Sunteți pe pagina 1din 19

ASUHAN KEPERAWATAN ANAK DENGAN GANGGUAN SISTEM KARDIOVASKULER

Asuhan Keperawatan ini di susun untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Anak Yang di ampu oleh Ika Purnamasari,S.Kep.Ns

Disusun oleh : Fika Damayanti Huda Kurnia Putri Imam Aji Nurrodin Irwan Setyadi

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU KESEHATAN (FIKES) UNIVERSITAS SAINS AL QURAN (UNSIQ) DI WONOSOBO JAWA TENGAH 2013

KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat allah SWT yang telah memberikan kesehatan jasmani dan rohani, sehingga kita dapat menyelesaiakan tugas makalah keperawatan Anak tentang ASUHAN KEPERAWATAN BAYI DAN ANAK Dengan Gangguan Sistem Kardiovaskuler beserta salam kepada Nabi Agung Muhammad SAW yang telah membawa umatnya dari alam kebodohan ke alam yang penuh ilmu pengetahuan seperti sekarang ini. Pada kesempatan ini kami juga menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini. Kami menyadari bahwa pembuatan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, karena masih banyak kesalahan. Oleh karena itu, kami mengharap kritik dan saran yang membangun dari para pembaca. Semoga makalah ini dapat menambah wawasan dan ilmu pengetahuan kita. Amin.

Wonosobo, 29 Maret 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sekitar 1% bayi baru lahir menderita kelainan jantung bawaan atau penyakit jantung kongenital. Sebagian bayi lahir tanpa gejala dan gejala baru tampak pada masa kanak-kanak. Sebagian lagi tanpa gejala sama sekali.ada pula gejala langsung terlihat begitu bayi lahir dan memerlukan tindakan medis secepatnya. Kelainan Jantung Bawaan adalah kelainan atau ketidaksempurnaan struktur jantung dan perangkatnya yang dibawa sejak lahir. Penyakit jantung bawaan adalah penyakit struktural jantung dan pembuluh darah besar yang sudah terdapat sejak lahir. Perlu diingatkan bahwa tidak semua penyakit jantung bawaan tersebut dapat dideteksi segera setelah lahir, tidak jarang penyakit jantung bawaaan baru bermanifestasi secara klinis setelah pasien berusia beberapa minggu, beberapa bulan, bahkan beberapa tahun. Oleh karena itu, penyakit jantung bawaan yang ditemukan pada orang dewasa menunjukkan bahwa pasien tersebut mampu melalui seleksi alam, atau telah mengalami tindakan operasi dini pada usia muda. Hal ini pulalah yang menyebabkan perbedaan pola penyakit jantung bawaan pada anak dan pada orang dewasa. Jantung merupakan salah satu organ vital dalam tubuh manusia yang terletak dalam mediastinum di antara kedua paru-paru. Jantung memiliki fungsi utama sebagai pemompa darah. Jantung merupakan salah satu organ yang tidak pernah beristirahat Dalam keadaan fisiologis, pembentukan rangsang irama denyut jantung berawal dari nodus sinoatrial (nodus SA) dan menyebar ke serat otot lainnya sehingga menimbulkan kontraksi jantung. Jika rangsang irama ini mengalami gangguan dalam pembentukannya dan penghantarannya, maka dapat terjadi gangguan pada kinerja jantung. Gangguan pada sistem kardiovaskuler merupakan masalah kesehatan utama yang dialami masyarakat pada umumnya. Hal ini dikarenakan, jantung mempunyai suatu sistem pembentukan rangsang tersendiri. Pada zaman modern ini. Angka kejadian penyakit jantung semakin meningkat. Baik di Negara maju maupun berkembang, penyebab yang sering ditemukan adalah gaya hidup misalnya, diet yang salah, stress, kondisi lingkungan yang buruk, kurang olahraga, kurang istirahat dan lain-lain. Diet yang salah, seperti terlalu banyak mengkonsumsi junk food yang notabene banyak mengandung kolesterol jahat, yang berujung pada kegagalan jantung. Apalagi ditambah dengan lingkungan yang memiliki tingkat stressor tinggi, kurang olahraga, dan istirahat, maka resiko untuk terkena penyakit jantung akan semakin tinggi.

B. Tujuan 1. Tujuan umum Untuk memberikan asuhan keperawatan pada anak dengan gangguan sistem kardiovaskuler. 2. Tujuan khusus a. Untuk mengetahui anatomi fisiologi dari sistem kardiovaskuler. b. Untuk mengetahui pemeriksaan diagnostik dari gangguan sistem kardiovaskuler. c. Untuk mengetahui penatalaksanaan dari gangguan sistem kardiovaskuler. d. Untuk mengetahui asuhan keperawatan dari gangguan sistem kardiovaskuler. e. Untuk memenuhi tugas mata kuliah keperawatan anak tentang Asuhan Keperawatan Pada Bayi Dan Anak Dengan Gangguan Sistem Kardiovaskuler C. Manfaat Manfaat yang dapat diperoleh yaitu dapat menambah pengetahuan seputar asuhan keperawatan klien dengan Gagal jantung.

BAB II KONSEP DASAR A. Anatomi Fisiologi Secara fisiologi, jantung adalah salah satu organ tubuh yang paling vital fungsinya dibandingkan dengan organ tubuh vital lainnya. Dengan kata lain, apabila fungsi jantung mengalami gangguan maka besar pengaruhnya terhadap organ-organ tubuh lainya terutama ginjal dan otak. Karena fungsi utama jantung adalah sebagai single pompa yang memompakan darah ke seluruh tubuh untuk kepentingan metabolisme sel-sel demi kelangsungan hidup. Secara anatomi ukuran jantung sangatlah variatif. Ukuran jantung manusia mendekati ukuran kepalan tangannya atau dengan ukuran panjang kira-kira 5 (12cm) dan lebar sekitar 3,5 (9cm). Jantung terletak di belakang tulang sternum, tepatnya di ruang mediastinum diantara kedua paru-paru dan bersentuhan dengan diafragma. Bagian atas jantung terletak dibagian bawah sternal notch, 1/3 dari jantung berada disebelah kanan dari midline sternum , 2/3 nya disebelah kiri dari midline sternum. Sedangkan bagian apek jantung di interkostal ke-5 atau tepatnya di bawah puting susu sebelah kiri. Katup jatung terbagi menjadi 2 bagian, yaitu katup yang menghubungkan antara atrium dengan ventrikel dinamakan katup atrioventrikuler, sedangkan katup yang menghubungkan sirkulasi sistemik dan sirkulasi pulmonal dinamakan katup semilunar. Katup atrioventrikuler terdiri dari katup trikuspid yaitu katup yang menghubungkan antara atrium kanan dengan ventrikel kanan, katup atrioventrikuler yang lain adalah katup yang menghubungkan antara atrium kiri dengan ventrikel kiri yang dinamakan dengan katup mitral atau bicuspid. Katup semilunar terdiri dari katup pulmonal yaitu katup yang menghubungkan antara ventrikel kanan dengan pulmonal trunk, katup semilunar yang lain adalah katup yang menghubungkan antara ventrikel kiri dengan asendence aorta yaitu katup aorta. Katup berfungsi mencegah aliran darah balik ke ruang jantung sebelumnya sesaat setelah kontraksi atau sistolik dan sesaat saat relaksasi atau diastolik. Tiap bagian daun katup jantung diikat oleh chordae tendinea sehingga pada saat kontraksi daun katup tidak terdorong masuk keruang sebelumnya yang bertekanan rendah. Chordae tendinea sendiri berikatan dengan otot yang disebut muskulus papilaris.

B. GANGGUAN SISTEM KARDIOVASKULER 1. Penyakit Jantung Kongenital Penyakit jantung kongenital atau penyakit jantung bawaan adalah sekumpulan malformasi struktur jantung atau pembuluh darah besar yang telah ada sejak lahir. Penyakit jantung bawaan yang kompleks terutama ditemukan pada bayi dan anak. Apabila tidak dioperasi, kebanyakan akan meninggal waktu bayi. Apabila penyakit jantung bawaan ditemukan pada orang dewasa, hal ini menunjukkan bahwa pasien tersebut mampu melalui seleksi alam, atau telah mengalami tindakan operasi dini pada usia muda (IPD FKUI,1996)

2. CHF (Congestive Heart Failure) Congestive Heart Failure atau Gagal Jantung Kongestif adalah ketidakmampuan jantung untuk memompa darah yang adekuat untuk memenuhi kebutuhan jaringan akan oksigen dan nutrisi. (Brunner & Suddarth, hal. 805). Congestive Heart Failure adalah kondisi kardiovaskuler dimana jantung tidak mampu memompa adekuat sejumlah darah untuk memenuhi kebutuhan metabolik jaringan tubuh (Lewis, 2000). Gagal jantung kongestif adalah sindrom yang karena kegagalan pompa atau kontraktil jantung sehingga tidak dapat memasok aliran darah yang cukup ke jaringan atau tidak dapat mempertahankan curah normal hanya dengan mekanisme kompensasi sehingga menimbulkan kesukaran ( Rudolph, 2006).

C. Pemeriksaan Diagnostik 1. EKG : Hipertrofi atrial atau ventrikuler, penyimpangan aksis, iskemia kerusakan pola mungkin terlihat. Disritmia mis : takhikardi, fibrilasi atrial. Kenaikan segmen ST/T persisten 6 minggu atau lebih setelah imfark miokard menunjukkan adanya aneurime ventricular. 2. Sonogram : Dapat menunjukkan dimensi pembesaran bilik, perubahan dalam fungsi/struktur katub atau penurunan kontraktilitas ventricular. 3. Skan jantung : Tindakan penyuntikan fraksi dan memperkirakan pergerakan dinding. 4. Kateterisasi jantung : Tekanan abnormal merupakan indikasi dan membantu membedakan gagal jantung sisi kanan dan sisi kiri, dan stenosi katup atau insufisiensi. Juga mengkaji potensi arteri koroner. Zat kontras disuntikkan kedalam ventrikel menunjukkan ukuran bnormal dan ejeksi fraksi/perubahan kontrktilitas. 5. Rontgen dada

Dapat

menunjukkan

pembesaran

jantung,

bayangan

mencerminkan

dilatasi

atau hipertropi bilik, atau perubahan dalam pembuluh darah abnormal. 6. Oksimetri nadi Saturasi Oksigen mungkin rendah terutama jika gagal jantung kongestif akut menjadi kronis. 7. Analisa gas darah (AGD) Gagal ventrikel kiri ditandai dengan alkaliosis respiratori ringan (dini) atau hipoksemia dengan peningkatan PCO2 (akhir). 8. Blood ureum nitrogen (BUN) dan kreatinin Peningkatan BUN menunjukkan penurunan fungsi ginjal. Kenaikan baik BUN dan kreatinin merupakan indikasi gagal ginjal. 9. Pemeriksaan tiroid Peningkatan aktifitas tiroid menunjukkan hiperaktifitas tiroid sebagai pre

pencetus gagal jantung kongesti D. Penatalaksanaan Tujuan pengobatan adalah : 1. Dukung istirahat untuk mengurangi beban kerja jantung. 2. Meningkatkan kekuatan dan efisiensi kontraktilitas miokarium dengan preparat farmakologi 3. Membuang penumpukan air tubuh yang berlebihan dengan cara memberikan terapi antidiuretik, diit dan istirahat. Terapi Farmakologis : 1. Glikosida jantung. Digitalis , meningkatkan kekuatan kontraksi otot jantung dan memperlambat frekuensi jantung. Efek yang dihasilkan : peningkatan curah jantung, penurunan tekanan vena dan volume darah dan peningkatan diuresisidan mengurangi edema

2. Terapi diuretik. Diberikan untuk memacu eksresi natrium dan air mlalui ginjal.Penggunaan harus hati hati karena efek samping hiponatremia dan hipokalemia. 3. Terapi vasodilator. Obat-obat fasoaktif digunakan untuk mengurangi impadansi tekanan terhadap penyemburan darah oleh ventrikel. Obat ini memperbaiki pengosongan ventrikel dan peningkatan kapasitas vena sehingga tekanan pengisian ventrikel kiri dapat diturunkan. 4. Penatalaksanaan Konservatif : Restriksi cairan & bemberian obat-obatan Furosemid (lasix) diberikan bersama restriksi cairan buat meningkatkan diuresis & mengurangi efek kelebihan beban kardiovaskular, Pemberian indomethacin (inhibitor prostaglandin) buat mempermudah penutupan duktus, pemberian antibiotik profilaktik buat mencegah endokarditis bakterial. 5. Pembedahan : Pemotongan atau pengikatan duktus. 6. Non pembedahan : Penutupan dgn alat penutup dilakukan pada waktu kateterisasi jantung

E. Pemeriksaan Diagnostik 1. EKG EKG menunjukkan gambaran normal sampai ada kalainan; a. Hipertrofi ventrikel kiri dan Abnormalitas atrium kiri didapatkan pada penderita dengan defek sedang. b. .Pada VSD dengan defek besar didapatkan adanya hipertofi ventrikel kiri maupun kanan dengan atau tanpa abnormalitas atrium kiri c. Pada sindroma Eisenmenger didapatkan gambaran hipertropfi ventnikel kanan dengan atau tanpa hipertrofi ventrikel kiri. 2. Foto Thoraks Kardiomegali dengan gambaran adanya pembesaran Atrium kiri, venrikel kiri, kadangkadang ventrikel kanan, arteri pulmonalis yang prominen serta peningkatan vaskularisasi paru berkorelasi langsung dengan besarnya pirau3. 3. Ekhokadiografi Pemeriksaan two -dimeflsiOflal dan doppler echocardlogrphy dapat mengidentifikasi besar dan lokasi defek, meinperkirakan besarnya tekanan arteri pulmonalis, juga mengidentifikasi kelainafl lain yang rnenyertai serta mengestifliasi besarnya pirau. 4. Kateterisasi Jantung a. Terdapat peningkatan saturasi oksigen di ventrikel kanan serta peningkatan tekanan di atrim kin, ventrikel kin maupun arteri pulmonalis pada VSD yang sedang dan berat.

b.

menentukan rasio aliran darab ke paru dan sistemik (Qp/Qs ) seda menentukan raslo tahanan paru dan sistemik (RpiRs) ,nilai tensebijt kemudian dipakal sebagal pedoman indikasi dan kontraindikasi penutupan defek.

c.

Jika tekanan di arteri pulmonalis sangat meningkat, tes dengan pembenian oksigen 100% untuk menilai reversibilitas vaskuler paru.

F. Komplikasi Komplikasi dapat berupa : 1. Kerusakan atau kegagalan ginjal Gagal jantung dapat mengurangi aliran darah ke ginjal, yang akhirnya dapat menyebabkan gagal ginjal jika tidak di tangani. Kerusakan ginjal dari gagal jantung dapat membutuhkan dialysis untuk pengobatan. 2. Masalah katup jantung Gagal jantung menyebabkan penumpukan cairan sehingga dapat terjadi kerusakan pada katup jantung. 3. Kerusakan hati Gagal jantung dapat menyebabkan penumpukan cairan yang menempatkan terlalu banyak tekanan pada hati. Cairan ini dapat menyebabkab jaringan parut yang

mengakibatkanhati tidak dapat berfungsi dengan baik. 4. Serangan jantung dan stroke. Karena aliran darah melalui jantung lebih lambat pada gagal jantung daripada di jantung yang normal, maka semakin besar kemungkinan Anda akan mengembangkan pembekuan darah, yang dapat meningkatkan risiko terkena serangan jantung atau stroke. G. Macam macam penyakit kardiovaskuler 1. Gagal Jantung Kongestif. Gagal jantung adalah ketidakmampuan jantung untuk memompa darah secara efektif ke seluruh tubuh. Jantung dikatakan gagal bukan karena berhenti bekerja, namun karena

tidak memompa sekuat yang seharusnya. Sebagai dampaknya, darah bisa berbalik ke paruparu dan bagian tubuh lainnya. 2. Inflamasi Jantung Inflamasi jantung dapat terjadi pada dinding jantung (miokarditis), selaput yang menyelimuti jantung (perikarditis), atau bagian dalam (endokarditis). Inflamasi jantung dapat disebabkan oleh racun maupun infeksi. 3. Penyakit Jantung Rematik Penyakit jantung rematik adalah kerusakan pada katup jantung karena demam rematik, yang disebabkan oleh bakteri streptokokus. 4. Kelainan Katup Jantung Katup jantung berfungsi mengendalikan arah aliran darah dalam jantung. Kelainan katup jantung yang dapat mengganggu aliran tersebut, antara lain karena pengecilan (stenosis), kebocoran (regurgiasi), atau tidak menutup sempurna (prolapsis). Kelainan katup dapat terjadi sebagai bawaan lahir maupun karena infeksi dan efek samping pengobatan.

BAB III ASUHAN KEPERAWATAN A. Pengkajian 1. Wawancara a. Riwayat terjadinya infeksi pada ibu selama trimester pertama. Agen penyebab lain adalah rubella, influenza atau chicken pox. b. Riwayat prenatal seperti ibu yang menderita diabetes mellitus dengan ketergantungan pada insulin. c. Kepatuhan ibu menjaga kehamilan dengan baik, termasuk menjaga gizi ibu, dan tidak kecanduan obat-obatan dan alcohol, tidak merokok. d. Proses kelahiran atau secara alami ataua adanya factor-faktor memperlama proses persalinan, penggunaan alat seperti vakum untuk membantu kelahiran atau ibu harus dilakukan SC. e. Riwayat keturunan, dengan rnemperhatikan adanya anggota keluarga lain yang juga mengalami kelainan jantung

2.

Pemeriksaan Fisik Pemeriksaan fisik yang dilakukan sama dengan pengkajian fisik yang dilakukan terhadap pasien yang menderita penyakit jantung pada umumnya. Secara spesifik data yang dapat ditemukan dari hasil pengkajian fisik pada penyakit jantung congenital ini adalah: a. Bayi baru lahir berukuran kecil dan berat badan kurang. Anak terlihat pucat, banyak keringat bercucuran, ujung-ujung jari hiperemik. b. c. Diameter dada bertambah, sering terlihat pembonjolan dada kiri. . Tanda yang menojol adalah nafas pendek dan retraksi pada jugulum, sela intrakostal dan region epigastrium. d. Pada anak yang kurus terlihat impuls jantung yang hiperdinarnik. e. f. Anak mungkin sering mengalami kelelahan dan infeksi saluran pernafasan atas. Neonatus menunjukan tanda-tanda respiratory distress seperti mendengkur, tacipnea dan retraksi. g. Anak pusing, tanda-tanda ini lebih nampak apabila pemenuhan kebutuhan terhadap O2 tidak terpenuhi ditandai dengan adanya murmur sistolik yang terdengar pada batas kiri sternum, Adanya kenaikan tekanan darah. Tekanan darah lebih tinggi pada lengan daripada kaki. Denyut nadi pada lengan terasa kuat, tetapi lemah pada popliteal

B. Diagnosa Keperawatan 1. Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan kontraktilitas miokardial, frekuensi, irama. 2. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan membran kapiler-alveolus yang diakibatkan oleh tekanan kapiler paru. 3. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan menurunnya curah jantung/meningkatnya produksi ADH dan retensi natrium/air. 4. Intoleran aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan suplai okigen, kelemahan umum, dan immobilisasi. 5. Kurang pengetahuan mengenai kondisi berhubungan dengan kurang pemahaman tentang kondisi gagal jantung C. Intervensi No 1 Diagnosa Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan kontraktilitas miokardial, frekuensi, irama dan konduksi listrik -komplikasi teratasi -tingkat aktivitas optimal -proses penyakit dimengerti -melaporkan penurunan dispnea 2. Catat bunyi -ikut serta dalam jantung aktivitas yang mengurangi beban kerja jantung 2. Pada auskultasi, S1 dan S2 mungkin terdengar lemah karena menurunnya kerja pompa. Irama Gallop umum (S3 dan S4) dihasilkan sebagai aliran darah ke serambi yang disteni. Murmur dapat menunjukkan Inkompetensi/stenosis katup. 3. Mengkaji kulit terhadap adanya 3. Pucat menunjukkan Tujuan Kriteria Hasil Intervensi Rasional

-Curah jantung menunjukkan mencukupi kebutuhan individual

1. Auskultasi nadi 1. Mengetahui terjadinya takikardi (meskipun pada saat istirahat) untuk mengkompensasi penurunan kontraktilitas ventrikel.

tanda vital dalam apikal dan batas yan bisa diterima mengkaji frekuensi, irama jantung .

pucat dan sianosis

menurunnya perfusi perifer ekunder terhadap tidak adekutnya curah jantung, vasokontriksi dan anemia. Sianosis dapt terjadi sebagai refrakstori GJK. Area yang sakit sering berwarna biru atu belang karena peningkatan kongesti vena. 4. Meningkatkan sediaan

4. Berikan oksigen tambahan dengan kanula nasal/masker dan obat sesuai indikasi (kolaborasi)

oksigen untuk kebutuhan miokard untuk melawan efek hipoksia/iskemia. Banyak obat dapat digunakan untuk meningkatkan volume sekuncup, memperbaiki kontraktilitas dan menurunkan kongesti

2.

Pola nafas tidak efektif

Pola nafas efektif setelah

1. Pola nafas kembali teratur 2. RR kembali normal 16-24 x/menit

1. Monitor kedalaman pernafasan, frekuensi, dan ekspansi dada. 2. Catat upaya pernafasan termasuk penggunaan otot Bantu nafas 3. Auskultasi bunyi nafas dan

1. Terapi oksigen membantu pasien memenuhi kebutuhan oksigen dan mencegah terjadinya hipoksia. 2. Memudahkan aliran oksigen

b.d kelemahan dilakukan spasme otot tindakan keperawatan selam di RS, RR Normal , tak ada bunyii nafas tambahan dan penggunaan otot Bantu pernafasan.

Dan GDA Normal

catat bila ada bunyi nafas tambahan 4. Tinggikan kepala (posisikan semifowler) dan Bantu untuk mencapai posisi yang senyaman mungkin. Kolaborasi pemberian Oksigen dan px BGA

Gangguan

Gangguan

Menunjukkan

1. Pantau bunyi nafas dan catat adanya crackles pada pasien. 2. Membantu

1. Menyatakan adanya kongesti paru/pengumpulan secret menunjukkan kebutuhan untuk intervensi lebih lanjut. 2. Membantu mencegah terjadinya atelektasis dan pneumonia pada pasien.

pertukaran gas pertukaran gas status pernafasan berhubungan dengan perubahan membran kapileralveolus yang diakibatkan oleh tekanan kapiler paru. PaO2 PaCO2, pH arteri, dan saturasi o2 dalam batas normal berkurang atau yang normal hilang berdasarkan :

pasien untuk melakukan perubahan posisi secara berkala. 3. Pantau hasil dari GDA dan nadi oksimetri.

3. Hipoksemia dapat memberat selama edema paru.

Kelebihan

Keseimbangan Mempertahanka 1. Pantau pengeluaran

1. Pengeluaran urine mungkin sedikit dan

volume cairan volume cairan n keseimbangan

berhubungan dengan menurunnya curah

dapat

cairan seperti

urine, catat jumlah dan warna saat dimana diuresis terjadi.

pekat karena penurunan perfusi ginjal. Posisi terlentang membantu diuresis sehingga pengeluaran urine dapat ditingkatkan selama tirah baring.

dipertahankan dibuktikan oleh selama dilakukan tekanan darah dalam batas normal, tak ada distensi vena perifer/ vena dan edema dependen, paru bersih dan berat badan ideal ( BB ideal TB 100 10 %)

jantung/mening tindakan katnya produksi ADH dan retensi natrium/air keperawatan

2. Pantau/hitung keseimbangan pemasukan dan pengeluaran selama 24 jam. dan terapkan terapi diuretic.

2. Terapi diuretic yang diberikan dapat menyebabkan kehilangan cairan tiba-tiba/berlebihan sehingga terjadi hipovolemia.

3. Pertahankan pasien duduk atau tirah baring dengan posisi semifowler selama fase akut. 4. Kaji bising usus. Catat keluhan anoreksia, mual, distensi abdomen dan konstipasi. 5. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan

3. Posisi tersebut meningkatkan filtrasi ginjal dan menurunkan produksi ADH sehingga meningkatkan diuresis.

4. Kongesti visceral (terjadi pada GJK lanjut) dapat mengganggu fungsi gaster/intestinal.

5. Pasien perlu diberikan diet yang tepat untuk memenuhi kebutuhan kalori dalam pembatasan natrium.

diet yang akan dilakukan oleh pasien. 5 Intoleransi aktivitas berhubungan dengan Terjadi peningkatan -berpartisipasi aktif pada 1.Periksa tanda vital sebelum dan setelah aktivitas, khususnya bila klien menggunakan vasodilator dan obat-obat diuretic. 2.Catat respons kardiopulmonal terhadap aktivitas, catat adanya takikardi, diritmia, 1. Hipotensi ortostatik dapat terjadi dengan aktivitas karena efek obat (vasodilasi), perpindahan cairan (diuretic) atau pengaruh fungsi jantung. 2. Penurunan/ketidakmampu an miokardium untuk meningkatkan volume -mencapai peningkatan toleransi aktivitas yang dapat diukur, sekuncup selama aktivitas dpat menyebabkan peningkatan segera frekuensi jantung dan kebutuhan oksigen juga peningkatan kelelahan dan kelemahan. 3. Dapat menunjukkan peningkatan dekompensasi jantung daripada kelebihan aktivitas. 4.Implementasi program rehabilitasi jantung. 4. Peningkatan bertahap pada aktivitas menghindari kerja jantung/konsumsi oksigen berlebihan. Penguatan dan perbaikan fungsi jantung dibawah stress, bila fungsi jantung tidak dapat membaik kembali.

toleransi pada aktivitas yag klien setelah diinginkan, memenuhi kebutuhan perawatan diri sendiri.

ketidakseimban dilaksanakan gan suplai okigen, kelemahan umum, dan immobilisasi tindakan keperawatan selama di perawatan

dibuktikan oleh dispnea menurunnya kelemahan dan kelelahan dan tanda vital DBN selama aktivitas 3.Evaluasi peningkatan intoleran aktivitas. berkeringat dan pucat.

BAB IV PENUTUP A. KESIMPULAN. Penyakit jantung bawaan adalah penyakit struktural jantung dan pembuluh darah besar yang sudah terdapat sejak lahir. Perlu diingatkan bahwa tidak semua penyakit jantung bawaan tersebut dapat dideteksi segera setelah lahir, tidak jarang penyakit jantung bawaaan baru bermanifestasi secara klinis setelah pasien berusia beberapa minggu, beberapa bulan, bahkan beberapa tahun. Oleh karena itu, penyakit jantung bawaan yang ditemukan pada orang dewasa menunjukkan bahwa pasien tersebut mampu melalui seleksi alam, atau telah mengalami tindakan operasi dini pada usia muda. Hal ini pulalah yang menyebabkan perbedaan pola penyakit jantung bawaan pada anak dan pada orang dewasa. Jantung merupakan salah satu organ vital dalam tubuh manusia yang terletak dalam mediastinum di antara kedua paru-paru. Jantung memiliki fungsi utama sebagai pemompa darah. Jantung merupakan salah satu organ yang tidak pernah beristirahat Dalam keadaan fisiologis,

pembentukan rangsang irama denyut jantung berawal dari nodus sinoatrial (nodus SA) dan menyebar ke serat otot lainnya sehingga menimbulkan kontraksi jantung. Jika rangsang irama ini mengalami gangguan dalam pembentukannya dan penghantarannya, maka dapat terjadi gangguan pada kinerja jantung. B. SARAN. Dalam menerapkan Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Gagal jantung diperlukan pengkajian, konsep dan teori oleh seorang perawat. Informasi atau pendidikan kesehatan berguna untuk keluarga klien yang mengalami penyakit kardivaskuler maupun yang tidak mengalami, karena ini merupakan sebuah penyakit bawaan dan kelainan, jadi perlu diberitahu mengenai pendidikan kesehatan.

Daftar Pustaka

Brunner & Suddarth, 2002, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, alih bahasa: Waluyo Agung., Yasmin Asih., Juli., Kuncara., I.made karyasa, EGC, Jakarta. Carpenito, L.J., 2000, Diagnosa Keperawatan Aplikasi pada Praktek Klinis, alih bahasa: Tim PSIK UNPAD Edisi-6, EGC, Jakarta Doenges. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan Edisi 3. Jakarta: EGC.Arif Mansjoer, Suprohaitan, http://agustinus-profile.blogspot.com/2009/07/asuhan-keperawatan-pada-sistem-imunitas.htm NANDA, 2001-2002, Nursing Diagnosis: Definitions and classification, Philadelphia, USA Wahyu Ika W, Wiwiek S. Kapita Selekta Kedokteran. Penerbit Media Aesculapius. FKUI Jakarta : 2000

S-ar putea să vă placă și