Documente Academic
Documente Profesional
Documente Cultură
Rosdakarya, h.5
Salah satu ahli sosiologi yang banyak mendefinisikan konsep kelompok
adalah Robert K. Merton. Merton (1965: 285) mendefinisikan kelompok dengan
sejumlah orang yang saling berinteraksi sesuai dengan pola yang telah mapan.
Merton (265 ; 285-286) menyebutkan tiga kriteria obyektif bagi suatu kelompok.
Pertama, kelompok ditandai oleh seringnya terjadi interaksi
Kedua, pihak yang berinteraksi mendefinisikan diri mereka sebagai anggota.
Ketiga, pihak yang berinteraksi didefinikan oleh orang lain sebagai anggota
kelompok.
Berbeda dengan Merton tokoh sosiologi lainnya Znaniecki atau Parsons men-
definisikan kelompok, yaitu sejumlah orang yang mempunyai solidaritas atas
dasar nilai bersama yang dimiliki serta adanya rasa kewajiban moral untuk
menjalankan peran yang diharapkan Kalau dilihat dari pengertian kelompok
tersebut, maka pengertian kelompok dalam konsep Islam dapat dipadankan
dengan konsep jama'ah. Jamaah dalam konteks sosiologis masyarakat Indonesia
dikaitkan dengan kelembagaan Islam. Misalnya, jamaah majelis taklim x , jamaah
mesjid y.
Apakah setiap kelompok itu masyarakat ? Marion Levi (lihat Inkeles, 1965)
dalam Kamanto (2000) mengemukakan empat kriteria yang harus dipenuhi agar
suatu kelompok dapat disebut dengan masyarakat, yaitu :
(1) kemampuan berta-han melebihi masa hidup seo-rang individu;
(2) rekrutmen seluruh atau sebagian anggota melalui reproduksi
(3) kesetiaan pada suatu “sistem tindakan utama bersama”,
(4) adanya sistem tindakan utama yang bersifat "swasembada".
Bila merujuk pada difinisi tersebut, maka tidak semua kelom-pok itu dikata-
kan masyarakat. Dengan demikian, bila mengacu pada penjelasan tersebut, maka
tidak setiap jamaah majelis taklim atau masjid dapat dikatakan sebagai ''masya-
rakat Islam'". Tidak setiap anggota jamaah adalah bagian atau anggota masyara-
kat Islam.
Pengertian masyarakat Islam dapat dipadankan dengan konsep ummat.
Mengenai ummat Riaz Hassan dalam bukunya Keragaman Iman (2001 : 91)
mengungkapkan bahwa istilah umat muncul 64 kali dalam al-Qur'an. Akar kata
ini masih diperdebatkan. Banyak yang mengatakan bahwa kata ini berasal dari
'umm' yang berarti ibu, atau dari kata kerja "amma'. Ada juga yang mengatakan
istilah 'umma' dengan kata imam' atau pemimpin. Sebagian lagi mengatakan bah-
wa kata umat berasal dari bahasa Ibrani “umma” atau aramik (umm tha). Sebagian
lagi merujuk pada 'perkumpulan suku-suku Arab". Sebelum Islam datang, kata umat
dipakai dalam syair Arab yang berarti “komunitas agama", namun hal ini jarang
digunakan. Dewasa ini umat menjadi symbol dan perwujudan gagasan ma-
syarakat Islam. Dengan demikian bila digambarkan maka konteks dan tingkatan
dalam masyarakat Islam sebagai berikut :
Pada perkembangannya, pemakaian istilah masyarakat Islam ini menurut
penulis tidak hanya seperti yang diungkapkan Sidi Gozala, dan Abdulah Nasheef
(1992:116).3 Makna masyarakat Islam menjadi luas, tidak hanya untuk orang-
orang yang kehidupannya berasaskan kebudayaan Islam. Tetapi juga mempunyai
makna secara umum yang luas. masyarakat Islam adalah orang - orang Islam
(muslim-muslimat atau muslimun-muslimaat). Bahkan orang yang hanya ber-KTP
Islam saja, juga dapat dikatakan anggota masyarakat Islam. Makna masyarakat
tidak hanya bermakna masyarakat yang islami, tetapi juga meliputi masyarakat
yang beragama Islam. Konsep masyarakat Islam sendiri belum ada yang membe-
rikan definisi yang jelas. Muktamar Muhammadiyah ke-45 telah menjelaskan
tentang ciri masyarakat Islam, tetapi batasannya belum begitu jelas.4 Apakah bila
yang ada hanya sebagian ciri dapat dikatakan sudah masyarakat Islam atau be-
lum tidak diungkapkan secara jelas. Oleh karena itu, menurut penulis makna
"masyarakat islam" dikaitkan dengan "tujuan' dapat dijelaskan sebagai berikut:
Makna lama
Masyarakat beragama Islam = Masyarakat Islam atau
Masyarakat beragama Islam Masyarakat islam atau islami
(dibina agar menjadi)
Makna Sekarang
Masyarakat beragama Islam = Masyarakat Islam
Masyarakat Islam Masyarakat Islami atau
Masyarakat Madani
Merujuk pada pemaknaan tersebut, penulis mendefinisikan "masyarakat
Islam menjadi dua, yaitu: pertama. masyarakat Islam dalam arti sempit " sekelom-
pok orang Islam yang tinggal (menetap) dan berinteraksi di lokal atau wilayah
tertentu misalnya di desa, kelurahan, atau Rt/Rw atau sekelompok orang Islam
yang tinggal (menetap) di sekitar mesjid atau majelis taklim tertentu berinteraksi
3 Menurut Abdulllah Nasheef dalam Nannih (2001) "ummah" dipandang sebagai komunitas orang yang
percaya kepada Tuhan yang menciptakan mereka, memelihara mereka. membahagiakan mcrcka, dan nieiiibcri
mcrcka tuntunan dim kebuluhan mereka. Singkatnya ummat adalah komunitas Islam yang harus hidup menurut
Islam. Hidupnya belum menurul islam tidak dikatakan ummat.
4 Muktamar Muhammadiyah kc-45 telah menjelaskan tentang ciri masyarakat Islam yaitu : 1. Merupakan
wujud aktualisasi ajaran Islam dalam struktur kehidupan kolektif manusia yang mcmiliki corak tengahan (ummatan
wasatho) yang berkemajuan. baik dalam wujud sistim nilai sosial-budaya. sistem sosial maupun lingkungan fisik
yang dibangunnya; 2. Memiliki keseimbangan antara kehidupan lahiriyyah dan bathimyyah. rasionalitas dan
spitualilas. aqidah dan muammaiah. individual dan sosial. duniwi dan ukhowi; 3. Mengamalkan nilai-nilai
kebajikan. seperti kcadilan. kcjujuran. kesejahteraan. kcrjasama. kerja keras. kedisiplinan dan keunggulan dalam
segala lapangan kehidupan; 4. Bersedia bekerjasama dan becrlomba-lomba dalam segala lapangan kehidupan;
mcmiliki kesaimaan karaktcr dengan masyarakat madani. yaitu masyarakal kewargaan (civil society) yang memiliki
keyakinan yang menjiwai nilai-nilai ilahiyah. demokratis. berkeadilan, otonom. berkemajuan dan berakhlak mulia
(al akhlaqul karimah): dan 6. Berperan sebagai syhacla 'alan nas ditengah - tengah masyarakat.
sebagai jamaah mesjid atau majelis taklim. Kedua. dalam arti luas yaitu masya-
rakat Islam yang berinteraksi atas kesamaan ciri, kepentingan dan tujuan tertentu
yang tidak tinggal dalam wilayah geografis tertentu, seperti ICM1 (Ikatan Cende-
kiawan Muslim Indonesia atau Himpunan Pengusaha Muslim Indonesia dan lain-
Iain.
Tabelk 3
Definisi Pengembangan Masyarakat
No Konsep Definisi
1. Pengembangan Suatu strategi dan aksi perubahan berencana dan siste-
Masyarakat matis untuk mengembangkan mustahik agar dapat ber-
Islam kembang menjadi muzaki dengan menggunakan medi-
um lembaga Islam atau organisasi kemasyarakatan Islam
agar tercipta masyarakat islami alau madani.
2. Pengembangan Definisi 1:
Komunitas Islam Suatu strategi dan perubahan berencana dan sistematis
untuk mengatasi masalah orang-orang Islam (ummah)
atau jamaah agar dapat berkembang secara partisipa-
tif dan hidup sesuai dengan ajaran Islam.
Definisi 2 :
Suatu strategi dan perubahan berencana dan sistematis
agar golongan mustahik dapat berkembang menjadi
muzaki dengan mengunakan medium perubahan kelem-
bagaan Islam atau organisasi kemasyarakatan Islam
yang ada dalam masyarakatnya.
3. Pengorganisasian Suatu strategi perubahan berencana dan sistematis untuk
Komunitas Islam klien atau beneficeries orang-orang Islam pada daerah
loka! tertentu dengan membuat kelompok - kelompok yang
saling menolong dan disertai pendampingan.
4. Pengembangan Suatu strategi perubahan berencana dan sistematis un-
Ekonomi tuk fakir miskin pada daerah tertentu dengan membuat
Dhu'afa kelompok - kelompok yang dibina dan diberi bantuan
modal usaha agar dapat keluar dari kondisi fakir dan
miskin sehingga dapat berperan dalam kehidupan ma-
syarakat Islam.
5. Pengembangan Menstransformasikan dan melembagakan semua segi
Pendidikan ajaran Islam dalam kehidupan individu, keluarga (usrah)
Masyarakat Islam kelompok sosial (jamaah) dan masyarakat (ummah).
6. Pengembangan Model empiris pengembangan perilaku individual dan
Pemerintahan kolektif dalam dimensi amal sholeh (karya terbaik), de-
Masyarakat Islam ngan titik tekan pada pemecahan masalah yang dihadapi
oleh masyarakat.
Tim Islamic Community Development Model dari Fakultas Dakwah dan Komu-
nikasi UIN pernah juga merumuskan definisi untuk model pengembangan ma-
syarakat Islam, terdiri dari unsur-unsur :
1). Mengutamakan perilaku pengembangan atau pemberdayaan masyarakat yang
beragama Islam atau organisasi yang berasaskan Islam.
2). Mengutamakan pemberdayaan umat Islam yang tertinggal dalam segala hal.
3). Mengutamakan penggunaan dana yang bersumber dari dana filantropi Islam
seperti Zakat Mall, Zakat Fitrah, Infak atau Sodaqoh .
4). Pendekatan pemberdayaan menggunakan pendekatan ke-Islaman.
5). Filantropi Islam jika dijadikan sebagai bantuan modal sebaiknya menggunakan
sistem bagi hasil.
6). Pendamping atau agen perubah diutamakan yang beragama Islam dan
7). Melibatkan institusi mitra lokal yang berasaskan Islam.
3. Taudi’ masyarakat Tahap kemandirian. Umat pada saat ini sudah siap
madani menjadi masyarakat yang mandiri, terutama seca-
ra manajerial. Dengan demikian bila tahapan ini
dapat dilalui maka diharapkan akan muncul ma-
syarakat Islam yang memiliki kekuatan
Tahapan tersebut di atas bisa dijadikan rujukan bagi para pengembang masya-
rakat Islam ketika ingin melakukan pengembangan masyarakat Islam di suatu
daerah atau jamaah mesjid atau majelis taklim tertentu.
G. Penutup
Pengkajian literatur, penelitian tentang praktek-praktek pengembangan
masyarakat Islam yang dilakukan oieh pemerintah atau Organisasi Pengelola
Zakat (OPZ) harus terus dilakukan oleh kalangan perguruan tinggi, terutama oleh
akademisi yang mengelola atau mengajar di Program Studi Komunikasi dim
Perguruan Tinggi Islam (Muhammadiyah). Hal ini penting untuk dilakukan agar
kerangka teoritis pengembangan masyarakat Islam yang ada di program studi ini
tidak ketinggalan bila dibandingkan dengan kerangka teoritis pengembangan
masyarakat konvensional yang dikembangkan oleh para akademisi di Jurusan
Kesejahteraan Sosial di Universitas Negeri Umum dan lembaga-lembaga swa-
daya masyarakat.
Disamping itu, temuan-temuan baru model-model pengembangan masya-
rakat Islam juga penting untuk berkontribusi sebagai upaya pengentasan kemis-
kinan umat Islam Indonesia. Bagi penulis, tulisan ini sebagai langkah pertama
untuk mengkaji model pengembangan masyarakat Islam dan langkah awal untuk
mulai menjawab tantangan dakwah bil hal di masa mendatang.
Wallahu a’lam bisshawab.
DAFTAR PUSTAKA
Gazalba, Sidi, Masyarakai Islam : Pengantar Sasittlogi dan Sosiografi cetak-an kedua,
PT Bulan Bintang, 1989
Hasan, Riaz, Keragaman Iman : Studi Komparatif Masyarakai Muslim, PT Raja
Grafindo Persada, Jakarta, 2006
Machendrawaty; Nanih Machendrawaty dan Agus Ahmad Safei, Pengembangan
Masayarakat Islam, Rosdakarya Bandung, Septem-ber 2001
Sunarto, Kamanto, Pengantar Sosiologi, Edisi Kedua, Lembaga Penerbit Fakultas
Ekonomi, 2000