Sunteți pe pagina 1din 6

SABTU, 18 JULI 2009

askep jiwa; marah


BY SUPRIATNA

ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN MARAH Oleh: supriatna, s.kep

A. Pengertian

Marah merupakan perasaan jengkel yang timbul sebagai respons terhadap kecemasan/ kebutuhan yang tidak terpenuhi yang dirasakan sebagai ancaman. (Stuart & Sundeen,1995). Perasaan marah normal bagi tiap individu, namun perilaku yang dimanifestasikan oleh perasaan marah dapat berfluktuasi sepanjang rentang adaptif dan maladaftif. Kekerasan adalah kekuatan fisik yang digunakan untuk menyerang atau merusak orang lain, tindakan ini sering mengakibatkan cedere fisik.(Ann Isaacs, 2004 ).

B. Faktor Presipitasi Faktor presipitasi dapat bersumber dari : 1 Kondisi klien seperti kelemahan fisik (penyakit fisik), keputusasaan, ketidakberdayaan, percaya diri yang kurang dapat menjadi penyebab perilaku kekerasan. Demikian pula dengan situasi 2 lingkungan yang ribut, padat, kritikan yang mengarah pada penghinaan, kehilangan orang yang dicintai/pekerjaan dan kekerasan merupakan faktor penyebab yang lain. 3 Interaksi sosial yang provokatif dan konflik dapat pula memicu perilaku kekerasan.

C. FaktorPredisposisi

Berbagai pengalaman yang dialami tiap orang yang merupakan faktor pridisposisi, artinya mungkin terjadi/mungkin tidak terjadi perilaku kekerasan jika faktor berikut dialami oleh individu : 1. Psikologis, kegagalan yang dialami dapat menimbulkan frustasi yang kemudian dapat timbul agresif atau amuk. Masa kanak-kanak yang tidak menyenangkan yaitu perasaan ditolak, dihina, dianiayaatau saksi penganiayaan. 2. Perilaku, reinforcement yang diterima pada saat melakukan kekerasan, sering mengobservasi

kekerasan dirumah atau di luar rumah, semua aspek ini menstimulasi individu mengadopsi perilaku kekerasan. 3. Sosial budaya, budaya tertutup dan membalas secara diam (pasif agresif) dan kontrol sosial yang tidak pasti terhadap perilaku kekerasan akan menciptakan seolah-olah perilaku kekerasan diterima (permisive). 4. Bioneurolgis, banyak pendapat bahwa kerusakan, lobus frontal, lobus temporal dan ketidakseimbangan neurotransmiter turut berperan dalam terjadinya perilaku kekerasan.

D. Rentang respons marah

Asertif : mampu menyatakan rasa marah tanpa menyakiti orang lain dan merasa lega.

Frustasi : Merasa gagal mencapai tujuan disebabkan karena tujuan yang tidak realistis.

Pasif : Diam saja karena merasa tidak mampu mengungkapkan perasaan yang sedang dialami.

Agresif : Tindakan destruktif terhadap lingkungan yang masih terkontrol.

Amuk : tindakan destruktif dan bermusuhan yang kuat dan tidak terkontrol.

ASERTIF FRUSTASI PASIF AGRESIF AMUK

E. Tanda dan Gejala Dapat dilakukan pengkajian dengan cara : 1.Observasi: Muka merah, pandangan tajam, otot tegang, nada suara yang tinggi, berdebat. Sering pula tampak klien memaksakan kehendak : merampas makanan, memukul jika tidak senang 2. Wawancara Di arahkan pada penyebab marah, perasaan marah, tanda-tanda marah yang dirasakan klien.

F. Masalah Keperawatan 1. Perilaku kekerasan 2. Resiko mencederai 3. Gangguan harga diri : harga diri rendah

G. Pohon Masalah

Resiko mencederai orang lain/lingkungan

Perilaku kekerasan

Gangguan harga diri : Harga diri rendah

H. ASUHAN KEPERAWATAN A. Diagnosa Keperawatan 1. Resiko mencederai orang lain berhubungan dengan perilaku kekerasan 2. Perilaku kekerasan berhubungan dengan harga diri rendah

B. Rencana Tindakan Keperawatan

Diagnosa : Resiko mencederai orang lain berhubungan dengan perilaku kekerasan

Tujuan Umum : Klien tidak mencederai orang lain Tujuan Khusus : I. Manajemen perilaku kekerasan Klien dapat : 1. Mengidentifikasi penyebab perilaku kekerasan 2. Mengidentifikasi tanda-tanda perilaku kekerasan 3. Mengidentifikasi perilaku kekerasan yang biasa dilakukan

4. Mengidentifikasi akibat perilaku kekerasan 5. Mengidentifikasi cara yang konstruktif dalam berespons terhadap kemarahan 6. Mendemonstrasikan perilaku yang terkontrol 7. Mendapat dukungan keluarga dalam mengontrol perilaku 8. Menggunakan obat yang benar 9. Klien mendapat perlindungan dari lingkungan untuk mengontrol perilaku kekerasan.

II. Pada saat perilaku kekerasan Diagnosa : . Perilaku kekerasan berhubungan dengan harga diri rendah Tujuan umum : klien tidak melakukan prilaku kekerasan RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN 1. Bina hubungan saling percaya 1. Salam therapeutik dam empati 2. Perkenalan 3. Jelaskan tujuan interaksi 4. Ciptakan lingkungan yang tenang 5. Buat kontrak yang jelas 6. Beri kesempatan bagi klien untuk mengungkapkan perasaannya 7. Bantu klien untuk mengungkapkan penyebab perasaan jengkel/kesal (orang lain,situasi, diri sendiri)

2.1. Anjurkan klien mengungkapkan yang dialami dan dirasakan saat jengkel/kesal : tandatanda, agresif, kekerasan. 2. Observasi tanda perilaku kekerasan pada klien 3. Simpulkan bersama klien tanda- tanda jengkel/kesal yang dialami klien

3.1. Anjurkan klien mengungkapkan perilaku kekerasan yang biasa dilakukan klien 2. Bantu klien untuk bermain peran dengan perilaku kekerasan yang biasa dilakukan (yang tidak membahayakan) 3. Bicarakan dengan klien : Apakah dengan cara yang klien lakukan masalahnya selesai ?

4.1. Bicarakan akibat/kerugian dari cara yang digunakan klien 2. Bersama klien menyimpulkan akibat cara yang digunakan klien 3. Tanyakan pada klien Apakah ia ingin cara yang baru yang sehat ?

5.1. Tanyakan pada klien Apakah ia mengetahui cara lain yang sehat ?

2. Berikan pujian jika klien mengetahui cara lain yang sehat 3. Diskusikan dengan klien cara lain yang sehat 1. secara fisik : tarik nafas dalam jika sedang kesal, atau memukul bantal/kasur, atau olah raga, atau pekerjaan yang memerlukan tenag 2. secara verbal : katakan bahwa anda sedang kesal/jengkel : saya kesal anda berkata seperti itu : saya marah karena mama tidak memenuhi keinginan saya. 3. Secara sosial : latihan dalam kelompok cara-cara marah yang sehat : latihan asertif, latihan manajemen perilaku kesehatan (MPK) 4. Secara spritual : sembahayang, berdoa atau ibadah lain : meminta pada tuhan untuk 6. 1. Gali pendapat klien tentang pengungkapan marah secara asertif/sehat 2. Beri reinforcement positif terhadap pendapat klien yang benar 3. Jelaskan pada klien tentang cara ungkapan marah yang sehat 4. Lakukan latihan asertif secara individual dengan cara bermain peran 5. Motivasi klien untuk terapkan cara marah yang asertif pada situasi nyata 6. Libatkan klien dalam terapi aktivitas kelompok : latihan asertif 7. Beri umpan balik positif setiap klien mencoba melakukan marah yang sehat 1. Diskusikan bersama keluarga tentang tanda-tanda marah, penyebab klien marah, cara menghadapi klien yang sedang marah 2. Beri reinforcement positif terhadap hal-hal yang telah dicapai oleh keluarga

8. 1. Menjelaskan macam, dosis dan frekuensi/jam makan obat 2. Dorong klien mengidentifikasi manfaat makan obat 3. Observasi efek samping obat 4. Diskusikan dengan dokter, efek dan efek samping yang ada C. Evaluasi 1. Klien percaya dengan perawat, dengan ekspresi kemarahannya 2. Klien dapat menghindari prilaku kekerasan 3. Klien dapat melakukan upaya untuk mengontrol kemarahannya 4. Keluarga mendukung dan bersikap terapeutik terhadap klien 5. Klien dapat mengkonsmsi obat sesuai program PENUTUP A Kesimpulan Marah merupakan perasaan jengkel yang timbul sebagai respons terhadap kecemasan/ kebutuhan yang tidak terpenuhi yang dirasakan sebagai ancaman. Berbagai pengalaman yang dialami tiap orang yang merupakan faktor pridisposisi, artinya

mungkin terjadi/mungkin tidak terjadi perilaku kekerasan jika faktor berikut dialami oleh individu : 5. Psikologis, kegagalan yang dialami dapat menimbulkan frustasi yang kemudian dapat timbul agresif atau amuk. Masa kanak-kanak yang tidak menyenangkan yaitu perasaan ditolak, dihina, dianiayaatau saksi penganiayaan. 6. Perilaku, reinforcement yang diterima pada saat melakukan kekerasan, sering mengobservasi kekerasan dirumah atau di luar rumah, semua aspek ini menstimulasi individu mengadopsi perilaku kekerasan. 7. Sosial budaya, budaya tertutup dan membalas secara diam (pasif agresif) dan kontrol sosial yang tidak pasti terhadap perilaku kekerasan akan menciptakan seolah-olah perilaku kekerasan diterima (permisive). 4. Bioneurolgis, banyak pendapat bahwa kerusakan, lobus frontal, lobus temporal dan ketidakseimbangan neurotransmiter turut berperan dalam terjadinya perilaku kekerasan.

B Saran Diharapkan kepada mahasiswa/I Akademi Keperawatan Sintang yang nantinya sebagai tenaga kesehatan dimasyarakat dapat mengetahui Rentang Respon Kemarahan serta dapat memberikan asuhan keperwatan khususnya pada klien dengan Kemarahan, yang sesuai dangan apa yang di pelalajari.

DAFTAR PUSTAKA Isaacs, Ann. 2004. Keperawatan Kesehatan Jiwa, edisi 3. Jakarta : EGC

http://supriatnastg.blogspot.com/2009/07/askep-jiwa-marah.html

S-ar putea să vă placă și