Sunteți pe pagina 1din 14

BIOSCIENTIAE Volume 9, Nomor 2, Juli 2012, Halaman 26-39 http:/fmipa.unlam.ac.

id/bioscientiae

KANDUNGAN KROMIUM (Cr) PADA GONDANG (Pila scutata) DI PERAIRAN SUNGAI RIAM KANAN KABUPATEN BANJAR
Aditya Rahman, Fina Susilawati, Utami Irawati
Program Studi Biologi FMIPA Universitas Lambung Mangkurat Jl. A. Yani Km 35,8 Banjarbaru, Kalimantan Selatan E-mail: Aditya_Unlam@yahoo.co.id

ABSTRACT
Around Riam Kanan river, one can find mining activities and local housing. It is predicted that those activities might generate waste contaminated with Cr, a toxic heavy metal. In this research, gondang snails (Pila scutata) were used as bioindikator to study Cr pollution in Riam Kanan area. The samples of gondang were taken from 4 stations along Riam Kanan, which is 2 kms from reservoir Riam Kanan, Awang Bangkal West, Mandikapau East and Karang Intan Dam. Chromium contents in the gondang samples, sediment and water bodies were analyzed Atomic Absorption Spectrophotometer. The result then is correlation regression SPSS version 17. Chromium content at sample gondang is some station of protactinium Cr has in concentration that is enough is height. Result of analysis shows content Cr in water territory ranges from 0,0182-0,0516 ppm, content Cr at sediment ranges from 0,1978-13,8739 ppm and at gondang (Pila scutata) in water territory of Riam Kanan river the range of between 0,0106-1,2979 ppm. The relation of correlation regression gondang and water has negative direction and correlation between gondang with sediment is positive direction.

Key words: Riam Kanan river, gondang and chromuim. PENDAHULUAN Logam berat yang ada dalam badan perairan akan mengalami proses pengendapan dan terakumulasi dalam sedimen. Logam dapat pula terakumulasi dalam tubuh biota yang ada dalam perairan (termasuk makrozoobentos yang bersifat sessil), baik secara difusi maupun melalui rantai makanan dan akhinya akan sampai pada manusia. Fenomena ini dikenal sebagai bioakumulasi atau biomagnifikasi (Dahuri dkk., 1996) Kromium diketahui termasuk logam berat dengan dampak bahaya yang cukup besar dan harus diwaspadai. Dalam perairan, Cr (Vl) bersifat sangat toksik, korosif, karsinogenik dan memiliki kelarutan yang sangat tinggi. Oksigen terlarut dalam perairan dapat Cr (III) menjadi Cr

BIOSCIENTIAE. 2012

(VI) secara lambat pada temperatur kamar (Roto dkk., 2009). Sub Daerah Aliran Sungai (DAS) Riam Kanan merupakan salah satu bagian dari Banjar DAS Barito Kabupaten Kanan yang Kalimantan obyek

Monitoring pada organisme hidup atau dikenal dengan bioindikator adalah penggunaan jenis organisme tertentu yang dapat mengakumulasi bahan-bahan pencemar yang ada sehingga mewakili keadaan di dalam lingkungan hidupnya (Rashed, 2007). Dalam digunakan siput penelitian gondang ini (Pila

Selatan. Bagian sub DAS Riam dijadikan penelitian yaitu 2 KM dari Waduk Riam Kanan, Awang Bangkal Barat, Mandikapau Timur dan Bendungan Karang Intan. Di bantaran Sungai Riam Kanan terdapat aktivitas tambang batu gunung, galian C (pasir, kerikil dan batu) dan perumahan penduduk setempat. Adanya aktivitas masyarakat tersebut menyebabkan terjadinya pencemaran di lingkungan perairan Riam Kanan. Selama ini data kadar logam berat pada perairan sebagai bagian dari parameter fisik dan kimia suatu perairan, ditentukan langsung dari konsentrasi logam tersebut dalam badan air. Namun sering data kadar logam berat tersebut tidak mencerminkan dan bahaya tingkat yang pencemaran Karena itu

scutata) sebagai bioindikator cemaran Cr di perairan Sungai Riam Kanan. Siput gondang merupakan salah satu jenis karena dari makrozoobentos. hidup gondang Siput relatif gondang dijadikan sebagai indikator menetap, sehingga baik digunakan sebagai petunjuk kualitas lingkungan, karena dengan selalu limbah mengalami yang kontak ke masuk

habitatnya (Darojah, 2005). Selaian kehidupan yang relatif menetap di perairan, gondang dijadikan sebagai bioindikator karena distribusi (penyebaran) yang merata pada setiap titik pengambilan sampel di perairan Sungai Riam Kanan. METODE PENELITIAN Penelitian sampel diambil dilakukan pada bulan Juni sampai September 2011, di perairan Sungai Riam Kanan Kecamatan Karang Intan dan dilakukan analisis di Badan

sesungguhnya pada makhluk hidup. saat ini pemantauan tingkat pencemaran logam berat perlu didukung dengan monitoring pada organisme hidup dan sedimen.

27

BIOSCIENTIAE. 2012

Lingkungan Hidup (BLH) Martapura. Preparasi sampel uji dilakukan di Laboratorium Dasar FMIPA UNLAM Banjarbaru. Penentuan Sampel Penentuan lokasi pengambilan sampel gondang ditentukan dengan metode sampling purposif atau pengambilan secara sengaja dengan pertimbangan tertentu dan dianggap penting dan dapat mewakili keadaan air (Siegel, 1990). Berdasarkan stasiun yang metode tersebut, Lokasi Pengambilan

koordinat

03o2826.0 dengan

114o0549.5

navigate

accuracy 20 ft dari permukaan laut, stasiun ini dianggap sebagai cemaran dari galian C (batu, kerikil an pasir) dan Stasiun IV (Bendungan Karang Intan) navigate dengan accuracy titik 35 koordinat ft dari S03o2717.5 E 114o5739.6 dengan permukaan laut dianggap sebagai bagian hilir Sungai Riam Kanan. Tiap stasiun diambil 2 titik sampel, 1 titik sebelum aktivitas aktivitas yang yang juga sudah sudah dikompositkan dan 1 titik sesudah dikompositkan. Pengukuran parameter fisika dan kimia Parameter fisika dan kimia yang diukur dalam penelitian ini meliputi: a. Suhu, diukur dengan menggunakan termometer. b. Nilai pH air, diukur menggunakan pH meter. c. Penetrasi diukur d. TSS Secchi disc. (Total Suspended Solid),diukur menggunakan kertas saring dan neraca analitik. cahaya (kecerahan), piringan menggunakan

dijadikan tempat pengambilan sampel pada perairan Sungai Riam Kanan Kecamatan karang Intan sebanyak 4 stasiun. Stasiun I (2 km dari Waduk Riam Kanan) dengan titik koordinat S 30o3110.1 E 115o0032.0 dengan navigate accuracy 42 ft dari permukaan laut. Titik ini diambil karena adanya tambak ikan disekitar Sungai Riam S kanan. Stasiun II E (Awang Bangkal Barat) dengan titik koordinat 03o2921.6 dengan dianggap Stasiun 114o05834.4 Stasiun batu ini navigate sebagai III

accuracy 23 ft dari permukaan laut. penghasil pencemaran dari tambang Gunung. (Mandikapau Timur) dengan titik

28

BIOSCIENTIAE. 2012

Preparasi Sampel Siput gondang, Sedimen dan Air Sampel daging siput gondang dikeringkan dalam oven selama 8 jam pada suhu 110 oC. Setelah daging siput selanjutnya jam, halus. gondang sampel dikeringkan uji tersebut dengan kemudian 0,5 gelas g, beker, dengan

kemudian ditimbang sebanyak 0,5 g, dimasukkan dalam gelas beker kemudian ditambahkan 25 ml akuades dan didestruksi dengan 5 ml HNO3 pekat. Sampel uji dipanaskan pada hot plate hingga tersisa 15 ml. Larutan sampel yang tersisa didinginkan dan disaring, kemudian diencerkan hingga volumenya tepat 50 ml. Setelah itu sampel uji siap untuk diukur dengan kandungan menggunakan kromium

ditanur pada suhu 600oC selama 3 kemudian Sampel dalam digerus uji menggunakan mortar dan alu hingga ditimbang dimasukkan kemudian sebanyak didestruksi

Spektrofotometer

Serapan Atom (SSA). Sampel air 50 mL dimasukkan dalam gelas ukur 100 mL. Ditambahkan 5 mL HNO3 pekat. Sampel uji dipanaskan pada hot plate hingga tersisa 15 mL sampai dengan 20 mL. Larutan sampel yang tersisa didinginkan dan disaring, kemudian diencerkan hingga volumenya btepat 50 ml. Setelah itu sampel uji siap untuk diukur kandungan kromium (Cr) (SSA). Analisis Data Analisa data menggunakan metoda kuantitatif. Selain itu juga dilakukan analisa korelasi regresi untuk mengetahui hubungan dengan menggunakan Serapan Atom Spektrofotometer

menambahkan 1 ml HNO3 pekat. Suspensi dipanaskan pada hotplate hingga campuran Larutan kering. Setelah itu ditambahkan 5 ml HCl pekat dan dipanaskan sampel yang kembali. tersisa

didinginkan dan disaring, kemudian diencerkan dengan akuades hingga volumenya tepat 50 ml. Setelah itu sampel uji siap untuk diukur kandungan kromium (Cr) dengan menggunakan Spektrofotometer Serapan Atom (SSA). Sampel sedimen dikeringkan dalam oven selama 8 jam pada suhu 110 oC. Setelah sedimen dikeringkan selanjutnya sampel uji tersebut digerus dengan menggunakan mortar dan alu hingga halus. Sampel uji

29

BIOSCIENTIAE. 2012

kandungan Cr pada gondang, Cr pada Sedimen dan Cr pada air. HASIL Hasil yang didapatkan pada pengukuran parameter lingkungan

dari suhu, pH dan kecerahan pada bulan pertama dan bulan kedua di perairan Sungai Riam Kanan pada keempat titik pengambilan sampel dapat dilihat pada Tabel di bawah ini.

Tabel 1. Kadar Cr pada sampel air Sungai Riam Kanan


No 1. Titik Pemgambilan Sampel 2 km dari Waduk Riam Kanan Titik 1 Titik 2 2. Awang Bangkal Titik 1 Titik 2 3. Mandikapau Timur Titik 1 Titik 2 4. Bendungan Karang Intan Titik 1 Ttd Ttd Ttd Ttd Ttd Ttd Ttd Ttd Ttd Ttd 0,0188 0,0555 0,0181 0,0504 0,0182 0,0516 Ttd Ttd Ttd Ttd Ttd Ttd Kandungan Cr pada Air (ppm) 1 2 R

Titik 2 Ttd Ttd Keterangan: Ttd : Tidak terdeteksi alat, 1 Pengambilan Bulan Ke-1, 2 Pengambilan Bulan Ke-2 R : Rata-rata

Tabel 2. Kadar Cr pada sampel sedimen Sungai Riam Kanan


No 1. Titik Pemgambilan Sampel 2 km dari Waduk Riam Kanan Titik 1 2. Titik 2 Awang Bangkal Titik 1 Titik 2 3. Mandikapau Timur Titik 1 Titik 2 4. Bendungan Karang Intan Titik 1 2,3946 2,3923 0,3374 : Rata-rata 2,3934 0,3420 1,956 2,0065 1,9218 1,9978 1,9389 2,0022 0,1971 2,156 12,8606 13,8414 0,1985 2,1562 12,8472 13,8731 0,1978 2,1561 12,8539 13,8739 Kandungan Cr pada Sedimen (ppm) 1 2 R

Titik 2 0,3466 Keterangan: 1 : Pengambilan Bulan Ke-1, 2 Pengambilan Bulan Ke-2, R

30

BIOSCIENTIAE. 2012

Tabel 3. Kadar Cr pada sampel gondang Sungai Riam Kanan


No 1. Titik Pemgambilan Sampel 2 km dari Waduk Riam Kanan Titik 1 Titik 2 2. Awang Bangkal Titik 1 Titik 2 3. Mandikapau Timur Titik 1 Titik 2 4. Bendungan Karang Intan Titik 1 0,2469 0,2276 0,2372 0,7283 0,0109 0,614 0,0104 0,587 0,0106 0,6005 1,2854 1,2277 1,2965 1,2282 12,909 12,279 0,024 0,8029 0,0227 0,6781 0,0233 0,7405 Kandungan Cr pada Gondang (ppm) 1 2 R

Titik 2 0,8946 0,5621 Keterangan: 1 : Pengambilan Bulan Ke-1, 2 Pengambilan Bulan Ke-2, R : Rata-rata

PEMBAHASAN Parameter fisika dan kimia di air Hasil dari pengukuran parameter fisika dan kimia perairan Sungai Riam Kanan yaitu suhu berkisar antara 28-29 C, pH berkisar antara TSS 7,5-8, berkisar kecerahan antara berkisar antara 43-72,5 cm dan pengukuran 10,54-15,78 mg/L. Hasil pengukuran suhu di perairan Sungai Riam Kanan berkisar antara 28-29oC. Berdasarkan standar baku mutu kelas I yang telah ditetapkan P.P. Republik Indonesia No: 82 tahun 2001 yakni berkisar antara 26-30
o o

pada standar baku mutu. Menurut Fardiaz (1992), kenaikan suhu air dapat menyebabkan tingginya kelarutan logam pada suatu perairan. Nilai pH air berkisar antara 7,5-8, hal ini menandakan bahwa pH di perairan Sungai Riam Kanan masih berada dalam batas standar baku mutu perairan. terukur Meskipun masih dapat menunjukkan
-

dikatakan normal, nilai pH yang bahwa konsentrasi OH lebih besar dibanding dengan H+, yang berarti lingkungan perairan cenderung bersifat basa. Kondisi perairan yang sangat basa atau sangat asam akan membahayakan kelangsungan hidup organisme perairan, salah satunya

C,

maka perairan

Sungai Riam Kanan ini masih berada

31

BIOSCIENTIAE. 2012

adalah dan akan kromium

gondang,

karena

dapat derajat

Padatan

tersuspensi

total

menyebabkan gangguan metabolisme respirasi. Perubahan keasaman ke arah basa pada perairan mengakibatkan semakin kecil kelarutan dalam

(Total Suspended Solid atau TSS) adalah bahan-bahan yang tersuspensi (diameter > 1 m) yang terdiri atas lumpur dan pasir halus serta jasadjasad renik, yang terutama disebabkan oleh kikisan tanah yang terbawa ke badan air (Hanum, 2002). Hasil pengukuran TSS di Sungai Riam Kanan berkisar antara 10,54-15,78 mg/L. Nilai TSS ini masih berada di bawah batas baku mutu kelas I yang ditentukan P.P Republik Indonesia No: 82 tahun 2001, yakni 50 mg/L. Nilai TSS ini menunjukkan adanya padatan yang tersuspensi disuatu perairan. Padatan tersuspensi dapat berupa mineral atau bahan organik yang berasal dari erosi tanah, industri, pembuangan kotoran dan sampah yang dapat ditemukan di air permukaan. Kadar TSS di perairan ini jumlahnya sedikit (masih berada di bawah batas baku mutu), akan tetapi jika berlebihan meningkatkan nilai kekeruhan. Peningkatan kekeruhan ini akan menghambat penetrasi cahaya matahari berpengaruh fotosintesis ke perairan terhadap yang dilakukan dan proses oleh

perairan, dan sebaliknya perubahan derajat keasaman kearah asam akan menyebabkan kelarutan kromium semakin besar (Palar, 1994). Nilai kecerahan suatu perairan berhubungan erat dengan penetrasi cahaya matahari ke dalam badan air. Cahaya matahari akan membantu proses terjadinya fotosintesis yang akan menghasilkan oksigen terlarut yang dalam Kanan dengan merupakan kehidupan faktor perairan. penting Nilai

kecerahan di perairan Sungai Riam berdasarkan lempeng pengukuran berkisar secchi

antara 43-72,5 cm. Nilai kecerahan antar stasiun penelitian mempunyai variasi yang relatif kecil dan hampir menyebar merata pada setiap stasiun. Adanya perbedaan nilai kecerahan ini diduga karena pengaruh dari air dari daerah aliran sungai yang membawa partikel-partikel bahan organik ke perairan Sungai Riam Kanan. Nilai kecerahan ini berbanding terbalik dengan TSS.

organisme di perairan (Pratiwi, 2004).

32

BIOSCIENTIAE. 2012

Kandungan kromium pada air, sedimen dan gondang Berdasarkan hasil penelitian kandungan kromium pada perairan Sungai Riam Kanan hanya pada stasiun 2 yang terdeteksi, yakni berkisar antara 0,0182-0,0516 ppm. Hal ini karena pada stasiun 2 terdapat sumber limbah utama tambang pencemar batu pada gunung. perairan Riam Kanan, yakni buangan Kromium merupakan salah satu dari logam berat yang dapat terekspos ke permukaan tanah karena kegiatan pertambangan. pertambangan Limbah yang ada dari pada akan

kelas I, II dan III nilainya adaIah 0,050 ppm (P.P. R.I. No: 82 tahun 2001). Atas dasar kriteria tersebut maka untuk kandungan kromium pada perairan Sungai Riam Kanan masih berada pada kisaran standar baku mutu. Hal tersebut diduga karena logam kromium yang sulit larut dalam perairan. Selain hal tersebut juga dipengaruhi oleh faktor fisik kimia seperti antara lain temperatur, pH dan TSS. Keberadaan pH basa akan menurunkan kelarutan Cr dalam air, karena pH basa mengubah kestabilan dari bentuk karbonat menjadi hidroksida yang membentuk ikatan dengan partikel pada badan air, sehingga akan mengendap membentuk lumpur (Palar, 2004). Selain itu, kenaikan suhu perairan dan penurunan pH akan mengurangi adsorpsi senyawa logam berat pada partikulat. Suhu perairan yang lebih dingin akan meningkatkan adsorpsi Cr ke partikulat untuk mengendap di dasar perairan.. Kandungan 0,1978-2,1561 kromium stasiun pada 2 sedimen di stasiun 1 berkisar antara ppm, berkisar antara 12,8539-13,8739 ppm, stasiun 3 berkisar antara 1,9389-

permukaan tanah tersebut

tebawa ke Sungai Riam Kanan akibat erosi (Saidy & Badruzsaufari, 2009). Kadar kromium yang terlarut dalam perairan Sungai Riam Kanan masih sangat kecil, namun hal ini perlu diperhatikan Dalam karena penelitian kadar ini kromium dapat terakumulasi pada sedimen. diketahui bahwa terdapat kandungan kromium yang tinggi dengan rata-rata sebesar 13,8739 ppm pada sedimen di perairan Sungai Riam Kanan. Berdasarkan kriteria kualitas air minum, kadar maksimum dari kromium pada perairan golongan

33

BIOSCIENTIAE. 2012

2,0022 ppm dan pada stasiun 4 berkisar antara 0,3420-2,3934 ppm. Kandungan kromium pada sedimen belum ditetapkan baku mutunya. tinggi ini kromium Kandungan disebabkan kromium akumulasi

menjadi Cr (III), yang kemudian dengan cepat teradsorbsi ke sedimen. Kromium yang terkandung dalam sedimen dapat remobilized ke dalam air pori-pori sekitarnya melalui pada oksidasi Cr (III) (Bielicka dkk, 2005). Kandungan kromium gondang (Pila scutata) pada stasiun 1 berkisar antara 0,0233-0,7405 ppm, stasiun 2 berkisar antara 1,29091,2279 ppm, pada stasiun 3 berkisar antara 0,0106-0,6005 ppm dan pada stasiun 4 berkisar antara 0,23720,7283.

dalam jangka waktu yang lama dan terus menerus pada sedimen yang mempunyai sifat relatif menetap, tidak bergerak pada daerah lokasi penelitian.

Gambar 1. Grafik kisaran kandungan Cr dalam sedimen pada tiap titik Kandungan kromium pada pengambilan sampel

Penyebaran kromium pada air dan sedimen yang menyebabkan di kromium dimana banyakanya kromium terlarut peraiaran. anoksik pelepasan Pengurangan dan oksigen,
Gambar 2. Grafik kisaran kandungan Cr dalam siput gondang pada tiap Gondang dijadikan titik pengambilan sampel sebagai

bioindikator

pada

penelitian

ini

heksavalen terjadi pada cekungan Cr akan meningkatkan pada sedimen

adalah karena hidup gondang yang menetap (inmobil), dominansi yang tinggi di derairan dan Sungai Riam Kanan, selalu kontak dengan limbah pencemar pencemaran (Pila tahan terhadap Tingginya sifat relatif tersebut.

kandungan Cr (III)

karena terabsorbsi. Perpindahan Cr (III) dari sedimen juga dapat terjadi oleh oksidasinya. Tingginya tingkat bahan organik menciptakan reduktif dan pengompleks, reduksi Cr (VI)

kandungan kromium pada gondang scutata) yang disebabkan hidupnya gondang

34

BIOSCIENTIAE. 2012

menetap

di

dasar

perairan

dan

antara Sedangkan gondang

12,8539-13,8739 konsentrasi berkisar antara Cr

ppm. pada 1,2909dkk., dasar

merupakan hewan deposit feeder. Penelitian lain yang pernah dilakukan pada sejenis kerang darah yang berasal dari perairan teluk di New York, ditemukan total kromium dalam tubuh kerang tersebut 214 ppm (Palar,1994). Jika kromium masuk ke dalam tubuh manusia melebihi batas ambang yang ditentukan akan mengakibatkan keracunan akut atau kronis. Hasil penelitian Palar (1994), menunjukkan akumulasi menyebabkan organ manusia. bahwa kromium kerusakan dan respirasi, adanya dapat terhadap dapat

1,2279 ppm. Menurut sedimen Fachruddin sifat (1988) kandungan kromium pada disebabkan perairan berupa pasir berlumpur yang dapat mempercepat terakumulasinya logam berat. Sedimen terdiri dari bahan organik dan bahan anorganik yang berpengaruh negatif terhadap kualitas air. Bahan organik berasal dari biota atau tumbuhan yang membusuk lalu tenggelam ke dasar dan bercampur dengan lumpur. Bahan anorganik umumnya berasal dari pelapukan batuan. Sedimen hasil pelapukan batuan terbagi atas kerikil, pasir, lumpur dan liat. Bahan partikel yang tidak terlarut seperti pasir, lumpur, tanah dan bahan kimia anorganik dan organik menjadi bahan yang tersuspensi bahan di dalam air, sehingga tersebut menjadi

menyebabkan timbulnya kanker pada Percobaan menggunakan marmut (Cavia cobaya) yang diberi perlakuan dosis kromium 0,05-0,23 ppm selama 45 hari mendorong terjadinya kanker pada paru-paru (Palar,1994). Berdasarkan hasil uji yang dapat dilihat pada Tabel 2, 3 dan 4, kadar Cr pada siput gondang lebih tinggi dibandingkan dalam air dan lebih rendah dibandingkan pada sedimen. Misalnya saja pada stasiun 2, konsentrasi Cr pada air berkisar antara 0,0182-0,0516 ppm. Konsentrasi Cr pada sedimen berkisar

penyebab pencemaran tertinggi dalam air. Keberadaan sedimen pada badan air mengakibatkan peningkatan kekeruhan perairan yang selanjutnya menghambat penetrasi cahaya yang dapat menghambat daya lihat (visibilitas) organisme air, sehingga

35

BIOSCIENTIAE. 2012

mengurangi kemampuan ikan dan organisme air lainnya untuk memperoleh makanan, pakan ikan menjadi tertutup oleh lumpur. Siput gondang sangat dipengaruhi keberadaan logam berat di dalam air, terutama jika konsentrasi logam tersebut telah melebihi batas normal. Gondang mengambil logam berat dari badan air atau sedimen dan memekatkannya lingkungan. proses ini ke dalam tubuh melalui hingga 100-1000 kali lebih besar dari Akumulasi disebut bioakumulasi. dan

Toksisitas

unsur

Cr

terhadap

Gondang tergantung pada bentuk kromium, bilangan oksidasinya, dan pH (Hutagalung, pada 1991). perairan Kadar tawar kromium

biasanya kurang dari 0,001 mg/l dan pada perairan laut sekitar 0,00005 mg/l. Kadar kromium yang diperkirakan aman bagi kehidupan perairan adalah sekitar 0,05 mg/l (Moore, 1991 dalam Effendi, 2003). Kadar kromium 0,1 mg/l dianggap berbahaya bagi kehidupan organisme perairan (Effendi, 2003). Kadar maksimum kromium untuk keperluan air baku air minum dan kegiatan perikanan menurut Peraturan Pemerintah No. 82 tahun 2001 adalah sebesar 0,05 mg/l. Kadar kromium tertinggi dari 4 stasiun dalam penelitian ini adalah pada stasiun 2, yakni pada buangan limbah tambang batu gunung. pada air, Kandungan kromium

Kemampuan organisme air dalam menyerap (absorpsi) mengakumulasi logam berat dapat melalui beberapa cara, yaitu melalui saluran pencernaan Sebagian besar dan difusi Cr permukaan kulit (Darmono, 2001). logam masuk ke dalam tubuh organisme air (gondang) melalui rantai makanan dan hanya sedikit yang diambil dari air. Akumulasi air dalam dipengaruhi akumulasi, tubuh oleh sifat organisme air,

sedimen dan gondang diperkirakan berasal dari limbah rumah tangga dan buangan limbah pertambangan batu gunung yang langsung dialirkan ke badan Sungai Riam Kanan. Pembuangan limbah maupun bahan pencemar lain akan mempengaruhi kehidupan dalam air. Suatu bahan

konsentrasi bahan pencemar dalam kemampuan organisme (jenis, umur dan ukuran) dan lamanya pernapasan. Konsentrasi Cr pada gondang lebih tinggi dibanding konsentrasi Cr di perairan.

36

BIOSCIENTIAE. 2012

pencemar dalam suatu ekosistem mungkin cukup banyak sehingga akan meracuni organisme berada disana. Bahan pencemar terutama dari logam yang banyak mencemari air salah satunya adalah kromium (Cr). Logam ini diketahui dapat mengumpul di dalam tubuh suatu organisme dan tetap tinggal dalam tubuh dalam jangka waktu yang lama sebagai racun yang terakumulasi (Kristanto, 2002). Pada stasiun 2, logam berat yang terdapat pada partikel halus (suspended solid) yang semula larut dalam aliaran anak sungai dibawa ke Sungai Riam Kanan. Pada stasiun 2 ini partikel halus tersebut diendapkan. Hal inilah yang menyebabkan kadar logam berat dalam sedimen di stasiun 2 lebih tinggi daripada sedimen di stasiun yang lain. Proses pengendapan sedimen dipengaruhi keberadaan ion H
+

pertukaran ion. Bila proses adsorpsi merupakan penjebakan dalam pori, maka ion H+ akan terdesak keluar. Proses adsorpsi logam (kation) pada sedimen umumnya merupakan reaksi pertukaran ion. Hubungan antara parameter fisika dan kimia dengan kandungan Cr pada air, sedimen dan gondang Sesuai Meteorologi, Geofisika Banjarmasin data Stasiun dari Badan dan Udara

Klimatologi (Bandar

Meteorologi

Syamsudin Noor Banjarbaru), curah hujan pada bulan Juli nilai rata-rata sebesar 78,7 mm, pada bulan Agustus sebesar 46,4 mm dan bulan September 88,1 mm. Pengambilan sampel air, sedimen dan gondang di perairan Sungai Riam Kanan yaitu pada bulan Juli-Agustus. Curah hujan pada bulan ini cukup rendah, sehingga terjadi pendangkalan pada anak Sungai Riam Kanan. Curah hujan pada bulan ini cukup rendah, sehingga terjadi pendangkalan pada anak Sungai Riam Kanan. Curah hujan ini akan mempengaruhi pengenceran di suatu perairan.

pada permukaan sedimen yang


+

akan menyebabkan sedimen menjadi aktif karena mempunyai situs H aktif. Ion H
+

inilah yang nantinya

akan berfungsi menjadi penukar ion bila proses adsoprsi berbasis pada

37

BIOSCIENTIAE. 2012

Tabel 5. Hubungan parameter fisika dan kimia terhadap kandungan logam berat Cr pada gondang
Cr pada Air Cr pada Sedimen Cr pada Gondang Cr pada Air 1 0.888** 0,684 Cr pada Sedimen 1 0,791* Cr pada Gondang

Keterangan * = berkorelasi nyata (P0,05) ** = berkorelasi sangat nyata P0,01)

Kandungan

Cr

pada

air

pencemar. faktor

Faktor

yang diantaranya

berkorelasi sangat nyata dan positif terhadap kandungan Cr pada sedimen. Jika kandungan pada air meningkat, maka kandungan Cr pada sedimen juga meningkat. Meningkatnya kandungan Cr pada sedimen karena logam Cr pada perairan terendap dan tersedimentasi pada sedimen. Kandungan Cr pada sedimen juga berkorelasi nyata dan positif terhadap kandungan Cr pada gondang. Jika kandungan pada sedimen meningkat, maka kandungan Cr pada gondang juga meningkat. atau Faktor bioakumulasi biokonsentrasi

mempengaruhi besar kecilnya nilai biokonsentrasi adalah jenis spesies organisme, serta jenis dan besarnya kadar bahan pencemar. Suatu organisme memiliki kemampuan sebagai memekatkan logam dalam tubuhnya, sehingga berpotensi bioindikator keberadaan logam di suatu lingkungan. PENUTUP Kesimpulan Kesimpulan yang sebagai berikut: 1. Kandungan Cr pada air hanya terdapat pada stasiun 2, yaitu berkisar antara 0,0182-0,0516 ppm, kandungan Cr pada sedimen berkisar antara 0,1978-13,8739 ppm dan pada gondang (Pila scutata) di perairan Sungai Riam Kanan terpapar kromium (Cr) dengan kisaran antara 0,01061,2979 ppm.

dapat

diambil dalam penelitian ini adalah

dapat digunakan untuk mengetahui kemampuan makhluk hidup dalam menyerap dan menyimpan suatu bahan pencemar. Makin besar faktor biokonsentrasi, makin mudah logam diserap dan diakumulasi oleh jaringan makhluk hidup dari habitatnya. Faktor tersebut digunakan untuk mengetahui kemampuan mengakumulasi makhluk sejumlah hidup bahan

38

BIOSCIENTIAE. 2012

2. Hubungan korelasi regresi anatara gondang dan air memiliki arah yang negatif dan korelasi antara gondang dengan sedimen adalah berarah positif. DAFTAR PUSTAKA Bielicka, A., Bojanowska, I., & Winiewski, A. 2005. Journal. Two Faces of Chromium Pollutant and Bioelement. Vol. 14, No. 1 (2005), Dahuri, R., J. Rais, S.P. Ginting & M.J. Sitepu. 1996. Pengelolaan Sumberdaya Wilayah Pesisir dan Lautan Secara Terpadu. Pradnya Paramita. Jakarta. 305 hal. Darmono. 2001. Lingkungan Hidup dan Pencemaran: Hubungannya dengan Toksikologi Senyawa Logam. Penerbit Univesitas Indonesia. Jakarta. Darojah, Y. 2005. Keanekaragaman Jenis Makrozoobentos di ekosistem Perairan Rawapening Kabupaten Semarang. Skripsi. Semarang: Universitas Negeri Semarang. Effendi, H. 2003. Telaah Kualitas Air Bagi Pengelolaan Sumber Daya dan Lingkungan Perairan. Kanisius. Yogyakarta. Hanum, F. 2002.Proses Pengolahan Air Sungai untuk Keperluan Air Minum. Fakultas Teknik

Program Studi Teknik Kimia Universitas Sumatera Utara. Sumatera Utara.. P.P. Republik Indonesia No: 82 tahun 2001. Peraturan Pemerintah R.I No: 82 tahun 2001 tentang pengelolaan kualitas air dan pengendalian pencemaran air. Deputi Sekretariat idang Hukum dan Perundangundangan Republik Indonesia. Jakarta. 45 hlm. Roto, I. Tahir dan U.N. Sholikhah. 2009. Apllkasi Pengolahan Polutan Anion Khrom(Vi) dengan Menggunakan Agen Penukar Ion Hydrotalcite ZnAi-S04. Universitas Gadjah Mada, Sekip Utara, Yogyakarta. Saidy, A., R. dan Badruzsaufari. 2009. Hubungan antara Konsentrasi Cr(VI) dan Sifat Kimia Tanah:Informasi Awal untuk Remediasi Lahan Bekas Tambangdi Kalimantan Selatan. J. Tanah Trop., Vol. 14, No. 2, 2009: 97-103. ISSN 0852257X. Suprapti, N. H. 2008. Kandungan Chromium pada Perairan , Sedimen dan Kerang Darah (Anadara granosa) di Wilayah Pantai Sekitar Muara Sungai Sayung, Desa Morosari Kabupaten Demak, Jawa Tengah. Jurnal Kimia dan Aplikasi. Vol 10. No. 14108801

39

S-ar putea să vă placă și