Sunteți pe pagina 1din 18

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN DHF BAB I PENDAHULUAN A.

Latar Belakang Sampai saat ini telah di ketahui beberapa nyamuk sebagai vector dengue, walaupun Ae.aegypti di perkirakan sebagai vector utama penyakit dengue hemorrahagic fever (DHF), pengamatan epidemiologis dan percobaan penularan di laboratorium membuktikan bahwa Ae.Scuttelaris dan Ae.Polinesiensis yang terdapat di kepulauan pasifik selatan dapat menjadi vector demam dengue. Di kepulauan Rotuma di daerah Fiji padawa itu terjadi wabah demam dengue pada tahun 1971 1972. Ae.retumae di laporkan satu-satunya vector yang ditemukan. Di pulauponape, kepulauan caroline sebelah timur pada tahun 1974 terjadi letupan wabah dengue; virus dengue tipe 1 telah berhasil diisolasi pada stadium akut dari darah penderita dan ternyata Ae.hakansoni merupakan vektornya. Ae, cooki di duga merupakan vector pada waktu terjadi pada wabah demam dengue di niue. Di Indonesia, walaupun vector DHF belum di selidiki secara luas. Ae.Aegypti diperkirakan sebagai vector terpenting di daerah perkotaan, sedangkan Ae.albopictus di daerah pedesaan. Di Indonesia Dengue Hemorrhagic Fever pertama kali di curigai di Surabaya pada tahun 1968, tetapi konfirmasi virology baru di peroleh pada tahun 1970. B. TUJUAN 1. Tujuan umum Dapat melaksanakan tindakan keperawatan dasar pada pasien DM.
2.

Tujuan Khusus dapat melaksanakan pengumpulan data dapat memberikan askep dasar dengan dapat memberikan askep dasar dengan mengganti balutan

C. MAMFAAT 1. Penulis dapat mengetahui askep pada pasien dengan dan khusus tindakan pengganti balutan. 2. Tepat praktek Sebagai masukan terhadap penanganan pasien DHF dengan tindakan Pemasangan infus.

BAB II TINJAUAN TEORISTIS A. Pengertian DHF adalah penyakit yang disebabkan oleh Arbovirus ( arthro podborn virus ) dan ditularkan melalui gigitan nyamuk AEDES ( AEDES ALBOPICTUS dan AEDES AEGEPTY ) B. ETIOLOGI Penyebab utama : virus dengue tergolong albovirus Vektor utama : Aedes aegypti. Aedes albopictus.Adanya vektor tesebut berhubungan dengan : a) kebiasaan masyarakat menampung air bersih untuk keperlauan seharihari. b) Sanitasi lingkungan yang kurang baik. c) Penyedaiaan air bersih yang langka. Daerah yang terjangkit DHF adalah wilayah padat penduduk karena. d) Antar rumah jaraknya berdekatan yang memungkinkan penularan karena jarak terbang aedes aegypti 40-100 m. e) Aedes aegypti betina mempunyai kebiasaan menggigit berulang (multiple biters) yaitu menggigit beberapa orang secara bergantian dalam waktu singkat, (Noer, 1999).

C. PATOFISIOLOGI Virus akan masuk ke dalam tubuh melalui gigitan nyamuk aedes aegypty dan kemudian akan bereaksi dengan antibody dan terbentuklah kompleks virus-antibody. Dalam sirkulasi akan mengaktivasi system komplemen. Akibat aktivasi C3 dan C5 akan dilepas C3a dan C5a,dua peptida yang berdaya untuk melepaskan histamine dan merupakan mediator kuat sebagai factor meningkatnya permeabilitas dinding pembuluh darah dan menghilangkan plasma melalui endotel dinding itu.

Terjadinya

troMbositopenia,

menurunnya

fungsi

trombosit

dan

menurunnya faktor koagulasi (protombin dan fibrinogen) merupakan factor penyebab terjadinya perdarahan hebat , terutama perdarahan saluran gastrointestinal pada DHF. Yang menentukan beratnya penyakit adalah meningginya permeabilitas dinding pembuluh darah , menurunnya volume plasma , terjadinya hipotensi , trombositopenia dan diathesis hemorrhagic , renjatan terjadi secara akut. Nilai hematokrit meningkat bersamaan dengan hilangnya plasma melalui endotel dinding pembuluh darah. Dan dengan hilangnya plasma klien mengalami hipovolemik. Apabila tidak diatasi bisa terjadi anoxia jaringan, acidosis metabolic dan kematian D. GEJALA KLINIS DAN TANDA Bervariasi berdasarkan derajat DHF, dengan masa inkubasi 13-15 hari. Penderita biasanya mengalami demam akut (suhu meningkat tiba-tiba), sering disertai menggigil. Dengan adanya gejala-gejala klinis yang dapat menimbulkan terjadinya DHF seperti adanya gejala pendarahan pada kulit (ptekie, ekimosis, hematom) dan pendarahan lain (epitaksis, hematemesis, hematuri, dan melena) yang beraarkan tingkat keparahan yang ditemui dari hasil pemeriksaan darah lengkap. Selain demam dan pendarahan yang merupakan ciri khas DHF, gambaran klinis lain yang tidak khas yang biasa dijumpai pada penderita DHF adalah : a) Keluhan pada saluran pernafasan seperti batuk, pilek, sakit waktu menelan. b) Keluhan pada pencernaan : mual, muntah, tidak nafsu makan (anoreksia) diare, konstipasi. c) Keluhan pada sistem tubuh lain : Nyeri atau sakit kepala. Nyeri pada otot, tulang, dan sendi (break bone fever)

Nyeri otot abdomen, nyeri ulu hati Pegal-pegal pada seluruh tubuh Kemerahan pada kulit, kemerahan (flushing) pada muka Pembengkakan sekitar mata, lakrimasi dan foto fobia. Otot-otot sekitar mata sakit apabila disentuh dan pergerakan bola mata terasa pegal Trombosit < 500.000 / mm3 d) Pada penderita DHF sering dijumpai pembesaran hati (hepatomegali), limpa (splenomegali) dan kelenjer getah bening yang akan kembali normal pada masa penyembuhan. Pada penderita yang mengalami renjatan. a. Terdapat sianosis perifer, kulit tersa lembab (terutama pada ujung jari dan

bibir), kulit terasa lembab dan dingin. b. c. Tekanan darah menurun (hipotensi), nadi cepat dan lemah. Renjatan terjadi pad waktu demam ataun pada saat demamnya turun

antara hri ke-3 dan ke-7, (Noer, 1999). Diagnosis : Patokan WHO (1975) untuk menegakkan diagnosis DHF adalah : a. b. Demam tinggi mendadak dan terus menerus selama 2-7 hari Manifestasi pendarahan, termasuk setidaknya uji torniquet (+) dan salah

sau benuk lain (ptekie, purpura, ekimosis, epitaksis, pendarahan gusi) hematemesis dan atau melena. c. d. Pembesaran hati. Renjatan yang ditandai dengan nadi lemah, cepat disertai Td menurun

(sisotol < 80 mmHg dan diastolik < 20 mmHG).

D. Klasifikasi DHF menurut WHO Derajat I Demam disertai gejala tidak khas, terdapat manifestasi perdarahan ( uju tourniquet positif ) E. KLASIFIKASI Menurut Wagner (1983) membagi gaggren menjadi 6 tingkat , Yaitu Derajat 0 Tidak ada lesi terbuka, kulit utuh dengan kemungkinan disertai kelainan bentuk kaki seperti clau callus Derajat I Virus supervisial terbatas pada kulit. Derajat II Virus dalam menembus tandan dan tulang Derajat III Absen dalam, dengan atau tampa osteum lelitis Derajat IV Gangreu jari kaki atau bagian distad kaki dengan atau dalam penilaian kerja Pemeriksaan Diagnostik
-

Darah Lengkap = Hemokonsentrasi ( Hemaokrit meningkat 20 % atau lebih ) Thrombocitopeni ( 100. 000/ mm3 atau kurang )

Serologi = Uji HI ( hemaaglutinaion Inhibition Test ) Rontgen Thorac = Effusi Pleura

5. Penatalaksanaan Medik

A. DHF tanpa Renjatan Beri minum banyak ( 1 - 2 Liter / hari ) Obat anti piretik, untuk menurunkan panas, dapat juga dilakukan

kompres Jika kejang maka dapat diberi luminal ( antionvulsan ) untuk anak

<1th dosis 50 mg Im dan untuk anak >1th 75 mg Im. Jika 15 menit kejang belum teratasi , beri lagi luminal dengan dosis 3mg / kb BB ( anak <1th dan pada anak >1th diberikan 5 mg/ kg BB. Berikan infus jika terus muntah dan hematokrit meningkat

2. DHF dengan Renjatan Pasang infus RL Jika dengan infus tidak ada respon maka berikan plasma expander (

20 30 ml/ kg BB ) Tranfusi jika Hb dan Ht turun Keperawatan

1. Pengawasan tanda tanda Vital secara kontinue tiap jam Pemeriksaan Hb, Ht, Trombocyt tiap 4 Jam Observasi intik output

- Pada pasienDHF derajat I : Pasien diistirahatkan, observasi tanda vital tiap 3 jam , periksa Hb, Ht, Thrombosit tiap 4 jam beri minum 1 liter 2 liter per hari, beri kompres - Pada pasien DHF derajat II : pengawasan tanda vital, pemeriksaan Hb, Ht, Thrombocyt, perhatikan gejala seperti nadi lemah, kecil dan cepat, tekanan darah menurun, anuria dan sakit perut, beri infus. - Pada pasien DHF derajat III : Infus guyur, posisi semi fowler, beri o2 pengawasan tanda tanda vital tiap 15 menit, pasang cateter, obsrvasi productie urin tiap jam, periksa Hb, Ht dan thrombocyt. 2. Peningkatan suhu tubuh - Observasi / Ukur suhu tubuh secara periodik - Beri minum banyak - Berikan kompres F. Asuhan Keperawatan pada pasien DHF Pengkajian Kaji riwayat Keperawatan Kaji adanya peningkatan suhu tubuh, tanda perdarahan , mual

muntah, tidak nafsu makan, nyeri ulu hai, nyeri otot dan tanda tanda renjatan ( denyut nadi cepat dan lemah, hipotensi, kulit dingin dan lembab, terutama pada ekstremitas, sianosis, gelisah, penurunan kesadaran )

Diagnose Keperawatan 1. Kekurangan Volume cairan berhubungan dengan peningkatan

permeabilitas kapiler , perdarahan, muntah, dan demam 2. Perubahan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan perdarahan 3. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual, muntah, tidak ada nafsu makan 4. Hiertermi berhubungan dengan proses infeksivirus 5. Perubahan proses proses keluarga berhubungan dengan kondisi anak Perencanaan 1. Anak menunjukkan tanda tanda terpenuhinya kebutuhan cairan 2. Anak menunjukkan tanda tanda perfusi jaringan perifer yang adekwat 3. Anak menunjukkan tanda tanda vital dalam batas normal 4. Keluarga menunjukkan kekoping yang adaptif 1. Mempertahankan suhu tubuh normal Ukur tanda tanda vital suhu tubuh Ajarkan keluarga dala pengukuran suhu Lakukan tepid sponge ( seka ) dengan air biasa Tingkatkan intake cairan Berikan terapi untuk menurunkan suhu

2. Mensupport koping keluarga Adaptif mengkaji perasaan dn persepsi orang tua atau anggota

keluarga terhadap situasi yang penuh stress

Ijinkan orang tua dan keluarga untuk memberikan respon

secara panjang lebar dan identifikasi faktor yang paling mencmaskan keluarga Identifikasikan koping yang biasa digunakan dn seberapa

besar keberhasilannya dalam mengatasi keadaan G. Pencegahan DHF Menghindari atau mencegah berkembangnya nyamuk Aedes Aegepty dengan cara: Rumah selalu terang Tidak menggantung pakaian Bak / tempat penampungan air sering dibersihkan dan diganti

airnya minimal 4 hari sekali Kubur barang barang bekas yang memungkinkan sebagai tempat

terkumpulnya air hujan Tutup tempat penampungan air

Perencanaan pemulangan dan PEN KES Berikan informasi tentang kebutuhan melakukan aktifitas sesuai dengan tingkat perkembangan dan kondisi fisik anak Jelaskan terapi yang diberikan, dosis efek samping Menjelaskan gejala gejala kekambuhan penyakit dan hal yang harus dilakukan untuk mengatasi gejala Tekankan untuk melakukan kontrol sesuai waktu yang ditentukan

10

BAB III TINJAUAN KASKUS A. BIODATA


1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.

NAMA ALAMAT PEKERJAAN UMUR KELAMIN BAHAS UTAMA SUMBER DATA

: Tn.MA : Kuala Simpang : Ibu Rumah Tangga : 46 Tahun : Perempuan : Bahasa Indonesia : Tn.MA

JAM PENCATATAN: 15.30 Wib

B. DAFTAR RIWAYAT HIDUP


1. 2. 3. 4. 5.

TANGGAL MASUK

: 19 Desember 2011

TIBA DI RSU CUT MUTIA DENGAN : Datang bersama Keluarga BERAT BADAN TINGGI BADAN TEKANAN DARAH : 65 Kg : 150 Cm : 110 / 60mmHg, kanan 110/ 60mmHg.

9. 6. 7. 8.

JAM TIPE RUJUKAN TEMPERATUR NADI

: 15.30 Wib : JKA : 36 Derajat celcius : 20 X / menit

11

9.

RESPIRASI MASUK RUMAH SAKIT

: 20 Respirasi : pasien datang setelah

10. KELUHAN

mengalami demam yang tidak turun-turun, sakit kepala yang tidak sembuhsembuh, setelah diperiksa belliau menderita DHF.
11. RIWAYAT

KELUHAN

: ( Serangan awal, lamanya) :

pesepsi klien pasien datang dengan keluarga setelah mengalami demam yang tidak turun-turn sakit kepala lalu setelah diperiksa di IGD RS.CUT MUTIA beliau diagnosa mengindap DHF sehingga memerlukan penanganan khusus dari pihak RS. Lalu beliau dirawat diruang Vip Kupula, RS. CUT MUTIA. C. RIWAYAT PSIKOSOSIAL Sters yang baru dialami adalah pasien yang merasa sedih akan penyakit yang dideritanya Mekanisme koping adalah pertahanan terhadap tubuh berkurang Support sistem yaitu dari keluarga dan kerabat terdekat Merasa cemas Berusaha menenangkan diri. PENATALAKSANAAN NAMA OBAT Cefotaximin Keterolac Ranitidin Metronidazol DOSIS 1 gram /12 jam 1 am / 8j 1 gram / 12 jam 1 flash/12 jam

D. TINDAKAN KEPERAWATAN DASAR PEMASANGAN INFUS PADA TN.M

12

Peralatan Dan Perlengkapan a. - Bak instrumen yang berisi handskoon steril, - Bengkok
-

Gunting Verban

- Tempat sampah Medis - Baskom Plastik - Plester - Abocet - Standar Infus - Perlak

A. LANGKAH-LANGKAH PEMASANGAN INFUS

1. Membawa alat-alat ke dekat klien 2. Identifikasi klien 3. Mempersiapkan psikologis klien a. b. Menjelaskan dengan prosedur yang sederhana Menjelaskan tujuan tindakan

4. Atur posisi pasien senyaman mungkin,pasien yang tidak tenang /gelisah sebaiknya diikat kaki dan tangannya 5. Pasang perlak dan pengalasnya 6. Cuci tangan dengan sabun dengan air yang mengalir

13

7. Pakai sarung tangan(untuk melindungi petugas dari infeksi 8. Gantung cairan infus pada standard infus 9. Buka kemasan steril infus set
10.

Tusukkan pipa saluran infus kedalam cairan infus dan tabung

tetesan diisi setengah dengan cara memencet tabung tetesan infus 11. Buka klem dan alirkan cairan keluar sehingga tidak ada udara pada

selang infus lalu tutup kembali klem 12. 13. 14. 15. ditusuk 16. 17. Disinfektan daerah pemasangan dengan kapas alkohol 70% Tusuk jarum abbocath ke vena dengan lubang jarum menghadap Cari dan pilih vena yang akan dilakukan penusukan Letakkan pengalas Siapkan plester Letakkan turniquet 10-12 cm diatas tempat tangan yang akan

keatas(bila berhasil darah akan keluar dan dapat dilihat pada pipa abbocath) 18. vena 19. 20. tetesan 21. plester 22. Atur tetesan sesuai kebutuhan Bila tetesan lancar,pangkal jarum dilengketkan pada kulit dengan Sambungkan segera abbocath dengan selang infus Lepaskan turniguet dan longgarkan klem untuk melihat kelancaran Dorong pelan-pelan abbocath masuk kedalam vena sambil menarik

pelan-pelan jarum abbocath sehingga semua plastik abbocath masuk kedalam

14

23.

Tutup tempat penusukan dengan kassa yang sudah dioleskan

dengan betadine,lalu rekatkan dengan plester 24. Atur letak anggota badan yang dipasang infus supaya tidak

digerak-gerakkan agar jarum infus tidak bergeser 25. 26. Bereskan alat-alat dan rapikan pasien Lepaskan sarung tangan ,rendam sarung tangan dalam larutan

klorin 0,5% selama 10 menit 27. Cuci tangan dengan sabun dan air yang mengalir dan keringkan

dengan handuk bersih


28.

Dokumentasikan tindakan yang telah dilakuka

15

BAB IV PENUTUP a. Kesimpulan beberapa nyamuk sebagai vector dengue, walaupun Ae.aegypti di perkirakan sebagai vector utama penyakit dengue hemorrahagic fever (DHF), pengamatan epidemiologis dan percobaan penularan di laboratorium membuktikan bahwa Ae.Scuttelaris dan Ae.Polinesiensis yang terdapat di kepulauan pasifik selatan dapat menjadi vector demam dengue. walaupun vector DHF belum di selidiki secara luas. Ae.Aegypti diperkirakan sebagai vector terpenting di daerah perkotaan, sedangkan Ae.albopictus di daerah pedesaan.

b. Saran Untuk penulis dapat mengetahui gambaran tentang Penyakit DHF

16

17

DAFTAR PUSTAKA Buku ajar IKA infeksi dan penyakit tropis IDAI Edisi I. Editor : Sumarmo, S Purwo Sudomo, Harry Gama, Sri rejeki Bag IKA FKUI jkt 2002. Christantie, Effendy. SKp, Perawatan Pasien DHF. Jakarta, EGC, 1995 Prinsip Prinsip Keperawatan Nancy Roper hal 269 267

18

S-ar putea să vă placă și