Sunteți pe pagina 1din 40

Skenario 2 Blok 3 Seorang ibu membawa anaknya usia 10 tahun pergi ke dokter gigi untuk memeriksakan gigi seri

satu atas yang belum tumbuh dan gigi seri kedua kiri yang berbentuk konus. Pasien tersebut sudah membawa foto panoramic, namun ternyata hasilnya tidak dapat dibaca. Hasil pemeriksaan menunjukan gigi 11, 21 belum erupsi, gigi 22 berbentuk konus , sementara gigi yang lain normal, sehat, dan tidak ada keluhan sakit. Dokter menyarankan agar pasien tersebut melakukan foto panoramic yang dilakukan oleh petugas radiologi. Dokter gigi membutuhkan untuk memperbaiki bentuk anatomi gigi 22 tersebut menggunakan bahan malam kedokteran gigi. Kata sulit 1. Erupsi 2. Konus 3. Foto panoramic 4. Radiologi melalui perantara 5. Gigi 11, 21, 22 : incisivus 1 kanan atas, incisivus 2 kiri atas, : kondisi keluarnya gigi dari gingiva : berbentuk kerucut : foto seluruh rongga mulut : gelombang elektromagnetik yang berjalan tanpa

incisivus 2 kiri atas

Keyword 1. Anak usia 10 tahun dibawa ke dokter gigi 2. Gigi 11, 21 belum erupsi 3. Gigi 22 berbentuk konus 4. Gigi lain normal, sehat dan tidak ada keluhan sakit 5. Foto panoramik tidak dapat dibaca
1

6. Dokter gigi menyarankan foto panoramik oleh petugas radiologi 7. Bentuk anatomi gigi 22 diperbaiki denganbahan malam

Identifikasi masalah 1. Mengapa anak usia 10 tahun gigi serinya belum tumbuh ? 2. Mengapa gigi seri kedua kiri berbentuk konus ? 3. Kapan gigi seri mulai tumbuh ? 4. Apa penyebab foto panoramic tak terbaca ? 5. Bagaimana langkah-langkah membuat foto panoramic yang benar ? 6. Apa alasan dokter gigi menggunakan bahan malam untuk

memeperbaiki bentuk gigi ? 7. Bhan malam apa yang digunakan ? 8. Apa manfaat ilmu radiologi (selain untuk foto panoramik) ? 9. Bagaimana cara penggunaan malam ? 10. Mengapa dokter hanya memperbaiki gigi 22 ?

Brainstorming 1. Karena akar gigi sulung tidak mengalami resorpsi (hilangnya

jaringan keras pada gigi) Ada kelainan Tidak ada benih gigi

2. Terdapat kelainan pada pertumbuhan gigi

3. Sulung 7 bulan (5 1) dan 9 bulan (5 2) Permanen 7-8 tahun (11) dan 8-9 tahun (12) 4. 5. kesalahan meletakkan posisi cone pada pasien Kesalahan proses pencucian Ada benda-benda yang menghalangi Posisi filmnta tidak tepat memposisikan pasien dan alat sinar x yang benar Memposisikan tube, gigi, dan film

6. Karena bahan malam aman untuk anak-anak 7. 8. pemeriksaan visual atas Utntuk radiotherapy

9. Tergantung bahan malam yang digunakan 10. Karena gigi 22 berbentuk konus

Hipotesis
Gigi 11 dan 21 belum erupsi

Kelainan dan faktorfaktor lainnya Foto panoramik 3

Anak usia 10 tahun

Gigi 22 berbentuk konus

Dokter memperbaiki gigi 22 dengan bahan malam Kelainan Factor genetik

Anak usia 10 tahun, gigi 11 dan 21 tidak erupsi serta gigi 22 berbentuk konus. Hal tersebut dapad disebabkan karena kelainan dan factor-faktor lainya. Oleh dokter gigi disarankan untuk melakukan foto panoramic ke petugas radiologi Karen foto yang dibawa tidak terbaca, Dokter gigi akan memperbaiki bentuk anatomis anak tersebut dengan bahan malam kedokteran gigi.

Learning Issues 1. Anatomi, histology dan fisiologi gigi normal (sulung dan permanen) 2. Perkembangan ggigi prenatal dan postnatal 3. Vaskularisasi dan inervasi gigi
4

4. Anomali gigi 4.1 Definisi 4.2 Penyebab 4.3 Macam-macam 5. Radiologi 5.1 Definisi radiologi kedokteran gigi 5.2 Alat dan bahan kerja 5.3 Tahapan kerja 5.4 Macam-macam 5.5 Syarat-syarat radiologi 6. Malam (wax) 6.1 Jenis-jenis malam 6.2 Karakterisitik 6.3 Biokompatibilitas 6.4 Komposisi 7. Nomenklatur

Anatomi Gigi

Bagian gigi secara makroskopis : 1. Mahkota / korona merupakan jaringan gigi yang dilapisi enamel dan umumnya terletak diluar jaringan gusi

2. Akar / radix Merupakan bagian gigi yang dilapisi jaringan sementum dan ditopang oleh tulang alveolar dari maksila dan mandibula. Akar tunggal denga satu apeks Akar ganda dengan bifurkasi ialah dimana tempat 2 akar bertemu atau trifurkasi ialah dimana tempat 3 akar bertemu 3. Garis servikal / semento enamel junction Merupakan batas antara jaringan sementum dan enamel yang merupakan pertemuan antara mahkota dan akar gigi 4. Ujung akar / apeks Merupakan titik yang terujung dari suatu benda yang runcing atau yang berbentuk kerucut 5. Tepi insisa / insisal edge Merupakan suatu tonjolan kecil dan panjang dari bagian korona gigi incisivus yang merupakan bagian dari permukaan incisivus. Sedangkan pada gigi posterior disebut oklusal. 6. Tonjolan / cusp Merupakan tonjolan pada bagian korona gigi kaninus dan gigi posterior yang merupakan bagian dari permukaan oklusal. Bagian gigi secara mikroskopis 1. Jaringan keras Merupakan jaringan yang mengandung bahan kapur, terdiri dari jaringan enamel, jaringan dentin, tulang gigi dan jaringan sementum. Enamel

Berasal dari jaringan ektoderm. Susunanya agak istimewa yaitu penuh dengan garam-garam. Bila dibandingkan dengan jaringan gigi yang lain, enamel merupakan jaringan yang paling keras. Oleh karena itu ia merupakan pelindung gigi yang paling kuat terhadap rangsangan saat mengunyah. Enamel tidak mempunyai kemampuan untuk mengganti bagian yang rusak. Oleh karena itu begitu gigi erupsi maka terlepaslah ia dari jaringan lainnya. Sebab-sebab kerusakan enamel adalah :

a. Abrasi Terjadi karena mekanisme. Misalnya menyikat gigi dengan cara yang salah. b. Erosi Terjadi karena khemis, misalnya karena suka makan, makanan yang mengandung cuka (asam) atau minum air yang mengandung zat khemis, misalnya pb. c. Atrisi Terjadi karena banyaknya dipakai untuk

mengunyah. Dentin Berasal dari jaringan mesoderm yaitu mempunyai susunan dan asal yang sama dengan jaringan tulang bila rusak mempunyai kemampuan untuk tumbuh kembali. Macam-macam dentin :

a. Transparan dentin ialah dentin yang warnanya transparan yang terdapat pada daerah yang belum mengalami invaksi bakteri disekeliling zona yang mengalami dekalsifikasi (pengurangan pembentukan garam CA) b. Novodentin ialah normal dentin / dentin yang baru yang terletak dibawah transparent dentin. c. Sekunder dentin ialah dentin yang terletak pada dinding sebelah dalam dari rongga pulpa. Sementum Bagian dari jaringan gigi dan bagian dari jaringan periodontium karena menghubungkan gigi dengan tulang rahang dengan jaringan yang terdapat diselaput periodontal. Bila terjadi rangsangan yang kuat pada gigi akan terjadi resorpsi atau penyerapan sel-sel sementum pada sisi yang terkena rangsangan dan pada sisi lain akan terbentuk jaringan sementum baru. 2. Jaringan lunak / jaringan pulpa Merupakan jaringan yang terdapat dalam rongga pulpa sampai foramel apical, umumnya mengandung bahan dasar (ground substance), bahan perekat, sel saraf yang peka terhadap rangsangan mekanis, termis dan kimia, jaringan limfe (cairan getah bening) jaringan ikat dan pembuluh darah arteri serta vena. Rongga pulpa Tanduk pulpa yaitu ujung ruang pulpa Ruang pulpa yaitu ruang pulpa di korona gigi

Saluran pulpa yaitu saluran diakar gigi kadang bercabang dan ada saluran tambahan. Saluran ini berisi jaringan pulpa mulai dari orifis sampai ke foramen apikalis. Foramen apical yaitu lubang di apeks gigi / tempat masuknya jaringan pulpa ke rongga pulpa.

Fisiologis gigi : 1. Incisivus Caninus Premolar Molar : cutting tooth : tearing tooth : grasping tooth : grinding tooth

2. Untuk mempertahankan jaringan penyanggah agar tetep dalam kondisi baik. 3. Serat dan lengkung gigi serta membantu perkembangan dan perlindungan di jaringan yang menyanggah 4. Untuk memproduksi dan mempertahankan suara 5. Untuk estetika 6. Untuk melindungi jaringan penanamnya. Keuntungan bentuk dan gigi yang normal. 1. Menjamin pengunyahan yang efisiensi 2. Membantu dan menjamin umur gigi dan kedudukannya dalam rahang. 3. Melindungin jaringan yang mudah terluka dengan konturnya yang terlindung

10

Perkembangan Gigi Odontogenesis adalah proses terbentuknya jaringan gigi. Proses ini tidak terjadi pada yang bersamaan untuk semua gigi. Gigi dibentuk dari lapisan ektoderm, yaitu lapisan dari jaringan ektomesenkim. Ektomesenkim ini dibentuk dari neural crest cells. Sel ini terdapat di sepanjang sisi lateral dari neural plate. Perkembangan gigi dimulai dengan pembentukan primary dental lamina yang menebal dan meluas sepanjang daerah yang akan menjadi tepi oklusal dari mandibula dan maksila dimana gigi akan erupsi. Dental lamina ini tumbuh dari permukaan ke mesenchyme di bawahnya. Bersamaan dengan perkembangan dari primary dental lamina, pada 10 tempat di dalam maxillary arch dan mandibular arch, beberapa sel dari dental lamina memperbanyak diri pada laju yang lebih cepat daripada yang lain, sehingga terbentuklah 10 tonjolan kecil dari sel-sel epithel terbentuk pada dental lamina dalam setiap rahang, yang merupakan calon benih gigi susu. Tahap-tahap perkembangan gigi 1. Inisiasi (bud stage) Tahap inisiasi merupakan penebalan jaringan ektodermal, merupakan gambaran morfologi pertama dari perkembangan gigi, akan tetapi hal ini didahului suatu gejala dasar induktif. Tanda-tanda pertumbuhan ektomesenchym berasal dari neural crest menunjukkan induksi primer dari odontogenesis. Jaringan odontogenik primer dapat dibedakan dan dikenali sebagai lamina gigi pada embrio manusia sedini pada awal kehamilan 28 hari. Dental lamina terlihat sebagai suatu penebalan jaringan epitel pada tepi lateral dari stomodeum, dan pada saat membrane oropharyngeal pecah. Penebalan epitel berkembang sampai batas-batas inferior lateral dari tulang maksila dan pada batas-batas superior lateral dari lengkung

11

mandibula, dimana kedua hubungan tersebut membentuk tepi lateral dari stomodeum. Permulaan epitel odontogenik timbul kira-kira Pada usia perkembangan 35 hari, pada batas inferior lateral dari tulang frontonasal, menimbulkan empat daerah asli yang tepisah dari jarngan odontogenik gigi geligi rahang atas. Gigi anterior atas berasal dari lamina gigi dalam tulang frontonasal, dan gigi posterior atas berasal dari tulang lateral rahang atas.

2.

Tahap Proliferasi ( cap stage ) Proliferasi adalah gejala di mana proyeksi dari lamina gigi meluas

sampai ke dasar mesenkim pada tempat yang khusus dan membentuk primordial dari gigi primer ( organ enamel). Sewaktu sel-sel membiak organ gigi bertambah besar ukuranya. Lembaran epitel yang lain, pita alur bibir atau vestibula lamina berkembang hampir berdekatan dan bersama-sama lamina gigi. Pita ini mengikuti pola pertumbuhan yang sama dengan pertumbuhan lamina gigi kecuali apabila tempatnya lebih dekat dengan permukaan wajah. Bentuk yang tidak umum dari lamina ini adalah sesudah pembentukan dari sebuah pita epitel yang padat dan lebar, sel-sel inti pecah dan meninggalkan suatu ruangan yang besar dibatasi oleh jaringan epitel. Ruangan ini membentuk vestibula dari mulut dan bibir, dan sisa-sisa jaringan epitel membentuk garis bibir, pipi dan gusi. Pada perkembangan dari vestibula, lamina memisahkan pipi dan bibir dari jaringan keras stomodeum. Jaringan mesoderm mendorong jaringan epitel sehingga terbentuk topi (cap stage / clock form) bila terjadi gangguan pada tahap proliferasi akan mengakibatkan kelainan dalam jumlah gigi, misalnya anodontia dan hyperdontia.

3. Tahap Histodiferensiasi ( bell stage )


12

Perubahan bentuk organ gigi dari bentuk topi (cap stage) ke bentuk lonceng. Terjadi karena kegiatan inti sel membelah diri (miotik) . Proliferasi dari sel-sel sekitar perifer dan pada bagian dalam dari cekungan organ enamel. Tahap lonceng ini ditandai oleh histodiferensiasi dan morfodiferensiasi. Yang terlihat pada tahap ini adalah rangkaian perubahan bentuk (metamorfosis) dan organ enamel yang khas untuk gigi susu dan tetap. Ketika berubahnya bentuk kuntum yang dini dengan pembesaran dan pembesaran ke dalam organ pada tahap topi atau cap, yang kemudian menjadi organ bentuk organ yang besar. Peristiwa dasar dari diferensiasi sel, proliferasi, pergeseran dan pematangan akan berlanjut sebagai dental organ melalui tahap lonceng dan aposisi. Selama tahap lonceng, lamina gigi kehilangan kelanjutannya oleh invasi mesenchym dari jaringan pengikat di sekitarnya. Tetapi lamina gigi berproliferasi terus secara teratur pada ujung distalnya untuk membentuk primordial dari gigi tetap. Jaringan epitel merangsang jaringan mesoderm dan jaringan mesoderm mendorong lagi jaringan epitel selama perkembangan dari organ enamel, sebuah rangkaian dari perubahansel menghasilkan 4 lapisan :
1. 2. 3. 4.

Epitel bagian luar dari organ enamel Stellate reticulum Stratum intermediare Ameloblas.

4. Tahap Morfodiferensiasi Pola morfologi atau bentuk dasar dan ukuran relatif dari gigi yang akan datang dibentuk pada tahap morfidiferensiasi. Morfodiferensiasi tidak mungkin terjadi tanpa tahap proliferasi. Tahap
13

lonceng yang berlanjut menandai tidak hanya histodiferensiasi yang aktif tetapi juga suatu tahap penting morfodiferensiasi dari korona dengan menggaris luarkan dentino enamel junction yang akan datang. Hubungan dentino-enamel dan dentino-semental berbeda dan mempunyai sifat khas pada setiap gigi, sebagai suatu pola tertentu dari pembiakan sel. Dalam penyesuaian dengan pola ini ameloblas, odontobla, dan sementoblas mengendapkan enamel, dentin, dan semenetum serta memberi bentuk dan ukuran yang khas pada gigi. Di ujung dari lamina dentis kemudian dibentuk lagi tonjolan kedua (lamina dentis) yang nanti akan menjadi gigi tetap. Tangkai gigi kemudian putus sekitar pembentukan gigi ini. Jaringan mesodermal menjadi tebal membentuk suatu kantong yang disebut kantong gigi ( Saccus dentis ). Vaskularisasi dan Inervasi Gigi Semua gigi dan gingival di inervasi oleh N. X yaitu nervus trigeminus.

Gigi mandibula

a. Gigi posterior diinervasi cabang langsungn.alveolaris inferior di canalis mandibula b. Posterior 1, caninus dan incisivus bersama gingival buccalnya di inervasi n.incisivalis

Gigi maksila

14

a. Gigi molar di inervasi n.alveolaris superior medialis (cabang dari n. infraorbitalis n. maxillaris) b. Gigi incisivus dan caninus diinervasi n.alveolaris superior

anterior(cabang infraorbitalis) Vakularisasinya : : semua gigi mandibulae : semua gigi maxilla

a. a.alveolaris inferior b. a.alveolaris superior

c. a.alveolaris superior anterior : incisivus dan canimus atas d. a.alveolaris superior posterior: premolar dan molar atas Tahap Pra erupi Proses erupsi gigi adalah suatu proses fisiologis berupa proses pergerakan gigi yang dimulai dari tempat pembentukan gigi dalam tulang alveolar kemudian gigi menembus gingival sampai akhirnya gigi mencapai dataran oklusal. Gerakan dalam proses erupsi gigi adalah kea rah vertical tetapi selama proses erupsi gigi berlangsung gigi juga mengalami pergerakan miring, rotasi dan pergerakan kea rah mesial. Proses erupsi gigi dapat dibagi atas 3 tahap : 1. Tahap Praerupsi Dimulai saat pembentukan benih gigi sampai mahkota selesai dibentuk Rahang mengalami pertumbuhan pesat di bagian posterior dan permukaan lateral yang mengakibatkan rahang mengalami peningkatan panjang dan lebar kea rah anterior posterior Akhirnya benih gigi bergerak kea rah oklusi dipicu oleh pertumbuhan tulang rahangg pada sisi apical dan jaringan ikat di sekitar kantung gigi
15

2. Tahap Prafungsional Tahap prafungsional dimulai dari pertumbuhan akar sampai gigi mencapai dataran oklusal Gigi bergerak kea rah vertical, miring dan rotasi yang memperbaiki posisi gigi yang berjejal di dalam tulang rahang yang masih mengalmai pertumbuhan Proliferasi aktif dari jaringan ligamentum periodontal

menghasilkan sutu tekanan di sekitar kantung gigi yang akan mendorong gigi kea rah oklusal Tekanan erupsi disebabkan meningkatnya permeabilitas vaskuler yang memicu keluarnya cairan secara difusi dari dinding vaskuler sehingga terjadi penumpukan cairan di sekitar ligament periodontal

3. Tahap Fungsional Dimulai sejak gigi difungsikan dan berkahir ketika gigi telah tanggal Gigi bergerak kea rah oklusal, mesial dan proksimal guna mempertahankan oklusi dan titik kontak proksimal gigi Tulang alveolar dan sementum masih mengalami pertumbuhan terutama bagian soket gigi sebelah distal Anomali Gigi Anomali gigi perlu disusun berdasarkan waktu terjadinya selama, sebelum pembentukan , sewaktu eupsi atau sesudahnya. Dalam fase formatif, pembentukan dalam jumlah elemen, perubahan bentuk atau struktur jaringan yang abnormal.

16

Kelainan numerik A. Hipodonsia : adalah kekurangan jumlah gigi 1. Agenesis soliter : adalah tidak terbentuknya satu atau beberapa elemen gigi 2. Oligodonsia dan anadonsia : Oligodonsia adalah reduksi multiple jumlah elemen gigi geligi sedangkan anadonsia adalah absennya semua gigi gligi sebagai akibat Agenesis Multipel B. Hiperodonsia : adanya satu atau lebih elemen gigi melebihi jumlah gigi yang normal. 1. Elemen tambahan atipis : mesiodens, gigi distomolar, paramolar 2. Elemen tambahan eutipis : Incisivus molar 123, premolar 12 3. Gigi geligi extra : gigi gigi (kon) natal dan neo natal, gigi geligi ketiga C. Fuzi & Skizodonsia : Fuzi adalah pertumbuhan gigi menjadi satu dentin dan email dari 2 elemen menjadi 1 elemen selama pembentukan. Skizodonsia adalah terjadinya 2 elemen yang berdiri sendiri dari 1 benih gigi akibat pembelahan (sebagian ) bentuk gigi pada fase dini

Kelainan Bentuk & Ukuran Besar Elemen A. Dens Evaginatus : adalah anomali pertumbuhan, terdiri dari tonjol ekstra yang langsing sering runcing, pda permukaan aklosal gigi Dens Invaginatus : adalah lekuk yang sangat dalam pada permukaan lingual mahkota gigi atau kadang kadang suatu lekuk yang keluar dari apeks akar B. Dilaserasi : pembengkokan ekstrem suatu elemen
17

C. Anomali tekanan

: Perubahan bentuk elemen sebagai akibat

kekurangan ruang sewaktu dentogenesis D. Mutiara email & Taji email E. Makro & Mikrodonsia F. Taurodonsia : rongga pulpa yang sangat membesar G. Supernumerary root : penambahan akar gigi Gangguan di Dalam Struktur Jaringan A. Amelogenesis Imperfekta 1. Hipoplasia : Tidak ada email keras 2. Hipomaturasi : Mineralisasi kurang sempurna 3. Hipokalsifikasi : email lunak B. Dentinal Dysplasia 1. Akar tidak tumbuh (diluar) 2. Akar didalam tidak tumbuh (didalam) C. Odontodisplasia (gigi hantu) Gangguan Erupsi A. Retensio Dentis ( Impaksi ) : benih gigi ada tapi tidak mau erupsi

B. Dens in Dente : gigi didalam gigi C. Pulp Stone : tonjolan didalam gigi Gangguan Pasca Pembentukan A. Karies B. Erosi : kehilangan jaringan permukaan
18

C. Hipersementosis : pelepasan sementum akar yang sangat naik D. Resorpsi elemen gigi geligi E. Atrisi : erosi karena permukaan gigi terlalu sering digunakan Faktor-faktor penyebab anomali gigi adalah : 1. Faktor Herediter 2. Gangguan pada waktu pertumbuhan, perkembangan gigi 3. Gangguan metabolisme

A. ANODONTIA Anodontia Lengkap Kebanyakan disebabkan oleh penyakit herediter (sex-linked genetic trait). Hal ini jarang sekali terjadi. Anodontia Sebagian Anaodontia sebagian biasanya kongenital. Kehilangan satu atau beberapa gigi di dalam rahang meskipun belum terbukti karena herediter tetapi tendens untuk tidak ada gigi yang sama pada suatu keluarga sering dijumpai.

B. GIGI LEBIH (SUPERNUMEARARY TOOTH) Gigi lebih dapat terjadi pada 0,3%-3,8% dari penduduk. Ditemukan pada gigi tetap dan gigi susu, 90% terjadi pada rahang atas. Lokasinya pada aderah I1 atas atau pada regio M3 atas. Macam-macamnya ialah: 1. Daerah Insisivus atas : Mesiodens, yaitu gigi yang terdapat antara gigi I1 atau mesial dari kedua I1, gigi ini dapat: Terlihat di rongga mulut/ erupsi

19

Terpendam/ tidak erupsi, sehingga terlihat diastema/ ruangan di lengkung gigi 2. Daerah Molar Ketiga : Distomolar atau Paramolar, yaitu gigi yang terdapat di distal M3, lebih sering di rahang atas tetpai dapat juga a di rahang bawah. Gigi ini jarang erupsi, biasanya diketahui melalui rontgen foto.

C. PERUBAHAN BENTUK PADA MORFOLOGI GIGI I. PEMBENTUKAN MAHKOTA YANG ABNORMAL 1. Molar Ketiga: M3 atas mempunyai bentuk mahlota yang paling bervariasi dari seluruh gigi gegigi tetap, kemudian M3 bawah. Perubahan bentuk dari mahlota berbentuk pasak (peg-shaped) sampai mahkota yang mempunyai cusp ganda, bentuk mahkotanya seperti mahkota M1 atau M2. 2. I2 atas tetap: Gigi anterior yang paling umum mengalami anomali dalam bentuk adalah I2 atas, berbentuk pasak (sekitar 1%-2% dari penduduk). Biasanya gigi tersebut berbentuk konus, bagian servikal lebar dan mengecil ke arah insisal 3. Geminasi atau Kembar: Klinis terlihat sebagai gigi kembar atau dempet (fused tooth), umumnya di daerah anterior. Geminasi adalah sebagai akibat dari suatu benih gigi yang membelah, biasanya gigi tersebut mempunyai satu akar dan saluran akar. Geminasi tampak lebih sering pada gigi susu daripada giig tetap, pada regio I dan P. 4. Fusion atau Kembar Dempet. Klinis terlihat sama dengan geminasi, fusion dapat lebih sering ditemukan pada gigi anterior dan sebagai akibat dari bersatunya dua benih gigi. Biasanya gigi ini masing-masing mempunyai akar dan rongga pulpa terpisah. Kebanyakan terjadi pada gigi susu daripada gigi tetap dan pada rahang atas daripada rahang bawah.
20

5. Gigi Insisor= Gigi Hutchinsons, sebabnya ialah penyakit Siphilis congenital. I atas dan bawah (susu/tetap), lebar pada bagian esrvikal, sempit pada bagian insisal dan tonjolan-tonjolan (notch) pada edge insisal. 6. P2 bawah: Occlusal Morphologi gigi ini bervariasi dalam: Jumlah cusp lingual: dari satu sampai tiga cusp, sehingga bentuk grove dan fossa berubah. Jumlah akar 2 (jarang sekali): 1 mesial dan 1 distal 7. Cusp Tambahan atau Tubercle. Setiap gigi bisa memperlihatkan penonjolan enamel yang sering disebabkan oleh perkembangan hyperplasia setempat/ pertumbuhan selsel baru: Enamel Pearls: Enamel bentuk bulat seperti mutiara pada daerah bifurkasi gigi Molar atas. Taurodontia: Gigi dengan ruang pulpa sangat panjang, tidak ada pengecilan rongga pulpa pada daerah cementoenamel junction. Talon Cusp: tonjolan kecil dari enamel pad adaerah singulum dari gigi anterior atas dan bawah tetap. Seringkali cuspnya mempunyai tanduk pulpa sehingga Rontgen Foto sering salah dengan gigi supernumerary yang bersatu dengan gigi anterior atau DENS IN DENTE. 8. Variasi dalam Ukuran Microdontia : Gigi dengan ukuran lebih kecil dari ukuran normal. Macrodontia: Gigi dengan ukuran lebih besar dari ukuran normal. 9. Incisor atas bentuk sekop: Bentuk ini bukan anomali sungguhan tetapi karena kelainan biologis pada ras dimana anatomi bagian palatal, singulum dan marginal ridge yang menonjol membentuk seperti sekop.

21

II.

PEMBENTUKAN AKAR YANG ABNORMAL 1. Dilaceration: Akar dan mahkota gigi yang sangat bengkok, sering membentuk sudut dari 450-lebih dari 900. Disebabkan karena luka trauma atau kekurangan tempat untuk berkembang, seperti yang sering pada kasus M3 bawah. 2. Flxion: Aakar gigi yang bengkok kurang dari 900 atau memutar 3. Dense In Dente: Perkembangan anomali ini adalah akibat terselubungnya organ enamel diantara mahkota gigi. Klinis terlihat sebagai tonjolan di daerah singulum gigi insisor. Paling sering terlihat pada I2 atas, bisa juga pada I2 bawah. Gambaran radiografik DENS IN DENTE (gigi dalam gigi) terlihat sebagai perpanjangan enamel dalam jumlah besar dalam dentin ukuran gigi normal. Biasanya terlihat pada 1/3 korona gigi tetapi dapat meluas ke seluruh panjang akar. 4. Concrescence: Keadaan ini adalah fusion atau tumbuh jadi satu pada akar gigi melalui jaringan sementum saja, biasanya menjadi satu setelah gigi erupsi dalam rongga mulut. Sering terjadi pada regio Molar atas. 5. Segmented Root: Akar gigi terpisah menjadi 2 bagian, diperkirakan sebagai akibat luka traumatis waktu pembentukan akar. 6. Dwarfed Root: Mahkota dengan ukuran normal tetapi akarnya pendek. 7. Hypercementosis: pembentukan jaringan sementum yang berlebihan sekitar akar gigi setelah gigi erupsi, dapat disebabakan oleh trauma, gangguan metabolisme, atau infeksi periapikal. 8. Akar Tambahan: Biasanya terjadi pada gigi yang akarnya terbentuk setelah individu lahir, mungkin disebabkan oleh trauma, gangguan metabolisme, atau tekanan.
22

ANOMALI TAMBAHAN 1. Enamel Dysplasia enemel yang abnormal. Enamel Hypoplasia : gangguan pada ameloblast ketika pembentukan enamel matriks. Enamel Hypocalcification yaitu gangguan pada waktu enamel matriks masak Sebab-sebab Enamel Dysplasia: Turun temurun teeth Sistemik Gangguan Lokal : minuman, infeksi, kekurangan nutrisi : trauma, infeksi periapikal : amelogenesis imperfecta, Hutchinsons : menguraikan mengenai perkembangan

Biasanya bervariasi dalam warna: dari putih ke kuning dan coklat, dan atau morphologi: enamel berlubang, kasar. a. Amelogenesis imperfecta: Penyakit turunan yang mengenakan pada pembentukan enamel pada gigi susu dan tetap. Kekurangan jaringan enamel sebagian atau seluruhnya mengakibatkan mahkota yang kasar, berwarna kuning samapai coklat, yang cenderung rusak resiko tinggi. b. Fluorosis: Enamel berbintik-bintik sebagai akibat fluor yang melampaui batasdalam air minum. Klinis terlihat semua gigi tetap warnanya berubah dari putih ke kuning/ coklat bintikbintik dan atau perubahan morphologis enamel berubah jadi enamel berlubang-lubang. c. High Fever: Enamel berbintik-bintik pada gigi tetap sebagai akibat demam pada masa kanak-kanak dari penyakit campak. d. Focal Hypomaturation: bintik-bintik putih setempat pada gigi pada abgian 1/3 tengah mahota pada permukaan fasial, lingual/palatal.

23

2. Dentina Dysplasia: Anomali dari dentin baik yang disebabkan oleh turunan atau oleh penyakit/sistemis. a. Dentinogenesis Imperfecta : Klinis semua gigi susu/tetap berwarna biru keabu-abuan sampai kuning, kadang-kadang bertukar warna. Radiologis menunjukkan saluran akar dan ruang pulpa sebagian atau sama sekali tidak ada. b. Tetracycline Stain : Antibiotik Tetracycline yang dimakan/minum oleh wanita hamil, kanak-kanak dapat melebur dalam dentin yang ebrkembang. Warnanya tergantung dari dosisi dan diminum pada usia berapa, dari warna kuning sampai coklat abu-abu. 3. Gigi tidak erupsi : Gigi terpendam adalah gigi yang gagal erupsi karena kekurangan daya erupsi, rintangan mekanis, sering akrena ukuran rahang orang modern kecil. 4. Misplaced Teeth : (Transposisi) kadang-kadang benih gigi keluar dari tempatnya sehingga gigi erupsi tidak pada tempatnya, yang paling sering gigi C atas, lalu C bawah. 5. Rotasi : Anomali yang jarang, paling sering pada gigi P2 atas, kadang-kadang I atas, P1 atau P2 atas. Gigi bisa berputar pada porosnya sampai 1800. 6. Reaksi dari luka: a. Abrasi : Gigi aus karena mekanis b. Erosi : Gigi aus karena chemis c. Atrisi : Gigi aus karena terpakai untuk mengunyah// bruxism d. Ankylosis : Gigi yang dapat erupsi tetapi tidak bisa beroklusi dengan gigi antagonis. 7. Unusual Dentition: Gigi geligi yang paling tidak menurut kebiasaan dengan seluruhnya/ sebagian erupsi: 24 gigi pada rahang atas. 8. Variasi : Beberapa gigi Molar bawah mempunyai cusp lebih. Bila cuscp lebih letaknya anatar cusp lingual disebut Tubeulum Intermedian. Bila cuscp lebih letaknya pada marginal ridge distal

24

anatar cusp distal dan cusp distolingual disebut Tuberculum Sextum (M1 bawah memiliki cusp ke enam) Radiologi Kedokteran Gigi Foto Intraoral Proyeksi Periapikal Posisi Ideal film dan arah sinar X terhadap gigi: 1. 2. 3. Gigi dan film saling berkontak/sedekat mungkin atau sejajar Berkas sinar X tegak lurus gigi dan film Posisi film, gigi dan arah sinar-X dapat diulang pada kondisi yang sama Hal-hal yang perlu diperhatikan: 1. 2. 1. Melepas alat-alat didaerah yang akan diperiksa Posisi kepala penderita diatur: Rahang Atas : Garis Ala Nasi Tracus/bidang oklusi

rahang atas sejajar lantai 2. Rahang Bawah : Garis Ujung Bibir-Tracus/bidang oklusi

rahang bawah sejajar lantai 3. 4. Film ditahan dengan jari penderita sesuai regionya. Instruksi pada penderita sebelum penyinaran.

Biseksi (Metode Garis Bagi) Dipengaruhi penentuan sudut vertical dan sudut horizontal. Sudut Vertikal : Sudut yang dibentuk sinar-X yang tegak lurus bisecting line dan mengarah ke apical gigi dengan bidang oklusi/lantai.
25

Dengan prinsip segitiga sama kaki, panjang gigi sebenarnya dapat terproyeksi sama panjangnya dalam film. Sudut Horisontal : Ditentukan oleh bentuk lengkung rahang dengan

posisi gigi dalam bidang horizontal titik pusat sinar X diarahkan melalui interproksimal. Penyinaran dengan kondisi yang telah ditentukan. kV = 65; mA = 10 sec = 0,3 -0,5 detik.

Tabel pedoman sudut vertical dan horizontal. Gigi RA Sudut Vertikal Sudut Horizontal Gigi RB Sudut Vertikal Sudut Horizontal Incisivus 45 5-30 Incisivus 25 5-30 Caninus 50 60 Caninus 20 60 Premolar 40 70 Premolar 15 70 Molar 45 85-95 Molar 5 85-95

Prosedur Teknis Komunikasi dan prosedur awal Menyapa pasien dengan menyebut nama dan senyum Mempersilahkan masuk Mempersilahkan duduk pada dental chair Memperkenalkan diri kepada pasien Meminta ijin untuk melakukan foto daerah tertentu Dipersilahkan melepas peralatan yang dipakai
26

Pasang baju pelindung (apron)

Mempersiapkan posisi penderita Tentukan bidang oklusa // lantai Penderita dalam posisi tegak (bidang sagittal tegak lurus lantai) Pasang film, film muncul 2-3 mm Gigi / daerah yang dituju berada ditengah film Instruksi penderita untuk menahan film dengan jari Instruksi penderita untuk diam / tidak bergerak sampai proses selesai Exposure Finishing Sisihkan tube / cone kesamping Ambil film dari mulut penderita Ambil apron Ucapkan terima kasih Persilahkan menunggu diluar
27

Atur sudut vertical Atur sudut horizontal Posisi cone/tube (CP) pada apical gigi

Penetapan waktu exposure Exposure

Paralel (Metode kesejajaran) Gambaran radiografik lebih geomertik Dipengaruhi bentuk anatomis Menggunakan film holder/cone indicator dan ditempatkan parallel terhadap sumbu panjang gigi yang diperiksa Sinar X diarahkan tegak lurus terhadap gigi dan film Dengan film holder, pembuatan radiograf dapat diulang dengan posisi dan kondisi yang sama pada waktu yang berbeda (reproducible). Prosedur Teknis Komunikasi dan prosedur awal Pasang film : Menggunakan film holder / cone indicator Gigi/derah yang dituju berada ditengah film Instruksi penderita untuk menutup mulut/menggigit Instruksi penderita untuk menutup diam/tidak bergeraK sampai proses selesai. Sinar X diarahkan tegak lurus terhadap gigidan film dengan arahan film holder/cone indicator

Prosedur Foto Intra Oral Proyeksi Bitewing

28

Gambaran radiografik mencakup daerah mahkota sampai dengan leher gigi dan jaringan periodontal di daerah interdental region rahang atas dan bawah. Menggunakan bite tab ditempatkan diatas permukaan oklusal gigi rahang bawah Pada bidang horizontal : sinar X tegak lurus gigi dan film, melalui seluruh titik kontak gigi-gigi yang diperiksa. Padabidang vertical : sinar X diarahkan sedikit kea rah bawah

(+5-8 terhadap bidang horizontal/oklusal) Pasien diinstruksikan menggigit tab dengan kuat filmharus kontak dengan gigi atas maupun bawah) Radiasi yang diterima pasien relative lebih kecil

Prosedur Teknis Komunikasi dan Prosedur Awal Mempersiapkan posisi penderita Tentukan bidang oklusal saat oklusi // lantai Penderita dalam posisi tegak (bidang sagittal tegak lurus lantai) Pasang film menggunakan bite tap Gigi/daerah yang dituju berada ditengah film Instruksi penderita untuk menutup mulut / menggigit Instruksi penderita untuk diam/tidak bergerak sampai proses selesai Atur sudut vertical
29

Exposure Finishing

Atur sudut horizontal Posisi cone/tube pada garis oklusi

Prosedur Foto Intra Oral Proyeksi Oklusal Film diletakkan pada bidang oklusal. Ukuran film yang digunakan : 5,7 x 7,6 cm. Dapat memeperlihatkan perubahan arah buko-lingual / palatal Rahang Atas Topografi Rahang Atas Crosseclion Rahang Atas Oklusal Oblik Rahang Atas Rahang Bawah Topografi Rahang Bawah Crossesction Rahang Bawah Oklusal Oblik Rahang Bawah

Prosedur Teknis Komunikasi dan Prosedur Awal Tentukan bidang oklusal saat oklusi // lantai Penderita dalam posisi tegak (idang sagittal tegak lurus lantai) Film diletakkan pada daerah oklusal Instruksi penderita untuk menutup mulut/menggigit film
30

Instruksi penderita untuk diam/ tidak bergerak sampai proses selesai Atur sudut terhadap film/bidang oklusi Posisi cone/tube (CP)

Exposure Finishing

Evaluasi mutru Radiograf (Intra Oral) 1. Apakah obyek yang diinginkan sesuai tujuan tercakup dalam radiograf 2. Apakah kontras, detil, dan ketajamannnya baik 3. Apakah tidak ada distorsi horizontal 4. Apakah tidak ada dostorsi vertical 5. Menyimpulkan evaluasi mutu radiograf Evaluais mutu radiograf (Extra Oral) Panoramik TMJ s/d tepi mandibular Septum nasal dan palatum durum terlihat jelas Kontras, detil, dan ketajaman baik Simetris Gigi anterior dan posterior proporsional Ghost image dari cervical vertebrae tidak ada RA & RB tidak oklusi Kelengkungan RB baik
31

Menyimpulkan evaluasi mutu radiograf Lateral Sefalometri Obyek tercakup Kontras, detil, ketajaman baik Sella tursica (berhimpit/tidak ada bayangan) Tepi bawah mandibular berimpit Oklusi Bayangan jaringan lunak hidung dan bibir ada Menyimpulkan evaluasi mutu radiograf PA Sefalometri Obyek tercakup KOntras, detil, ketajaman baik Proporsional-muka atas dan bawah Sinus frontal dan septum nasal terlihat jelas Simetris, outline kanandan kiri sama jelas Menyimpulkan evaluasi mutu radiograf Malam (WAX) A. Sifat-Sifat Fisis Malam: Sifat fisis malam yang pentingdalam pemakaiannya dalam keokteran gigi selain mengenai mudanya dimanipulasi adalah: a.Suhu transisi padat-padat Sewaktu suhu malam meingkat terjadi transisi pada-padat dimana bentuk kisi kristal yang stabil (dalam kebanyan malam berbentuk
32

orthorhombic)mulai berubah menjadi bentuk hexagonalyang terjadi di bawah titik cair malam tersebut. Selama perubahan dari satu kisike kisi lain ini malam dapat dibentuk tanpa menyerpih,sobek, atau terlalu stress. Adanya titik transisi padat-padatdan suhu di mana ini bisa berlangsung tidak hanya memungkinkan malam dimanipulasidengan baik, tetai jga banyak menentukan sifat-sifat fisisnya dan penggunannya di klinikdan laboratorium.malam yang tetap kaku pada suhu mulutmempunyai suhu transisi padat-padat di atas 37oC. b. Ekspansi dan kontraksi termis Koefisien kontraksi termis pada malam lebih tinggi daripada koefisien ekspansibahan kedokteran gigi lainnya. Ini merupakan sumber kesalahanpotensial karena suatu pola atau desain akan kontraksi sewaktu didinginkan dari suhu cairnya ke suhu kamar. Dapat dilihat bahwa pada pendinginan dari 37 ke 20oC, terjadi kontraksi linear hampir 0,6% untuk malam yang mempunyaikoefisien ekspansi 350x10-6/oC c. Aliran Malam berubah bentuk ketika menerima bebandalam waktu yang lama. Perubahan plastis ini atau presentase 'aliran' tergantng pada suhu dan ini ternyatahanay sedikit bila suhu malam ada di bawah suhu transisi padat-padat(yaitu ketika bahan berada dalam bentuk kisi Kristal yang stabil). Sifat aliran malam dan campuran malam meningkat apabila suhu naik sampai di atas suhu ransisi. Malam inlay yang dipergunakan dalam teknik langsung penting agar: Memiliki aliran yang bersar pada suhu sekitar 5%C di atas suhu mulut, sehingga dapat dihasilkan detil cetakan yang baik. Aliran ada suhu 37oC demikia kecil hingga dapat diabaikan, sehingga tidak terjadi distorsisewaktu pengeluaran pola malam dai kavitet.
33

d. Tegangan malam (internal stress) Malam mempunyai daya penghantar panas rendah sehingga sulit mendapatkan panas yang rata. Bila sebuah malam dibentukatau ditekan untuk membentuknya tapa pemanasan yang cukup sampai di atas suhu transisi padat-padat, akan terbentuktegangan dalam (internal stress) pada bahan. Bila mala mini kemudian dipanaskan, tegangan yang ada akan lepas disertai dengan terjadinya distorsi.

B. Macam dan Pemakaian Malam dalam Kedokteran Gigi Malam model Ini dipergunakan sebagai bahan untuk membuat pola dan untuk pencatatan relasi rahang dalam pembuatan gigi tiruan. Syarat-syarat yang dibutuhkan adalah; Hendaknya mudah dibentuk setelah dlunakkan dan tidak terkelupas atau retak. Hendaknya mudah diukir Hendaknya bisa dicairkan dan dipadatkan berkali-kali tanpa merubah sifat-siatnya. Tidak ada residu yang tertinggal setelah cetakan yang dihasilkan oleh mala mini disiram dengan air mendidih dan deterjen. Komposisi sebenarnya dari malam model yang tersedia di pasar biasanya tidak diberi tah oleh pabrik, tetapi suatu bahan yang cukup baik dapat dihasilkan dengan cara mencampur beberapa macam malam seperti parrafin wax dan beeswax denga sedikt malam yang lebih keras dan kuatseperti carnauba. Bahan ini dapat diperoleh dalam beberapa macam suhu pelunakan. Dalam melakukan manipulasi pening agar seluruh ketebalan malamdipanaskan merata dan dibentuk sebelum menjadi dingin untuk mengurangi distorsi nyang disebabkan oleh lepasnya
34

tegangan dalam. Malam model yang dipergunakan untuk keperluan klinik hendaknya tidak/sedikit mengalami perubahan dimensi ketika dipanaskan ke suhu mulut dan selanjutnya didinginkan ke suhu kamar. Lembaran malam tuang Lembaran malam tuang tersedia dalam lembar yang telah digulung dengan tebal tertentu. Sewaktu memanipulasi pelu diperhatiikan agar mala mini jangan menjadi lebih tipis. Ini dapat dicegah dengan Penting cara agar memanaskannya klammer dalam air hangat gigi dan tiruan mempergunakan kain wool basah untu menekan/ membentuknya. ataupun konektor tuanganmepunyai tebal yang tepat. Untuk menyederhanakan pengukiran malam dalam embuatan gigi tiruan tuangan,juga tersedia komponen patron gigi tiruan yang terbuat dari bahan polimer yang siap dibentuk.bahan malam tuang dan komponen polimer tersebut harus dibakr habis dan bumbung tuang tanpa menghasilkan residu Malam inlay Malam inlay digunakan untuk membuat ola inlay, ini dapat diakukan: Langsung di dalam mulut dengan direct technique. Pada model die yang diperoleh dari suatu cetakan (indirect technique). Malm untuk penggunaan dala mulut perlu agar: Mempunyai kontraksi termis yang serendah-rendahnya, meskipun tidak dapat dihindari bahwa pada kenyataanya adalah tinggi. Empunyai sifat aliran yang baik. Mempunyai warna yang kontras dengan jaringan mulut. Selain itu semua malam inlay hendaknya: 1. Mudah diukir tanpa teputusdan terkelupas
35

2. dapat dibakar habis dari bumbungtuang tanpa meninggalakan residu. Konstitusi malam inlay serupa dengan malam model.

Bagaimanapun juga, dalam perbandingannya dipakai lebih banyak malam keras agar diperoleh ampuran yang memnuhi persyaratan yang lebih keras untuk malam inlay. Carding dan boxing in wax Ini adalah malam yang memiliki aliran tinggi pada suhu kamar dan sangat mudah dibentuk tanpa membutuhkan pemanasan. Bahan ini dipergunakan oleh pabrik untuk melekatkan geligi tiruan pada tempatnya untuk dipasarkan dan juga dipergunakan dlam laboratrium untuk membuat dinding batas cetakan sebelum dilakukan pengisian. Malam perekat Ini dalah malam yang rapuh yang dipergunakan sebagai malam perekat, biasanay diperbuat dari beeswax dan beberapa resin alami. Malam ini hendaknya tidak mengalir pada suhu kamar. Dipergunakan pada laboratorium untuk berbagai hal dimana dibutuhkan penyambungan sementara, misalnay untuk menyatukan bagian-bagian logam sewAktu penyolderan; sewaktu melakukan reparasi gigi tiruan, mala mini dipakai untuk menyambung bagian-bagian gigi tiruan yang pecah. Bahan ini hendaknya mudah dilepas dengna air mendidih dan hendaknya memiliki kontraksi me\inimal sewaktu pendinginan untuk mencegah bergeraknya bagian-baian yang hendak disambung. Malam cetak Malam untuk cetakan, malam koreksi, dan malam penyingkap, semunya mempunyai cirri-ciri yang menunjukkan derajat aliran yang tinggi pada suhu mulut. C. Klasifikasi Malam yang Dipeoleh Secara Alami Mineral
36

Paraffin wax Sumber: diperoleh sewaktu penyulingan minyak mentah Struktur: rantai lurus polykristal-hydrocarbon Sifat-sifat: Rapuhdan suhu kamar

Microcrystalline wax atau ceresin Sumber: diperoleh sewaktu penyulingan minyak mentah Struktur: tidak serapuh paraffin wx karea adanya kandungan minyak Siafat-sifat: rantai polycrystal hydrocarbon yang bercabang.

Serangga Beeswax Sumber: sarang lebah Struktur : mengandung lebih sedkit crystalline; lebih banyak amorph Sifat-sifat: bila dicampur dengan paraffin wax mwnjadi tidak begitu rapuh pada suhu kamar, pada suhu lebih tinggi (missal suhu mulut) mengurangi flow dari malam.

Tumbuhan Caraubawax Sumber: Pohon palm/ amerika selatan Sifat-sifat; malam yang keras dan kuat. Dicampur dengan paraffin wax untuk memperkerasnya dan menigkatkan suhu transisi padat-padat.

Carndelilawax Sumber: tanaman Sifat-sifat: serupa dengan carnauba

37

Resin dan gum Sumber: pohon Sifat-sifat; dipergunakan untuk menambah daya rekat wax.

D. Biokompatibilitas Biokompatibilitas dari bahan kedokteran gigi secara umum : Tidak membahayakan pulpa dan jaringan lunak Tidak mengandung bahan toksik yang dapat berdifusi Bebas dari agent yang menyebabkan reaksi alergi Tidak berpotensi sebagai bahan karsinogenik

Biokompatibilitas wax (malam) : Stabil pada suhu mulut Dapat mengisi rongga cetak Non iritann dan non toksik Tidak meninggalkan residu Tidak berubah sifat fisik jika di panaskan

Nomenklatur Nomenklatur adalah cara menulis gigi geligi ada beberapa cara nomenklatur yaitu: 1. Cara Zsigmondy : 2. Gigi permanent : 87654321 1234 5678

38

87654321 1234 5678 Contoh : P2 atas

V IV III II I I II III IV V V IV III II I I II III IV V Contoh : c bawah kanan = III |

kanan = 5 | I 1 bawah kiri = | 1 1. Gigi decidui :

m2 atas kiri = | V 1. Cara Amerika dengan menghitung dari atas kiri, ke kanan, kebawah kanan lalu bawah kiri. 1. Gigi tetap 8..... 2 1 1. Gigi Decidui V IV . . I

16 15 . . . . . 9

X IX . . VI

17 18 . . . . .24 25 . . . . .31 32 Contoh :

XI XII . . XV XVI XVIII . . XX Contoh :

P2 atas kanan = 13 m2 bawah kanan = XI I1 bawah kiri = 25 c atas kiri = III

39

REFERENSI 1. Essentials of Radiography and Radiology, by Eric Whaites 2. Harshanur, Itjiningsih Wangidjaja. 1991. Anatomi Gigi. Jakarta: EGC 3. Rusmayanti, Nina. 2009. Persyarafan Gigi dan Mulut. (online). http://ninarusmayanti.blogspot.com/2009/08/persyarafan-gigi-danmulut.html. Diakses tanggal 8 Maret 2013 4. http://www.klikdokter.com/column/detail/41 5. Slide dosen dan Modul Skills Lab

40

S-ar putea să vă placă și