Sunteți pe pagina 1din 9

MIASTENIA GRAVIS

Anggota kelompok : 1. Aprilia Diah Ayu K 2. Fitri Luthfi N 3. Muhammad Alif Rusdi S 4. Putri Ayu Ambar P 5. Yayuk Kusdianah

STIKES PEMKAB JOMBANG TAHUN AJARAN 2011-2012

KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan rahmat, hidayah, inayah serta nikmat yang telah diberikan kepada kami sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul MIASTENIA GRAVIS. Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan dari semua pihak penulisan makalah ini tidak akan berjalan dengan baik. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan dukungan hingga terselesainya makalah ini, khususnya kepada dosen pembimbing. Penulis berusaha sekuat tenaga untuk menyelesaikan makalah ini semaksimal mungkin, akan tetapi kami juga tidak mengelak bahwa masih terdapat banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini. Oleh karena itu, saran dan kritik yang bersifat membangun dari berbagai pihak senantiasa kami harapkan untuk menyempurnakan pembuatan makalah ini dimasa mendatang. Penulis berharap semoga Allah SWT senantiasa memberikan ridhaNya sehingga makalah ini .dapat bermanfaat bagi semua pihak umumnya dan yang menulis khususnya.

Jombang, Maret 2012

Kelompok 5

DAFTAR ISI
Halaman Judul .......................................................................... Kata Pengantar ............................................................................ Daftar Isi ................................................................................. Bab I Pendahuluan A. Latar Belakang ...................................................................... B. Rumusan Masalah ................................................................ C. Tujuan .................................................................................. Bab II Pembahasan A. Alasan penggunaan proses keperawatan ....................................... B. Keuntungan / manfaat penggunaan proses keperawatan ............ Bab III Penutup A. Kesimpulan ...................................................................... . . . . i ii iii

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang Miastenia gravis adalah kelemahan otot yang cukup berat dimana terjadi kelelahan otototot secara cepat dengan lambatnya pemulihan (dapat memakan waktu 10 hingga 20 kali lebih lama dari normal). Miasthenia gravis mempengaruhi sekitar 400 per 1 juta orang. Kelemahan otot yang parah yang disebabkan oleh penyakit tersebut membawa sejumlah komplikasi lain, termasuk kesulitan bernapas, kesulitan mengunyah dan menelan, bicaracadel, kelopak mata murung dan kabur atau penglihatan ganda. Myasthenia gravis dapat mempengaruhi orang-orang dari segala umur. Namun lebih sering terjadi pada para wanita, yaitu wanita berusia antara 20 dan 40 tahun. Pada laki-laki lebih dari 60 tahun. Dan jarang terjadi selama masa kanak-kanak. Siapapun bisa mewarisi kecenderungan terhadap kelainan autoimun ini. Sekitar 65% orang yang mengalami myasthenia gravis mengalami pembesaran kelenjar thymus, dan sekitar 10% memiliki tumor pada kelenjar thymus (thymoma). Sekitar setengah thymoma adalah kanker (malignant). Beberapa orang dengan gangguan tersebut tidak memiliki antibodi untuk reseptor acetylcholine tetapi memiliki antibodi terhadap enzim yang berhubungan dengan pembentukan persimpangan neuromuskular sebagai pengganti. Orang ini bisa memerlukan pengobatan berbeda. Pada 40% orang dengan myasthenia gravis, otot mata terlebih dahulu terkena, tetapi 85% segera mengalami masalah ini. Pada 15% orang, hanya otot-otot mata yang terkena, tetapi pada kebanyakan orang, kemudian seluruh tubuh terkena, kesulitan berbicara dan menelan dan kelemahan pada lengan dan kaki yang sering terjadi. Pegangan tangan bisa berubah-ubah antara lemah dan normal. Otot leher bisa menjadi lemah. Sensasi tidak terpengaruh. Ketika orang dengan myasthenia gravis menggunakan otot secara berulang-ulang, otot tersebut biasanya menjadi lemah. Misalnya, orang yang dahulu bisa menggunakan palu dengan baik menjadi lemah setelah memalu untuk beberapa menit. Meskipun begitu, kelemahan otot

bervariasi dalam intensitas dari jam ke jam dan dari hari ke hari, dan rangkaian penyakit tersebut bervariasi secara luas. Sekitar 15% orang mengalami peristiwa berat (disebut myasthenia crisis), kadangkala dipicu oleh infeksi. Lengan dan kaki menjadi sangat lemah, tetapi bahkan kemudian, mereka tidak kehilangan rasa. Pada beberapa orang, otot diperlukan untuk pernafasan yang melemah. Keadaan ini dapat mengancam nyawa.

1.2 Rumusan masalah 1.2.1 Bagaimana konsep miastenia gravis? 1.2.2 Bagaimana konsep proses keperawatan pada miastenia gravis?

1.3 Tujuan Tujuan disusunnya asuhan keperawatan ini adalah: 1. Tujuan Umum Untuk memenuhi kegiatan belajar mengajar dari mata kuliah Keperawatan 2. Tujuan Khusus a. Memperoleh gambaran mengenai Miastenia grafis.
b. Dapat memahami tentang konsep asuhan keperawatan pasaien dengan Miastenia

grafis. 1.4 Manfaat penulisan 1.5.1 Mahasiswa mampu dan mengerti tentang miastenia gravis 1.5.2 Mahasiswa mampu menerapkan asuhan keperawatan pada pasien miastenia gravis

BAB II
KONSEP MEDIS
2.1 Pengertian Miastenia gravis merupakan bagian dari penyakit neuromuskular. Miastenia gravis adalah gangguang yang memengaruhi transmisi neuromuskular pada otot tubuh yang kerjanya di bawah kesadaran seseorang (volunter). Miastenia gravis merupakan kelemahan otot yang parah dan satu-satunya penyakit neuromuskular dengan gabungan antara cepatnya terjadi kelelahan otototot volunter dan lambatnya pemulihan (dapat memakan waktu 10-20 kali lebih lama dari normal). (Price dan Wilson, 1995). Karakteristik yang muncul berupa kelemahan yang berlebihan dan umumnya terjadi kelelahan pada otot-otot volunter yang dipengaruhi oleh fungsi saraf kranial. Serangan dapat terjadi pada beberapa usia, ini terlihat paling sering pada wanita antara 15-35 tahun dan pada pria sampai 40 tahun. 2.2. Klasifikasi Menurut Osserman miastenia grafis dapat diklasifikasikan menjadi 4 kelas, yaitu: 1. Kelas I (miastenia moskular) Hanya menyerang otot-otot ocular seperti ptosis, diplopia. Sifatnya ringan dan tidak menimbulkan kematian. 2. Kelas II a. Kelas II A (miastenia umum ringan) Awitan lambat, biasanya pada mata kemudian menyebar ke otot rangka, tidak gawat, respon terhadap obat baik, kematian rendah. b. Kelas II B (miastenia umum sedang) Menyerang beberapa otot skeletal dan bulbar, kesulitan mengunyah, menelan. Respon terhadap obat kurang, angka kematian rendah.

3. Kelas III (miastenia fulminan akut) Perkembangan penyakit cepat, disertai krisis pernapasan, respon terhadap obat buruk, terjadi tyoma tinggi dan angka kematian tinggi. 4. Kelas IV (miastenia berat lanjut) Berkembang selama 2 tahun dari kelas I ke kelas II. Dapat berkembang secara perlahan atau tiba-tiba, respon terhadap pengobatan kurang dan kematian tinggi

2.3 Etiologi

Kelainan primer pada Miastenia gravis dihubungkan dengan gangguan transmisi pada neuromuscular junction, yaitu penghubung antara unsur saraf dan unsur otot. Pada ujung akson motor neuron terdapat partikel -partikel globuler yang merupakan penimbunan asetilkolin (ACh). Jika rangsangan motorik tiba pada ujung akson, partikel globuler pecah dan ACh dibebaskan yang dapat memindahkan gaya sarafi yang kemudian bereaksi dengan ACh Reseptor (AChR) pada membran postsinaptik. Reaksi ini membuka saluran ion pada membran serat otot dan menyebabkan masuknya kation, terutama Na, sehingga dengan demikian terjadilah kontraksi otot. Penyebab pasti gangguan transmisi neromuskuler pada Miastenia gravis tidak diketahui. Dulu dikatakan, pada Miastenia gravis terdapat kekurangan ACh atau kelebihan kolinesterase, tetapi menurut teori terakhir, faktor imunologik yang berperanan

2.4 Tanda dan Gejala -kelemahan pada kelopak mata (kelopak mata jatuh ) - kelemahan pada otot mata sehingga terjadi penglihatan ganda - kelelahan otot yang berlebihan setelah melakukan olah raga. Bisa terjadi kesulitan dalam berbicara dan menelan serta kelemahan pada lengan dan tungkai. Kesulitan dalam menelan seringkali menyebabkan penderita tersedak.Yang khas adalah otot menjadi semakin lemah.Penderita mengalami kesulitan dalam menaiki tangga, mengangkat benda dan bisa terjadi kelumpuhan.Sekitar 10% penderita mengalami kelemahan otot yang diperlukan untuk pernafasan (krisis miastenik).

2.5 Komplikasi 1) Gagal nafas 2) Disfagia 3) Krisis miastenik 4) Krisis cholinergic 5) Komplikasi sekunder dari terapi obat Penggunaan steroid yang lama :

Osteoporosis, katarak, hiperglikemi Gastritis, penyakit peptic ulcer Pneumocystis carinii

2.6 Pemeriksaan Penunjang / Lab

Dasar ketidaknormalan pada miastenia gravis adalah adanya kerusakan pada tranmisi impuls saraf menuju sel otot karena kehilangan kemampuan atau hilangnya reseptor normal membrane postsinaps pada sambungan neuromuscular. Penelitian memperlihatkan adanya penurunan 70 % sampai 90 % reseptor asetilkolin pada sambungan neuromuscular setiap individu. Miastenia gravis dipertimbangkan sebagai penyakit autoimun yang bersikap lansung melawan reseptor asetilkolin (AChR) yang merusak tranmisi neuromuscular.

2.7 Penatalaksanaan 1. Periode istirahat yang sering selama siang hari menghemat kekuatan. 2. Obat antikolinesterase diberikan untuk memperpanjang waktu paruh asetilkolin di taut neuro moskular. Obat harus diberikan sesuai jadwal seetiap hari untuk mencegah keletihan dan kolaps otot. 3. Obat anti inflamasi digunakan untuk membatasi serangan autoimun.

4. Krisis miastenik dapat diatasi dengan obat tambahan,dan bantuan pernapasan jika perlu. 5. Krisis kolinergik diatasi dengan atropin (penyekat asetilkolin) dan bantuan pernapasan,sampai gejala hilang. Terapi antikolinesisterase ditunda sampaikadar toksik obatb diatasi. 6. Krisis miastenia dan krisis kolinergik terjadi dengan cara yang sama,namun diatasi secara berbeda. Pemberian tensilon dilakukan untuk membedakan dua gangguan tersebut.
2.8 Patofisiologi Untuk mendiagnosis dan mengelola pasien dengan MG, penting untuk mengerti fungsi dasar persambungan neuromuscular dan perubahan yang terjadi sebagai hasil dari proses penyakit. Asetikolin (Ach) disintesis pada ujung akhiran saraf motor dan disimpan dalam fesikel (quanta) yang masing-masing mengandung sekitar 10.000 molekul. Quanta ACh dibebaskan secara spontan, menimbulkan miniatur potensial lempengan-akhir (end-plate). Jika potensial aksi mencapai ujung saraf, ACh dari 150-200 quanta dibebaskan dan bergabung dengan reseptor asetilkolin (AchRs) yang dikemas dengan padat pada puncak lipatan pascasinaptik. Pada MG, defek yang mendasar adalah pengurangan dalam jumlah rseptor aetilkolin yang tersedia pada membrana otot pascasinaptik. Selain itu, lipat pascasinaptik mendatar atau disederhanakan perubahan ini menyebabkan berkurangnya efisiensi transmisi neuromuskuler. Karena itu, walaupun ACh dibebaskan secara normal, akan menghasilkan potensial lempengan-akhir kecil yang mungkin gagal mencetuskan potensial aksi otot. Bila ACh yang dilepaskan setiap implus secara normal menurun pada aktifitas yang berulang (diistilahkan presynaptic rundown). Pada pasien miastenik transmisi neuromuskuler yang berkurang efisiennya digabung dengan rundown normal menghasilkan aktifitas yang lenih sedikit dan lebih sedikit sera but otot dengan impuls saraf yang berturut-turut dan oleh karena itu kelemahan bertambah atau kelelahan miastenic. Mekanisme ini juga bertanggung jawab untuk respon terhada rangsangan saraf berulang yang terlihat pada pengujian elektrodiagnostik

S-ar putea să vă placă și