Sunteți pe pagina 1din 34

BAB II TINJAUAN TEORI

1. A.

Pengertian

Harga diri rendah kronis adalah evaluasi diri atau perasaan tentang diri atau kemampuan diri yang negatif dan dipertahankan dalam waktu lama (NANDA, 2005).

Harga diri rendah adalah perasaan tidak berharga, tidak berarti, dan rendah diri yang berkepanjangan akibat evaluasi negatif terhadap diri sendiri dan kemampuan diri. (Keliat, 2011)

Harga diri rendah adalah evaluasi perasaan diri negatif atau merasa tidak mampuyang berlangsung dalam rentang waktu lama (Wilkinson, 2007)

1. B. 6

psikodinamika

Menurut Surya Direja (2011),harga diri rendah dapat terjadi secara ; Situasional, Yaitu terjadi trauma yang tiba tiba, misalnya baru operasi kecelakaan, dicerai suami, putus sekolah, putus hubungan kerja, perasaan malu karena sesuatu terjadi (korban perkosaan, dituduh KKN, di penjara tiba-tiba ) Pada klien yang dirawat dapat terjadi harga diri rendah karena ; (1) Privasi yang kurang diperhatikan, misalnya ; Pemeriksaan fisik yang sembarangan, pemasangan alat yang tidak sopan (pencukuran pubis, pemasangan kateter,pemeriksaan perineal ). (2)Harapan akan struktur ,bentuk dan fungsi yang tidak tercapai dirawat/sakit atau penyakit. (3) Perlakuan petugas kesehatan yang tidak menghargai,Misalnya

pemeriksaan dilakukan tanpa penjelasan, berbagai tindakan tanpa persetujuan. Maturasional, Ada beberapa factor yang berhubungan dengan maturasi adalah ; (a) Bayi/Usia bermain/Pra sekolah Berhubungan dengan kurang stimulasi atau kedekatan ,perpisahan dengan orang tua, evaluasi negative dari orang tua, tidak adekuat dukungan orang tua , ketidak mampuan mempercayai orang terdekat. (b) Usia sekolah ; Berhubungan dengan kegagalan mencapai tingakat atau peringkat objektif, kehilangan kelompok sebaya, umpan balik negative berulang. (c) Remaja Pada usia remaja penyebab harga diri rendah ,jenis kelamin, gangguan hubungan teman sebagai perubahan dalam penampilan,masalah-masalah pelajaran kehilangan orang terdekat. (d)Usia sebaya ; Berhubungan dengan perubahan yang berkaitan dengan penuaan.(e) Lansia ; Berhubungan dengan kehilangan ( orang, financial, pensiun ). Kronik, Yaitu perasaan negative terhadap diri yang berlangsung lama yaitu sebelum sakit atau dirawat.Klien mempunyai cara berfikir yang negative. Kejadian dirumah sakit akan menabah persepsi negative terhadap dirinya. Menurut Iyus yosep (2011) yang mengambil dari hasil riset Malhi (2008, dalam http//www.tqm.com) menyimpulkan behwa proses terjadinya harga diri rendah diakibatkan oleh rendahnya cita-cita seseorang. Hal ini mengakibatkan berkurangnya tantangan dalam mencapai tujuan. Tantangan yang rendah menyebabkan upaya yang rendah. Selanjutnya hal ini menyebutkan penampilan seseorang yang tidak optimal. Dalam tinjauan life span history klien, penyebab terjadinya harga diri rendah adalah pada masa kecil sering disalahkan, jarang diberi pujian atas keberhasilannya. Saat individu mencapai remaja maka keadaanya kurang dihargai, tidak diberi kesempatan dan tidak diterima. Menjelang dewasa awal sering gagal di sekolah, pekerjaan, atau pergaulan. Harga diri rendah muncul saat lingkungan cenderung mengucilkan dan menuntut lebih dari kemampuannya. Manifestasi yang biasa muncul pada klien ganguan jiwa dengan harga diri rendah, (Fitria, 2009) ; Mengkritik diri sendiri, Perasaan tidak mampu, Pandangan hidup yang pesimis, Tidak menerima pujian, Penurunan produktivitas, Penolakan terhadap kemampuan diri, Kurang memperhatikan perawatan diri, Berpakaian tidak rapih,selera makan berkurang, tidak berani menatap lawan bicara, Lebih banyak menunduk, Bicara lambat dengan nada lemah. Komplikasi yang bisa ditimbulkan dari harga diri adalah menarik diri, halusinasi, resiko mencederai diri sendiri dan lingkungan. 1. C. Rentang respon Respon maladaptif

Respon adaptif

Aktualisasi

Konsep diri

Harga diri

Kerancuan

Depersonalisasi

diri

Diri positif

rendah

identitras

(Stuart dan Sunden, 1998 : 230 yang dikupip oleh Ernawati dalami 2009)

1. Respon adaptif 2. Aktualisasi diri adalah pernyataan diri tentang konsep diri yang positif dengan latar belakang pengalaman nyata yang sukses dan dapat diterima. 3. Konsep diri positif adalah apabila individu mempunyai pengalaman yang positif dalam beraktualisasi diri dan menyadari hal-hal positif maupun yang negatif dari dirinya. 1. Respon maladaptif Adalah respon individu dalam menghadapi masalah dimana individu tidak mampu memecahkan masalah tersebut. Respon maladaftifnya adalah : 1. Harga diri rendah adalah individu yang cenderung untuk menilai dirinya yang negatif dan merasa lebih rendah dari orang lain. 2. Kerancuan identitas adalah identitas diri kacau atau tidak jelas sehingga tidak memberikan kehidupan dalam mencapai tujuan 3. Depersonalisasi (tidak mengenal diri) tidak mengenal diri yaitu mempunyai kepribadian yang kurang sehat, tidak mampu berhubungan sengan orang lain secara intim. Tidak ada rasa percaya diri atau tidak dapat membina hubungan baik dengan orang lain Harga diri rendah merupakan komponen episode depresi mayor, dimana aktivitas merupakan bentuk hukuman atau punishment (stuart dan laraia, 2005). Depresi adalah emosi normal manusia, tapi secara klinis dapat bermakna patologik apabila mengganggu perilaku sehari-hari, menjadi pervasif dan muncul bersama penyakit lain. Menurut NANDA (2005) tanda dan gejala yang dimunculkan sebagai prilaku telah dipertahankan dalam waktu yang lama atau kronik yang meliputi mengatakan hal yang negatif tentang diri sendiri dalam waktu lama dan terus-menerus, mengekspresikan sikap malu/minder/rasa bersalah, kontak mata kurang/tidak ada, selalu mengatakan ketidak mampuan/kesulitan untuk mencoba sesuatu, bergantung pada orang lain, tidak asertif, pasif, dan hipoaktif, bimbang dan ragu-ragu serta menolak umpan balik positif dan membesarkan umpan balik negatif mengenai dirinya.

Faktor biologis biasanya karena ada kondisi sakit fisik secara yang dapat mempengaruhi kerja hormon secara umum, yang dapat pada berdampak pada keseimbangan neurotransmiter di otak, contoh kadar serotonin yang menurun dapat mengakibatkan klien mengalami depresi dan pada pasien depresi kecenderungan harga diri rendah kronis semakin besar karena klien lebih dikuasai oleh pikiran pikiran negatif dan tidak berdaya.

Struktur otak yang mungkin mengalami gangguan pada kasus harga diri rendah adalah : 1. System limbic yaitu posisi emosi, dilihat dari emosi pada klien denganharga diri rendah yang kadang berubah seperti sedih, dan terus merasa tidak berguna atau gagal terus menerus. 2. Hipotalamus yang juga mengatur mood dan motivasi, karena melihat kondisi klien dengan harga diri rendah dengan membutuhkan lebih banyak motivasi dan dukungan dari perawat dalam melaksanakan tindakan yang sudah dijadwalkan bersama-sama dengan perawat padahal klien mengatakan bahwa membutuhkan latihan yang telah dijadwalkan tersebut. 3. Thalamus, sistem pintu gerbang atau menyaring fungsi untuk mengatur arus informasi sensori yang berhubungan dengan perasaan untuk mencegah berlebihan di korteks. Kemungkinan pada klien dengan harga diri rendah apabila ada kerusakan pada thalamus ini maka arus informasi sensori yang masuk tidak dapat dicegah atau dipilih sehingga menjadi berlebihan yang mengakibatkan perasaan negatif yang ada selalu mendominasi pikiran dari klien.

1. Amigdala yang berfungsi untuk emosi.

Di bawah ini adalah 5 komponen konsep diri yang meliputi citra tubuh, ideal iri, harga diri, identitas diri, dan peran (Ernawati dalami, 2009) :

Citra tubuh (body image) : Sikap, persepsi keyakinan dan pengetahuan individu secara sadar, atau tidak sadat, Terhadap tubuhnya yaitu : ukuran, bentuk,, struktur makna, dan obyek yang kontak secara terus menerus baik masa lalu maupun sekarang. Citra tubuh dapat diartikan sebagai kumpulun sikap individu yang disadari maupun tidak ada tubuhnya. Citra tubuh merupakan hal pokok dalam konsep diri, citra tubuh harus realistis, karena semakin seseorang dapat menerima dan menyukai tabuhnya, ia akan lebih bebas dan merasa aman dari kecemasan sehingga harga dirinya akan meningkat. Sikap individu terhadap tubuhnya mencerminkan aspek penting dalam dirinya misalnya menarik, gemuk, atau kurus, dan lain-lain. Gangguan citra tubuh adalah perubahan persepsi tentang tubuh yang diakibatkan oleh perubahan ukuran, bentuk, struktur, fungsi, keterbatasan, makna dan obyek, pada klien yang dirawat di rumah sakit umum, perubahan citra tubuh sangat mungkin terjadi. Stresor pada tiap kondisi kesehatannya apakah semakin membaik atau memburuk, dan hal inilah yang dapat menentukan harga diri seseorang.

perubahan di antaranya Perubahan ukuran tubuh : berat badan yang turun akibat penyakit. Perubahan bentuk tubuh : tindakan invasif seperti operasi, suntikan dan pemasangan infus. Perubahan struktur sama dengan perubahan bentuk tubuh disertai dengan pemasangan alat di dalam tubuh. Keterbatasan gerak : makan, kegiatan. Makna dan obyek yang sering kontak : penampilan dan dandanan berubah, pemasangan alat pada tubuh klien seperti infus, respirator, suntik, pemeriksaan tanda vital.

Ideal diri adalah persepsi individu tentang bagaimana dia harus berprilaku berdasarkan standar, tujuan, keinginan atau nilai pribadi tertentu. Sering disebut bahwa ideal diri sama dengan cita-cita, keinginan, harapan tentang diri sendiri. Persepsi individu tentang bagaimana seharusnya berprilaku berdasarkan standar,aspirasi, tujuan atau nilai yang diyakini. Penetapan ideal diri dipengaruhi oleh kebudayaan, keluarga dan ambisi, keinginan kemampuan individu dalam menyesuaikan diri dengan orang serta prestasi masyarakat setempat. Individu cenderung mensetting tujuan yang sesuai dengan kemampuannya, kultural, realita, menghindari kegagalan dan rasa cemas.

Harga diri (self esteem) adalah penilaian individu tentang pencapaian diri dengan menganalisa seberapa jauh prilaku sesuai dengan ideal diri. Pencapaian ideal diri atau cita-cita/harapan langsung menghasilkan perasaan berharga.

Identitas diri adalah kesadaran akan keunikan diri sendiri yang bersumber dari penilaian dan observasi diri sendiri. Identitas ditandai dengan kemampuan memandang diri sendiri beda dengan orang lain, mempunyai percaya diri, dapat mengontrol diri, mempunyai persepsi tentang peran serta citra diri.

Peran adalah seperangkat prilaku yang diharapkan secara sosial yang berhubungan dengan fungsi indiidu pada bebagai kelompok sosial, tiap individu mempunyai berbagai peran yang terintegrasi dalam pola fungsi individu. 1. D. Asuhan keperawatan 1. 1. pengkajian 2. a. Faktor predisposisi Faktor predisposisi terjadinya harga diri rendah kronis menurut Ade herman (2011) adalah penolakan orang tua yang tidak realistis, kegagalan berulang kali, kurang mempunyai tanggung jawab personal, ketergantungan pada orang lain, ideal diri yangtidak realistis. Citra tubuh : (1) Kehilangan atau kerusakan bagian tubuh, (2) Perubahan ukuran, bentuk dan penampilantubuh akibat penyakit, (3) Proses penyakit dan dampaknya terhadap struktur dan fungsi tubuh, (4) Proses pengobatan seperti radiasi dan kemoterapi. Harga diri : (1) Penolakan, (2) Kurang penghargaan, Pola asuh overprotektif, otoriter, tidak konsisten, terlalu dituruti, terlalu dituntut, (3) Persaingan antar saudara, (4) Kesalahan dan kegagalan berulang, (5) Tidak mampu mencapai standar. Peran : (1) stereotipik peran seks, (2) Tuntutan peran kerja, (3) Harapan peran kultural. Identitas : (1) Ketidak percayaan orang tua, (2) Tekanan dari peer gruup, (3) Perubahan struktur sosial. 1. b. Faktor presipitasi

Faktor presipitasi terjadinya harga diri rendah adalah hilangnya sebagian anggota tubuh, berubahnya penampilan atau bentuk tubuh, mengalami kegagalan, serta menurunnya produktivitas. Harga diri kronis ini dapat terjadi secara situasional maupun kronik. (1) Trauma : Masalah spesifik dengan konsep diri adalah situasi yang membuat individu sulit menyesuaikan diri, khususnya trauma emosi seperti penganiayaan seksual dan phisikologis pada masa anak-anak atau merasa terancam atau menyaksikan kejadian yang mengancam kehidupannya. (2) Ketegangan peran : rasa frustasi saat individu merasa tidak mampu melakukan peran yang bertentangan dengan hatinya atau tidak merasa sesuai dalam melakukan perannya. Ketegangan peran ini sering dijumpai saat terjadi konflik peran, keraguan peran dan terlalu banyak peran. Konflik peran terjadi saat

individu menghadapi dua harapan yang bertentangan dan tidak dapat dipenuhi. Keraguan peran terjadi bila individu tidak mengetahui harapan peran yang spesifik atau bingung tentang peran yang sesuai. (a) Trauma peran perkembangan, (b) Perubahan nurmatif yang berkaitan dengan pertumbuhan, (c) Transisi peran situasi, (d) Perubahan junlah anggota keluarga baik bertambah atau berkurang, (d) Transisi peran sehat-sakit, (e) Pergeseran kondisi klien yang menyebabkan kehilangan bagian tubuh, perubahan bentuk, penampilan dan fungsi tubuh, prosedur medis dan keperawatan.

(3) Perilaku : (a) Citra tubuh yaitu Menolak menyentuh atau melihat bagian tubuh tertentu, Menolak bercermin, Tidak mau mendiskusikan keterbatasan atau cacat tubuh, Menolak usaha rehabilitasi, Usaha pengobatan mandiri yang tidak tepat, Menyangkal cacat tubuh. (b) Harga diri rendah di antaranya Mengkritik diri atau orang lain, Produktivitas menurun, Gangguan berhubungan, Keteganggan peran, Pesimis menghadapi hidup, Keluhan fisik, Penolakan kemampuan diri, Pandangan hidup bertentangan, Destruktif kepada diri, Menarik diri secara sosial, Penyalahgunaan zat, Menarik diri dari realitas, Khawatir, Merasa diri paling penting, Distruktif pada orang lain, Merasa tidak mampu, Merasa bersalah, Mudah tersinggung/marah, Perasaan negatif terhadap tubuh. (c) Keracunan identitas di antaranya Tidak ada kode moral, Kepribadian yang bertentangan, Hubungan interpersonal yang ekploitatif, Perasaan hampa, Perasaan mengambang tentang diri, Kehancuran gender, Tingkat ansietas tinggi, Tidak mampu empati pada orang lain, Masalah estimasi. (d) depersonalisasi meliputi afektif : Kehidupan identitas, Perasaan terpisah dari diri, Perasaan tidak realistis, Rasa terisolasi yang kuat, Kurang rasa berkesinambungan, Tidak mampu mencari kesenangan. Perseptual : Halusinasi dengar dan lihat, Bingung tentang seksualitas diri, Sulit membedakan diri dari orang lain, Gangguan citra tubuh, Dunia seperti dalam mimpi. Kognitif : Bingung, Disorientasi waktu, Gangguan berpikir, Gangguan daya ingat, Gangguan penilaian, Kepribadian ganda.

1. c.

Perilaku

Prilaku yang dapat dilihat dari harga diri rendah adalah mengkritik diri sendiri atau orang lain, produktitas menurun, destruktif pada orang lain, gangguan berhubungan, rasa bersalah, mudah marah dan tersinggung, perasaan marah tersinggung, perasaan negatif terhadap diri sendiri, pandangan hidup pesimis, dan keluhan-keluhan fisik, pandangan hidup terpolarisasi, mengingkari kemampuan diri sendiri, mengejek diri sendiri. Kemudian perilaku yang menunjukkan kerancuan identitas adalah Tidak mengindahkan moral, Mengurangi hubungan interpersonal, Perasaan kosong/hampa, Perasaan yang berubah-ubah, Kekacuan identitas seksual, Kecemasan yang tinggi, Tidak mampu berempati, Kurang keyakinan diri, Ideal diri tidak realistis. Sedangkan perilaku yang menunjukkan depersonalisasi adalah Identitas hilang, Asing dengan diri sendiri, Perasaan tidak aman, rendah diri, takut, malu, Merasa sangat terisolasi, Halusinasi pendengaran dan penglihatan, Tidak yakin akan jenis

kelaminnya, Sukar membedakan diri dengan orang lain, Kacau, Disorientasi waktu, Penyimpangan pikiran, Daya ingat yang terganggu, Daya penilaian terganggu, Afek tumpul, Pasif dan tidak ada respon emosi, Komunikasi tidak selaras, Tidak dapat mengontrol perasaan, Tidak ada inisiatif dan tidak dapat mengambil keputusan, Menarik diri dari lingkungan, Kurang bersemangat

1. d. Mekanisme koping Mekanisme koping jangka pendek yang biasa dilakukan klien harga diri rendah adalah kegiatan yang dilakukan untuk lari sementara dari krisis, misalnya pemakaian obat-obatan, kerja keras, nonton TV terus-menerus. Kegiatan mengganti identitas sementara, misalnya ikut kelompok sosial, keagamaan dan politik. Kegiatan yang memberi dukungan sementara, seperti mengikuti suatu kompetisi atau kontes popularitas. Kegiatan mencoba menghilangkan anti identitas sementara, seperti penyalahgunaan obat-obatan. Jika mekanisme koping jangka pendek tidak memberi hasil yang diharapkan individu akan mengembangkan mekanisme koping jangka panjang, antara lain adalah menutup identitas, dimana klien terlalu cepat mengadopsi identitas yang disenangi dari orang-orang yang berarti tanpa mengindahkan hasrat, aspirasi atau potensi diri sendiri, identitas negatif, dimana asumsi yang bertentangan dengan nilai dan harapan masyarakat. Sedangkan mekanisme pertahanan ego yang sering digunakan adalah fantasi, regresi, disasosiasi, isolasi, proyeksi, mengalihkan marah berbalik pada diri sendiri dan orang lain. 1. Pertahanan jangka pendek Aktifitas yang dapat memberikan pelarian sementara dari krisis, misalnya : Kerja keras, nonton, dll. Aktifitas yang dapat memberikan identitas pengganti sementara, misalnya : ikut kegiatan sosial, politik, agama, dll. Aktifitas yang sementara dapat menguatkan perasaan diri, misalnya : kompetisi pencapaian akademik. Aktifitas yang mewakili upaya jarak pendek untuk membuat masalah identitas menjadi kurang berarti dalam kehidupan, misalnya : penyalahgunaan obat.

1. Pertahanan jangka panjang

Penutupan identitas adalah Adopsi identitas prematur yang diinginkan oleh orang yang penting bagi individu tanpa memperhatikan keinginan, aspirasi, potensi diri individu. Identitas negatif adalah asumsi identitas yang tidak wajar untuk dapat diterima oleh nilai-nilai harapan masyarakat.

1. Mekanisme pertahanan ego Untuk mekanisme pertahanan ego meliputi :Fantasi, Dissosiasi, Isolasi, Proyeksi, Displancement, Marah/amuk pada diri sendiri.

Pohon masala Menurut Surya Direja (2011) pohon masalahnya adalah sebagai berikut : Harga diri rendah Isolasi sosial Koping keluarga tidak efektif 2. Diagnosa keperawatan : 1. Harga diri rendah kronis 2. Isolasi sosial 3. Koping keluarga tidak efektif

3.perencanaan a harga diri rendah Diagnosa No DX Keperawatan 1. Harga diri rendah

Tgl

Tujuan Tujuan umum : Klien dapat berhubungan dengan orang lain secara optimal

Rencana Tindakan Keperawatan Kriteria Evaluasi Intervensi

Rasional

1.1 Ekspresi wajah Tujuan khusus : bersahabat, menunjukan rasa senang,ada kontak TUK 1 : mata,mau berjabat tangan,meu menyebut nama,mau manjawab Klien dapat membina hubungan salam,klien mau duduk berdampingan dengan saling percaya perawat, mau mengutarakan masalah yang dihadapi

1.1.1 Bina hubungan saling Hubungan saling percaya percaya dengan merupakan dasar untuk mengungkapkan prinsip kelancaran hubungan komunikasi terapeutik: interaksi selanjutnya 1. Sapa klien dengan ramah baik verbal maupun non verbal 2. Perkenalakan diri dengan sopan 3. Tanyakan nama lengkap klien dan nama penggilan yang disukai klien 4. Jelaskan tujuan pertemuan 5. Jujur dan menepati janji 6. Tunjukan sikap empati dan menerima klien apa adanya 7. Beri perhatian kepada

klien dan perhatikan kebutuhan dasar klien

TUK 2 : Klien dapat mengidentifi-kasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki 2.1.1 Diskusikan 2.1 Klien mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif keamampuan aspek positif yang dimiliki klien yang dimilki : Kemampuan yang dimilki klien Aspek positif keluarga Aspek positif lingkungan Pujian yang realistik tidak menyebabkan klien melakukan kegiatan hanya karena ingin mendapatkan pujian Keterbukaan dan pengertian tentang kemampuan yang dimiliki adalah prasarat 2.1.2 Setiap bertemu klien Reinforcement positif akan meningkatkan harga hindarkan dari memberi diri penilaian negatif Mendiskusikan tingkat kemampuan klien seperti menilai realitas, kontrol diri atau integritas ego diperlukan sebagai dasar asuhan keperawatannya

TUK 3 : Klien dapat menilai kemampuan yang digunakan

2.1.3 Utamakan memberi pujian yang realistik

3.1.1 Diskusikan dengan klien kemampuan yang masih

dapat digunakan selama sakit 3.1 Klien dapat menilai kemampuan yang dapat digunakan 3.1.2 Diskusikan kemampuan yang dapat dilanjutkan penggunaannya TUK 4 : Klien dapat (menetapkan) merencanakan kegiatan sesuai dengan kemampuan yang dimiliki

untuk berubah

Pengertian tentang kemampuan yang dimiliki diri, motivasi untuk tetap mempertahankan penggunaannya

Klien perlu bertindak secara realitas dalam kehidupannya 4.1.1 Rencanakan bersama klien aktivitas yang dapat dilakukan setiap hari sesuai kemampuan 4.1 Klien membuat rencana kegiatan harian kegiatan mandiri

kegiatan dengan bantuan Contoh peran yang dilihat klien akan memotivasi klien untuk kegiatan yang melaksanakan kegiatan membutuhkan bantuan total

Memberikan kesempatan pada klien mandiri dapat

4.1.2 Tingkatkan kegiatan meningkatkan motivasi sesuai dengan toleransi kondisi dan haga diri klien klien TUK 5 : Klien dapat melakukan kegiatan sesuai kondisi sakit dan kemampuannya Memberikan kesempatan kepada klien untuk tetap melakukan kegiatan yang bisa dilakukan

4.1.3 Beri contoh cara pelaksanaan kegiatan yang boleh klien lakukan

Mendorong keluarga untuk mampu merawat klien mandiri dirumah Beri kesempatan pada Reinforcement positif 5.1 Klien dapat melakukan 5.1.1 dapat meningkatkan klien untuk mncoba kegiatan kegiatan sesuai kondisi harga diri klien sakit dan kemampuannya yang telah direncanakan

5.1.2 Beri pujian atas keberhasilan klien

Suport sistem keluarga akan sangat berpengaruh dalam mempercepat proses penyembuhan klien

TUK 6 : Klien dapat memanfaatkan sistem pendukung yang ada

Meningkatkan peran serta keluarga dalam merawat klien dirumah 5.1.3 Diskusikan kemungkinan pelaksanaan di rumah Dengan mengetahui dosis, frekwensi dan manfaat obat diharapkan klien melaksanakan program Pengobatan Menilai kemampuan 6.1 Klien memanfaatkan klien dalam mengelola sistem pendukung yang ada pengobatannya sendiri di keluarga 6.1.1 Beri pendidikan kesehatan pada keluarga tentang cara merawat klien dengan harga Dengan mengetahui efek samping obat klien akan diri rendah mengetahui apa yang harus dilakukan setelah minum obat Program pengobatan dapat berjalan sesuai rencana 6.1.2 Bantu keluarga memberikan dukungan selama klien dirawat Dengan mengetahui prinsip 5 benar

TUK 7 Klien dapat memanfaatkan obat dengan baik.

7.1 Klien dan keluarga dapat menyebutkan manfaat, dosis dan efek samping obat

6.1.3 Bantu keluarga menyiapkan lingkungan rumah

penggunaan obat, maka kemandirian klien untuk pengobatan dapat ditingkatkan secara bertahap

Klien dapat mendemonstrasikan penggunaan obat

7.1.1 Diskusikan dengan klien dan keluarga tentang dosis, frekwensi dan manfaat obat

Klien termotivasi untuk berbicara dengan perawat apabila dirasakan ada efek 7.1.2 Anjurkan klien samping obat meminta sendiri obat pada perawat,dan merasakan Klien memahami akibat manfaatnya. berhentinya obat Klien dapat menyebutkan prinsip 5 benar penggunaan 7.1.3 Anjurkan klien dengan obat bertanya kepada dokter tentang efek dan efek samping obat yang dirasakan. 7.1.4 Diskusikan akibat berhenti obat tanpa konsultasi

7.1.5 Bantu klien menggunakan obat dengan prinsip 5 benar

b. isolasi No. Diagnosa sosial Keperawatan Dx Tgl 1. Isolasi sosial

PERENCANAAN KRITERIA TUJUAN TUM: Klien mampu berinteraksi dengan orang lain secara optimal TUK 1 : Klien dapat membina hubungan 1.1 Setelah 2 kali pertemuan saling percaya klien dapat menunjukan ekspresi wajah bersahabat, menunjukan rasa senang,ada kontak mata, mau berjabat tangan, mau menyebut nama, mau manjawab salam, klien INTERVENSI RASIONAL

1.1.1 Bina hubungan saling percaya dengan mengungkapkan prinsip komunikasi terapeutik: 1. Sapa klien dengan ramah baik verbal

Hubungan saling percaya merupakan dasar untuk kelancaran hubungan interaksi selanjutnya

mau duduk berdampingan dengan perawat, mau mengutarakan masalah yang dihadapi

maupun non verbal 2. Perkenalkan diri dengan sopan

1. Tanyakan nama lengkap klien dan nama penggilan yang disukai klien 2. Jelaskan tujuan pertemuan 3. Jujur dan menepati janji 4. Tunjukan sikap empati dan menerima klien apa adanya 5. Beri perhatian kepada klien dan perhatikan kebutuhan dasar klien 2.1 Setelah 3 kali pertemuan Klien dapat menyebutkan penyebab menarik diri yang berasal dari: 1. Diri sendiri 2. Orang lain 3. Lingkungan

TUK 2 : Klien dapat menyebutkan penyebab menarik

2.1.1 Kaji tentang pengetahuan klien tentang perilaku menarik diri dan Diketahui penyebab akan tanda-tandanya dapat dihubungkan dengan Faktor presipitasi 2.1.2 Berikan kesempatan

diri

kepada klien untuk yang dilami klien mengungkapkan perasaan penyebab menarik diri atau tidak mau bergaul

2.1.3 Diskusikan bersama klien tentang perilaku menarik diri, tanda-tanda serta penyebab yang muncul 2.1.4 Berikan pujian terhadap kemampuan klien mengungkapkan perasaanya 3.1 Setelah 4 kali pertemuan Klien dapat menyebutkan keuntungan berhubungan dengan orang lain TUK 3 : Klien dapat menyebutkan keuntungan berhubungan dengan orang lain dan kerugian tidak

3.1.1 Kaji pengetahuan klien tentang manfaat atau keuntungan berhubungan dengan orang lain 3.1.2 Beri kesempatan kepada klien mengungkapkan perasaan tetang keuntungan berhubungan dengan orang Klien harus dicoba berinteraksi secara bertahap agar terbiasa membina hubungan yang sehat dengan orang lain

berhubungan dengan orang lain

lain 3.1.3 Diskusikan bersama klien tentang manfaat berhubungan dengan orang lain 3.1.4 Beri reinforcement positif terhadap kemampuan klien mengungkapkan perasaan tentang keuntungan berhubungan dengan orang lain 3.2.1 Kaji pengetahuan klien tentang kerugian bila tidak berhubungan dengan 3.2 Klien dapat menyebutkan orang lain kerugian tidak berhubungan 3.2.2 Beri kesempatan dengan orang lain kepada klien untuk mengungkapkan perasaan tentang kerugian bila tidak berhubungan dengan orang lain 3.2.3 Diskusikan bersama klien tentang kerugian tidak berhubungan dengan orang lain

Mengevaluasi manfaat yang dirasakan klien sehingga timbul motivasi untuk berinteraksi

3.2.4 Beri reinforcement positif terhadap kemampuan klien mengungkapkan perasaan tentang kerugian tidak berhubungan dengan orang lain

TUK 4 : Klien dapat melaksanakan hubungan social secara bertahap

4.1 Setelah 4 kali pertemuan Klien dapat mendemonstrasikan hubungan 4.1.2 Dorong dan bantu social secara bertahap antara : klien untuk berhubungan dengan orang lain melalui tahap : 1. K P 2. K P K KP 3. K-P-Kelg 4. K-P-Kelp K P P lain K P P lain-K lien K-P-Kelg K-P-Kelp 4.1.3 Beri reinforcement terhadap keberhasilan yang

4.1.1 Kaji kemampuan klien membina hubungan dengan orang lain

Mengevaluasi manfaat yang dirasakan klien sehingga timbul motivasi untuk berinteraksi

telah di capai 4.1.4 Bantu klien untuk mengevaluasi manfaat berhubungan 4.1.5 Diskusikan jadwal harian yang dapat dilakukan bersama klien dalam mengisi waktu 4.1.6 Motivasi klien untuk mengikuti kegiatan ruangan 4.1.7 Beri reinforcement atas kegiatan klien dalam kegiatan ruangan

5.1 Setelah 4 kali pertemuan Klien dapat mengungkapkan perasaanya setelah berhubungan dengan orang lain untuk : TUK 5 : Klien dapat mengungkapkan 1. Diri sendiri 2. Orang lain

5.1.1 Dorong klien untuk mengungkapkan perasaanya bila berhubungan dengan orang lain 5.1.2 Diskusikan dengan klien tentang perasaan manfaat berhubungan dengan orang lain 5.1.3 Beri reinforcement Mengeksplorasi perasaan klien, memahami manfaat

perasaanya setelah berhubungan dengan orang lain

positif atas kemampuan berhubungan dengan klien mengungkapkan orang lain serta perasaan manfaat meningkatkan harga diri berhubungan dengan orang klien lain

6.1.1 Bina hubungan saling percaya dengan keluarga: 6.1 Setelah 4 kali pertemuan Keluarga dapat: 1. Menjelaskan perasaanya 2. Menjelaskan cara merawat klien menarik diri 3. Mendemonstrasikan klien menarik diri 4. Berpartisipasi dalam perawatan klien menarik diri diri Salam perkenalan

TUK 6 : Klien dapat memberdayakan system pendukung atau keluarga mampu mengembangkan kemampuan klien untuk berhubungan dengan orang lain

jelaskan tujuan Buat kontrak Keterlibatan keluarga sangat mendukung terhadap proses perubahan prilaku klien

Ekspresi perasaan keluarga 6.1.2 Diskusikan dengan anggota keluarga tentang: Prilaku menarik diri

Penyebab prilaku menarik diri Akibat yang akan terjadi jika prilaku menarik

diri tidak ditanggapi Cara keluarga untuk menghadapi klien menarik diri 6.1.3 Dorong anggota keluarga untuk memberi dukungan kepada klien untuk berkomunikasi dengan orang lain 6.1.4 Anjurkan anggota keluarga secara rutin dan bergantian mengunjungi klien minimal satu kali seminggu 6.1.5 Beri reinforcement atas hal hal yang telah dicapai oleh keluarga 7.1 Klien dan keluarga dapat menyebutkan manfaat, dosis dan efek samping obat Sesusikan dengan klien dan keluarga tentang dosis, frekwensi dan manfaat obat Anjurkan klien meminta sendiri obat pada perawat, dan merasakan manfaatnya. Anjurkan klien dengan bertanya kepada dokter

TUK 7 Klien dapat memanfaatkan obat

7.2 Klien dapat mendemonstrasikan penggunaan obat

dengan baik

tentang efek dan efek samping obat yang dirasakan. 7.3 Klien termotivasi untuk berbicara dengan perawat apabila dirasakan ada efek samping obat

Dengan mengetahui dosis, frekwensi dan manfaat obat diharapkan klien melaksanakan

Diskusikan akibat berhenti obat tanpa konsultasi program pengobatan Bantu klien menggunakan Menilai kemampuan klien obat dengan prinsip 5 benar dalam mengelola pengobatannya sendiri Dengan mengetahui efek samping obat klien akan mengetahui apa yang harus dilakukan setelah minum obat

7.4 Klien memahami akibat berhentinya obat

7.5 Klien dapat menyebutkan prinsip 5 benar penggunaan obat

Program pengobatan dapat berjalan sesuai rencana

Dengan mengetahui prinsip 5 benar penggunaan obat, maka kemandirian klien untuk pengobatan dapat ditingkatkan secara bertahap

1. 4.

Penatalaksanaan 1. a. Penatalaksanaan medis

1) Chlorpromazine Indikasi : Pada pengguanaa psikotik seperti schizofrenia, psikosis relatif singkat, dan gangguan schizoafektif, ansietas dan agitasi. Kontra Indikasi : Kewaspadaan pada hipersensitifitas terhadap obat ini pada klienkoma atau depresi, depresi sumsum tulang, penyakit parkinson, insufisiensi hati, ginjal dan jantung, hipotensi atau hipertensi berat, wanita selama kehamilan dan laktasi. Pada klien dengan riwayat kejang, gangguan kardiovaskuler, tiroid, hati, ginjal atau pernapasan seperti infeksi pernapasan, PPOK. Efek Samping : Pada SSP : sedasi, sakit kepala, kejang, isomnia, pusing, keletihan, penglihatan kabur, kegelisahan, ansietas, depresi, hipertermi. Pada kardiovaskuler mengakibatkan hipotensi, hipertensi, takikardia, bradikardia. Pada integumen dapat terjadi hiperpigmentasi dan dermatitis. Pada endokrin terjadi perubahan libido, hiperglikemia. Pada gastrointestinal terjadi mulut kering, mual, muntah, peningkatan napsu makan dan berat badan dan diare. Pada urologi terjadi retensi urine, sering berkemih, dan poliuria. 2) Haloperidol Indikasi : Pada pasien psikotik akut, pengendalian TIK, penanganan dimensia pada lansia, pengendalian hipersensitifitas dan masalah prilaku berat badan anak-anak. Kontra indikasi : Pada hipersensitifitas, klien koma, depresi sum-sum tulang, kerusakan otak, penyakit parkinson, insufisiensi hati, ginjal dan jantung, hipotensi atau hipertensi berat, wanita selama kehamilan dan masa laktasi. Eek samping : Pada SSP: sedasi, sakit kepala, kejang, insomnia, pusing, keletihan, penglihatan kabur, kegelisahan, ansietas, depresi pada kardiovaskuler mengakibatkan hipotensi, hipertensi, takikardi, bradikardi. pada integumen dapat terjadi hiperpigmentasi dan dermatitis. pada endokrin terjadi perubahan libido, hipoglikemia dan hiperglikemia. pada gastrointestinal dapat terjadi mulut kering, mual, muntah, peningkatan nafsu makan, berat badan dan diare. pada urologi terjadi retensi urin, seringberkemih dan poliuria.

3) Triheksipenidhyl Indikasi : Pada semua bentuk parkinson dan gejala ektrapiramida yang berkaitan dengan obat-obat anti psikotik. Kontra indikasi : Pada hipersensitifitas pada obat, glukoma sudut tertutup, obstruksi duodenal atau pilorus, ulkus peptik stenosis dan hipertropi prostat. Efek Samping : Pada SSP : mengantuk, pusing, penglihatan kabur, disorientasi, hilang memori, agitasi, kegugupan, delirium, kelemahan, amnesia, sakit kepala dan isomnia. Pada gastro intestinal dapat terjadi mulut kering, mual, muntah, distres epigastrik, konstipasi, dilatasi kolon. Pada urologi dapat terjadi retensi urine, kesulitan mencapai atau mempertahankan ereksi. Pengobatan psikosoisl dan psikobilogik yang luas serta dilandasi pada pengkajian perawat tentang kebutuhan dan kekuatan klien, orang terdekat sedapat mungkin terlibat.

1. b.

Penatalaksanaan keperawatan

Penatalaksanaan keperawatan menurut Gail Wiscard Stuart yang mempunyai respon sosial maladaptive yaitu menetapkanhubungan terapeutik, melibatkan keluarga, menyiapkan lingkungan terapeutik yang terstruktur, yang difokuskan pada harapan realistik, melibatkan klien dalam pengambilan keputusan da proses perilaku interaksi dalam menetapkan batasan, melindungi dari perilaku yang membahayakan diri, memfokuskan pada kekuatan, kontak dan strategi perilaku lain.

1. c.

Terapi Aktivitas kelompok

Menurut Keliat, Budi Anna 2004 menyebutkan bahwa untuk terapi aktivitas kelompok (TAK) untuk harga diri rendah adalah sebagai berikut :

TAK stimulasi persepsi : harga diri rendah Sesi 1 : identifikasi hal positif pada diri Tujuan 1. Klien dapat mengidentifikasi pengalaman yang tidak menyenanglkan 2. Kliken dapat mengidentifikasi hal positif yang ada pada dirinya Setting 1. Terapis dan klien duduk dalam bersamaan dalam lingkaran 2. Ruangan yang nyaman dan tenang

Alat 1. Spidol sebanyak jumlah klien yang mengikuti TAK 2. Kertas putih HVS dua kali jumlah klien yang mengikuti TAK Metode 1. Diskusi 2. Permainan Langkah kegiatan 1. 2. 3. 4. Persiapan Memilih klien sesuai dengan indikasi, yaitu klien dengan harga diri rendah Membuat kontrak dengan klien Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan

1. 2. 3. 4. 5.

Orientasi Salam terapeutik Salam dari terapis kepada klien 2. Perkenalkan nama dan panggilan terapis (pakai papan nama) Menanyakan nama dan panggilan semua klien

1. Evaluasi/validasi Menanyakan perasaan klien saat ini 1. Kontrak 2. Terapis menjelaskan tujuan kegiatan yaitu bercakap-cakap tentang hal positif diri sendiri 3. Terapis menjelaskan aturan main sebagai berikut. Jika ada klien yang ingin meninggalkan kelompok, harus meminta izin kepada terapis Lama kegiatan 45 menit Setiap klien melakukan kegiatan dari awal hingga selesai

1. 2. 3. 4. 5. 6.

Tahap kerja Terapis memperkenalkan diri : nama lengkap dan nama panggilan serta memakai papan nama Terapis membagikan kertas dan spidol pada klien Terapis meminta tiap klien untuk menulis pengalaman yang tidak menyenangkan Terapis memberi pujian atas peran serta klien Terapis membagikan kertas yang kedua

7. Terapis meminta klien menuliskan hal positif tentang diri sendiri : kemampuan yang dimiliki, kegiatan yang biasa dilakukan di rumah dan di rumah sakit 8. Terapis meminta klien untuk membacakan hal positif yang telah ditulis secara bergiliran sampai semua klien mendapatkan giliran 9. Terapis memberi pujian pada setiap peran serta klien

1. 2. 3. 4.

Tahap terminasi Evaluasi Terapis menanyakan perasaan klien setelah mengikuti TAK Terapis memberikan pujian atas keberhasilan kelompok

1. Tindak lanjut Terapis meminta tiap klien menulis hal positif lain yang belum tertulis

1. Kontrak yang akan datang 2. Menyepakati TAK yang akan datang, yaitu melatih hal positif diri yang dapat diterapkan di rumah sakit dan di rumah 3. Menyepakat waktu dan tempat Sesi 2 : melatih positif pada diri Tujuan 1. 2. 3. 4. Klien dapat menilai hal positif diri yang dapat digunakan Klien dapat memilih hal positif diri yang akan dilatih Klien dapat melatih hal positif diri yang telah dilatih Klien dapat menjadwalkan penggunaan kemampuan yang telah dilatih

Setting 1. Terapis dan klien duduk bersama dalam lingkaran 2. Sesuaikan dengan kemampuan yang dilatih 3. Ruangan nyaman dan tenang Alat 1. 2. 3. 4. Spidol dan papan tulis/whiteboard/flipchart Sesuaikan dengan kemampuan yang akan dilatih Kertas daftar kemampuan positif pada sesi 1 Jadwal kegiatan sehari-hari dan pulpen

Metode 1. Diskusi dan tanya jawab 2. Bermain peran Langkah kegiatan 1. Persiapan 2. Mengingatkan kontrak dengan klien yang telah mengikuti sesi 1 3. Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan 4. Orientasi 5. Salam terapeutik 6. Salam dari terapis kepada klien 7. Klien dan terapis memakai papan nama 8. Evaluasi/validasi 9. Menanyakan perasaan klien saat ini 10. Menanyakan apakah ada tambahan hal positif klien 11. Kontrak 12. Terapis menjelaskan tujuan kegiatan, yaitu melatih hal positif pada klien

13. Terapis menjelaskan aturan main berikut 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. Jika ada klien yang ingin meninggalkan kelompok, harus meminta izin kepada terapis Lama kegiatan 45 menit Setiap klien mengikuti kegiatan dai awal sampai selesai Tahap kerja Terapis meminta semua klien membaca ulang daftar kemampuan positif pada sesi 1 dan memilih satu untuk dilatih Terapis meminta klien menyebutkan pilihannya dan ditulis di whiteboard Terapis meminta semua klien untuk memilih satu dari daftar di whitebard. Kegiatan yang paling banyak dipilih diambil untuk dipilih Terapis melatih cara pelaksanaan kegiatan/kemampuan yang dipilih dengan cara berikut. Terapis memperagakan Klien memperagakan ulang (semua klien mendapat giliran) Berikan pujian sesuai dengan keberhasilan klien

1. Kegiatan a sampai dengan d dapat diulang untuk kemampuan yang berbeda

1. 2. 3. 4.

Tahap terminasi Evaluasi Terapis menanyakan perasaan klien setela mengikuti TAK Terapis memberikan pujian kepada kelompok

1. Tindak lanjut Terapis meminta klien memasukkan kegiatan yang telah dilatih pada jadwal kegiatan sehari-hari 1. Kontrak yang akan datang 2. Menyepakati TAK yang akan datang untuk hal positif lain 3. Menyepakati waktu dan tempat sampai aspek positif selesai dilatih

Evaluasi Evaluasi dilakukan saat proses TAK berlangsung, khususnya pada tahap kerja. Aspek yang dievaluasi adalah kemampuan klien sesuai dengan tujuan TAK. Untuk TAK stimulasi persepsi harga diri rendah sesi 2, kemampuan klien yang diharapkan adalah memiliki satu hal positif yang akan dilatih dan memperagakannya. Dokumentasi Dokumentasikan kemampuan yang dimiliki klien saat TAK pada catatan proses keperawatan tiap klien. Contoh : klien mengikuti sesi 2 TAK stimulasi persepsi : harga diri rendah. Klien telah melatih merapikan tempat tidur. Anjurkan da jadwalkan agar klien melakukannya serta berikan pujian.

1. 5. Pelaksanaan Pelaksanaan tindakan keperawatan disesuaikan dengan rencana tindakan keperawatan. Pada situasi nyata implementasi sering kali berbeda dengan rencana. Hal ini terjadi karena perawat belum terbiasa menggunakan rencana tertulis dalam melaksanakan tindakan keperawatan. Yang biasa dilakukan perawat adalah menggunakan rencana tertulis yaitu apa yang dipikirkan, dirasakan, itu yang dilaksanakan. Hal ini sangat membahayakan klien dan perawat jika tindakan berakibat fatal dan juga tidak memberi aspek legal seperti tanda tangan.

Pada strategi pelaksanaan untuk harga diri rendah sp1 yaitu Mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki pasien, Membantu pasien menilai kemampian pasien yang masih ada, Membantu pasien memilih kegiatan yang akan dilatih sesuai dengan kemampuan yang dipilih, Melatih pasien sesuai dengan kemampuan yang dipilih, Memberikan pujian yang wajar terhadap keberhasilan pasien, Menganjurkan pasien memasukkan ke dalam jadwal kegiatan harian. Untuk sp2 yaitu Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien, Melatih kemampuan kedua, Menganjurkan pasien memasukkna dalam jadwal kegiatan harian.

1. 6.

Evaluasi

Evaluasi adalah proses berkelanjutan untuk menilai efek dari tindakan keperawatan pada kilen. Evaluasi dilakukan terus menerus pada respon klien terhadap tindakan keperawatan yang telah dilaksanakan. Evaluasi dibagi dua, yaitu evaluasi proses atau formatif yang dilakukan setiap selesai melaksanakan tindakan, evaluasi hasil atau sumatif yang dilakukan membandingkan antara respon klien dan tujuan khusus serta umum yang telah ditentukan (Ernawati dalami, 2010) . Evaluasi dapat dilakukan dengan mengunakan pendekatan SOAP, sebagai pola pikir. S : Respon subjektif kilen terhadap tindakan keperawatan yang telah dilaksanakan, dapat diukur dengan menanyakan : Bagaimana perasaan ibu setelah mencoba kemampuan ibu yang dimiliki? O : Respon objektif klien terhadap tindakan keperawatan yang telah dilaksanakan, dapat diukur dengan mengobservasi prilaku klien pada saat tindakan dilakukan, atau menanyakan kembali apa yang telah diajarkan atau memberi umpan balik sesuai hasil observasi. A : Analisis ulang atas data subyektif dan objektif untuk menyimpulkan apakah masalah masih tetap atau muncul masalah baru atau ada data yang kontradiksi dengan masalah yang ada, dapat pula membandingkan hasil dengan tujuan. P : Perencanaan atau tindak lanjut berdasarkan hasil analisis pada respon klien yang terdiri dari tindak lanjut klien, dan tindak lanjut oleh perawat. Rencana tindak lanjut dapat berupa : 1. Rencana diteruskan jika masalah tidak berubah.

2. Rencana dimodifikasi jika masalah tetap dan semua tindakan sudah dapat dijalankan, tetapi hasilnya belum memuaskan. 3. Rencana dibatalkan jika ditemukan masalah baru dan bertolak belakang dengan masalah yang ada, diagnosis lama juga dibatalkan.Rencana atau diagnosis selesai jika tujuan sudah tercapai dan yang diperlukan adalah memelihara dan mempertahankan kondisi yang baru. Klien dan keluarga perlu dilibatkan dalam evalusi agar dapat melihat adanya perubahan, serta berupaya mempertahankan dan melihat adanya perubahan, serta berupaya mempertahankan dan memelihara perubahan tersebut. Pada evaluasi sangat diperlukan reinforcement untuk menguatkan perubaan yang positif. Klien dan keluarga juga dimotivasi untuk melakukan self-reinforcement.

S-ar putea să vă placă și