Sunteți pe pagina 1din 23

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Kesehatan adalah kebutuhan dasar dan modal utama bagi setiap manusia untuk hidup. Walaupun kenyataannya tidak semua orang memperoleh atau memiliki derajat kesehatan yang optimal, karena suatu penyakit. Penyakit atau kelainan pada sistem perkemihan diantaranya adalah batu nefrolitiasis atau batu ginjal. Sistem perkemihan merupakan organ vital dalam melakukan ekskresi dan melakukan eliminasi sisa-sisa hasil metabolisme tubuh. Aktivitas sistem perkemihan dilakukan secara hati-hati untuk menjaga komposisi darah dalam batas yang bisa diterima. Setiap adanya gangguan dari fisiologis di atas akan memberikan dampak yang fatal. (Muttaqin, Arif & Kumala Sari. 2011 : 2) Penyakit yang terjadi pada sistem perkemihan bervariasi, salah satunya yaitu Nefrolitiasis. Nefrolitiasis adalah suatu keadaan terdapatnya batu dalam saluran kemih baik dalam ginjal,ureter maupun buli-buli. Kondisi ini memberikan gangguan pada sistem perkemihan dan memberikan masalah keperawatan pada pasien. Batu ginjal merupakan masalah kesehatan yang cukup signifikan, baik di Indonesia maupun di dunia. Prevalensi penyakit ini diperkirakan 13% pada lakilaki dewasa dan 7% pada perempuan dewasa, dengan puncak usia dekade ketiga dan keempat. Angka kejadian batu ginjal berdasarkan data yang dikumpulkan dari rumah sakit di seluruh Indonesia tahun 2002 adalah sebesar 37.636 kasus baru, dengan jumlah kunjungan sebesar 58.959 orang. Selain itu jumlah pasien yang dirawat mencapai 19.018 orang, dengan mortalitas 378 orang. (Rully, M. Azharry. S. 2010. 52) Batu ginjal menyebabkan obstruksi pada ginjal sehingga menjadi

hidronefrosis, lalu apabila hidronefrosis tidak ditangani maka akan terjadi komplikasi-komplikasi, diantaranya adalah gagal ginjal, infeksi, hidronefrosis,

avaskuler ischemia yang akhirnya dapat menyebabkan gagal ginjal serta akan mengakibatkan ancaman kematian bagi penderita.

B. Tujuan Penulisan Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah : a. Memahami mengenai anatomi sistem perkemihan b. Memahami mengenai fisiologi sistem perkemihan c. Memahami mengenai konsep penyakit nefrolitiasis yang terdiri dari pengertian, etiologi, tanda gejala, patofisiologi, pemeriksaan

diagnostik serta penatalaksanaan medis.

C. Sistematika Penulisan Dalam penyusunan makala ini, penulis membaginya dalam tiga bab yang terdiri dari : BAB I : PENDAHULUAN Menjelaskan latar belakang masalah, tujuan penulisan, serta sistematika penulisan. BAB II : TINJAUAN TEORITIS Menguraikan konsep tentang anatomi fisiologi sistem perkemihan. Konsep dasar tentang penyakit berupa pengertian, manifestasi klinis, etiologi, patofisiologi, , pemeriksaan diagnostic, manajemen medik secara umum dan komplikasi. BAB III : PENUTUP Mengemukakan kesimpulan dan saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN

BAB II TINJAUAN TEORI

A. Anatomi Sistem Perkemihan

Gambar 2.1 Sistem Perkemihan

Sistem perkemihan merupakan suatu sistem dimana terjdinya proses penyaringan darah sehingga darah bebas dari zat-zat yang yang tidak dipergunakan oleh tubuh dan menyerap zat-zat yang masih dipergunakan oleh tubuh. Zat-zat yang tidak dipergunakan lagi oleh tubuh larut dlam air dan dikeluarkan berupa urin (air kemih). Pada manusia, sistem ini terdiri dari dua ginjal, dua ureter, kandung kemih, dua otot sphincter, dan uretra.

1. Ginjal

Gambar 2.2 Ginjal

Kedudukan ginjal di belakang dari kavum abdominalis di belakang peritoneum pada kedua sisi vertebra lumbalis III melekat langsung pada dinding abdomen. Manusia memiliki sepasang ginjal yang terletak di belakang perut atau abdomen.Ginjal ini terletak di kanan dan kiri tulang belakang, di bawah hati dan limpa.Di bagian atas (superior) ginjal terdapat kelenjar adrenal (juga disebut kelenjar suprarenal). Ginjal bersifat retroperitoneal, yang berarti terletak di belakang peritoneum yang melapisi rongga abdomen.Kedua ginjal terletak di sekitar vertebra T12 hingga L3.Ginjal kanan biasanya terletak sedikit di bawah ginjal kiri untuk memberi tempat untuk hati. Sebagian dari bagian atas ginjal terlindungi oleh iga ke sebelas dan duabelas.Kedua ginjal dibungkus oleh dua lapisan lemak (lemak perirenal dan lemak pararenal) yang membantu meredam goncangan.

Ginjal adalah organ ekskresi dalam vertebrata yang berbentuk mirip kacang.Sebagai bagian dari sistem urin, ginjal berfungsi menyaring kotoran (terutama urea) dari darah dan membuangnya bersama dengan air dalam bentuk urin.Cabang dari kedokteran yang mempelajari ginjal dan penyakitnya disebut nefrologi. a. Lapisan ginjal Setiap ginjal terbungkus selaput tipis (kapsula renalis) berupa jaringan fibrus berwarna ungu tua. Lapisan ginjal terbagi atas : lapisan luar (yaitu lapisan korteks / substantia kortekalis) lapisan dalam (yaitu medulla (substantia medullaris) Bagian paling luar dari ginjal disebut korteks, bagian lebih dalam lagi disebut medulla.Bagian paling dalam disebut pelvis.Pada bagian medulla ginjal manusia dapat pula dilihat adanya piramida yang merupakan bukaan saluran pengumpul.Ginjal dibungkus oleh lapisan jaringan ikat longgar yang disebut kapsula. b. Unit Fungsional Ginjal

Gambar 2.3 Nefron Ginjal

Unit fungsional dasar dari ginjal adalah nefron yang dapat berjumlah lebih dari satu juta buah dalam satu ginjal normal manusia dewasa. Nefron berfungsi sebagai regulator air dan zat terlarut (terutama elektrolit) dalam tubuh dengan cara menyaring darah, kemudian mereabsorpsi cairan dan molekul yang masih diperlukan tubuh. Molekul dan sisa cairan lainnya akan dibuang. Reabsorpsi dan pembuangan dilakukan menggunakan mekanisme pertukaran lawan arus dan kotranspor. Hasil akhir yang kemudian diekskresikan disebut urin. Sebuah nefron terdiri dari sebuah komponen penyaring yang disebut korpuskula (atau badan Malphigi) yang dilanjutkan oleh saluran-saluran (tubulus). Setiap korpuskula mengandung gulungan kapiler darah yang disebut glomerulus yang berada dalam kapsula Bowman.Setiap glomerulus mendapat aliran darah dari arteri aferen. Dinding kapiler dari glomerulus memiliki pori-pori untuk filtrasi atau penyaringan. Darah dapat disaring melalui dinding epitelium tipis yang berpori dari glomerulus dan kapsula Bowman karena adanya tekanan dari darah yang mendorong plasma darah. Filtrat yang dihasilkan akan masuk ke dalan tubulus ginjal. Darah yang telah tersaring akan meninggalkan ginjal lewat arteri eferen. Tubulus ginjal merupakan lanjutan dari kapsula Bowman.Bagian yang mengalirkan filtrat glomerular dari kapsula Bowman disebut tubulus konvulasi proksimal.Bagian selanjutnya adalah lengkung Henle yang bermuara pada tubulus konvulasi distal. Lengkung Henle diberi nama berdasar penemunya yaitu Friedrich Gustav Jakob Henle di awal tahun 1860-an. Lengkung Henle menjaga gradien osmotik dalam pertukaran lawan arus yang digunakan untuk filtrasi. Sel yang melapisi tubulus memiliki banyak mitokondria yang menghasilkan ATP dan memungkinkan terjadinya transpor aktif untuk menyerap kembali glukosa, asam amino, dan berbagai ion

mineral.Sebagian besar air (97.7%) dalam filtrat masuk ke dalam tubulus konvulasi dan tubulus kolektivus melalui osmosis. Cairan mengalir dari tubulus konvulasi distal ke dalam sistem pengumpul yang terdiri dari: tubulus penghubung tubulus kolektivus kortikal tubulus kloektivus medularis Tempat lengkung Henle bersinggungan dengan arteri aferen disebut aparatus juxtaglomerular, mengandung macula densa dan sel juxtaglomerular.Sel juxtaglomerular adalah tempat terjadinya sintesis dan sekresi renin.Cairan menjadi makin kental di sepanjang tubulus dan saluran untuk membentuk urin, yang kemudian dibawa ke kandung kemih melewati ureter. c. Persyarafan pada ginjal Ginjal mendapat persarafan dari nervus renalis (vasomotor), saraf ini berfungsi untuk mengatur jumlah darah yang masuk ke dalam ginjal, saraf ini berjalan bersamaan dengan pembuluh darah yang masuk ke ginjal 2. Ureter Ureter merupakan saluran sepanjang 25-30 cm yang membawa hasil penyaringan ginjal (filtrasi, reabsorpsi, sekresi) dari pelvis renalis menuju vesica urinaria.Terdapat sepasang ureter yang terletak retroperitoneal, masing-masing satu untuk setiap ginjal. Ureter laki-laki melintas di bawah lig. umbilikal lateral dan ductus deferens sedangkan pureter oerempuan melintas di sepanjang sisi cervix uteri dan bagian atas vagina Ureter setelah keluar dari ginjal (melalui pelvis) akan turun di depan m.psoas major, lalu menyilangi pintu atas panggul dengan a.iliaca communis. Ureter berjalan secara postero-inferior di dinding lateral pelvis, lalu melengkung secara ventro-medial untuk mencapai vesica urinaria. Adanya katup uretero-vesical mencegah aliran balik urine setelah

memasuki kandung kemih. Terdapat beberapa tempat di mana ureter mengalami penyempitan yaitu peralihan pelvis renalis-ureter, fleksura marginalis serta muara ureter ke dalam vesica urinaria.Tempat-tempat seperti ini sering terbentuk batu/kalkulus. Ureter diperdarahi oleh cabang dari a.renalis, aorta abdominalis, a.iliaca communis, a.testicularis/ovarica serta a.vesicalis inferior.

Sedangkan persarafan ureter melalui segmen T10-L1 atau L2 melalui pleksus renalis, pleksus aorticus, serta pleksus hipogastricus superior dan inferior. 3. Vesika Urinaria

Gambar 2.4 Vesika Urinaria

Vesika urinaria atau kandung kemih adalah satu kantung berotot yang dapat mengempis, terletak di belakang simfisis pubis. Kandung kemih mempunyai tiga muara, yaitu dua muara ureter dan satu muara uretra. Sebagian besar dinding kandung kemih tersusun dari otot polos yang di sebut muskulus destrusor. Di dinding kandung kemih terdapat scratch reseptor yang akan bekerja memberikan stimulus sensasi berkemih apabila volume kandung kemih telah mencapai kurang lebih 150 cc.

4. Uretra Uretra merupakan saluran yang membawa urine keluar dari vesica urinaria menuju lingkungan luar.Terdapat beberapa perbedaan uretra pada pria dan wanita. Uretra pada pria memiliki panjang sekitar 20 cm dan juga berfungsi sebagai organ seksual (berhubungan dengan kelenjar prostat), sedangkan uretra pada wanita panjangnya sekitar 3.5 cm. selain itu, Pria memiliki dua otot sphincter yaitu m.sphincter interna (otot polos terusan dari m.detrusor dan bersifat involunter) dan m.sphincter externa (di uretra pars membranosa, bersifat volunter), sedangkan pada wanita hanya memiliki m.sphincter externa (distal inferior dari kandun kemih dan bersifat volunter).

Gambar 2.5 Uretra pria Pada pria, uretra dapat dibagi atas pars pre-prostatika, pars prostatika, pars membranosa dan pars spongiosa. Pars pre-prostatika (1-1.5 cm), merupakan bagian dari collum vesicae dan aspek superior kelenjar prostat. Pars pre-prostatika dikelilingi otot m. sphincter urethrae internal yang berlanjut dengan kapsul kelenjar prostat. Bagian ini disuplai oleh persarafan simpatis. Pars prostatika (3-4 cm), merupakan bagian yang

melewati/menembus kelenjar prostat. Bagian ini dapat lebih dapat berdilatasi/melebar dibanding bagian lainnya.

Pars membranosa (12-19 mm), merupakan bagian yang terpendek dan tersempit. Bagian ini menghubungkan dari prostat menuju bulbus penis melintasi diafragma urogenital. Diliputi otot polos dan di luarnya oleh m.sphincter urethrae eksternal yang berada di bawah kendali volunter (somatis).

Pars spongiosa (15 cm), merupakan bagian uretra paling panjang, membentang dari pars membranosa sampai orifisium di ujung kelenjar penis. Bagian ini dilapisi oleh korpus spongiosum di bagian luarnya.

Gambar 2.6 Uretra wanita

Letak uretra wanita berada di bawah simphis pubis dan bermuara disebelah anterior vagina. Di dalam uretra bermuara kelenjar periuretra diantara kelenjar skene. Kurang lebih 1/3 medial uretra, terdapat sfingter uretra eksterna yang terdiri dari otot bergaris. Tonus otot sfingter uretra terdapat eksterna dan tonus otot levator ini berfungsimempertahankan urine tetap berada di dalam buli pada saat perasaan ingin miksi. Miksi terjadi jika tekanan intra vesika melebihi tekanan intrauretra akibat kontraksi otot destrusor dan relaksasi sfingter uretra eksterna.

B. Fisiologi Sistem Perkemihan

10

Fungsi primer ginjal adalah mempertahankan volume dan komposisi cairan ekstrasel dalam batas batas normal. Komposisi dan volume cairan ekstra sel ini dikontrol oleh filtrasi glomerolus, reabsorpsi dan sekresi tubulus. Untuk lebih jelasnya fungsi dasar ginjal dapat dibagi menjadi dua fungsi, yaitu : Fungsi Eksresi a. Mempertahankan osmolalitas plasma sekitar 285 m-osmol dengan mengubah ubah eksresi air. b. Mempertahankan kadar masing masing elektrolit plasma dalam rentang normal. c. Mempertahankan Ph plasma sekitar 7.4 dengan mengeluarkan H+ dan membentuk kembali HCO3- . d. Mengeksresikan produk akhir nitrogen dari metabolisme protein, terutama urea, asam urat dan kreatinin. Fungsi Non Eksresi a. Menghasilkan renin, penting untuk pengaturan tekanan darah. b. Menghasilkan eritripoetin, faktor penting dalam stimulasi produksi sel darah merah oleh sum sum tulang. c. Metabolisme vitamin D menjadi bentuk aktif. d. Degradasi insulin, sekitar 20 % dari insulin dibentuk oleh pankreas dan didegradasi oleh sel sel tubulus ginjal, akibatnya penderita diabetes yang menderita payah ginjal mungkin membutuhkan insulin yang jumlahnya sedikit. (Suharyanto, Toto & Abdul Madjid. 2009:18) 1. Pembentukan Urine Pembentukan urine adalah fungsi ginjal yang paling esensial dalam mempertahankan homeostasis tubuh. Pembentukan urine berlangsung dalam tiga tahap yaitu : a. Filtrasi glomerulus Tahap filtrasi terjadi di badan Malpighi yang di dalamnya terdapat glomerulus yang dikelilingi sangat dekat oleh kapsula Bowman . Proses filtrasi: Ketika darah yang mengandung air, garam, gula, urea dan zat-zat lain serta sel-sel darah dan molekul protein masuk

11

ke glomerulus, tekanan darah menjadi tinggi sehingga mendorong air dan komponen-komponen yang tidak dapat larut, melewati pori-pori endotelium kapiler glomerulus, kecuali sel-sel darah dan molekul protein. Kemudian menuju membran dasar dan melewati lempeng filtrasi, masuk ke dalam ruang kapsula Bowman. Hasil filtrasi dari glomerulus dan kapsula Bowman disebut filtrat glomerulus atau urine primer. Urine primer ini mengandung: air, protein, glukosa, asam amino, urea dan ion anorganik. Glukosa, ion anorganik dan asam amino masih diperlukan tubuh. b. Reabsorpsi Reabsorpsi yaitu proses penyerapan kembali zat-zat hasil filtrasi yang masih diperlukan tubuh misalnya vitamin, glukosa & asam amino. Dimulai dari tubulus kontortus proksimal, reabsorpsi dilakukan oleh dinding usus secara difusi & transfor aktif. Dinamakan reabsorpsi obligat, dimana 80% air diserap kembali di tubulus ini. Filtrat yang keluar dinamakan urine sekunder/filtrat tubulus. Lalu masuk melewati lengkung henle desenden(turun) terjadi reabsorpsi 6% air dan lengkung henle asenden(naik) terjadi reabsorosi Na+ & Cl-. Akhirnya masuk ke tubulus kontortus distal, terjadi penambahan dan pengurangan filtrat. Reabsorpsi Na+, Ca2+ & air dikontrol oleh hormon antideuretik(ADH), reabsorbsi ini dinamakan reabsorpsi fakultatif karena reabsorpsinya disesuikan dengan kebutuhan. c. Sekresi sekresi beberapa zat dari darah dikapiler ke filtrat berupa ion K+, PO3-, keratin, obat-obatan dan senyawa toksik terjadi di tubulus kontortus distal, lalu mengalir ke duktus kolektifus akan terjadi reabsorpsi air dan ion Na+ dipengaruhi oleh ADH & aldesteron dan augmentasi ion K+ dan ion bikarbonat. Kemudian urine diampung di katung kemih, daya tampungnya 300 cc, tekanan ke dinding katung menyababkan ingin buang air kencing..

12

C. Nefrolitiasis 1. Pengertian

Gambar 2.7 Nefrolitiasis Nefrolitiasis adalah suatu keadaan terdapatnya batu dalam saluran kemih baik dalam ginjal,ureter maupun buli-buli. Nefrolitiasis adalah adanya batu pada atau kalkulus dalam velvis renal, pembentukan deposit mineral yang kebanyakan adalah kalsium oksalat dan kalsium phospat meskipun juga yang lain urid acid dan kristal, juga membentuk kalkulus ( batu ginjal ). Batu ginjal adalah istilah umum batu ginjal disembarang tempat. Batu ini terdiri atas garam kalsium, asam urat, oksalat, sistin, xantin, dan struvit (Patofisiologi keperawatan, 2000 ). Nefrolitiasis merupakan penyakit kencing batu yang terjadi di ginjal yang menyebabkan tidak bisa buang air kecil secara normal dan terjadi rasa nyeri karena adanya batu atau zat yang mengkristal di dalam ginjal.

13

2. Etiologi Batu terbentuk dari traktus urinarius ketika konsentrasi subtansi tertentu seperti kalsium oksalat, kalsium fosfat, dan asam urat meningkat. Batu juga dapat terbentuk ketika terdapat defisiensi subtansi tertentu, seperti sitrat yang secara normal mencegah kristalisasi dalam urine. Kondisi lain yang mempengaruhi laju pembentukan batu mencakup pH urin dan status cairan pasien (batu cenderung terjadi pada pasien dehidrasi). Penyebab terbentuknya batu digolongkan dalma 2 faktor : a. Factor endogen : Hyperkalsemia Hyperkasiuria Ph urin Kelebihan pemasukan cairan dlam tubuh yang bertolak belakang dengan keseimbangan cairan yang masuk dalam tubuh b. Factor eksogen : Air minum Kurang minum atau kurang mengkonsumsi air mengakibatkan terjadinya pengendapan kalsium dalam pelvis renal akibat ketidak seimbangan cairan yang masuk Suhu Tempar yang bersuhu panas menyebabkan banyaknya pengeluaran keringat,yang akan mempermudah pengurangan produksi urin dan mempermudah terbentuknya batu. Makanan Kurangnya mengkonsumsi protein dapat menjadi factor : Meningkatnya kalsium dalam darah : Meningkatnya kalsium dalam urin

terbentuknya batu Dehidrasi Kurangnya pemasukan cairan dalam tubuh juga ikut membantu proses pembentukan urin.

3. Patofisiologi

14

Nefrolitiasis merupakan kristalisasi dari mineral dan matriks seperti pus darah, jaringan yang tidak vital dan tumor. Komposisi dari batu ginjal bervariasi, kira-kira tiga perempat dari batu adalah kalsium, fosfat, asam urin dan cistien.peningkatan konsentrasi larutan akibat dari intake yang rendah dan juga peningkatan bahan-bahan organic akibat infeksi saluran kemih atau urin ststis sehingga membuat tempat untuk pembentukan batu. Ditambah dengan adanya infeksi meningkatkan kebasaan urin oleh produksi ammonium yang berakibat presipitasi kalsium dan magnesium pospat (Jong, 1996 : 323) Proses pembentukan batu ginjal dipengaruhi oleh beberapa faktor yang kemudian dijadikan dalam beberapa teori : a. Teori supersaturasi Tingkat kejenuhan kompone-komponen pembentuk batu ginjal mendukung terjadinya kristalisasi. Kristal yang banyak menetap menyebabkan terjadinya agresi kristal kemudian timbul menjadi batu. b. Teori matriks Matriks merupakan mukoprotein yang terdiri dari 65% protein, 10% heksose, 3-5 heksosamin dan 10% air. Adapun matriks menyebabkan penempelan kristal-kristal sehingga menjadi batu. c. Teori kurang inhibitor Pada kondisi normal kalsium dan fosfat hadir dalam jumlah yang melampui daya kelarutan, sehingga diperlukan zat penghambat pengendapat. Phospat mukopolisakarida dan dipospat merupakan penghambatan pembentukan kristal. Bila terjadi kekurangan zat ini maka akan mudah terjadi pengendapan. d. Teori epistaxi Merupakan pembentukan baru oleh beberapa zat secra- bersama-sama, salauh satu batu merupakan inti dari batu yang merupakan pembentuk pada lapisan luarnya. Contohnya ekskresi asam urayt yanga berlebihan dalam urin akan mendukung pembentukan batu kalsium dengan bahan urat sebagai inti pengendapan kalsium. e. Teori kombinasi

15

Batu terbentuk karena kombinasi dari berbagai macam teori di atas.

4. Jenis-jenis Batu dan Komposisi Batu Batu saluran kemih pada umumnya mengandung unsur kalsium: kalsium oksalat atau kalsium fosfat, asam urat, magnesium-amonium-fosfat (MAP), xanthyn, da sistin, silikat dan senyawa lainnya. Data mengenai kandungan / komposisi zat yang terdapat pada batu sangat penting untuk usaha pencegahan terhadap kemungkinan timbulnya batu residif. a. Batu Kalsium Batu jenis ini paling banyak di jumpai, yaitu kurang lebih 70 - 80% dari seluruh batu saluran kemih. Kandungan batu jenis ini terdiri atas kalsium oksalat, kalsium fosfat, atau campuran dari kedua unsur itu. Faktor terjadinya batu kalsium adalah hiperkalsiuri, hiperoksaluri, hiperurikosuria, dan hipositraturia b. Batu Struvit

16

Batu struvit disebut juga sebagai batu infeksi, karena terbentuknya batu ini disebabkan oleh adanya infeksi saluran kemih. Kuman penyebab infeksi ini adalah kuman golongan pemecah urea atau urea splitter yang dapat menghasilkan enzim urease dan merubah urine menjadi bersuasana basa melalui hidrolisis urea menjadi amoniak. Kuman-kuman yang termasuk pemecah urea di antaranya adalah : Proteusspp, Klebsiella, Serratia, Enterobakter, Pseudomonas, dan Stafilokokus. Meskipun E coli banyak menimbulkan infeksi saluran kemih tetapi kuman ini bukan termasuk pemecah urea. c. Batu Asam Urat Batu asam urat merupakan 5-10% dari seluruh batu saluran kemih. Di antaranya 75-80% batu asam urat terdiri atas asam murni dan sisanya merupakan campuran kalsium oksalat. Penyakit batu asam urat

banyak diderita oleh pasien-pasien gout, penyakit mieloproliferatif, pasien yang mendapatkan terapi antikanker, dan yang banyak mempergunakan obat urikosurik diantaranya adalah sulfinpirazone, thiazide, dan salisilat. Kegemukan, peminum alkohol, dan diet tinggi protein mempunyai peluang yang lebih besar untuk mendapatkan penyakit ini.

5. Tanda dan Gejala Batu yang terjebak diureter menyebabkan gelombang nyeri yang luar biasa, akut, kolik, yang menyebar kepaha dan genitalia. Pasien merasa selalu ingin berkemih, namun hanya sedikit urin yang keluar dan biasanya mengandung darah akibat aksi abrasive batu. Batu yang terjebak dikandung kemih biasanya menyebabkan gejala iritasi dan berhubungan dengan infeksi traktus urinarius dan hematuria. Keluhan yang sering ditemukan adalah sebagai berikut : a. Hematuria b. Piuria c. Polakisuria/fregnancy

17

d. Urgency e. Nyeri pinggang menjalar ke daerah pingggul, bersifat terus menerus pada daerah pinggang. f. Kolik ginjal yang terjadi tiba-tiba dan menghilang secara perlahanlahan. g. Rasa nyeri pada daerah pinggang, menjalar ke perut tengah bawah, selanjutnya ke arah penis atau vulva. h. Anorexia, muntah dan perut kembung i. Hasil pemeriksaan laboratorium, dinyatakan urine tidak ditemukan adanya batu leukosit meningkat.

6. Komplikasi Menurut guyton, 1993 komplikasi dari nefrolitiasis adalah : a. Gagal ginjal Terjadinya karena kerusakan neuron yang lebih lanjut dan pembuluh darah yang disebut kompresi batu pada membrane ginjal oleh karena suplai oksigen terhambat. Hal in menyebabkan iskemis ginjal dan jika dibiarkan menyebabkan gagal ginjal b. Infeksi Dalam aliran urin yang statis merupakan tempat yang baik untuk perkembangbiakan microorganisme. Sehingga akan menyebabkan infeksi pada peritoneal. c. Hidronefrosis Oleh karena aliran urin terhambat menyebabkan urin tertahan dan menumpuk diginjal dan lam-kelamaan ginjal akan membesar karena penumpukan urin d. Avaskuler ischemia Terjadi karena aliran darah ke dalam jaringan berkurang sehingga terjadi kematian jaringan.

7. Pemeriksaan Diagnostik

18

a. Pemeriksaan Urin PH lebih dari 7,6 Sediment sel darah merah lebih dari 90% Biakan urin Ekskresi kalsium fosfor, asam urat

b. Pemeriksaan darah Hb turun Leukositosis Urium krestinin Kalsium, fosfor, asam urat

c. Pemeriksaan Radiologist Foto Polos perut / BNO (Bladder Neck Obstruction) dan Pemeriksaan rontgen saluran kemih / IVP (Intranenous Pyelogram) untuk melihat lokasi batu dan besar batu d. CT helikal tanpa kontras CT helical tanpa kontras adalah teknik pencitraan yang dianjurkan pada pasien yang diduga menderita nefrolitiasis. Teknik tersebut memiliki beberapa keuntungan dibandingkan teknik pencitraan lainnya, antara lain: tidak memerlukan material radiokontras; dapat memperlihatkan bagian distal ureter; dapat mendeteksi batu radiolusen (seperti batu asam urat), batu radio-opaque, dan batu kecil sebesar 1-2 mm; dan dapat mendeteksi hidronefrosis dan kelainan ginjal dan intraabdomen selain batu yang dapat menyebabkan timbulnya gejala pada pasien. Pada penelitian yang dilakukan terhadap 100 pasien yang datang ke UGD dengan nyeri pinggang, CT helikal memiliki sensitivitas 98%, spesifisitas 100%, dan nilai prediktif negatif 97% untuk diagnosis batu ureter. c. USG abdomen Ultrasonografi memiliki kelebihan karena tidak menggunakan radiasi, tetapi teknik ini kurang sensitif dalam mendeteksi batu dan hanya bisa memperlihatkan ginjal dan ureter proksimal. Penelitian retrospektif

19

pada 123 pasien menunjukkan bahwa, dibandingkan dengan CT Helikal sebagai gold standard, ultrasonografi memiliki sensitivitas 24% dan spesifisitas 90%. Batu dengan diameter lebih kecil dari 3 mm juga sering terlewatkan dengan ultrasonografi.

8. Penatalaksanaan Medis Sjamsuhidrajat (2004) menjelaskan penatalaksanaan pada nefrolitiasis terdiri dari : a. Obat diuretik thiazid(misalnya trichlormetazid) akan mengurangi pembentukan batu yang baru. b. Dianjurkan untuk minum banyak air putih (8-10 gelas/hari). c. Diet rendah kalsium dan mengkonsumsi natrium selulosa fosfat. d. Untuk meningkatkan kadar sitrat (zat penghambat pembentukan batu kalsium) di dalam air kemih, diberikan kalium sitrat. e. Kadar oksalat yang tinggi dalam air kemih, yang menyokong terbentuknya batu kalsium, merupakan akibat dari mengkonsumsi makanan yang kaya oksalat (misalnya bayam, coklat, kacangkacangan, merica dan teh). Oleh karena itu sebaiknya asupan makanan tersebut dikurangi. f. Kadang batu kalsium terbentuk akibat penyakit lain, seperti hiperparatiroidisme, sarkoidosis, keracunan vitamin D, asidosis tubulus renalis atau kanker. Pada kasus ini sebaiknya dilakukan pengobatan terhadap penyakit-penyakit tersebut. Batu asam urat. g. Dianjurkan untuk mengurangi asupan daging, ikan dan unggas, karena makanan tersebut menyebabkan meningkatnya kadar asam urat di dalam air kemih. h. Untuk mengurangi pembentukan asam urat bisa diberikan allopurinol. i. Batu asam urat terbentuk jika keasaman air kemih bertambah, karena itu untuk menciptakan suasana air kemih yang alkalis (basa), bisa diberikan kalium sitrat. j. Dianjurkan untuk banyak minum air putih.

20

Sedangkan menurut Purnomo BB (2003), penatalaksanaan nefrolitiasin adalah : a. Terapi Medis dan Simtomatik Terapi medis berusaha untuk mengeluarkan batu atau melarutkan batu. Tetapi simtomatik berusaha untuk menghilangkan nyeri. Selain itu dapat diberikan minum yang berlebihan/ banyak dan pemberian diuretik. b. Litotripsi Pada batu ginjal, litotripsi dilakukan dengan bantuan nefroskopi perkutan untuk membawa tranduser melalui sonde ke batu yang ada di ginjal. Cara ini disebut nefrolitotripsi. Salah satu alternatif tindakan yang paling sering dilakukan adaah ESWL. ESWL (Extracorporeal Shock Wave Lithotripsy) adalah tindakan memecah batu yang ditembakkan dari luar tubuh dengan menggunakan gelombang kejut yang dapat memecahkan batu menjadi pecahan yang halus, sehingga pecahan tersebut dapat keluar bersama dengan air seni. Keutungan dari tindakan ESWL ini yaitu tindakan ini dilakukan tanpa membuat luka, tanpa pembiusan dan dapat tanpa rawat inap. c. Tindakan bedah Tindakan bedah dilakukan jika tidak tersedia alat litotripsor tindakan bedah lain adalah operasi Kecil pengambilan batu ginjal / PCNL (Percutaneous Nephrolithotomy). PCNL merupakan tindakan

menghancurkan batu ginjal dengan memasukkan alat endoskopi yang dimasukkan kedalam ginjal sehingga batu dapat dihancurkan dengan alat tersebut. Tindakan ini memerlukan pembiusan dan rawat inap.

21

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan

B. Saran

22

DAFTAR PUSTAKA

Sjamsuhidajat, R % Jong Wim De. 1998. Buku ajar bedah. Jakarta : EGC

Suddarth & Brunner. 1996. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah.Mosby. St.louis.

Tambayong, jan. 2000. Patofisiologi untuk keperawatan. Jakarta EGC

23

S-ar putea să vă placă și