Sunteți pe pagina 1din 7

BAB I STATUS PASIEN I. Identitas Pasien Nama Usia Suku Pendidikan Pekerjaan Alamat : Tn.

W : 42 tahun : Jawa : Diploma : wiraswasta : Jl. Pandegasiwi I RT 17/1, Caturtunggal Depok, Sleman, Yogyakarta II. Anamnesis Keluhan Utama Nyeri pada telinga kanan sejak 2 hari SMRS Riwayat Penyakit Sekarang Pasien merasakan nyeri pada telinga kanan sejak 2 hari SMRS. Nyeri dirasakan terutama bila dilakukan penekanan pada daun telinga. Pasien juga mengeluhkan terasa nyeri bila mengunyah. Selain nyeri, telinga terasa penuh dan timbul rasa tidak nyaman. Pasien mengeluhkan adanya pendengaran yang berkurang sejak dirasakan nyeri. Telinga berdenging disangkal. Riwayat keluar cairan dari telinga disangkal, riwayat masuknya air atau benda asing dalam telinga disangkal. Kesemutan atau rasa kebas di daerah wajah disangkal. Terdapat kebiasaan mengorek-ngorek telinga dengan cotton bud. Riwayat penyakit dahulu: Riwayat batuk pilek disangkal Riwayat alergi disangkal Riwayat asma disangkal Riwayat DM disangkal.
1

Riwayat kebiasaan III. Riwayat kebiasaan mengorek-ngorek telinga dengan cotton bud.

Pemeriksaan Fisik Status praesens Keadaan umum Kesadaran Keadaan gizi Tanda-tanda vital Tekanan darah Nadi Suhu Pernapasan Pemeriksaan telinga Aurikula sinistra : Pinna, canalis auricular eksternus, dan membran timpani dalam batas normal Aurikula sinistra : Pinna dan membran timpani dalam batas normal, canalis auricular externus hiperemis dan edema, Nyeri tragus + , serumen + : 120/70 mmHg : 84 kali/menit : afebris : 20 kali/menit : tampak sakit ringan : Compos mentis : Baik

Pemeriksaan hidung Inspeksi dan palpasi hidung luar : hidung tampak simetris, tidak tampak
2

deviasi, tidak tampak perdarahan

Rinoskopi anterior

: septum nasi di tengah, hiperemis -/-, edema konka -/-, sekret -/-

Rinoskopi posterior

: tidak dilakukan

Pemeriksaan tenggorok Rongga mulut : tidak tampak adanya stomatitis. Tidak hiperemis pada rongga mulut. Tonsil Lidah : T1/T1, uvula dalam batas normal : tidak tampak perlukaan, permukaan lidah tidak tampak kotor Faring : tidak tampak ada kelainan

I.

Diagnosis Kerja Otitis Eksterna Difusa dengan cerumen pada auricula dextra

II.

Tatalaksana
3

Evakuasi Tampon dengan kasa antibiotik Amoxicillin 500 mg diberikan 3 kali sehari Kalium diclofenac 25 mg diberikan 2 kali sehari

BAB II DASAR TEORI

1. Anatomi dan Fisiologi Canalis auricular externa atau liang telinga mempunyai struktur yang berkontribusi terhadap terjadinya otitis eksterna. Linag telinga berada dalam keadaan hangat, gelap, dan mudah lembap, membuat area ini cocok untuk tumbuhnya bakteri ataupun jamur. Kulit yang melapisi sangat tipis, 1/3 bagian luar dilapisi kartilago, sedangkan 2/3 bagian dalam dasarnya adalah tulang, daerah ini mudah mengalami trauma.

Gambar 1. Anatomi canalis auricular externa Liang telinga memiliki mekanisme pertahanan dari timbulnya infeksi. Serumen menciptakan suasana asam yang menghambat pertumbuhan dari bakteri dan jamur. Serumen dengan konsistensi kaya-lemak bersifat hidrofobik dan mencegah air melakukan penetrasi pada kulit dan terjadi maserasi. Serumen yang terlalu sedikit merupakan predisposisi terjadi infeksi liang telinga, namun serumen dalam jumalh terlalu banyak dapat menyebabkan obstruksi, retensi air dan debris, serta infeksi. Selain itu, liang telinga juga dilindungi oleh sel epitel yang melakukan migrasi dari membran timpani keluar liang telinga sambil mengangkat debris ikut bersama. Ketika mekanisme ini gagal atau sel epitel dari liang telinga mengalami kerusakan, dapat terjadi otitis eksterna. 2. Definisi Otitis eksterna ialah radang pada liang telinga, dapat terjadi secara akut dan kronis. Penyebabnya ialah infeksi jamur, bakteri, maupun virus. 3. Faktor risiko Terdapat berbagai faktor yang mempermudah terjadinya infeksi pada liang telinga, namun yang paling sering ialah perubahan kelembapan sehingga pH di liang telinga yang umumnya netral atau sedikit asam, berubah menjadi basa. Hal ini menyebabkan efek proteksi terhadap paparan seperti infeksi akan mengalami penurunan. Faktor lain ialah pembersihan serumen. Bila serumen dibersihkan, debris keratin akan mengabsorbsi air, dan menciptakan lingkungan yang mendukung pertumbuhan bakteri. Faktor lain yang mempengaruhi seperti; lingkungan yang lembap, masuknya air saat berenang, lingkungan dengan suhu yang tinggi, masuknya benda asing dalam liang telinga (cotton bud, kuku jari, serangga, dll), trauma pada liang telinga, penyakit dermatologic kronik (eczema, psoriasis, dermatitis seboroik, jerawat). 4. Klasifikasi Otitis eksterna sirkumskripta

Pada 1/3 bagian luar liang telinga mengandung adneksa kulit, seperti folikel rambut, kelenjar sebasea, dan kelenjar serumen. Infeksi yang terjadi pada daerah ini akan menimbulkan furunkel (bisul). Kuman yang sering menyebabkan ialah Staphylococcus aureus atau Staphylococcus albus. Gejala yang timbul terutama adalah nyeri yang hebat. Hal ini disebabkan kulit liang telinga tidak mengandung jaringan longgar dibawahnya, sehingga rasa nyeri timbul pada penekanan perikondrium. Selain itu, dapat terjadi gangguan pendengaran bila furunkel besar dan menyumbat telinga.

Otitis eksterna difusa Bila mengenai 2/3 bagian dalam kulit liang telinga. Gambaran yang didapat kulit liang telinga tampak hiperemis dan terdapat edema dengan batas yang tidak jelas. Kuman penyebab ialah Staphylococcus albus, Escherichia colli. Pada fase akut, ditemukan nyeri pada telinga, terutama bila membuka rahang, nyeri pada penekanan tragus Terdapat pengeluaran sekret serous, liang telinga mengalami inflamasi dan edema. Penumpukan debris, sekret, disertai dengan penyempitan liang telinga menyebabkan gangguan pendengaran. Pada kasus berat, dapat ditemukan pembesaran kelenjar getah bening regional dan nyeri tekan. Pada fase kronik, karakteristik nya terdapat iritasi dan keinginan untuk menggaruk. Sekret berbau dan dapat ditemukan krusta. Kulit liang telinga mengalami penebalan dan edema, selain itu dapat pula ditemukan scalling dan fissuring.

5. Tatalaksana Penanganan otitis eksterna sirkumskripta tanpa pembentukan abses ialah antibiotic sistemik, analgesic, dan pemberian panas secara local. Pemberian 10% ichthammol glycerine mengurangi edema, dan juga mempunyai efek antiseptic. Apabila
6

telah terbentuk abses, dilakukan drainase dan insisi pada abses. Pada kejadian furunculosis berulang, diabetes mellitus harus diatasi terlebih dahulu. Selain itu, penanganan terhadap infeksi pada hidung, yang dapat mentransmisi kuman infeksi melalui tangan pasien, harus diperhatikan. Penatalaksanaan pada otitis eksterna difusa saat fase akut, yaitu a) Ear toilet; eksudat dan debris dibersihkan secara hati-hati. Pembersihan telinga dapat dilakukan dengan suction atau dengan kasa kering, atau dengan irigasi menggunakan normal salin yang steril dan hangat. b) Medicated wicks ; setelah pembersihan, preparat kasa dengan antibiotic dan steroid local dimasukkan dalam liang telinga dan dibiarkan selama 2-3 hari. Tujuannya ialah mengatasi edema dan eritema, juga mencegah timbulnya rasa gatal. c) Antibiotik; penggunaan antibiotic sistemik biasanya digunakan, terutama bila terdapat limfadenitis akut disertai nyeri. d) Analgesik; untuk mengurangi rasa nyeri Penatalaksanaan pada fase kronis, bertujuan untuk mengurangi edema dari liang telinga, sehingga toiletisasi dapat dilakukan dengan efektif, juga mengatasi rasa gatal supaya keinginan untuk menggaruk dapat berkurang dan insidensi terjadinya gejala berulang dapat dicegah. Tampon dengan 10% ichthammol glycerine dapat membantu mengurangi edema. Rsa gatal dapat dibantu diatasi dengan pemberian krim steroid secara topical.

S-ar putea să vă placă și