi a) Bahan berupa Kucing jantan dengan berat badan 4 kg b) Atropin Sulfat dosis 0,05 mg/kg BB. Sediaan 0,25 mg/ml (4 kg x 0,05 mg/kg BB / 0,25 mg/ml = 0,8 ml). c) Ketamin dosis 12,5 mg/kg. Sediaan 100 mg/ml (4 kg x 12,5 mg/kg BB/100 mg/ml = 0,5 ml). d) Xylazine dosis 3 mg/ml. Sediaan 20 mg/kg (4 kg x 3 mg/kg/20 mg/ml = 0.6 ml). e) Alkohol 70% f) Betadine/Iodine g) Tampon steril h) Spoit 1ml i) Duk j) Duk klem k) Arteri Klem l) Needle holder m) Needle n) Benang Cat gut cromik o) Benang Silk p) Silet q) Scalpel r) Pinset anatomis s) Pinset chirurgis t) Gunting tumpul-tumpul u) Gunting tajam-tumpul v) Gunting tajam-tajam

Teknik Operasi Vasektomi 1. Diincisi kulit tepat disebelah cranial skrotum sepanjang 2-4 cm menembus kulit dan jaringan subkutan menuju funikulus spermatikus. 2. Kemudian incisi secara hati-hati tunika vaginalis, vas deferen tampak seperti pita putih berdiameter kurang lebih 3 mm. Siapkan dua buah tang/clamp arteri bengkok, clamp arteri anatomis untuk menjepit vas deferens, penjepitan dilakukan dengan memberi jarak antara jepitan sepanjang lebih kurang 1 cm. 3. Ligasi vas deferens dengan menggunakan benang cotton pada bagian belakang kedua jepitan. Vas deferens diantara dua jepitan dipotong. 4. Kemudian dijahit tunika vaginalis dengan benang cat gut cromik dengan pola sederhana menerus. Sedangkan kulit ditutup dengan jahitan sederhana tunggal menggunakan benang cotton. 5. Didesinfektan dengan Iodium Tincture 3% luka operasi tersebut. Disuntikkan Penicillin - sterptomicin kedalam luka operasi.

A. Pembahasan Pasien adalah seekor kucing berumur 1 tahun lebih jenis kelamin jantan, berat badan 4 kg, berwarna belang hitam putih . Sebelum pelaksanaan operasi pasien telah diperiksa keadaan fisik. Hewan tidak sempat dipuasakan karena alasan tertentu dan dilakukan pencukuran bulu pada daerah operasi. Sebelum melakukan operasi, ruangan dan peralatan operasi harus dibersihkan dan disterilkan. Pelaksanaan operasi vasektomi ini dilakukan di Laboratorium Bedah Program Studi Kedokteran Hewan Universitas Hasanuddin. Sebelum melakukan operasi, baik operator maupun co-operator harus mencuci tangan terlebih dahulu sampai bersih. Setelah semua siap, pembedahan vasektomi siap dilakukan. Pembedahan vasektomi bertujuan untuk mencegah terjadinya fertilisasi. Vasektomi merupakan pengikatan vas deferens yang bertujuan untuk mencegah keluarnya sperma, sehingga hewan tersebut menjadi steril. Pengikatan vas deferens dapat dilakukan dengan dua cara yaitu; 1. Pengikatan permanen, 2. Pengikatan tidak permanen. Pengikatan permanen yaitu

pengikatan pada vas deferens, dimana vas deferensnya tidak lagi di buka, sehingga hewan tersebut menjadi steril. Pengikatan yang tidak permanen dimana vas deferensnya diikat, kemudian pada saat yang diinginkan dapat dibuka kembali (Crouch,1985). Sebelum pembedahan dilakukan, kucing ditenangkan terlebih dahulu baru kemudian dibersihkan. Setelah itu, dilakukan pemeriksaan klinis seperti denyut jantung kucing. Sebelum diberikan anestesi umum, sebaiknya kucing terlebih dahulu dipuasakan selama 8-12 jam dan diberikan obat premedikasi. Obat premedikasi yang diberikan adalah atropine sulfat dengan dosis 0,3 mg/kg berat badan. Obat premidikasi bertujuan untuk mencegah terjadinya muntah, mempercepat kerja obat anestesi, memperlama kerja obat anestesi dan mencegah efek yang tidak diinginkan. Namun, pada praktikum kali ini, kucing tidak sempat dipuasakan karena alasan tertentu. Namun, jika hewan tidak dipuasakan maka yang diberikan adalah Acepromacin. Jika tidak ada maka dapat diberi atropin sulfat, namun harus bersiap-siap karena kucing kemungkinan akan muntah dan terjadi hipersalivasi. Anestesi umum yang digunakan adalah kombinasi ketamin dengan dosis 0,1875 ml dan xylazin 0,225 ml yang dikombinasikan dalam 1 spoit diberikan secara intramuskular. Kombinasi ketamin-xylazin merupakan kombinasi obat anestesi yang ideal karena menghasilkan efek yang sinergis yaitu efek analgesik yang kuat dan relaksasi otot yang bagus. Selama operasi berlangsung, sesekali dilakukan pengecakan denyut jantung kucing. Hal ini bertujuan agar denyut jantung kucing tetap terkontrol selama operasi berlangsung.

B. Kesimpulan Dari kasus vasektomi pada kucing lokal jantan ini dapat diambil kesimpulan bahwa vasektomi dapat dijadikan salah satu cara jika ingin mensterilkan kucing jantan. Kebanyakan kasus dilakukan untuk mengurangi jumlah

perkembangan populasi kucing dengan jalan mengikat atau memotong ductus vas deferens untuk menghalangi pertemuan spermatozoa dengan ovum. C. Literatur Anonim. 2012. Vasektomi. (online), (http://kuliahbhn.blogspot.com/2012/12/vasectomy.html) (diakses tanggal 10 Maret 2013). I Komang W.S, Diah K. 2004. Anestesi Veteriner Jilid 1. Gadjah Mada University Press: Yogyakarta.

I Komang W.S, Diah K. 2011. Bedah Veteriner. Pusat Penerbitan dan Percetakan Unair: Surabaya.

A. Judul Judul praktikum kali ini adalah Kastrasi pada Kucing.

B. Tujuan Tujuan praktikum ini adalah: 1. Untuk mengetahui pengertian kastrasi. 2. Untuk mengetahui macam-macam metode kastrasi. 3. Untuk mengetahui teknik operasi kastrasi. Tujuan kastrasi adalah: 1. Untuk mengurangi tingkah laku agresif. 2. Mensterilkan hewan jantan. 3. Mencegah kelahiran kucing yang tidak diinginkan.

C. Tinjauan Pustaka Sistem reproduksi jantan terdiri dari dua testis (testikel) yang terbungkus dalam scrotum. Testis menghasilkan spermatozoa (sel kelamin jantan) dan testosteron atau hormon kelamin jantan. Orchidektomi atau kastrasi yang dalam bahasa kedokteran sering disebut sengan neuter adalah prosedur operasi/bedah dengan membuang testis hewan. Kastrasi ini dilakukan pada hewan jantan dalam keadaan tidak sadar (anastesi umum). Secara anatomis, lapisan yang membungkus testis dari superficial ke profundal adalah kulit dan subkutan (scrotum), tunika dartos, dan tunika vaginalis communis. Berdasarkan penyayatan pada lapisan-lapisan ini, dikenal dua metode dalam kastrasi, yaitu metode terbuka dan tertutup. 1. Metode Tertutup Sayatan hanya sampai pada tunika dartos, sehingga testis masih terbungkus oleh tunika vaginalis communis. Pengikatan dan penyayatan dilakukan pada funiculus spermatikus. 2. Metode Terbuka

Sayatan dilakukan sampai tunika vaginalis communis, sehingga testis dan epididimis tidak lagi terbungkus. Pengikatan dan penyayatan dilakukan langsung terhadap ductus deferens, saraf, dan pembuluh darah. Oleh karena itu, metode ini lebih baik dalam meminimalisasi resiko terjadinya perdarahan. Tindakan kastrasi yang dilakukan pada hewan ditujukan kepada beberapa hal, antara lain adalah: 1. Hewan yang dikastrasi akan menimbun lemak baik di antara maupun di dalam muskulus. 2. Pada hewan potong, kualitas karkasnya lebih bagus. 3. Agresivitas serta libido dapat dikurangi sehingga mempermudah perawatan, jantan dan betina dapat dikandangkan bersama. Kucing yang dikastrasi harus dalam keadaan sehat. Sebagian besar kucing dikastrasi ketika berumur 5-8 bulan. Di sarankan untuk mengkastrasi kucing sebelum memasuki masa puber, karena dapat mencegah munculnya sifat atau perilaku yang tidak diinginkan. Namun, terdapat beberapa kelemahan dari kucing yang dikastrasi antara lain: kegemukan atau obesitas, kehilangan untuk memperoleh keturunan yang

potensial/berharga terutama untuk para breeder, dan terjadi penurunan kadar testosterone mengakibatkan kehilangan sifat maskulinasi dan penurunan otot-otot badan.

D. Materi dan Metode Operasi 1. Materi a) Bahan berupa Kucing jantan dengan berat badan 4 kg b) Atropin Sulfat dosis 0,05 mg/kg BB. Sediaan 0,25 mg/ml (4 kg x 0,05 mg/kg BB / 0,25 mg/ml = 0,8 ml). c) Ketamin dosis 12,5 mg/kg. Sediaan 100 mg/ml (4 kg x 12,5 mg/kg BB/100 mg/ml = 0,5 ml). d) Xylazine dosis 3 mg/ml. Sediaan 20 mg/kg (4 kg x 3 mg/kg/20 mg/ml = 0.6 ml). e) Alkohol 70% f) Betadine g) Tampon steril h) Spoit i) Duk j) Arteri Klem

k) Needle holder l) Needle m) Benang Cat gut cromik n) Benang Silk o) Silet p) Scalpel q) Pinset anatomis r) Pinset chirurgis s) Gunting tumpul-tumpul t) Gunting tajam-tumpul u) Gunting tajam-tajam v) Stetoskop 2. Metode Operasi a) Kucing yang akan dioperasi harus dalam kondisi sehat dan umur yang cukup (testis sudah turun ke ruang scrotum). Hal ini dapat diketahui dengan melakukan preparasi pada hewan, berupa: signalement, anamnesa, status present, keadaan umum, keadaan kulit dan rambut, selaput lendir, serta kelenjar pertahanan. Sebelum dioperasi hewan harus dipuasakan sehari sebelum operasi. b) Anastetikum dipersiapkan, yaitu kombinasi dari Xylazine dan Ketamine yang diaplikasikan secara intramuscular diantara m. semimembranosus dengan m. semitendinosus atau di m. gluteus. c) Setelah hewan teranaesthesi, dilakukan desinfeksi hewan dengan cara mencukur rambut dan membersihkan rambut bekas cukuran di sekitar titik orientasi kemudian diusap dengan alkohol 70%. d) Kucing diletakkan pada meja operasi. Selanjutnya ditutup dengan duk (harus dalam posisi yang tepat sehingga titik orientasi, yaitu pada testis dapat terlihat dengan jelas). Duk dan kulit difiksasi dengan menggunakan towel clamp, namun jika tidak ada dapat menggunakan arteri klem tapi harus terfiksasi dengan baik. e) Penyayatan dilakukan langsung pada bagian ventral dari kedua testis. Panjang sayatan tergantung dari ukuran testis. f) Pada praktikum kali ini menggunakan tipe terbuka, yaitu tunica vaginalis communis ikut disayat, testis diikat kemudian dipotong dan dilepaskan dari ligament penggantungnya (unsur yang disayat hanya pembuluh darah, syaraf, dan ductus deferent).

g) Setelah testis tersayat, diberi Penicillin dan Streptomicin secara topikal. h) Sedangkan untuk tipe tertutup, tunica vaginalis communis tidak ikut tersayat. Sayatan hanya sampai pada tunica dartos. i) Pada daerah funniculus spermaticus dijepit dengan dua tang arteri (atas dan bawah), kemudian pada bagian cranial diikat dengan benang silk (3/0). j) Pemotongan dilakukan diantara kedua tang arteri. Apabila ikatan sudah kuat (dicirikan dengan tidak adanya darah yang keluar) maka tang arteri dilepaskan. k) Setelah testis dibuang, tunica dijahit dengan simple suture menggunakan catgut dan scrotum dengan menggunakan silk. l) Kemudian daerah sekitar jahitan diolesi dengan betadin.

E. Pembahasan Sebelum operasi kastrasi dilakukan, alat-alat operasi dipersiapkan. Alat tersebut berupa duk yang berfungsi sebagai pelindung pasien dari kontaminan dan sebagai alas untuk meletakkan alat-alat operasi yang digunakan selama operasi berlangsung. Needle holder yang berfungsi untuk memegang jarum. Pinset yang berfungsi untuk memegang jaringan gunting yang berfungsi untuk memotong jaringan. Pisau scalpel berfungsi untuk menginsisi kulit scrotum. Pada saat praktikum , sebelum dilakukan tindakan operasi, pasien harus dianastesi. Sebelum obat dianastesi diberikan obat preanestesi berupa Atropin dengan volume 0,3 ml kemudian diinjeksikan secara subkutan pada pada kucing. Setelah preanestesi diberikan kemudian ditunggu maksimal 10 menit, kemudian dilanjutkan dengan pemberian obat anestesi. Pemberian obat anestesi berupa campuran ketamin 0, 1875 ml dan xylazine 0,225 yang diberikan secara intramuskular. Kemudian ketika kondisi pasien sudah dalam keadaan sadar, pasien direbahkan dengan posisi rebah dorsal pada meja operasi.. Agar kucing masih tetap bisa bernafas mulut kucing sedikit dibuka dengan mengaitkan kedua taringnya dan lidah dijulurkan ke samping. Karena kucing ini tidak dipuasakan terlebih dahulu, jadi kucing kemungkinan akan muntah selama operasi. Oleh karena itu, mulut kucing disumbat dengan tissue namun tetap memberi rongga untuk bernafas. Sebelum dilakukan pencukuran bulu pada daerah scrotum, daerah tersebut dibasahi terlebih dahulu agar saat dicukur bulu tidak beterbangan. Sisa-sisa rambut cukur dibersihkan, kemudian dibilas dengan alkohol 70%, agar mengurangi kontaminasi bakteri seteleh itu diberikan olesan betadin.

Kemudian beri sayatan pada scrotum sebelah kanan, panjang sayatan disesuaikan dengan ukuran testis. Sebelum dilakukan sayatan dan pembedahan dilakukan pemberian duk sebagai pelindung pasien dari kontaminan. Penyayatan dilakukan sampai tunika vaginalis ikut tersayat. Pada testis sebelah kanan, testis diikat kemudian dipotong dan dilepaskan dari ligament penggantungnya (unsur yang disayat hanya pembuluh darah, syaraf, dan ductus deferent). Dan tipe ini termasuk tipe terbuka. Hal yang sama juga dilakukan pada testis sebelah kiri. Pada metode terbuka memiliki keuntungan, yaitu resiko perdarahan yang bisa diminimalisir. Kedua testis yang dipotong kemudian dibuang. Selama operasi berlangsung, sesekali dilakukan pengecakan denyut jantung kucing. Hal ini bertujuan agar denyut jantung kucing tetap terkontrol selama operasi berlangsung. Setelah itu metode jahitan terputus sederhana dilakukan dengan menjahit scrotum. Setelah dijahit olesi daerah yang dijahit dengan betadin.

F. Kesimpulan Metode kastrasi yang dilakukan pada kucing jantan dengan berat 1,5 kg adalah dengan menggunakan metode terbuka. Hal ini karena metode terbuka memiliki keuntungan, yaitu resiko perdarahan yang bisa diminimalisir. Pada testis sebelah kiri dan kanan, ductus deferens, syaraf, dan arteri testikularis diligasi kemudian dipotong dan dibuang. Ada banyak alasan dilakukannya kastrasi, salah satunya adalah untuk mengurangi tingkah laku agresif dari kucing jantan.

G. Literatur Anonim. 2009. Kastrasi kucing. (online), http://hotsite.blogspot.com/2009/10/kastrasikucing.html (diakses tanggal 10 Maret 2013) . I Komang W.S, Diah K. 2004. Anestesi Veteriner Jilid 1. Gadjah Mada University Press: Yogyakarta. I Komang W.S, Diah K. 2011. Bedah Veteriner. Pusat Penerbitan dan Percetakan Unair: Surabaya.

Laporan Praktikum

VASEKTOMI DAN KASTRASI PADA KUCING

ALDY DERIANTO AMIR O 111 10 285 Kelompok 6

PROGRAM STUDI KEDOKTERAN HEWAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR 2013

S-ar putea să vă placă și