Sunteți pe pagina 1din 104

HUBUNGAN PERILAKU SEKS PRANIKAH DENGAN TINGKAT KECEMASAN REMAJA USIA 15-17 TAHUN DI SMAN 16 BANDUNG

SKRIPSI
Untuk Memenuhi Sebagai Persyaratan Mencapai Derajat Sarjana Keperawatan (S.Kep) Pada Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas BSI Bandung

Oleh : GINA HANIFAH NIM. 88090020

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN UNIVERSITAS BSI BANDUNG 2013
i

KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, berkat rahmat dan bimbinganNya penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul Hubungan Perilaku Seks Pranikah dengan Tingkat Kecemasan Remaja Usia 15-17 Tahun di SMAN 16 Bandung. Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana keperawatan (S. Kep) pada Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas BSI Bandung. Bersamaan ini perkenankanlah penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya dengan hati yang tulus kepada : 1. Prof. Dr. H. AhmanSya selaku Rektor Universitas BSI Bandung. 2. Okatiranti, S.Kp., M.Biomed. selaku Dekan Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas BSI Bandung. 3. Sri Hayati, S.Kp., M.Kep. selaku Pembimbing I, terima kasih atas masukan dan semua ilmu yang telah diberikan dan juga dedikasinya terhadap ilmu keperawatan. 4. Erin Rika Herwina, S.Kp., M.Kep. selaku Pembimbing II, terima kasih telah memberi masukan bagi skripsi yang telah penulis teliti baik ilmu yang telah diberikan, maupun motivasi bagi penulis agar terus bekerja keras dalam menyelesaikan penelitian ini. 5. Kepala sekolah SMAN 16 Bandung yang telah memberikan izin bagi penulis untuk mengadakan penelitian. 6. Para Guru SMAN 16 Bandung yang memberikan bantuan saat penulis mengadakan penelitian. 7. Kepada orang tuaku tercinta ayahanda Rosyid dan ibunda Yeyet Sumiati, yang tiada hentinya memberikan doa dan dukungannya. 8. Kepada kakak dan adik tercinta yang telah memberikan dukungannya. 9. Teman-teman dekat yang senantiasa menemani baik suka maupun duka. Semoga persahabatan kita tak pernah putus sampai kapanpun, meskipun terhalang oleh waktu dan tempat.

iv

10. Seluruh rekan seperjuangan mahasiswa Fakultas Ilmu Keperawatan (FIKA) Universitas BSI Bandung angkatan 2009 atas segala kenangan manis saat penulis menyelesaikan studi di Bandung. 11. Seluruh pihak lainnya yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu atas segala bantuan, doa, dan motivasi yang telah diberikan kepada penulis. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna karena kesempurnaan hanya milik Allah SWT, oleh karena itu kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua pihak sangat penulis harapkan sebagai bahan koreksi bagi penulis dimasa yang akan datang. Besar harapan penulis skripsi ini bermanfaat bagi pembaca umumnya dan khususnya bagi penulis. Mohon maaf atas segala kesalahan dan ketidaksopanan yang mungkin telah penulis perbuat. Semoga Allah SWT senantiasa memudahkan setiap langkah-langkah kita menuju kebaikan dan selalu menganugerahkan kasih sayang Nya untuk kita semua. Amin.

Bandung, Juli 2013

Penulis

ABSTRAK
Adanya perubahan sosial, budaya, perkembangan sistem komunikasi dan informasi yang modern, serta hubungan antar bangsa yang menyebabkan perpindahan budaya asing seperti perilaku seks pranikah, hal ini berpengaruh pada perkembangan perilaku seksual terutama pada masa remaja yang dalam perubahan psikobiologis serta perubahan fisik yang menyebabkan remaja berisiko melakukan perilaku seks pranikah. Disisi lain remaja ingin menolak desakan hasrat seksual yang mengakibatkan terjadi perasaan takut, bersalah, dan cemas setelah melakukan perilaku seks pranikah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan perilaku seks pranikah dengan tingkat kecemasan pada remaja usia 15-17 tahun di SMAN 16 Bandung. Desain penelitian yang digunakan adalah deskriptif-analitik, dengan menggunakan rancangan survey cross sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa-siswi kelas X dan XI SMAN 16 Bandung yang berjumlah 1133 orang. Sampel berjumlah 113 orang dengan meggunakan teknik simple random sampling. Pengumpulan data dalam penelitian ini melalui kuesioner. Pengolahan data melalui dua analisis yaitu, analisis univariat dengan prosentase dan bivariat dengan Spearman Rank Corelation. Dari hasil penelitian diketahui bahwa perilaku seks pranikah yang dilakukan oleh remaja usia 15-17 tahun hampir seluruh responden 92,9% adalah perilaku seks tidak berisiko dan tingkat kecemasan yang paling banyak dialami 76,1% adalah tidak ada kecemasan setelah melakukan perilaku seks. Berdasarkan hasil pengujian statistik, secara umum hipotesis yang diajukanditerima, dari hasil pengujian statistik menunjukkan rs(hitung) > rs(tabel), sehingga terdapat hubungan signifikan antara perilaku seks pranikah dengan tingkat kecemasan pada remaja usia 15-17 tahun di SMAN 16 Bandung. Saran buat program pendidikan seks dan pembinaan keagamaan di sekolah-sekolah. Kata kunci : Perilaku seks pranikah, Kecemasan, SMAN 16 Bandung

vi

ABSTRACT
For social change, culture, development of information systems and modern communication, as well as the relations between nations that led to the displacement of foreign cultures such as premarital sexual behavior, it affects the development of sexual behavior in adolescence especially in psychobiological changes and physical changes that cause risk youth conduct premarital sexual behavior. On the other hand teenagers want to resist sexual urges which resulted in feelings of fear, guilt, and anxiety after performing premarital sexual behavior. This study aims to determine the relationship of premarital sexual behavior with the level of anxiety in adolescents aged 15-17 years in SMAN 16 Bandung. The study design used is descriptiveanalytic, using cross-sectional survey design. The population in this study were all students of class X and XI of SMAN 16 Bandung, amounting to 1133 people. Samples totaling 113 people is by using simple random sampling technique. Collecting data in this study through a questionnaire. Processing the data through the two analysis, univariate and bivariate with the percentage of "Spearman Rank Correlation". The survey results revealed that premarital sexual behavior by adolescents aged 15-17 years almost all respondents 92.9% were not risky sexual behavior and anxiety level of the most widely experienced 76.1% is no anxiety after sex. Based on the results of statistical tests, the hypothesis is generally accepted, from statistical test results indicate rs (count)> rs (table), so that there is a significant relationship between premarital sexual behavior with the level of anxiety in adolescents aged 15-17 years in SMAN 16 Bandung. Suggestions for sex education programs and religious guidance in schools. Keywords: premarital sexual behavior, anxiety, SMAN 16 Bandung

vii

DAFTAR ISI
Halaman Halaman Judul ..................................................................................................... i ii iii iv vi vii viii xi xii xiii 1 5 5 5 6 6 6 6 7 7 7 9 14 14 15 15 15 17 21 23 23 24

Lembar Pengesahan ................................................................................................... Lembar Pernyataan Keaslian .................................................................................... Kata Pengantar Abstrak Abstract Daftar Isi Daftar Tabel Daftar Bagan Daftar Lampiran ..................................................................................................... ..................................................................................................... ..................................................................................................... ..................................................................................................... ..................................................................................................... ..................................................................................................... .....................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang................................................................................................... 1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................. 1.3 Tujuan ..................................................................................................... 1.3.1 Tujuan Umum ..................................................................................... 1.3.2 Tujuan Khusus ..................................................................................... 1.4 Manfaat ..................................................................................................... 1.4.1 Manfaat Teoritis................................................................................... 1.4.2 Manfaat Praktis ................................................................................... BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Remaja ................................................................................................ 2.1.1 Pengertian Remaja .............................................................................. 2.1.2 Ciri-ciri Masa Remaja ......................................................................... 2.1.3 Aspek-aspek Perkembangan pada Masa remaja ............................ 2.1.4 Tugas Perkembangan pada Masa Remaja ....................................... 2.1.5 Bentuk dan Aspek-aspek Kenakalan Remaja ................................. 2.2 Konsep Perilaku .............................................................................................. 2. 2. 1 Pengertian Perilaku Seks Pranikah ................................................... 2. 2. 2 Bentuk-bentuk Perilaku Seks ............................................................ 2. 2. 3 Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku seks pranikah .......... 2. 2. 4 Dampak perilaku seks pranikah pada remaja ................................. 2.3 Konsep Kecemasan ........................................................................................ 2.3.1 Pengertian Kecemasan ...................................................................... 2.3.2 Rentang respon kecemasan ...............................................................

viii

2.3.3 Tingkat kecemasan ............................................................................. 2.3.4 Respon fisiologis kecemasan ............................................................ 2.3.5 Faktor predisposisi ............................................................................. 2.3.6 Faktor yang mempengaruhi kecemasan .......................................... 2.3.7 Mekanisme koping ............................................................................. 2.3.8 Pengukuran tingkat kecemasan ........................................................ BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian ............................................................................................. 3.2 Kerangka Pemikiran ........................................................................................ 3.3 Hipotesis Penelitian ......................................................................................... 3.4 Populasi, Sampel, dan Sampling .................................................................... 3. 4. 1 Populasi ................................................................................................ 3. 4. 2 Sampel .................................................................................................. 3. 4. 3 Tehnik Sampling ................................................................................. 3.5 Variabel Penelitian ........................................................................................... 3. 5. 1 Variabel Independen .......................................................................... 3. 5. 2 Variabel Dependen ............................................................................ 3.6 Definisi Konseptual ........................................................................................ 3. 6. 1 Perilaku seks pranikah ....................................................................... 3. 6. 2 Tingkat Kecemasan ............................................................................ 3.6.2.1 Kecemasan ringan ............................................................... 3.6.2.2 Kecemasan sedang .............................................................. 3.6.2.3 Kecemasan berat ................................................................. 3.6.2.4 Kecemasan panik ................................................................ 3.7 Definisi Operasional ....................................................................................... 3.8 Tempat Penelitian ............................................................................................ 3.9 Waktu Penelitian .............................................................................................. 3.10 Instrumen Penelitian ....................................................................................... 3. 10. 1 Kuesioner ............................................................................................ 3. 10. 2 Uji Instrument .................................................................................... 3.10.2.1 Uji Validitas .......................................................................... 3.10.2.2 Uji Reliabilitas ...................................................................... 3.11 Prosedur Pengumpulan Data ......................................................................... 3.12 Pengolahan Data dan Analisa Data .............................................................. 3. 12. 1 Pengolahan Data ................................................................................ 3. 12. 2 Analisa Data ........................................................................................ 3.13 Etika Penelitian ................................................................................................ BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian ................................................................................................ 4.1.1 Karakteristik Responden ................................................................... 4.1.2 Gambaran Perilaku Seks Pranikah .................................................. 4.1.3 Gambaran Tingkat Kecemasan ........................................................ 4.1.4 Hubungan Perilaku seks pranikah dengan tingkat kecemasan .... 4.2 Pembahasan ..................................................................................................... 4.2.1 Perilaku Seks Pranikah Remaja Usia 15-17 Tahun di SMAN 16 Bandung ...............................................................................................

24 26 26 28 30 33 35 35 36 37 37 37 38 38 39 39 39 39 40 40 40 40 40 41 44 44 44 44 44 44 46 46 47 47 48 51 54 54 55 55 56 56 56

ix

Tingkat Kecemasan pada remaja usia 15-17 tahun di SMAN 16 Bandung ............................................................................................... 4.2.3 Hubungan perilaku seks pranikah dengan tingkat kecemasan pada remaja usia 15-17 tahun di SMAN 16 Bandung ................... 4.3 Keterbatasan Penelitian .................................................................................. 4.4 Implikasi Keperawatan ................................................................................... BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan ..................................................................................................... 5.2 Saran ..................................................................................................... Daftar pustaka Lampiran Daftar Riwayat Hidup

4.2.2

58 61 62 62 63 64

DAFTAR TABEL
Tabel 3. 1 Tabel 3. 2 Tabel 4. 1 Definisi Operasional Penelitian .................................................... Makna Nilai Korelasi Spearman .................................................... Distribusi Persentase Responden Berdasarkan Karakteristik Kelas, Jenis Kelamin dan Usia ........................................................ Tabel 4. 2 Gambaran perilaku seks pranikah yang dilakukan remaja usia 15-17 tahun di SMAN 16 Bandung ............................................... Tabel 4. 3 Gambaran tingkat kecemasan yang terjadi pada remaja usia 15-17 tahun di SMAN 16 Bandung ............................................... Tabel 4. 4 Hubungan perilaku seks pranikah dengan tingkat kecemasan Pada remaja usia 15-17 tahun di SMAN 16 Bandung ................. 56 55 55 54 41 51

xi

DAFTAR BAGAN
Bagan 2. 1 Bagan 3. 1 Rentang respon kecemasan adaptif dan maladaptif ..................... 24 KerangkaPemikiran ......................................................................... 36

xii

DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Lampiran 2 Lampiran 3 Lampiran 4 Lampiran 5 Lampiran 6 Lampiran 7 Lampiran 8 Lampiran 9 : Surat izin penelitian : Kisi kisi kuesioner : Kuesioner perilaku seks pranikah : Kuesioner Kecemasan : Uji validitas dan reliabilitas : Data hasil tabulasi kuesioner : Hasil pengolahan data : Lembar kegiatan bimbingan skripsi : Jadwal penyusunan skripsi

Lampiran 10 : Daftar Riwayat Hidup

xiii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Era globalisasi ini telah terjadi perubahan-perubahan sejumlah nilai budaya tradisional ke nilai budaya yang oleh sebagian masyarakat disebut modern. Hubungan antar bangsa yang menjadi lebih mudah sekarang ini, menyebabkan terbawanya budaya dan kebiasaan-kebiasaan asing ke dalam masyarakat tradisional kita (Kusumaningsih, 2010). Perubahan tersebut juga dipengaruhi oleh perkembangan sistem komunikasi dan informasi yang dapat diperoleh dengan begitu cepat dan tanpa hambatan. Hal ini berpengaruh dalam perkembangan perilaku seksual terutama pada masa remaja yang sangat jelas terlihat. Pengaruh perubahan sosial-budaya yang diikuti perubahanperubahan psikobiologis yang terjadi pada masa remaja menyebabkan remaja berisiko meniru perilaku seksual (Kusumaningsih, 2010). Penelitian yang dilakukan di Amerika Serikat pada tahun 1995 tentang perilaku seksual pada remaja yang berumur antara 15-19 tahun menunjukan hasil sebagai berikut : 55% remaja telah melakukan hubungan seksual, 53% remaja telah mengalami masturbasi yang dilakukan oleh perempuan baik remaja maupun dewasa, 49% remaja mengalami seks oral, 11% remaja mengalami seks anal (Soetjiningsih, 2010). Di Indonesia kecenderungan praktek perilaku seksual banyak ditemui, baik dari kalangan remaja hingga dewasa, namun sebagian besar remaja dan dewasa banyak yang menunda pernikahan hingga mencapai umur yang lebih tua dengan alasan untuk meniti karir terlebih dahulu atau menunggu ekonomi keluarga hingga
1

mapan. Hal ini menyebabkan masa lajang menjadi lebih panjang, yaitu masa awal usia subur hingga usia perkawinan. Dalam tahap perkembangan, remaja mengalami pematangan fisik yang penuh hingga mulai mencapai puncak gairah seksual. Hal ini akan memengaruhi perilaku remaja untuk menggunakan kesempatan melakukan perilaku seksual untuk memenuhi kepuasan biologis berupa sentuhan fisik seperti berpegangan tangan, berpelukan, berciuman, bercumbu sehingga tidak jarang terjadi hubungan seksual pranikah (Sumiati, 2009) Hasil penelitian yang dilakukan oleh Mutiara (2008) dalam judul gambaran perilaku seksual remaja di Bandung terhadap 100 orang responden, 100% remaja telah melakukan perilaku berpegangan tangan, 90% berpelukan, 82% necking, 56% meraba bagian tubuh yang sensitive, 52% petting, 33% oral seks, dan 34% sexual intercourse. Perilaku seksual yang dilakukan remaja selain dipengaruhi oleh aspek fisiologis juga terjadi interaksi dari berbagai aspek lainnya seperti aspek sosiopsikologis dan budaya. Pada aspek fisik dan psikologis remaja mampu untuk melakukan aktivitas seksual namun disisi lain remaja ingin menolak desakan hasrat seksual tersebut dan tidak ingin menentang norma-norma sosial, moral dan agama. Hal ini mengakibatkan terjadinya perasaan takut bersalah dan kecemasan saat melakukan perilaku seksualdan setelah melakukan perilaku tersebut (Sumiati, 2009). Cemas adalah rasa takut pada apa yang akan terjadi, bersifat samar dan tidak menyenangkan, sering pula disertai gejala fisik. Keadaan emosi ini tidak memiliki objek yang spesifik, namun dapat dikomunikasikan dalam hubungan interpersonal. Kecemasan dapat terjadi pada seseorang yang dihadapkan pada pengalamanpengalaman baru yang belum pernah diketahui atau dialami sebelumnya. Tidak dipungkiri hal seperti ini terjadi pada remaja yang belum pernah melakukan perilaku

seksual, terutama remaja yang telah melakukan perilaku seksual pra nikah terhadap dampak yang akan didapat apabila melakukannya, karena jika seseorang dihadapkan dengan sesuatu tanpa pengalaman, maka kecemasan adalah bagian didalamnya. Dari beberapa pendapat di atas menunjukkan bahwa kecemasan akan selalu terjadi dalam rentang setiap kehidupan (Stuart dan Sundeen, 2007 dalam Fitria, 2013). Kecemasan yang terjadi dapat merupakan respon emosional yang normal (adaptif) juga respon emosional abnormal atau patologis (maladaptif). Menurut Stuart dan Sundeen (2007) dalam Fitria (2013), respon yang adaptif dari kecemasan dapat memotivasi individu untuk belajar, menghasilkan pertumbuhan dan kreativitas, sementara respon maladaptif akan menyebabkan individu mengalami kehilangan kendali, tidak mampu melakukan sesuatu walaupun dengan pengarahan, terjadi peningkatan aktivitas motorik, menurunnya kemampuan untuk berhubungan dengan orang lain dan kehilangan pemikiran yang rasional. Kecemasan yang dialami remaja dipengaruhi oleh pengetahuan remaja terhadap dampak dari perilaku seksual seperti terjadinya gangguan kesehatan reproduksi, terjadinya penyakit menular seksual (PMS), dan apabila terjadi hubungan seksual akan menimbulkan berbagai hal seperti kehamilan yang tidak diinginkan (KTD), abortus, bayi lahir prematur dan AIDS (Jayanthi, 2010). Hal ini dapat terlihat dari hasil penelitian yang dilakukan di SMA Xx terhadap 142 responden pada tahun 2010 oleh Kusumaningsih didapatkan hasil 8,2% mengalami tingkat kecemasan sedang, 40,4% mengalami tingkat kecemasan ringan, dan 51,4% tidak mengalami kecemasan terjadinya kehamilan diluar nikah. Menurut data yang diperoleh dari Dinas Pendidikan tahun 2013 terdapat beberapa SMA yang memiliki tingkat kenakalan remaja yang cukup tinggi dibanding dengan SMA yang lain salah satunya yaitu SMAN 16 Bandung. Kenakalan remaja

yang terjadi pada sekolah ini salah satunya kenakalan khusus, yaitu perilaku seks pranikah. Berdasarkan rayon kecamatan, SMAN 16 Bandung berada di daerah Kiara Condong. SMAN 16 Bandung merupakan salah satu SMA negeri yang berada di kota Bandung. Pada tahun 2012/2013, jumlah siswa SMAN 16 Bandung sebanyak 1605 siswa, yang terdiri dari siswa kelas X sebanyak 574 orang, kelas XI sebanyak 559 orang, dan kelas XII sebanyak 472 orang. Sebagian besar siswa adalah remaja berusia 15-17 tahun yaitu sebanyak 1133 siswa. Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti pada bulan Januari 2013 dengan salah satu siswa SMAN 16 bahwa rata-rata temannya pernah melakukan perilaku seksual dari mulai berpegangan tangan, berpelukan, berciuman, bercumbu sampai dengan hubungan seksual pranikah. Selain itu peneliti juga melakukan wawancara kepada guru bimbingan konseling (BK) di sekolah tersebut, beliau mengatakan selama setahun terakhir tercatat sekitar 7 siswa yang telah di droup-out dengan alasan hamil di luar nikah. Rata-rata perilaku tersebut dilakukan oleh remaja yang berusia 15-17 tahun. Keterangan yang diperoleh dari guru bimbingan konseling hampir setiap tahunnya ada siswa yang mengeluh dan bercerita tentang perilaku seksual yang telah mereka lakukan, hal ini dilatar belakangi karena kebingungan dan kecemasan. Kebanyakan siswa mengakui bahwa mereka telah melakukan hubungan seksual diluar nikah dan pada saat melakukan hal tersebut mereka tidak memikirkan tentang dampak dari perilaku seksual tersebut yaitu kehamilan dan penyakit menular seksual (PMS), baru setelah mereka mengalami keluhan sakit buang air kecil (BAK) bernanah di daerah kelaminnya dan waktu terlambat haid kecemasan baru dirasakan oleh

mereka. Seringkali kecemasan membuat mereka kearah hal yang negatif yaitu melakukan aborsi. Berdasarkan fenomena di atas, tampak bahwa remaja banyak yang telah melakukan perilaku seksual pranikah, hal ini menimbulkan banyak dampak negatif yang berbahaya terutama kesehatan reproduksi remaja. Tidak sedikit pula remaja yang hanya mencoba-coba atau yang sudah pernah melakukan perilaku seksual pranikah, namun hal ini tidak bisa dipungkiri terjadinya kecemasan setelah dampak dari perilaku tersebut timbul. Kecemasan yang terjadi apabila ditanggapi dengan respon maladaptif maka akan menimbulkan hal yang lebih buruk bagi hidup remaja, seperti melakukan tindakan aborsi. Dari fenomena dan uraian di atas maka peneliti tertarik untuk mengambil judul Hubungan Perilaku Seks pranikah dengan Tingkat Kecemasan pada Remaja Usia 15-17 tahun di SMAN 16 Bandung.

1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan uraian dalam latar belakang diatas, maka rumusan masalah dalam penelitian adalah Bagaimana Hubungan Perilaku Seks Pranikah dengan Tingkat Kecemasan Remaja Usia 15-17 tahun di SMAN 16 Bandung.

1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi adanya Hubungan Perilaku Seks Pranikah dengan Tingkat Kecemasan yang terjadi pada Remaja Usia 15-17 tahun di SMAN 16 Bandung.

1.3.2 Tujuan Khusus Tujuan khusus dari penelitian ini yaitu : 1.3.2.1. Mengidentifikasi perilaku seks pranikah pada remaja usia 15-17 tahun di SMAN 16 Bandung 1.3.2.2. Mengidentifikasi gambaran tingkat kecemasan remaja usia 15-17 tahun di SMAN 16 Bandung 1.3.2.3. Mengidentifikasi hubungan perilaku seks pranikah dengan tingkat kecemasan remaja usia 15-17 tahun di SMAN 16 Bandung

1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Manfaat Teoritis Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan yang bermanfaat bagi perkembangan ilmu keperawatan khususnya dibidang ilmu keperawatan jiwa dan psikologi perkembangan. 1.4.2 Manfaat Praktis 1.4.2.1 Bagi Peneliti Hasil penelitian ini dapat menambah wawasan dan pemahaman serta sebagai sumber data dasar bagi peneliti selanjutnya mengenai hubungan perilaku seksual dengan tingkat kecemasan pada remaja. 1.4.2.2 Bagi Sekolah Dapat memberikan saran dan masukan bagi sekolah sehingga dapat menyusun program yang positif bagi siwa-siswi remaja disekolahnya untuk mencegah perilaku seks pranikah.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Remaja 2.1.1 Pengertian Remaja

Istilah remaja dikenal dengan "adolescene" (kata bendanya adolescentia = remaja), yang berarti tumbuh menjadi dewasa atau dalam perkembangan menjadi dewasa. Batasan usia remaja yang umum digunakan oleh para ahli adalah antara 12 hingga 21 tahun. Rentang waktu usia remaja ini biasanya dibedakan atas tiga, yaitu : 12-15 tahun = masa remaja awal, 15-18 tahun = masa remaja pertengahan, dan 18-21 tahun = masa remaja akhir (Desmita,2009). 2.1.2 Ciri-ciri Masa Remaja Masa remaja mempunyai ciri-ciri tertentu yang membedakan dengan periode sebelum dan sesudahnya, ciri-ciri tersebut antara lain : a. Masa remaja sebagai masa yang penting Pada masa remaja ini banyak hal akibat yang langsung terhadap sikap dan tingkah laku serta akibat-akibat jangka panjangnya menjadikan periode remaja lebih penting dari pada periode lainya (Al-Mighwar, 2006). Selain itu perkembangan fisik yang cepat dan penting disertai dengan cepatnya perkembangan mental, terutama pada awal remaja, yang semua perkembangan itu menimbulkan perlunya penyesuaian mental dan membentuk sikap, nilai dan minat baru (Hurlock, 2001 dalam Sumiati, 2009 : 12).

b. Masa remaja sebagai masa peralihan Pada masa peralihan ini tidak berarti terputus dengan apa yang terjadi sebelumnya, melainkan peralihan dari satu tahap perkembangan ke tahap berikutnya. Artinya yang terjadi sebelumnya akan meninggalkan bekasnya pada apa yang terjadi sekarang dan yang akan datang. Pada setiap periode peralihan, nampak ketidakjelasan status individu dan munculnya keraguan terhadap peranannya dalam masyarakat (Hurlock, 2001 dalam Sumiati, 2009). c. Masa remaja sebagai masa perubahan Ketika perubahan fisik terjadi dengan pesat perubahan perilaku dan sikap juga berlangsung pesat, kalau perubahan fisik menurun maka perubahan perilaku dan sikap menurun juga (Hurlock, 2001 dalam Sumiati 2009). d. Masa remaja sebagai masa pencari identitas Penyesuaian diri dengan standar kelompok dianggap jauh lebih penting bagi remaja daripada individualitas, dan apabila tidak menyesuaikan kelompok maka remaja tersebut akan terusir dari kelompoknya (Almighwar, 2006). Tetapi lambat laun mereka mulai mencari identitas diri dan tidak puas lagi sama dengan teman-temannya dalam segala hal, seperti sebelumnya (Hurlock, 2001 dalam Sumiati, 2009 : 13). e. Masa remaja sebagai usia bermasalah Masalah remaja sering menjadi masalah yang sulit untuk diatasi. Hal ini terjadi karena tidak terbiasanya remaja menyelesaikan masalahnya sendiri tanpa bantuan orang lain sehingga kadang-kadang tejadi penyelesaian yang tidak sesuai dengan yang diharapkan (Hurlock, 1994 dalam Sumiati, 2009 :13)

2.1.3

Aspek-aspek Perkembangan pada Masa Remaja

a. Perkembangan Fisik Perubahan perubahan fisik merupakan gejala primer dalam

pertumbuhan masa remaja, yang berdampak terhadap perubahan perubahan psikologis (Sarwono, 1994 dalam Desmita, 2009). Perubahan perubahan tersebut dapat dikelompokkan dalam dua kategori, yaitu perubahan perubahan yang berhubungan dengan perubahan fisik dan perubahan - perubahan yang berhubungan dengan perkembangan karakteristik seksual (Zigler dan Stevenson, 1993 dalam Desmita, 2009). 1) Perubahan dalam Tinggi dan Berat Tinggi rata - rata anak laki laki dan perempuan pada usia 12 tahun adalah sekitar 59 atau 60 inci. Tetapi, pada usia 18 tahun, tinggi rata rata remaja lelaki adalah 69 inci, sedangkan tinggi rata rata remaja perempuan hanya 64 inci. (Zigler & Stevenson, 1993 dalam Desmita, 2009). 2) Perubahan dalam Proporsi Tubuh Seiring dengan pertambahan tinggi dan berat badan, percepatan pertumbuhan selama masa remaja juga terjadi pada porposi tubuh. Bagian bagian tubuh tertentu yang sebelumnya terlalu kecil, pada masa remaja menjadi terlalu besar seperti perubahan pada kaki dan tangan, wajah anak anak mulai menghilang,seperti dahi yang semula sempit sekarang menjadi lebih luas,mulut melebar, dan bibir menjadi lebih penuh, dan perubahan otot. (Desmita, 2009).

10

3) Perubahan Pubertas Pubertas (puberty) ialah suatu periode dimana kematangan kerangka dan seksual terjadi dengan pesat terutama pada awal masa remaja. Kematangan seksual merupakan suatu rangkaian dari perubahan - perubahan yang terjadi pada masa remaja, yang ditandai dengan perubahan pada ciri ciri seks primer (primary sex characteristics) dan ciri - ciri seks sekunder (secondary sex characteristics) (Desmita, 2009) a) Perubahan Ciri-ciri Seks Primer Ciri-ciri seks primer menunjuk pada organ tubuh yang secara langsung berhubungan dengan proses reproduksi. Ciri-ciri seks primer ini berbeda antara anak laki-laki dan anak perempuan. Bagi anak laki-laki, ciriciri seks primer yang sangat penting ditunjukkan dengan pertumbuhan yang cepat dari batang kemaluan (penis) dan kantung kemaluan (scrotum), yang mulai terjadi pada usia sekitar 12 tahun dan berlangsung sekitar 5 tahun untuk penis dan 7 tahun untuk skrotum (Seifert & Hoffnung, 1994 dalam Desmita, 2009). Sedangkan pada anak perempuan, perubahan ciri-ciri seks primer ditandai dengan munculnya periode menstruasi, yang disebut dengan menarche, yaitu menstruasi yang pertama kali dialami oleh seorang gadis. Terjadinya menstruasi pertama ini memberi petunjuk bahwa mekanisme reproduksi anak perempuan telah matang, sehingga

memungkinkan mereka untuk mengandung dan melahirkan anak (Sarwono, 1993 dalam Desmita, 2009).

11

b) Perubahan Ciri-ciri seks sekunder Ciri-ciri seks sekunder adalah tanda-tanda jasmaniah yang tidak langsung berhubungan dengan proses reproduksi, namun merupakan tanda-tanda yang membedakan antra laki-laki dan perempuan. Tanda-tanda jasmaniah ini muncul sebagai konsekuensi dari berfungsinya hormonhormon testosteron, androgen, estrogen, dan progesteron. Diantara tandatanda jasmaniah yang terlihat pada laki-laki adala tumbuh kumis dan janggut, jakun, bahu dan dada melebar, suara berat, tumbuh bulu diketiak, didada, dikaki dan dilengan, dan disekitar kemaluan, serta otot-otot menjadi kuat. Sedangkan pada perempuan terlihat payudara dan panggul yang membesar, suara menjadi halus, tumbuh bulu diketiak dan disekitar kemaluan (Desmita, 2009) b. Perkembangan kognitif Perkembangan kognitif adalah perubahan kemampuan mental seperti belajar, memori, menalar, berpikir, dan bahasa (Hurlock, 2001). Pada masa remaja terjadi suatu periode kehidupan dimana kapasitas untuk memperoleh dan menggunakan pengetahuan secara efisien mencapai puncaknya (Mussen, Conger & Kagan, 1969 dalam Desmita, 2009). Hal ini adalah karena selama periode remaja ini, proses pertumbuhan otak mencapai kesempurnaan. Sistem saraf yang berfungsi memproses informasi berkembang dengan cepat. Disamping itu, pada masa remaja ini juga terjadi reorganisasi lingkaran saraf prontallobe. Prontallobe ini berfungsi dalam aktivitas kognitif tingkat tinggi, seperti kemampuan merumuskan

perencanaan strategis atau kemampuan mengambil keputusan (Carol & David R. 1995 dalam Desmita, 2009).

12

c. Perkembangan psikososial 1) Perkembangan Individuasi dan Identitas Menurut Josselson tahun 1980 (dalam Desmita, 2009), proses pencarian identitas adalah proses dimana seorang remaja mengembangkan suatu identitas personal atau sense of self yang unik, yang berbeda dan terpisah dari orang lain, ini disebut dengan individuasi (individuation). Proses ini terjadi dari empat sub tahap yang berbeda, tetapi saling melengkapi, yaitu : diferensiasi, praktis dan eksperimentasi, penyesuaian, serta konsolidasi diri. 2) Perkembangan Hubungan dangan Orang Tua Perubahan Perubahan fisik, kognitif dan social yang terjadi dalam perkembangan remaja mempunyai pengaruh yang besar terhadap relasi orang tua - remaja. Seiring dengan terjadinya perubahan kognitif selama masa remaja, perbedaan ide ide yang dihadapi sering mendorongnya untuk melakukan pemeriksaan terhadap nilai nilai dan pelajaran pelajaran yang berasal dari orang tua. Akibatnya, remaja mulai mempertanyakan dan menentang pandangan pandangan orang tua serta mengembangkan ide ide mereka sendiri (Desmita, 2009). 3) Perkembangan Hubungan dengan Teman Sebaya Perkembangan kehidupan social remaja juga ditandai dengan gejala meningkatnya pengaruh teman sebaya dalam kehidupan mereka. Sebagian besar waktunya dihabiskan untuk berhubungan atau bergaul dengan teman teman sebaya mereka. Pada prinsipnya hubungan teman sebaya mempunyai arti yang sangat penting bagi kehidupan remaja (Desmita, 2009). Sumiati (2009 : 25) mengemukakan tahap perkembangan psikososial remaja pertengahan (15-17 tahun) secara rinci yaitu :

13

1) Lebih mampu untuk berkompromi 2) Belajar berfikir secara independent dan membuat keputusan sendiri 3) Terus menerus bereksperimen untuk mendapatkan citra diri yang dirasakan nyaman bagi mereka 4) Merasa perlu mengumpulkan pengalaman baru, mengujinya walaupun berisiko 5) Tidak lagi terfokus pada diri sendiri 6) Membangun nilai/norma dan mengembangkan moralitas d. Perkembangan Seksualitas Perkembangan seksualitas remaja sangat dipengaruhi oleh factor perubahanperubahan fisik selama periode pubertas. Terutama kematangan organ-organ seksual dan perubahan-perubahan hormonal, mengakibatkan munculnya dorongan-dorongan seksual dalam remaja. Dorongan seksual remaja lebih tinggi dibandingkan dengan orang dewasa. Sebagai anak muda yang belum memiliki pengalaman tentang seksual, tidak jarang dorongan-dorongan seksual ini menimbulkan ketegangan fisik dan psikis. Untuk melepaskan diri dari ketegangan seksual tersebut, remaja mencoba mengekspresikan dorongan seksualnya dalam berbagai bentuk tingkah laku seksual, mulai dari melakukan aktivitas berpacaran (dating), berkencan, bercumbu, sampai dengan melakukan kontak seksual (Desmita, 2009). Hasil penelitian menunjukkan bahwa hubungan seksual sebelum menikah di kalangan remaja di Indonesia adalah umum (Sarwono, 2003). Hubungan seks sebelum menikah dianggap benar apabila orang-orang yang terlibat saling mencintai ataupun saling terikat. Kebanyakan remaja mengatakan bahwa alasan

14

utama mereka aktif secara seksual adalah karena jatuh cinta (Santrock, 2003 dalam Desmita, 2009). 2.1.4 Tugas Perkembangan Pada Masa Remaja Tugas-tugas perkembangan pada masa remaja antara lain (Sumiati, 2009 : 21): a. Mencapai relasi yang lebih matang dengan teman seusia dari kedua jenis kelamin b. Mencapai peran sosial feminin atau maskulin c. Menerima fisik dan menggunakan tubuhnya secara efektif d. Meminta, menerima dan mencapai perilaku bertanggung jawab secara sosial e. Mencapai kemandirian secara emosional dari orang tua dan orang dewasa lainnya f. Mempersiapkan untuk karir ekonomi g. Memperoleh suatu set nilai dan sistem etis untuk mengarahkan perilaku 2.1.5 Bentuk dan aspek-aspek kenakalan remaja Menurut Sunarwiayati (1985) dalam Sumiati (2009), bentuk kenakalan remaja dibagi kedalam tiga tingkatan yaitu : a. Kenakalan biasa, seperti : suka berkelahi, suka keluyuran, membolos sekolah, dan pergi dari rumah tanpa pamit. b. Kenakalan yang menjurus pada pelanggaran dan kejahatan, seperti : mengendarai mobil tanpa SIM, mengambil barang orang tua tanpa izin, mencuri dan kebut-kebutan. c. Kenakalan khusus, seperti : perilaku seksual pranikah, penyalahgunaan Napza, hubungan seks diluar nikah, pemerkosaan, kasus pembunuhan, dll.

15

2.2 Konsep Perilaku Seks Pranikah 2.2.1 Pengertian Perilaku Seks Pranikah

Perilaku seksual pranikah adalah segala tingkah laku yang didorong oleh hasrat seksual yang dilakukan oleh dua orang, pria dan wanita diluar perkawinan yang sah (Sarwono, 2005). Mutadin (2002) mengatakan bahwa perilaku seksual pranikah merupakan perilaku seksual yang dilakukan tanpa melalui proses pernikahan resmi menurut agama dan kepercayaan masing masing. Simanjuntak (dalam prastawa & Lailatushifah, 2009) menyatakan bahwa

perilaku seksual pranikah adalah segala macam tindakan seperti bergandengan tangan, berciuman sampai dengan bersenggama yang dilakukan dengan adanya dorongan hasrat seksual yang dilakukan sebelum ada ikatan pernikahan yang sah. Menurut Soetjiningsih ( 2004 :135-136), perilaku seks pranikah pada remaja adalah segala tingkah laku remaja yang didorong oleh hasrat baik dengan lawan jenis maupun sesama jenis yang dilakukan sebelum adanya hubungan resmi sebagai suami istri. Objek seksualnya bisa berupa orang lain, orang dalam khayalan, atau diri sendiri. Menurut Masland (2004), bentuk tingkah laku seks bermacam-macam mulai dari perasaan tertarik, pacaran, kissing, kemudian sampai intercourse. 2.2.2 Bentuk-bentuk Perilaku Seks

Duvall, E. M & Miller, B. C (1985) mengatakan bahwa bentuk perilaku seksual pranikah mengalami peningkatan secara bertahap. Adapun bentuk bentuk perilaku seksual tersebut adalah : a. Touching : Berpegangan tangan, berpelukan.

16

b. Kissing : Berkisar dari ciuman singkat dan cepat sampai kepada ciuman yang lama dan lebih intim. c. Petting : Menyentuh atau meraba daerah erotis dari tubuh pasangan biasanya meningkat dari meraba ringan sampai meraba alat kelamin. d. Sexual Intercourse : Hubungan kelamin atau senggama Menurut Ginting (2008) bentuk-bentuk seks ada beberapa tahap yaitu : a. Berpegangan tangan Perilaku seksual ini biasanya dapat menimbulkan keinginan untuk mencoba aktivitas seksual lainnya, sehingga kepuasan seksual lainnya tercapai. b. Berpelukan Perilaku seksual berpelukan akan membuat jantung berdegup lebih cepat dan menimbulkan rangsangan seksual pada individu. c. Cium kering Perilaku seksual cium kering berupa sentuhan pipi dengan pipi dan pipi dengan bibir. Dampak dari cium pipi bisa mengakibatkan imajinasi atau fantasi seksual menjadi berkembang disamping juga dapat menimbulkan keinginan untuk melanjutkan ke bentuk aktifitas seksual lainnya yang lebih dapat dinikmati. d. Cium basah Aktifitas cium basah berupa sentuhan bibir dengan bibir. Dampak dari cium bibir dapat menimbulkan sensasi seksual yang kuat dan menimbulkan dorongan seksual hingga tidak terkendali, dan apabila dilakukan terus menerus akan menimbulkan perasaan ingin mengulanginya lagi.

17

e. Meraba bagian tubuh yang sensitive Merupakan suatu kegiatan meraba atau memegang bagian tubuh yang sensitif seperti payudara, vagina dan penis. Dampak dari tersentuhnya bagian yang paling sensitif tersebut akan menimbulkan rangsangan seksual sehingga melemahkan kontrol diri dan akal sehat, akibatnya bisa melakukan aktifitas seksual selanjutnya seperti intercourse. f. Petting Merupakan keseluruhan aktifitas seksual non intercourse (hingga

menempelkan alat kelamin), dampak dari petting yaitu timbulnya ketagihan. g. Oral seks Oral seksual pada laki-laki adalah ketika seseorang menggunakan bibir, mulut dan lidahnya pada penis dan sekitarnya, sedangkan pada wanita melibatkan bagian di sekitar vulva yaitu labia, klitoris, dan bagian dalam vagina. h. Intercourse atau bersenggama Merupakan aktifitas seksual dengan memasukan alat kelamin laki-laki ke dalam alat kelamin perempuan, dampak dari hubungan seksual pranikah adalah perasaan bersalah, dan berdosa terutama pada saat pertama kali, ketagihan, kehamilan sehingga terpaksa menikah dan aborsi, kematian dan kemandulan akibat aborsi, risiko terkena Penyakit Menular Seksual atau HIV, sangsi sosial, agama serta norma, hilangnya keperawanan dan keperjakaan, merusak masa depan (terpaksa drop out sekolah).

2.2.3

Faktor-faktor yang memengaruhi perilaku seks pranikah remaja

a. Pratiwi (2004) mengatakan bahwa perilaku seksual remaja disebabkan oleh beberapa faktor. Faktor faktor tersebut adalah :

18

1) Biologis : perubahan biologis yang terjadi pada masa pubertas dan pengaktifan hormonal yang dapat menimbulkan perilaku seksual. 2) Pengaruh Orangtua : kurangnya komunikasi secara terbuka antara orang tua dengan remaja dalam masalah seksual, dapat memperkuat munculnya penyimpangan perilaku seksual. 3) Pengaruh teman sebaya: Pengaruh teman sebaya membuat remaja mempunyai kecenderungan untuk memakai norma teman sebaya dibandingkan norma sosial yang ada. 4) Akademik : Remaja yang prestasi dan aspirasi yang rendah cenderung lebih sering memunculkan perilaku seksual dibandingkan remaja dengan prestasi yang baik di sekolah. 5) Pemahaman : Pemahaman kehidupan sosial akan membuat remaja mampu untuk mengambil keputusan yang akan memberikan pemahaman perilaku seksual dikalangan remaja. Remaja yang mampu mengambil keputusan secara tepat berdasarkan nilai nilai yang dianutnya akan menampilkan perilaku seksual yang sehat. 6) Pengalaman Seksual : Semakin banyak remaja mendengar, melihat dan mengalami hubungan seksual maka semakin kuat stimulasi yang mendorong munculnya perilaku seksual tersebut, misalnya melihat gambar gambar porno diinternet ataupun mendengar obrolan dari teman mengenai pengalaman seksual. 7) Pengalaman dan Penghayatan Nilai Nilai Keagamaan : Remaja yang memiliki penghayatan yang kuat mengenai nilai nilai keagamaan, integritas yang baik juga cenderung mampu menampilkan seksual selaras

19

dengan nilai yang diyakininya serta mencari kepuasan dari perilaku yang produktif. 8) Faktor Kepribadian : Faktor kepribadian seperti harga diri, kontrol diri dan tanggung jawab akan membuat remaja mampu mengambil dan membuat keputusan. 9) Pengetahuan mengenai Kesehatan Reproduksi : Remaja yang memiliki pemahaman secara benar dan proporsional tentang kesehatan reproduksi cenderung memahami perilaku seksual serta alternatif cara yang dapat digunakan untuk menyalurkan dorongan seksual secara sehat dan bertanggung jawab. b. Faktor yang menyebabkan perilaku seks pranikah pada remaja menurut Sarwono 2005, hal 188-205: 1) Pengetahuan Pengetahuan yang kurang tentang seksualitas menyebabkan remaja mencari tahu sendiri tentang hal tersebut dari media yang salah yang dapat menyebabkan terjadinya perilaku seks pranikah pada remaja tanpa mereka ketahui risiko-risiko yang dapat terjadi akibat hal tersebut seperti kehamilan yang tidak diinginkan. 2) Meningkatnya libido seksual Di dalam upaya mengisi peran sosial, seorang remaja mendapatkan motivasinya dari meningkatnya energi seksual atau libido, energi seksual ini berkaitan erat dengan kematangan fisik. 3) Media informasi Adanya penyebaran media informasi dan rangsangan seksual melalui media massa yaitu dengan adanya teknologi yang canggih seperti,

20

internet, majalah, televisi, video. Remaja cenderung ingin Tahu dan ingin mencoba-coba serta ingin meniru apa yang dilihat dan didengarnya, khususnya karena remaja pada umumnya belum mengetahui masalah seksual secara lengkap dari orang tuanya. 4) Norma agama Sementara itu perkawinan ditunda, norma-norma agama tetap berlaku dimana orang tidak boleh melaksanakan hubungan seksual sebelum menikah. Pada masyarakat modern bahkan larangan tersebut

berkembang lebih lanjut pada tingkat yang lain seperti berciuman dan masturbasi untuk remaja yang tidak dapat menahan diri akan mempunyai kecenderungan melanggar larangan tersebut. 5) Orang tua Ketidaktahuan orang tua maupun sikap yang masih menabukan pembicaraan seks dengan anak bahkan cenderung membuat jarak dengan anak. Akibatnya pengetahuan remaja tentang seksualitas sangat kurang. Padahal peran orang tua sangatlah penting, terutama pemberian pengetahuan tentang seksualitas. 6) Pergaulan semakin bebas Gejala ini banyak terjadi di kota-kota besar, banyak kebebasan pergaulan antar jenis kelamin pada remaja, semakin tinggi tingkat pemantauan orang tua terhadap anak remajanya, semakin rendah kemungkinan perilaku menyimpang menimpa remaja.

21

2.2.4

Dampak Perilaku Seks Pranikah Pada Remaja Seks pranikah dikalangan remaja dapat menimbulkan berbagai dampak yaitu :

a. Dampak fisiologis 1) Kehamilan yang tidak diinginkan, pada remaja dapat meningkatkan risiko kesehatan bagi ibu dan anaknya. Salah satu faktor yang penting dalam kehamilan adalah umur ibu waktu hamil. Usia remaja (dibawah 20 tahun) dianggap sangat berbahaya untuk kehamilan sebab secara fisik tubuh ibu sendiri masih dalam masa pertumbuhan, organ-organ reproduksi masih belum matang. Bayi yang dilahirkan oleh ibu remaja cenderung memiliki berat badan lebih rendah dan kematian pada bayi (Santrock, 2003). 2) Aborsi, tidak sedikit remaja yang mengalami kehamilan yang tidak diinginkan mengambil jalan pintas dengan melakukan aborsi, padahal aborsi sangat berbahaya, diantaranya : Infeksi alat reproduksi karena melakukan kuretase yang dilakukan secara tidak steril. Hal ini dapat membuat remaja mengalami kemandulan dikemudian hari setelah menikah. Perdarahan, sehingga remaja dapat mengalami shock akibat perdarahan dan gangguan neurologist. Selain itu, perdarahan juga dapat mengakibatkan kematian ibu dan anak atau keduanya. Risiko terjadinya rupture uterus atau robeknya rahim lebih besar, juga menipisnya dinding rahim akibat kuretase. Terjadinya fistula genitalia traumatis, suatu saluran atau hubungan antara genital dan saluran kencing atau saluran pencernaan yang secara normal tidak ada (Santrock, 2003). 3) Penyakit Menular Seksual (PMS) yaitu merupakan infeksi atau penyakit yang kebanyakan ditularkan melalui hubungan seksual. Penyakit menular seksual berbahaya karena dapat menimbulkan kemandulan, menyebabkan

kemandulan, kanker rahim, merusak penglihatan, merusak otak dan hati,

22

dapat menular pada bayi, dapat menyebabkan seseorang rentan terhadap Human Immunodeficiency Virus / Acquired Immune Deficiency Syndrome (HIV/AIDS), serta beberapa penyakit menular seksual ada yang tidak bisa disembuhkan. Beberapa penyakit menular seksual diantaranya adalah Gonnorhea, Sifilis, Chlamydia, dan Herpes genitalis (Santrock, 2003). 4) Human Immunodeficiency Virus / Acquired Immune Deficiency Syndrome (HIV/AIDS). AIDS adalah sekumpulan gejala penyakit yang timbul karena turunnya kekebalan tubuh. AIDS disebabkan karena adanya virus HIV didalam tubuh. Virus HIV ini hidup didalam 4 cairan tubuh manusia yaitu cairan darah, cairan sperma, cairan vagina, dan air susu ibu. Kebanyakan remaja yang terinfeksi HIV tidak akan sakit sampai mereka dewasa karena waktu laten yang terjadi sejak terinfeksi untuk kali pertamanya sampai munculnya penyakit berkisar 5 sampai 7 tahun (Santrock, 2003). b. Dampak psikologis Menurut Sarwono (2003) dampak psikologis dari perilaku seks pranikah diantaranya perasaan marah, takut, cemas, depresi, rendah diri, bersalah dan berdosa. c. Dampak sosial Dampak sosial dari perilaku seks pranikah diantaranya dikucilkan, cemoohan masyarakat, putus sekolah pada remaja perempuan yang hamil, dan perubahan peran.

23

2.3 Konsep Kecemasan (Ansietas) 2.3.1 Pengertian Ansietas

Kecemasan (ansietas) atau dalam Bahasa Inggrisnya anxiety merupakan suatu respon dari pengalaman yang dirasa tidak menyenangkan dan di ikuti perasaan khawatir, tegang dan takut bila berada dibawah tekanan atau stres dalam menghadapi sesuatu (Nasir, 2011). Kecemasan adalah suatu perasaaan tidak santai yang samar-samar karena ketidaknyamanan atau rasa takut yang disertai suatu respon atau suatu perasan takut akan terjadi sesuatu yang disebabkan oleh antisipasi bahaya. Hal ini merupakan sinyal yang menyadarkan bahwa peringatan tentang bahaya yang akan datang dan memperkuat individu mengambil tindakan menghadapi ancaman (Nanda, 2009 dalam Fitria, 2013). Menurut Carpenito (2000) menyebutkan bahwa kecemasan merupakan keadaan dimana individu atau kelompok mengalami perasaan yang sulit (ketakutan) dan aktivasi sistem saraf otonom dalam berespon terhadap ketidakjelasan, ancaman tidak spesifik. Ansietas merupakan respon emosional terhadap penilaian individu yang subjektif, yang dipengaruhi alam bawah sadar dan tidak diketahui secara khusus penyebabnya. Ansietas merupakan istilah yang sangat akrab dengan kehidupan sehari-hari yang menggambarkan keadaan khawatir, gelisah, takut, tidak tentram disertai berbagai keluhan fisik, keadaan tersebut dapat terjadi atau menyertai kondisi situasi kehidupan dan berbagai gangguan kesehatan (Dalami dkk, 2009).

24

2.3.2

Rentang Respon Ansietas

Adaptif

Mal-adaptif

Antisipasi

Ringan

Sedang

Berat

Panik

Bagan 2. 1 rentang respon kecemasan adaptif dan maladaptif.

2.3.3

Tingkat Kecemasan Menurut Dalami (2009), tingkat kecemasan dibagi dalam 4 bagian :

a. Kecemasan Ringan Kecemasan ringan berhubungan dengan ketegangan akan peristiwa kehidupan sehari-hari. Pada tingkat ini lahan persepsi melebar dan individu akan berhati-hati dan waspada. Individu terdorong untuk belajar yang akan menghasilkan pertumbuhan dan kreativitas. 1) Respon Fisiologis : sesekali nafas pendek, nadi dan tekanan darah naik, gejala ringan pada lambung, muka berkerut dan bibir bergetar 2) Respon Kognitif : lapang persepsi meluas, mampu menerima ransangan yang kompleks, konsentrasi pada masalah, dan menyelesaikan masalah secara efektif 3) Respon perilaku dan Emosi : tidak dapat duduk tenang, tremor halus pada tangan, dan suara kadang-kadang meninggi b. Kecemasan sedang Pada tingkat ini lahan persepsi terhadap lingkungan menurun/individu lebih memfokuskan pada hal penting saat itu dan mengesampingkan hal lain.

25

1) Respon Fisiologis : sering nafas pendek, nadi ekstra systole dan tekanan darah naik, mulut kering, anorexia, diare/konstipasi, dan gelisah. 2) Respon Kognitif : lapang persepsi menyempit, rangsang luar tidak mampu diterima, dan berfokus pada apa yang menjadi perhatiannya. 3) Respon Perilaku dan Emosi: gerakan tersentak-sentak (meremas tangan), bicara banyak dan lebih cepat, dan perasaan tidak nyaman. c. Kecemasan Berat Pada kecemasan berat lahan persepsi menjadi sempit, individu cenderung memikirkan hal yang kecil saja dan mengabaikan hal-hal yang lain, individu tidak mampu berfikir berat lagi dan membutuhkan banyak

pengarahan/tuntutan. 1) Respon Fisiologis : sering nafas pendek, nadi dan tekanan darah naik, berkeringat dan sakit kepala, dan penglihatan kabur 2) Respon Kognitif : lapang persepsi sangat menyempit, tidak mampu menyelesaikan masalah. 3) Respon Perilaku dan Emosi : Perasaan ancaman meningkat, verbalisasi cepat, dan blocking d. Panik Pada tingkat ini persepsi sudah terganggu sehingga individu sudah tidak dapat mengendalikan diri lagi dan tidak dapat melakukan apa-apa walaupun sudah diberi pengarahan/tuntunan. 1) Respon Fisiologis : nafas pendek, rasa tercekik dan berdebar, sakit dada, pucat, dan hipotensi 2) Respon Kognitif : lapang persepsi menyempit, dan tidak dapat berfikir lagi

26

3)

Respon Perilaku dan Emosi : agitasi, mengamuk dan marah, ketakutan, berteriak-teriak, blocking, persepsi kacau, Kecemasan yang timbul dapat diidentifikasi melalui respon yang dapat berupa respon fisik, emosional, dan kognitif atau intelektual.

2.3.4

Respon Fisiologis Kecemasan a. Kardiovaskuler : Palpitasi berdebar, tekanan darah meningkat/menurun, nadi meningkat/menurun b. Saluran Pernafasan : Nafas cepat dangkal, rasa tertekan di dada, rasa seperti tercekik c. Gastrointestinal : Hilang nafsu makan, mual, rasa tak enak pada epigastrium, diare d. Neuromuskuler : Peningkatan refleks, wajah tegang, insomnia, gelisah, kelelahan secara umum, ketakutan, tremor e. Saluran Kemih : Tak dapat menahan buang air kecil f. Sistem Kulit : Muka pucat, perasaan panas/dingin pada kulit, rasa terbakar pada muka, berkeringat setempat atau seluruh tubuh dan gatal-gatal g. Respon Kognitif : konsentrasi menurun, pelupa, raung persepsi berkurang atau menyempit, takut kehilangan kontrol, obyektifitas hilang h. Respon emosional : Kewaspadaan meningkat, tidak sadar, takut, gelisah, pelupa, cepat marah, kecewa, menangis dan rasa tidak berdaya

2.3.5

Faktor Predisposisi Menurut Stuart dan Sundeen (2007) dalam Fitria (2013) terdapat beberapa teori yang menjelaskan ansietas, diantaranya yaitu :

a. Pandangan psikoanalitik ansietas adalah konflik emosional yang terjadi antara dua elemen kepribadian-id dan superego. Id mewakili dorongan insting dan

27

impuls primitif seseorang, sedangkan supersego mencerminkan hati nurani seseorang dan dikendalikan oleh norma-norma budaya seseorang. Ego berfungsi menengahi tuntutan dari dua elemen yang bertentangan, dan fungsi ansietas adalah mengingatkan ego bahwa ada bahaya. b. Pandangan interpersonal ansietas timbul dari perasaan takut terhadap tidak adanya penerimaan dan penolakan interpersonal. Ansietas juga berhubungan dengan perkembangan trauma, seperti perpisahan dan kehilangan, yang menimbulkan kelemahan spesifik. Orang yang harga diri rendah terutama mudah mengalami perkembangan ansietas yang berat. c. Pandangan perilaku ansietas merupakan produk frustasi yaitu segala sesuatu yang mengganggu kemampuan seseorang untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Pakar perilaku lain menganggap ansietas sebagai suatu dorongan untuk belajar berdasarkan keinginan dari dalam untuk menghindari kepedihan. Pakar tentang pembelajaran meyakini bahwa individu yang terbiasa dalam kehidupan dininya dihadapkan pada ketakutan yang berlebihan lebih sering menunjukan ansietas pada kehidupan selanjutnya. d. Kajian keluarga menunjukan bahwa gangguan ansietas merupakan hal yang biasa ditemui dalam suatu keluarga. Ada tumpang tindih dalam gangguan ansietas dengan depresi. e. Kajian biologis menunjukan bahwa otak mengandung reseptor khusus untuk benzodiazepines, reseptor ini mungkin membantu mengatur ansietas. Penghambat asam aminobutrik-gamma neroregulator (GABA) juga mungkin memainkan peran utama dalam mekanisme biologis berhubungan dengan ansietas, sebagaimana halnya dengan endorfin. Selain itu, telah dibuktikan

28

bahwa kesehatan umum seseorang mempunyai akibat nyata sebagai predisposisi terhadap ansietas. 2.3.6 Faktor yang memengaruhi kecemasan Kecemasan sering kali berkembang selama jangka waktu dan sebagian besar tergantunga pada seluruh pengalaman hidup seseorang. Peristiwa peristiwa atau situasi khusus dapat mempercepat munculnya kecemasan. Menurut Savitri Ramaiah (2003:11) ada beberapa faktor yang memengaruhi kecemasan, diantaranya yaitu : a. Lingkungan Lingkungan atau sekitar tempat tinggal memengaruhi cara berfikir individu tentang diri sendiri maupun orang lain. Hal ini disebabkan karena adanya pengalaman yang tidak menyenangkan pada individu dengan keluarga, sahabat, ataupun dengan rekan kerja. Sehingga individu tersebut merasa tidak aman terhadap lingkungannya. b. Emosi yang ditekan Kecemasan bisa terjadi jika individu tidak mampu menemukan jalan keluar untuk perasaannya sendiri dalam hubungan personal ini, terutama jika dirinya menekan rasa marah atau frustasi dalam jangka waktu yang sangat lama. c. Sebab - sebab fisik Pikiran dan tubuh senantiasa saling berinteraksi dan dapat menyebabkan timbulnya kecemasan. Hal ini terlihat dalam kondisi seperti misalnya kehamilan, semasa remaja dan sewaktu pulih dari suatu penyakit. Selama ditimpa kondisi - kondisi ini, perubahan - perubahan perasaan lazim muncul, dan ini dapat menyebabkan timbulnya kecemasan.

29

Sedangkan menurut Wangmuba (2009), ada beberapa faktor yang memengaruhi kecemasan seseorang, antara lain : a. Usia dan tahap perkembangan Tahap perkembangan pada remaja terdiri dari tiga masa antara lain : masa remaja awal (11-13 tahun), masa remaja pertengahan (14 16 tahun), masa remaja lanjut (17 - 20 tahun). Pada tahap remaja pertengahan akan timbul penyesuaian dengan perubahan - perubahan baik yang terjadi secara fisik maupun emosional. Salah satu perubahan yang terjadi adalah peningkatan hormone (libido seksual). Jika sebelumnya remaja tidak memahami tentang perubahan tersebut maka akan timbul kecemasan. b. Pengetahuan Semakin banyaknya pengetahuan yang dimiliki oleh seseorang maka seseorang tersebut akan lebih siap dalam menghadapi sesuatu dan dapat mengurangi kecemasan. c. Stress yang ada sebelumnya Perubahan peran tertentu, kekhawatiran akan keadaan keuangan, tempat tinggal, permasalahan keluarga, dan permasalahan lainnya membuat individu berisiko mengalami kecemasan. Kecemasan ini akan semakin tinggi jika dukungan yang diperoleh bersifat terbatas. d. Dukungan sosial Tidak adanya sistem dukungan sosial dan psikologis menyebabkan seseorang berisiko mengalami kecemasan, karena tidak ada yang

membantunya dalam memaknai peristiwa serta menghadapi kenyataan secara lapang dada untuk membangkitkan harga dirinya.

30

e. Kemampuan mengatasi masalah ( koping ) Kemampuan koping yang buruk atau maladaptif memperbesar risiko seseorang mengalami kecemasan. f. Lingkungan budaya dan etnis Setiap informasi yang bersifat baru akan disaring oleh budaya setempat untuk dinilai apakah informasi tersebut layak atau tidak untuk disampaikan, sehingga terkadang informasi yang sifatnya penting untuk diketahui tidak dapat disampaikan tepat waktu dan tepat sasaran yang pada akhirnya dapat berisiko terjadinya kecemasan pada seseorang yang tidak mengetahuinya. g. Kepercayaan Adanya kepercayaan tertentu yang tidak membenarkan perilaku atau informasi (yang berkaitan dengan perilaku seks pranikah) dapat berisiko menimbulkan kecemasan karena seseorang akan timbul persepsi bahwa hal tersebut tidak baik atau merupakan suatu masalah. 2.3.7 Mekanisme Koping Ketika mengalami ansietas, individu menggunakan bermacam-macam mekanisme koping untuk mencoba mengatasinya. Dalam bentuk ringan ansietas dapat diatasi dengan menangis, tertawa, tidur, olahraga atau merokok. Bila terjadi ansietas berat sampai panik akan terjadi ketidakmampuan mengatasi ansietas secara konstruktif merupakan penyebab utama perilaku yang patologis, individu akan menggunakan energi yang lebih besar untuk dapat mengatasi ancaman tersebut. Menurut Freud dalam Dalami, dkk (2009 : 72) ada beberapa mekanisme pertahanan yang digunakan untuk melawan kecemasan antara lain adalah:

31

a. Represi Represi adalah pelepasan tanpa sengaja sesuatu dari kesadaran (conscious), pada dasarnya merupakan upaya penolakan secara tidak sadar terhadap sesuatu yang membuat tidak nyaman atau menyakitkan. Konsep tentang represi merupakan dasar dari sistem kepribadian dan berhubungan dengan semua perilaku neurosis. b. Reaksi Formasi Reaksi formasi adalah bagaimana mengubah suatu impuls yang mengancam dan tidak sesuai serta tidak dapat diterima norma sosial diubah menjadi suatu bentuk yang lebih dapat diterima. Misalnya seorang yang mempunyai impuls seksual yang tinggi menjadi seorang yang dengan gigih menentang pornografi c. Proyeksi Proyeksi adalah mekanisme pertahanan dari individu yang menganggap suatu impuls yang tidak baik, agresif dan tidak dapat diterima sebagai bukan miliknya melainkan milik orang lain. d. Regresi Regresi adalah suatu mekanisme pertahanan saat individu kembali ke masa periode awal dalam hidupnya yang lebih menyenangkan dan bebas dari frustasi dan kecemasan yang saat ini dihadapi. e. Rasionalisasi Rasionalisasi adalah mengemukakan penjelasan yang tampak logis dan dapat diterima masyarakat untuk membenarkan perasaan perilaku dan motif yang tidak dapat diterima.

32

f. Pemindahan (displacement) Suatu mekanisme pertahanan dengan cara memindahkan impuls terhadap objek lain karena objek yang dapat memuaskan Id tidak tersedia. Pada mekanisme ini objek pengganti adalah suatu objek yang menurut individu bukanlah merupakan suatu ancaman. g. Sublimasi Berbeda dengan displacement yang mengganti objek untuk memuaskan Id, sublimasi melibatkan perubahan atau penggantian dari impuls Id itu sendiri. Energi instingtual dialihkan ke bentuk ekspresi lain, yang secara sosial bukan hanya diterima namun dipuji. Misalnya energi seksual diubah menjadi perilaku kreatif yang artistik. h. Isolasi Isolasi adalah pemisahan unsur emosional dari suatu pikiran yang mengganggu dapat bersifat sementara atau berjangka lama. i. Undoing Dalam undoing, individu akan melakukan perilaku atau pikiran ritual dalam upaya untuk mencegah impuls yang tidak dapat diterima. Misalnya pada pasien dengan gangguan obsesif kompulsif, melakukan cuci tangan berulang kali demi melepaskan pikiran-pikiran seksual yang mengganggu. j. Intelektualisasi Sering bersamaan dengan isolasi; individu mendapatkan jarak yang lebih jauh dari emosinya dan menutupi hal tersebut dengan analisis intelektual yang abstrak dari individu itu sendiri.

33

2.3.8

Pengukuran Tingkat Ansietas Kecemasan seseorang dapat diukur dengan menggunakan instrumen Hamilton Anxiety Rating Scale (HARS), Analog Anxiety Scale, Zung Self Rating Anxiety Scale (ZSAS), dan Trait Anxiety Inventory Form Z-I (STAI Form Z-I) (Kaplan & Saddock, 1998). Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan instrumen Zung Self Rating Anxiety Scale (ZSAS), yang merupakan instrumen yang dirancang untuk meneliti tingkat kecemasan secara kuantitatif, kemudian dilakukan beberapa modifikasi sesuai dengan kebutuhan penelitian. Instrumen ZSAS dikembangkan oleh William W. K Zung (1997). Zung Self Rating Anxiety Scale (ZSAS) bertujuan untuk menilai kecemasan sebagai kelainan klinis dan menentukan gejala kecemasan. Zung Self Reating Ansiety Scale (ZSAS) merupakan skala dengan 20 item, mengandung karakteristik yang bisaditemukan dari gangguan kecemasan (15 respon peningkatan kecemasan dan 5 respon penurunan kecemasan). Item respon peningkatan kecemasan sebagai berikut : a. Saya merasa lebih gelisah atau gugup dan cemas dari biasanya b. Saya merasa takut tanpa alasan yang jelas c. Saya merasa marah tersinggung atau panik d. Saya merasa seakan tubuh saya berantakan / hancur berkeping-keping e. Saya merasa sering sakit perut f. Saya merasa kedua tangan dan kaki saya gemetar atau bergetar g. Saya sering terganggu oleh sakit kepala, nyeri leher atau nyeri otot h. Saya merasa badan saya lemah dan mudah capek i. Saya merasa jantung saya berdebar-debar dengan keras dan cepat

34

j.

Saya sering mengalami pusing

k. Saya sering pingsan atau merasa seperti pingsan l. Saya merasa kaku atau mati rasa dijari dan dikaki

m. Saya sering BAK lebih dari biasanya n. Wajah saya terasa panas dan kemerahan o. Saya mengalami mimpi-mimpi buruk. Item respon penurunan kecemasan sebagai berikut : a. Saya merasa semuanya akan baik-baik saja dan tidak akan terjadi sesuatu yang buruk b. Saya tidak dapat istirahat atau tidak dapat duduk dengan tenang c. Saya mudah sesak tersenggal-senggal d. Saya merasa tangan saya dingin e. Saya sulit dan tidak dapat istirahat malam Instrumen ZSAS digolongkan kedalam 4 tingkatan cemas yaitu : tidak mengalami kecemasan, kecemasan ringan, kecemasan sedang, kecemasan berat dan panik (Kaplan & Saddock, 1998).

BAB III METODE PENELITIAN

3.1

Desain Penelitian Desain penelitian ini menggunakan pola pendekatan kuantitatif dan desain penelitian yang digunakan adalah deskriptif-analitik, rancangan survey cross sectional. dengan menggunakan

Tujuan penelitian ini adalah untuk

mengidentifikasi adanya hubungan perilaku seks pranikah dengan tingkat kecemasan pada remaja usia 15-17 th di SMAN 16 Bandung (Notoatmodjo, 2010)

3.2

Kerangka Pemikiran Berdasarkan latar belakang dan masalah dalam penelitian kemudian dilakukan sebuah rencana penelitian dengan menggunakan sebuah kerangka pemikiran meliputi subjek yang akan diteliti, proses dan hasil. Kerangka penelitian ini adalah sebagai berikut :

35

36

Bagan 3. 1 Kerangka Pemikiran Hubungan Perilaku seks pranikah dengan tingkat kecemasan pada remaja usia 15-17 th di SMAN 16 Bandung Faktor yang memengaruhi perilaku seks pranikah : pengetahuan, meningkatnya libido seksual, media informasi, norma agama, orang tua, dan pergaulan bebas

Remaja/siswa SMAN 16 Bandung usia 15-17 tahun

Perilaku seksual remaja : perilaku tidak berisiko (berpegangan tangan, berpelukan, cium kering, cium basah, meraba bagian tubuh yang sensitive, petting, oral seksual), dan perilaku berisiko (intercourse atau bersenggama) Tingkat kecemasan : 1. 2. 3. 4. Ringan Sedang Berat panik

Berhubungan / tidak berhubungan

Faktor yang memengaruhi kecemasan : usia dan tahap perkembangan, pengetahuan, stress yang ada sebelumnya, dukungan social, kemampuan koping, lingkungan budaya dan etnis, kepercayaan. Keterangan Diteliti Tidak diteliti : : :

3.3 Hipotesis Penelitian Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap masalah penelitian yang ditetapkan. Dalam penelitian ini dirumuskan hipotesis sebagai berikut: H1 : Adanya hubungan antara perilaku seks dengan kecemasan pada remaja

37

3.4 Populasi, Sampel dan sampling 1.4.1 Populasi

Populasi penelitian atau universe adalah keseluruhan objek penelitian atau objek yang diteliti (Notoatmodjo, 2005 ; 79). Populasi dalam penelitian ini adalah setiap subjek yang memenuhi kriteria yang telah ditetapkan (Nursalam, 2008 ; 95). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh kelas X dan XI siswasiswi SMAN 16 Bandung usia 15-17 tahun yang berjumlah 1133 orang. Kelas XII tidak diiukut sertakan karena institusi tidak mengizinkan. 1.4.2 Sampel Sampel adalah sebagian dari individu atau benda atau objek tertentu yang diambil untuk dijadikan wakil atau cerminan dari keseluruhan populasi (Arikunto, 2006), untuk penentuan responden penelitian menggunakan random sampling, dimana peneliti mencampur subjek-subjek di dalam populasi

sehingga jurusan/kelas dianggap sama. (Notoatmodjo, 2005 : 92). Menurut Arikunto (2006), apabila subjeknya kurang dari 100, lebih baik diambil semua. Tetapi, jika jumlah subjeknya besar yaitu lebih dari 100 maka dapat diambil 10-15% dari jumlah populasi. Sampel dalam penelitian ini seluruh siswa kelas X dan XI usia 15-17 tahun di SMAN 16 Bandung yang ditentukan jumlahnya dengan rumus : n = 10% x N Keterangan : n = jumlah responden N = jumlah populasi Populasi dalam penelitian ini adalah jumlah siswa kelas X dan XI berusia 1517 th bersekolah di SMAN 16 Bandung yang berjumlah 1133 orang. n = 10% x N

38

= 0, 1 x 1133 = 113, 3 113 orang

Maka jumlah maksimal responden dalam penelitian ini adalah 113 orang siswa siswi dari kelas X dan XI, dikarenakan jumlah setiap kelas berbeda maka peneliti menentukan jumlah responden pada setiap kelas dengan cara proporsional, diperoleh sebagai berikut : Kelas X Kelas XI = =

Maka jumlah responden dalam penelitian ini 113 orang yaitu kelas X 57 orang dan kelas XI 56 orang. 1.4.3 Teknik Sampling Teknik sampling adalah merupakan teknik pengambilan responden untuk menentukan responden yang akan digunakan dalam penelitian (Sugiyono, 2012), dalam penelitian ini menggunakan simple random sampling karena pengambilan anggota responden dari populasi dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam populasi itu (Sugiyono, 2012 : 122).

3.5 Variabel Penelitian Variabel mengandung pengertian ukuran atau ciri yang dimiliki oleh anggota-anggota suatu kelompok yang berbeda dengan oleh kelompok lain. Definisi lain mengatakan bahwa variabel adalah sesuatu yang digunakan sebagai ciri, sifat, atau ukuran yang dimiliki atau didapatkan oleh satuan penelitian

39

tentang sesuatu konsep pengertian tertentu (Notoatmodjo, 2005 : 70). Variabel dalam penelitian ini dibedakan menjadi dua : 1.5.1 Variabel Independen Variabel independen (bebas) adalah variabel yang nilainya

menentukan variabel lain.

Variabel bebas biasanya dimanipulasi,

diamati dan diukur untuk diketahui hubungannya atau pengaruhnya terhadap variabel lain (Nursalam, 2008 : 70). Variabel independen dalam penelitian ini adalah perilaku seks pranikah yang dilakukan remaja. 1.5.2 Variabel Dependen Variabel dependen (terikat) adalah variabel yang nilainya ditentukan oleh variabel lain. Variabel dependen adalah faktor yang diamati dan diukur menentukan ada tidaknya hubungan atau pengaruh dari variabel bebas (Nursalam, 2008 ; 102). Variabel dependen dalam penelitian ini adalah tingkat kecemasan yang terjadi pada remaja.

3.6 Definisi Konseptual 1.6.1 Perilaku Seks Pranikah Perilaku seksual pranikah adalah segala tingkah laku yang didorong oleh hasrat seksual yang dilakukan oleh dua orang, pria dan wanita diluar perkawinan yang sah (Sarwono, 2005). Bentuk perilaku seksual tersebut dapat berupa berpegangan tangan, berpelukan, cium kering, cium

basah, meraba bagian tubuh yang sensitive, petting, oral seks, sampai dengan intercourse atau bersenggama.

40

1.6.2 Tingkat Kecemasan Kecemasan merupakan respon emosional terhadap penilaian individu yang subjektif, yang dipengaruhi alam bawah sadar dan tidak diketahui secara khusus penyebabnya (Dalami, 2009). Tingkat kecemasan siswa dapat dilihat melalui observasi perilakunya disertai data subjektif yang menyertai. Menurut Dalami (2009), kecemasan dibagi menjadi empat tingkatan, antara lain ; 1.6.2.1 Kecemasan ringan Kecemasan ringan berhubungan dengan ketegangan akan peristiwa kehidupan sehari-hari. Pada tingkat ini lahan persepsi melebar dan individu akan berhati-hati dan waspada. Individu terdorong untuk belajar yang akan menghasilkan pertumbuhan dan kreativitas. 1.6.2.2 Kecemasan sedang Pada tingkat ini lahan persepsi terhadap lingkungan

menurun/individu lebih memfokuskan pada hal penting saat itu dan mengesampingkan hal lain. 1.6.2.3 Kecemasan berat Pada kecemasan berat lahan persepsi menjadi sempit, individu

cenderung memikirkan hal yang kecil saja dan mengabaikan hal-hal yang lain, individu tidak mampu berfikir berat lagi dan membutuhkan banyak pengarahan/tuntutan. 1.6.2.4 Panik Pada tingkat ini persepsi sudah terganggu sehingga individu sudah tidak dapat mengendalikan diri lagi dan tidak dapat melakukan apaapa walaupun sudah diberi pengarahan/tuntunan.

41

3.7 Definisi Operasional Definisi operasional adalah suatu definisi berdasarkan karakteristik yang diamati dari sesuatu yang didefinisikan tersebut (Nursalam, 2008 ;101) Tabel 3. 1 Definisi Operasional Penelitian

Variabel Perilaku seks pranikah yang dilakukan remaja

Sub variabel Bentuk perilaku seks : 1. Berpegangan tangan 2. Berpelukan 3. Cium kering 4. Cium basah 5. Meraba bagian tubuh yang sensitive 6. Petting 7. Oral seks 8. Intercourse / bersenggama

Definisi operasional Suatu bentuk perilaku seks yang dilakukan remaja sebelum adanya ikatan pernikahan

Parameter

Alat ukur

Bentuk perilaku 1- Angket tertutup 7 = perilaku tidak berisiko dan bentuk perilaku 8 = perilaku berisiko

Skala pengukuran Skala nominal

Skor Bentuk perilaku 1-7 = perilaku berisiko Bentuk perilaku 8 = perilaku berisiko

42

Variabel Tingkat kecemasan pada remaja usia 15-17 th di SMAN 16 Bandung

Sub variabel 1. Tingkat kecemasan ringan

Definisi operasional Suatu kondisi yang membuat seseorang menjadi lebih mawas diri dan mendorong untuk belajar meningkatkan kreativitas

Parameter Manifestasi pada kecemasan ringan meliputi : Fisiologis : sesekali nafas pendek, nadi dan tekanan darah naik, wajah terasa panas dan kemerahan Kognitif : konsentrasi pada masalah, dan merasa semua akan baik-baik saja Perilaku dan emosi : tremor halus pada tangan, tidak dapat duduk dengan tenang

Alat ukur Angket tertutup

Skala pengukuran Skala ordinal

Skor Skor 20 : tidak ada kecemasan skor 21-40 : kecemasan ringan skor 41-60 : kecemasan sedang skor 61-80 : kecemasan berat skor 81-100 : kecemasan panik

2. Tingkat kecemasan sedang

Kondisi dimana seseorang hanya memusatkan pada hal penting saja, namun masih dapat melakukan sesuatu yang terarah

Fisiologis : hilangnya nafsu/selera makan, diare, sering berkemih, gelisah, lemah, pusing, merasa kaku di jari tangan dan kaki Kognitif : lapang persepsi menyempit, kesulitan melakukan sesuatu Perilaku dan emosi : perasaan tidak nyaman, takut tanpa alasan, sulit istirahat malam

43

Variabel

Sub variabel 3. Tingkat kecemasan berat

Definisi operasional Kondisi yang membuat seseorang hanya mampu memusatkan pikiran dan perhatiannya pada hal kecil saja dan sangat sulit untuk diarahkan pada hal lainnya Keadaan yang mengakibatkan seseorang menjadi tidak dapat mengendalikan dirinya dan tidak mampu untuk berkomunikasi dengan orang lain

Parameter Fisiologis : berkeringat dan sakit kepala, merasa tubuh saya berantakan/ hancur berkepingkeping, merasa seperti pingsan, tangan terasa dingin Kognitif : lapang persepsi sangat menyempit, tidak mampu menyelesaikan masalah Perilaku dan emosi : perasaan ancaman meningkat, mimpi buruk

Alat ukur

Skala pengukuran

Skor

4. Tingkat kecemasan panik

Fisiologis : nafas pendek, sesk tersenggal-senggal, rasa tercekik dan jantung berdebar-debar dengan keras, sakit dada, pucat, dan hipotensi Kognitif : lapang persepsi menyempit, dan tidak dapat berfikir lagi Perilaku dan emosi : agitasi, mengamuk dan marah, ketakutan, berteriak-teriak, blocking, persepsi kacau, panik.

44

3.8 Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di SMAN 16 Bandung pada siswa-siswi kelas X dan XI.

3.9 Waktu Penelitian Proses pengambilan data dilakukan pada tanggal 01 s.d 04 Juni 2013 sesuai dengan prosedur dari institusi yang bersangkutan.

3.10 Instrumen Penelitian 1.10.1.1 Kuesioner Merupakan teknik pengumpulan data dengan cara mengajukan pertanyaan tertulis yang telah disusun dan harus dijawab oleh responden. Dalam hal ini responden adalah siswa-siswi kelas X dan XI SMAN 16 Bandung. Instrumen yang digunakan untuk mengetahui adakah

hubungan perilaku seks pranikah dengan tingkat kecemasan pada remaja yaitu dengan menggunakan angket tertutup. Angket berisi pertanyaanpertanyaan mengenai perilaku seks dan tingkat kecemasan. 1.10.2 Uji Instrumental Proses uji coba terhadap alat ukur dimaksudkan untuk memperoleh kesesuaian pernyataan yang terdapat pada alat ukur dalam menunjang kriteria yang diharapkan dari penelitian. Instrumen ini sudah diujikan dan sudah baku. 1.10.2.1 Uji Validitas Validitas adalah suatu indeks yang menunjukkan alat ukur itu benarbenar mengatur apa yang diukur (Notoatmodjo, 2005 : 129). Validitas menunjukan ukuran yang benar-benar mengukur apa yang akan diukur. Jadi

45

dapat dikatakan semakin tinggi validitas suatu alat test, maka alat test tersebut semakin mengenai pada sasarannya, atau semakin menunjukan apa yang seharusnya diukur . Alat ukur dikatakan valid apabila memiliki koefisien validitas 0, 30. Cara yang paling banyak digunakan untuk mengetahui apakah kuesioner yang disusun tersebut mampu mengukur apa yang hendak diukur, maka perlu diuji. Dengan ketentuan jika r hitung > r tabel pertanyaan di nyatakan valid. Untuk mengetahui tingkat kevalidan instrumen ini peneliti menggunakan rumus product moment (Sugiyono, 2006) :

Keterangan : N = Banyaknya Responden = Jumlah Skor Item = Jumlah Skor Total = Koefesien Korelasi Dasar pengambilan keputusan : Jika r positif, serta r > 0. 444 maka item pernyataaan tersebut valid Jika r tidak positif, serta r < 0. 444 maka item pernyataan tersebut tidak valid. Instrumen ini sudah diuji validitaskan kepada 20 responden yaitu siswa-siswi SMAN 23 yang karakteristiknya hampir sama dengan subjek penelitian. Uji validitas ini dilaksanakan pada tanggal 29 Mei 2013. Dari 28 soal yang diuji validitaskan seluruh soal valid dengan nilai validitas antara 0, 47 sampai dengan 0, 93. 1.10.2.2 Uji Reliabilitas

46

Relibilitas

menunjukan

sejauh

mana

tingkat

kekonsistenan

pengukuran dari responden ke responden yang lain. Nilai koefisien relibilitas ditetatpkan suatu nilai koefisien reabilitas paling kecil yang dianggap reliable dimana bahwa koefisien relibilitas antara 0, 70-0, 80 cukup baik untuk tujuan penelitian dasar (Notoatmodjo, 2010). Dengan menggunakan rumus Spearman Brown yaitu :

Dimana

Keterangan : = koefisien reliabilitas internal seluruh item = korelasi product moment Dalam penelitian ini uji reliabilitas dilakukan bersamaan dengan uji validitas dengan hasil untuk variabel perilaku 0, 847 (reliabel) dan variabel kecemasan 0, 97 (reliabel). 3.11 Prosedur Pengumpulan Data Pengumpulan data adalah suatu proses pendekatan kepada subjek yang diperlukan dalam suatu penelitian (Nursalam, 2008). a. Tahap Persiapan Menentukan masalah, studi kepustakaan, studi pendahuluan, penyusunan proposal dan instrumen, penelitian. b. Tahap Pelaksanaan seminar proposal, dan permohonan izin

47

Mendapat

persetujuan

dari

responden,

penyebaran

kuesioner,

pengumpulan kuesioner, menarik kesimpulan. c. Tahap Akhir

melakukan pengolahan data dan analisa data,

Penyusunan laporan akhir dan penyajian hasil penelitian.

3.12 Pengolahan Data dan Analisa Data 1.12.1 Pengolahan Data Langkah langkah pengolahan data menurut Setiadi, (2007 :188) : a. Editing Memilih atau menyortir data sedemikian rupa sehingga hanya data yang terpakai saja yang tinggal seperti karakteristik, variabel kecemasan saja yang dipakai. b. Coding Dalam Tahap ini data diberi kode (1-5) karena menggunakan skala likert, untuk variabel kecemasan (SL=5, SR=4, KK=3, JR=2, TP=1) dan untuk variabel perilaku (SS=5, S=4, KS=3, TS=2, STS=1). c. Entry Data yang telah diberi kode kemudian dimasukan ke dalam komputer program Ms. Excel dan diolah menggunakan program SPSS. variabel perilaku dan

1.12.2 Analisa Data

48

a.

Analisa Univariat Analisa univariat ini digunakan untuk mendeskripsikan semua variabel

bebas dan variabel terikat dalam bentuk tabel distribusi frekuensi. Dalam mengukur kecemasan memakai skala Zung Self Anxiety Scale yang terdiri dari 20 item pernyataan dan 15 item merupakan gejala somatic serta digolongkan dalam empat tingkatan kecemasan : ringan, sedang, berat dan panik (William, 1971). Untuk analisa data respon kecemasan menggunakan Zung Self Anxiety Scale (ZSAS) yang setiap pernyataan terdiri dari lima pilihan jawaban dengan pembobotan nilai sebagai berikut : Selalu (SL) Sering (SR) Kadang-kadang (KK) Jarang (JR) Tidak pernah (TP) (skor = 5) (skor = 4) (skor = 3) (skor = 2) (skor = 1)

Setelah nilai terkumpul, kemudian dihitung dan dapat digolongkan ke dalam tingkatan kecemasan sebagai berikut : Skor 20 skor 21-40 skor 41-60 skor 61-80 skor 81-100 : tidak ada kecemasan : kecemasan ringan : kecemasan sedang : kecemasan berat : kecemasan panik

Untuk mengukur perilaku digunakan skala likert (skor 1-5). Adapun penilaian yang digunakan : Sangat Setuju (skor = 5)

49

Setuju Kurang Setuju Tidak Setuju Sangat Tidak Setuju

(skor = 4) (skor = 3) (skor = 2) (skor = 1)

Dari penilaian diatas dibagi menjadi 2 kategori perilaku berisiko dan perilaku tidak berisiko, lalu data disajikan dalam bentuk tabel distribusi prosentase, dan untuk mengukurnya digunakan rumus prosentase sebagai berikut (Arikunto, 2006) :

Keterangan : p x y

= prosentase = jumlah jawaban responden = jumlah responden keseluruhan

Selanjutnya hasil perhitungan di atas, diinterpretasikan dengan menggunakan kriteria sebagai berikut (Arikunto, 2006) : 0% = tak seorang pun

1-25 % = sebagian kecil responden 26-49 % = hampir setengahnya responden 50 % = sebagian responden

51-75% = sebagian besar responden 76-99 % = hampir seluruh responden 100 % = seluruh responden

b. Analisa Bivariat

50

Analisa Bivariat ini digunakan untuk mendeskripsikan tabulasi silang antara variabel bebas dan variabel terikat serta mencari hubungan antara keduanya, untuk menguji adanya hubungan perilaku seks

pranikah dengan tingkat kecemasan pada remaja di SMAN 16 Bandung maka digunakan rumus uji korelasi Spearman karena data yang dipakai menggunakan skala ordinal dan nominal.

Keterangan:

rs d n

= Koefesien Korelasi Spearman = Total Kuadrat selisih antar ranking = Jumlah Sampel Penelitian

Jika responden > dari 30 maka dicari dulu nilai z hitungnya lalu bandingkan nilai z hitung dengan z tabel. Cara menghitung z hitung yaitu dengan rumus :

z rs n

= Nilai z hitung = Koefisien Korelasi Spearman (0, 428) = Jumlah responden penelitian

Penafsiran hasil korelasi dengan Spearman jika menggunakan SPSS yaitu : Arti Angka Korelasi : ada dua tanda dalam penafsiran korelasi melalui nilai koefisien, yaitu tanda (+) dan (-) yang berhubungan dengan arah korelasi, serta menyatakan kuat tidaknya korelasi.

Signifikansi Hasil Korelasi

51

H0 = Tidak ada hubungan (korelasi) antara perilaku seks pranikah dengan tingkat kecemasan pada remaja. H1 = Ada hubungan (korelasi) antara perilaku seks pranikah dengan tingkat kecemasan pada remaja. Keputusan berdasarkan probabilitas menggunakan kriteria : Jika probabilitas > 0, 01, maka H0 diterima. Jika probabilitas < 0, 01, maka H0 ditolak. Makna nilai korelasi Spearman
Tabel 3. 2 makna nilai korelasi Spearman

Nilai 0, 8 1 0, 6 - 0, 79 0, 4 - 0, 59 0, 2 0, 39 0 0, 19
Sumber : Hidayat Anwar, 2013

Makna Sangat kuat Kuat Cukup kuat Rendah Sangat rendah

3.13 Etika Penelitian Setelah mendapat pesetujuan barulah melakukan penelitian dengan menekankan masalah etika yang meliputi : a. Lembar Persetujuan (Informed Consent) Lembar persetujuan ini diberikan dan dijelaskan kepada responden yang akan diteliti disertai judul penelitian serta manfaat penelitian dengan tujuan responden dapat mengerti maksud dan tujuan penelitian. Bila subjek

menolak maka peneliti tidak memaksa dan tetap menghormati hak-hak subjek. b. Tanpa Nama (Anonymity)

52

Untuk menjaga kerahasiaan identitas subjek,

peneliti tidak akan

mencantumkan nama subjek pada lembar pengumpulan data yang diisi, tetapi lembar tersebut hanya diberi kode responden. c. Kerahasiaan (Confidentiality) Kerahasiaan informasi responden dijamin peneliti, hanya data tertentu yang akan dilaporkan sebagai hasil penelitian.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Pengambilan data untuk penelitian tentang hubungan perilaku seks pranikah dengan tingkat kecemasan pada remaja usia 15-17 tahun di SMAN 16 Bandung, telah dilaksanakan tanggal 1 Juni sampai dengan 4 Juni 2013. Jumlah responden dalam penelitian ini berjumlah 113 orang siswa-siswi SMAN 16 Bandung yang berusia 15-17 tahun. Selanjutnya analisis dilakukan terhadap 113 responden. Penelitian ini membuktikan satu hipotesis yang dianalisis melalui dua variabel, yaitu variabel bebas dan variabel terikat. Sebagai variabel bebas, yaitu perilaku seks pranikah dengan sub variabelnya bentuk perilaku seks pranikah yang pernah dilakukan oleh remaja, sedangkan variabel terikatnya adalah tingkat kecemasan pada remaja usia 15-17 tahun melalui angket/ kuesioner kecemasan dengan memakai skala pengukuran kecemasan Zung Self Anxiety Scale (ZSAS). Pada bab ini akan disajikan data hasil penelitian serta pembahasan, meliputi : a. Karakteristik responden b. Gambaran umum perilaku seks pranikah yang dilakukan oleh remaja usia 15-17 tahun di SMAN 16 Bandung. c. Gambaran umum kecemasan remaja usia 15-17 tahun di SMAN 16 Bandung. d. Hubungan antara perilaku seks pranikah dengan tingkat kecemasan pada remaja usia 15-17 tahun di SMAN 16 Bandung.

53

54

4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Kelas, jenis kelamin, dan usia Distribusi Persentase Responden Berdasarkan Karakteristik Jenis Kelamin, Usia, dan media informasi F 65 48 28 74 11 31 39 102 31 113 % 57,5 42,5 24,8 65,5 9,7 27,4 34,5 90,3 27,4 100

Tabel 4.1

No Karakteristik Responden 1 Jenis kelamin - Perempuan - Laki-laki 2 Usia - 15 tahun - 16 tahun - 17 tahun 3 Media Informasi - Guru - Buku - Internet - Lain-lain Jumlah

Dari tabel 4.1 dapat diketahui bahwa keseluruhan responden 113 orang. Sebagian besar responden 65 orang (57,5%) berjenis kelamin perempuan dan hampir setengahnya responden 48 orang (42,5%) berjenis kelamin laki-laki. Selain itu dari hasil penelitian dapat diketahui bahwa karakteristik usia responden sebagian kecil responden berusia 15 tahun 28 orang (24,8%), sebagian besar responden berusia 16 tahun 74 orang (65,5%), dan sebagian kecil responden berusia 17 tahun 11 orang (9,7%). Dari 113 responden hampir seluruh responden 102 orang (90,3%) mendapat pengetahuan tentang seks pranikah dari media informasi internet, hampir setengahnya responden 39 orang (34,5%) mendapat informasi dari buku, dan 31 orang (27,4%) mendapat informasi dari Guru, dan lain-lain (teman, penyuluhan, dan TV).

55

4.1.2

Bentuk Perilaku Seks Pranikah yang dilakukan remaja usia 15-17 tahun di SMAN 16 Bandung Tabel 4.2 Gambaran perilaku seks pranikah yang dilakukan Remaja usia 1517 tahun di SMAN 16 Bandung

No 1 2

Perilaku Berisiko Tidak berisiko Jumlah

F 8 105 113

% 7,1 92,9 100

Dalam tabel 4.2 ini dapat diketahui bahwa sebagian kecil responden 8 orang (7,1%) melakukan perilaku yang berisiko dan hampir seluruh responden 105 orang (92,9%) melakukan perilaku yang tidak berisiko.

4.1.3

Gambaran tingkat kecemasan remaja usia 15-17 tahun di SMAN 16 Bandung Tabel 4.3 Gambaran tingkat kecemasan yang terjadi pada remaja usia 1517 tahun di SMAN 16 Bandung

No 1 2 3 4 5

Tingkat Kecemasan Tidak ada kecemasan Kecemasan ringan Kecemasan sedang Kecemasan berat Panik Jumlah

F 86 22 3 2 0 113

% 76,1 19,5 2,6 1,8 0 100

Dari hasil tabel 4.3 dapat diketahui dari 113 responden hampir seluruh responden 86 orang (76,1%) tidak mengalami kecemasan setelah melakukan perilaku seks pranikah, sebagian kecil responden 22 orang (19,5%) mengalami kecemasan ringan, sebagian kecil responden 3 orang (2,6%) mengalami kecemasan sedang, 2 orang (1,8%) mengalami kecemasan berat, dan tdak ada seorang pun yang mengalami panik setalah melakukan perilaku seks pranikah.

56

4.1.4

Hubungan antara perilaku seks pranikah dengan tingkat kecemasan pada remaja usia 15-17 tahun Tabel 4.4 Hubungan antara perilaku seks pranikah dengan tingkat kecemasan pada remaja usia 15-17 tahun di SMAN 16 Bandung

No 1 2 3 4 5

Tingkat Kecemasan Tidak ada kecemasan Kecemasan Ringan Kecemasan Sedang Kecemasan Berat Kecemasan Panik Jumlah

Berisiko n 1 5 1 1 0 8 % 12,5 62,5 12,5 12,5 0 100

Tidak Berisiko n % 85 17 2 1 0 105 81 16,2 1,9 1 0 100

rs

z tabel

z hitung

0,428

0,9997

4,53

Berdasarkan hasil uji dengan korelasi Spearman rho diperoleh nilai rs = 0, 428 dan nilai z hitung 4,53 maka dapat diperoleh nilai z tabel 0,9997, karena hasil perhitungan z(hitung) > z(tabel) maka terdapat hubungan yang cukup kuat antara perilaku seks pranikah dengan tingkat kecemasan pada remaja usia 15-17 tahun di SMAN 16 Bandung yang berbentuk korelasi positif.

4.2 Pembahasan 4.2.1 Perilaku Seks Pranikah Remaja Usia 15-17 Tahun di SMAN 16 Bandung Hasil penelitian untuk perilaku seks pranikah hampir seluruh responden pernah melakukan perilaku seks tidak berisiko dan sebagian kecil responden melakukan perilaku seks berisiko. Hal ini dapat

57

dipengaruhi oleh usia responden yang memasuki remaja pertengahan (1518 tahun) dimana pada masa ini remaja banyak mengalami perubahanperubahan fisik, perilaku, sikap, dan emosional. Selain itu dipengaruhi juga oleh perkembangan pada masa remaja diantaranya perkembangan fisik, psikososial, seksualitas, dan kognitif atau pengetahuan (Desmita, 2009). Pengetahuan yang kurang mengenai pendidikan seks akan

berpengaruh pada tingginya perilaku seks pranikah karena menurut WHO (2003) pengetahuan pendidikan seks yang baik mampu mengurangi dan mencegah perilaku seks pranikah pada remaja. Menurut data yang didapat hampir seluruhnya responden mendapat informasi tentang perilaku seks pranikah hanya dari internet, seperti kita ketahui jika pengetahuan seks pranikah hanya didapat dari internet saja tidak diberikan bimbingan dari orang tua atau guru maka mereka akan salah mempersepsikannya. Disamping itu mungkin karena kurangnya norma agama yang dapat memengaruhi tingginya perilaku seks pranikah karena remaja yang memiliki penghayatan yang kuat mengenai norma keagamaan cenderung mampu menampilkan seksual selaras dengan nilai yang diyakininya (Pratiwi, 2004) Maka dari itu remaja sangat butuh peran dari orang tua dan guru, yang bisa membimbingnya agar lebih tahu tentang perilaku seks pranikah dan apa dampak dari hal tersebut serta bisa meningkatkan lagi tentang norma agama agar mereka lebih tahu batasan agama jadi mereka takut akan melakukan perilaku yang dilarang oleh agama.

58

4.2.2

Tingkat Kecemasan Pada Remaja Usia 15-17 Tahun di SMAN 16 Bandung Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, dapat dilihat pada tabel 4. 3 menunjukkan bahwa tingkat kecemasan yang terjadi pada remaja usia 1517 tahun di SMAN 16 Bandung dari 113 responden hampir seluruh responden tidak mengalami kecemasan setelah melakukan perilaku seks pranikah, sebagian kecil responden mengalami kecemasan ringan, kecemasan sedang, dan kecemasan berat, dan tidak ada seorang pun yang mengalami panik setalah melakukan perilaku seks pranikah. Dalam penelitian ini hampir seluruh responden 86 orang (76,1%) tidak mengalami kecemasan setelah melakukan perilaku seks pranikah ini diakibatkan karena hampir seluruh responden tidak melakukan perilaku seks berisiko (intercourse). Hal ini mungkin juga dipengaruhi oleh koping adaptif yang terjadi pada remaja sehingga mereka tidak mengalami kecemasan (Wangmuba, 2009). Data lain menggambarkan tingkat kecemasan pada remaja usia 15-17 tahun sebagian kecil responden 22 orang (19,5%) mengalami kecemasan ringan. Pada tingkat ini remaja mengalami kecemasan ringan mungkin dipengaruhi oleh mekanisme koping remaja yang bersifat konstruktif yaitu mampu mengatasi masalahnya sendiri (Dalami, 2009). Data lain menggambarkan tingkat kecemasan pada remaja di SMAN 16 Bandung adalah sebagian kecil responden 3 orang (2,6%) mengalami kecemasan sedang. Pada kecemasan sedang persepsi terhadap lingkungan menurun/individu lebih memfokuskan pada hal penting saat itu dan mengesampingkan hal lain. Manifestasi yang dapat dilihat dari tingkat

59

kecemasan sedang antara lain : mungkin terjadi tremor tangan, gelisah, malu dan takut, dan meningkatnya tekanan darah. Dalam hal ini 12,5% remaja telah melakukan perilaku seks berisiko maka dari itu mereka mengalami kecemasan sedang karena mereka takut akan dampak dari perilaku seks berisiko yaitu kehamilan, penyakit menular seksual, dan merasa gelisah atau malu jika ada orang lain yang tahu kalau mereka sudah melakukan perilaku seks berisiko (intercourse) (Dalami, 2009). Data lain menggambarkan tingkat kecemasan pada remaja di SMAN 16 Bandung adalah sebagian kecil responden 2 orang (1,8%) mengalami kecemasan berat. Pada kecemasan berat lahan persepsi menjadi sempit, individu cenderung memikirkan hal yang kecil saja dan mengabaikan halhal yang lain, individu tidak mampu berfikir berat lagi dan membutuhkan banyak pengarahan/tuntutan, dan pada panik persepsi sudah terganggu sehingga individu sudah tidak dapat mengendalikan diri lagi dan tidak dapat melakukan apa-apa walaupun sudah diberi pengarahan/tuntunan. Dalam hal ini remaja yang mengalami kecemasan berat diakibatkan karena 12,5% telah melakukan perilaku seks berisiko, selain itu mungkin juga dipengaruhi oleh koping individu yang maladaptif (Dalami, 2009). Dari hasil penelitian tidak ada seorang pun responden yang mengalami panik setelah melakukan perilaku seks pranikah. Panik yaitu berhubungan dengan pengaruh ketakutan, teror dan orang yang

mengalami panik tidak mampu melakukan sesuatu walaupun dengan pengarahan (Stuart dan Sundeen, 1995 dalam Fitria, 2013). Manifestasi yang dapat dilihat dari tingkat kecemasan panik ini antara lain : tubuh gemetaran, kemampuan melaksanakan tugas-tugas menurun, merasa

60

cemas, merasa terancam dan diabaikan, nafas memendek dan rasa tercekik/ tersumbat, dan berfikir kacau. Pada tingkat ini koping individu kurang efektif, individu tidak lagi memikirkan masalah tentang kehidupannya sebagai pelajar dan kegiatannya sehari-hari (Dalami, 2009). Kecemasan yang terjadi pada remaja diantaranya dapat dipengaruhi oleh usia dan tahap perkembangan, pada usia ini banyak terjadi perkembangan seperti fisik, kognitif, psikososial, dan seksualitas jika remaja tidak mengetahui fungsi dari perkembangan tersebut maka mereka akan merasakan kecemasan. Pengetahuan tentang seks pranikah, pengetahuan yang kurang tentang perilaku seks pranikah menyebabkan remaja berisiko melakukan perilaku seks pranikah yang nantinya akan berdampak pada kecemasan (Wangmuba, 2009). Kecemasan dapat diatasi dengan cara memberikan motivasi, dan berbicara dengan orang lain seperti orang tua, guru, dan teman. Maka dari itu, setiap institusi sekolah butuh ruangan guru bimbingan konseling yang tentunya bisa dipakai sebagai sarana untuk siswa membahas permasalahan mereka dan memberikan solusi dan motivasi bagi siswa-siswinya.

4.2.3

Hubungan Antara Perilaku Seks Pranikah Dengan Tingkat Kecemasan Pada Remaja Usia 15-17 Tahun di SMAN 16 Bandung Berdasarkan hasil uji hubungan Spearman (rs) menunjukan bahwa adanya hubungan antara perilaku seks pranikah dengan tingkat kecemasan pada remaja usia 15-17 tahun di SMAN 16 Bandung. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang pernah dilakukan oleh Kusumaningsih (2010) tentang hubungan praktek intercourse dengan tingkat kecemasan

61

terjadinya kehamilan diluar nikah pada remaja di SMA (Xx). Dari hasil penelitiannya didapatkan bahwa terdapat hubungan antara hubungan praktek intercourse dengan kecemasan terjadinya kehamilan diluar nikah. Menurut Santrock (2003) dampak dari perilaku seks pranikah adalah kecemasan, setelah melakukan perilaku seks pranikah terutama perilaku seks berisiko akan timbul perasaan khawatir, tegang, takut, dan stress karena takut hamil diluar nikah, terkena penyakit menular seksual (PMS), takut ketahuan oleh orang lain, dan merasa berdosa, hal inilah yang menyebabkan kecemasan pada remaja (Nasir, 2011). Adanya hubungan antara perilaku seks pranikah dengan tingkat kecemasan pada remaja usia 15-17 tahun di SMAN 16 Bandung, dimungkinkan karena adanya faktor-faktor lain yang memengaruhi kecemasan. Sebagaimana yang diungkapkan oleh Wangmuba (2009) faktor-faktor yang memengaruhi kecemasan yaitu : usia dan tahap perkembangan, pengetahuan, stress yang ada sebelumnya, dukungan social, kemampuan mengatasi masalah (koping), lingkungan budaya dan etnis, dan kepercayaan.

4.3 Keterbatasan penelitian Keterbatasan adalah bagian dari laporan penelitian yang memuat indikasi kelemahan-kelemahan penelitian yang sedang dilaporkan yang kemungkinannya dapat mengganggu hasil penelitian (Indriantoro & Supomo, 2002). Dalam penelitian ini, keterbatasan yang dihadapi peneliti adalah : a. Penelitian ini tidak melihat faktor-faktor yang memengaruhi baik terhadap perilaku seks pranikah maupun tingkat kecemasan.

62

b. Responden yang dipakai hanya siswa-siswi kelas X dan XI saja karena kelas XII tidak diizinkan mengikuti penelitian oleh institusi sehingga hasil penelitian tidak dapat digunakan sebagai dasar generalisasi. c. Faktor psikologis responden saat mengisi angket tidak dipertimbangkan, sehingga dalam pengisian kuesioner tidak menunjukkan keadaan yang sebenarnya, yang mungkin juga ikut memengaruhi hasil penelitian.

4.4 Implikasi Keperawatan Kegunaan untuk keperawatan adalah agar perawat bisa menjadi pemberi informasi (konselor), pendidik (educator), dan pemberi semangat secara psikologis (motivator) bagi remaja yang mengalami kecemasan, karena berdasarkan hasil penelitian hampir seluruh responden (92,9%) pernah melakukan perilaku seks dan (19,5%) remaja mengalami kecemasan ringan. Tindakan keperawatan yang dapat dilakukan untuk mengatasi/

menurunkan kecemasan yang terjadi pada remaja yaitu : Memberi informasi tentang pendidikan seks serta pembinaan agama agar remaja tidak melakukan perilaku seks pranikah serta mereka tahu akan batasan agama dan menghindari terjadinya kecemasan akibat perilaku tersebut, serta motivasi remaja agar mereka tidak merasa bersalah terus-menerus dan menghindari terjadi nya stress dan depresi.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN


5.1 Simpulan Dari hasil penelitian mengenai Hubungan Perilaku Seks Pranikah dengan Tingkat Kecemasan pada Remaja Usia 15-17 Tahun di SMAN 16 Bandung dapat disimpulkan bahwa : a. Perilaku seks pranikah yang dilakukan oleh remaja usia 15-17 tahun di SMAN 16 Bandung, 8 responden (7,1%) pernah melakukan perilaku berisiko dan 105 responden (92,9%) melakukan perilaku tidak berisiko b. Tingkat kecemasan yang terjadi pada remaja usia 15-17 tahun di SMAN 16 Bandung, hampir seluruh responden 86 orang (76,1%) tidak mengalami kecemasan setelah melakukan perilaku seks pranikah, 22 orang (19,5%) mengalami kecemasan ringan, 3 orang (2,6%) mengalami kecemasan sedang, 2 orang (1,8%) mengalami kecemasan berat, dan tidak seorang pun yang mengalami panik setalah melakukan perilaku seks pranikah. c. Adanya hubungan (rs = 0,428) antara perilaku seks pranikah dengan tingkat kecemasan pada remaja usia 15-17 tahun di SMAN 16 Bandung

63

64

5.2 Saran Sesuai dengan hasil pembahasan dan simpulan diatas maka penulis mengusulkan beberapa saran yaitu : a. Bagi sekolah SMAN 16 Bandung Pada penelitian ini didapatkan adanya perilaku seks pranikah yang dilakukan oleh remaja usia 15-17 tahun, untuk itu diharapkan agar diadakannya program pendidikan seks (sex education) dan penyuluhan-penyuluhan tentang seks

pranikah dan dampak dari hal tersebut agar remaja lebih mengetahui tentang seks pranikah dan meminimalisir terjadinya kecemasan pada remaja. b. Bagi peneliti selanjutnya Untuk peneliti selanjutnya diharapkan melakukan penelitian ini lebih dalam dan berlanjut dengan menambahkan faktor-faktor yang memengaruhi kecemasan pada remaja usia 15-17 tahun.

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta : Rineka Cipta Dalami E., Suliswati, dkk. 2009. Asuhan Keperawatan Jiwa dengan Masalah Psikososial. Jakarta : Trans Info Media Desmita. 2009. Psikologi Perkembangan. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya Dinas Pendidikan Kota Bandung. 2013. Profil Akses Kenakalan Remaja SMA/SMK. Duvall, E. M. & Miller, B. C. 1985. Marriage & Family Development, sixth edition. NY, USA : Harper & Row, Publisher Fitria Nita, Sriati Aat, dkk. 2013. Laporan Pendahuluan tentang Masalah Psikososial. Jakarta : Salemba Medika Ginting, Perana. 2008. Persepsi Remaja Terhadap Perilaku Seksual Pranikah. Melalui http://www.indoskripsi.com (18/5/13) Haris. 2013. Uji Korelasi Spearman dengan SPSS dan Rumus. Melalui http://hariscompwt.blogspot.com/ (17/06/13) http://vque88.wordpress.com/2008/11/21/bab-iii-metodologipenelitian/ (29/06/13)

Hidayat Anwar, 2013. http://statistikian.blogspot.com/2013/02/spearman-rhoexcel.html#.Uczi46CgzDc (28/06/13 ) Indriantoro, Nur, Bambang Supomo. 2002. Metodologi Penelitian Bisnis : Untuk Akuntansi dan Manajemen. Edisi Pertama. BDFE, Yogyakarta Jayanthi, Niken. 2010. Konsep Perilaku seksual Pranikah. http: //www.indoskripsi.com (22/4/13) Kaplan, dan Sadock. 1998. Sinopsis Psikiatri. Jakarta : Binarupa Aksara Kusumaningsih Tri Puspa. 2010. Hubungan praktek Intercourse dengan tingkat kecemasan terjadinya kehamilan diluar nikah pada remaja di SMA (Xx) Masland, P. R. 2004. Apa Yang Ingin Dikethaui Remaja Tentang Seks. Jakarta : Bumi Aksara Mutadin, Z. 2002. Pendidikan Seksual Pada Remaja. http://www.e-psikologi.com (18/5/13) Mutiara wanti, komariah maria, dkk. 2008. Majalah Keperawatan Nursing Juornal of Padjajaran University Vol 10 No. XVIII Maret 2008- September 2008

Nasir Abdul, dan Muhith Abdul. 2011. Dasar-dasar Keperawatan Jiwa. Jakarta : Salemba Medika Notoatmodjo, S. 2005. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : PT. Rineka Cipta ____________ 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : PT. Rineka Cipta ____________ 2012. Promosi Kesehatan dan Perilaku Kesehatan.Jakarta : PT. Rineka Cipta Nursalam. 2008. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Keperawatan, Edisi 2, Jakarta : Salemba Medika Prastawa, D. P. & Lailatushifah, S. N. F. 2009. Pengetahuan Kesehatan Reproduksi & Perilaku Seksual Pranikah Remaja Putri. Jurnal Psikologi, vol. II, no. 2 Pratiwi, Dra. 2004. Pendidikan Seks untuk Remaja, edisi revisi. Jakarta : Raja Grafindo Persada Santrock, John W. 2003. Adolescent. New York : Mc Graw Hill Sarwono, S. W. 2003. Psikologi Remaja, Edisi Revisi. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada __________ 2005. Psikologi Remaja, Edisi Revisi. Jakarta : Rajawali Pers Savitri Ramaiah. 2003. Faktor yang mempengaruhi kecemasan. Melalui http://eprints.uny.ac.id/9709/2/BAB%202%20-07104244004.pdf (15/7/13)

Setiadi. 2007. Konsep dan Penulisan Riset Keperawatan. Yogyakarta : Graha Ilmu Soetjiningsih. 2010. Tumbuh Kembang Remaja dan Permasalahannya. Jakarta : Sagung Seto Sugiyono. 2006. Statistika untuk Penelitian. Bandung : Alfabeta _______ 2012. Metode Penelitian Kombinasi (Mixed Methods). Bandung : Alfabeta Sumiati, Dinarti, dkk. 2009. Kesehatan Jiwa Remaja dan Konseling. Jakarta : Trans Info Media Wangmuba. 2009. Psikologi dalam Filsafat Ilmu. http://wangmuba.com/2009/04/14/filsafat-ilmu-dan-teori perkembangan -kognitif-piaget/ (15-7-13) Melalui

William, W. K. 1971. Zung Rating Instrument for Anxiety Disorder Psychosomatic. Melalui http://www.anxietyhelp.org/index.html (17/5/13)

LAMPIRAN 2
KISI-KISI INSTRUMEN PENELITIAN HUBUNGAN PERILAKU SEKS PRANIKAH DENGAN TINGKAT KECEMASAN REMAJA USIA 15-17 TAHUN DI SMAN 16 BANDUNG No 1 Variabel Perilaku seks pranikah Definisi operasional Indikator No. pertanyaan 1-8

Tingkat kecemasan

Perilaku seks yang Bentuk dilakukan remaja perilaku 1-7 sebelum menikah : = perilaku 1. Berpegangan beresiko tangan 2. Berpelukan Bentuk 3. Cium kering perilaku 8 = 4. Cium basah perilaku 5. Meraba bagian beresiko tubuh yang sensitive 6. Petting 7. Oral seks 8. Intercourse/ bersenggama kecemasan Skala Zung merupakan keadaan dimana individu atau Kecemasan kelompok mengalami ringan : skor perasaan yang sulit 20-40 (ketakutan) dan Kecemasan aktivasi sistem saraf sedang : skor otonom dalam 41-60 berespon terhadap Kecemasan ketidakjelasan, berat : skor ancaman tidak 61-80 spesifik. Ada 4 tingkat Kecemasan kecemasan yaitu panik : skor ringan, sedang, berat, 81-100 dan panik.

9-28

LAMPIRAN 3 No responden Inisial Jenis Kelamin : : :

KUESIONER PERILAKU SEKS PRANIKAH Usia : Kelas :

Isilah pertanyaan di bawah ini dengan memberikan tanda cross (X), sesuai yang anda ketahui. Apakah anda pernah mendapatkan informasi tentang seks pranikah? a. Ya b. Tidak Bila ya, informasi tersebut diperoleh dari : a. Bertanya pada guru b. Membaca buku c. Mencari informasi melalui media internet d. Lain-lain (tuliskan) Jawablah pernyataan dibawah ini dengan memberikan tanda checklist () pada pilihan jawaban yang sesuai dengan apa yang anda rasakan SS : sangat setuju TS : tidak setuju S : setuju STS : sangat tidak setuju KS : kurang setuju No Pernyataan SS S KS TS STS 1 Dalam berpacaran, saya melakukan pegangan tangan 2 Dalam berpacaran, saya berpelukan 3 Dalam berpacaran, saya mencium pipi 4 Dalam berpacaran, saya berciuman bibir 5 Dalam berpacaran, saya meraba-raba atau diraba dada/ alat kelamin pasangan 6 Dalam berpacaran, saya menggesek-gesekan alat kelamin pada pasangan saya 7 Dalam berpacaran, saya melakukan oral seks (memasukan alat kelamin ke dalam mulut pasangan) 8 Dalam berpacaran, saya melakukan hubungan seks (bersenggama)

LAMPIRAN 4

KUESIONER KECEMASAN

Jawablah pertanyaan dibawah ini dengan memberikan tanda checklist () pada pilihan jawaban yang sesuai dengan apa yang anda rasakan Selalu (SL) = saya selalu mengalami hal tersebut Sering (SR) = hampir selalu (lebih dari 3x) saya mengalami hal tersebut Kadang-kadang (KK) = saya mengalami hal tersebut berulang kali (2-3x) lebih dari dua kali namun frekuensinya tidak banyak dan tidak sering Jarang (JR) = saya pernah mengalami hal tersebut satu sampai dua kali Tidak pernah (TP) = hal ini tidak pernah terjadi sekalipun *** Perilaku seks pranikah: berpegangan tangan/ berpelukan/ berciuman/ meraba tubuh yang sensitive/ bercumbu/ seks lewat mulut/ hubungan seksual. NO PERTANYAAN SL SR KK JR TP 9 Saya merasa gelisah dan cemas dari biasanya setelah melakukan perilaku seks 10 Saya merasa takut tanpa alasan yang jelas bila telah melakukan perilaku seks 11 Saya merasa tersinggung, marah, atau panik setelah melakukan perilaku seks 12 Saya merasa seakan tubuh saya berantakan / hancur berkeping-keping setelah melakukan perilaku seks 13 Saya merasa kedua tangan dan kaki saya gemetar/ bergetar setelah melakukan perilaku seks pranikah 14 Saya sering terganggu oleh sakit kepala, nyeri leher/nyeri otot setelah melakukan perilaku seks pranikah 15 Saya merasa badan saya lemah setelah melakukan perilaku seks pranikah 16 Saya merasa jantung saya berdebar-debar dengan keras dan cepat setelah melakukan perilaku seks pranikah 17 Saya sering mengalami pusing setelah melakukan perilaku seks pranikah 18 Saya sering pingsan/ merasa seperti pingsan setelah melakukan perilaku seks pranikah 19 Saya merasa kaku/ mati rasa dijari tangan dan di kaki setelah melakukan perilaku seks pranikah 20 Saya sering BAK lebih dari biasanya setelah melakukan perilaku seks pranikah

21 22 23 24 25 26 27 28

Wajah saya terasa panas dan kemerahan setelah melakukan perilaku seks pranikah Saya mengalami mimpi-mimpi buruk setelah melakukan perilaku seks pranikah Saya merasa semuanya akan baik-baik saja dan tidak akan terjadi sesuatu yang buruk setelah melakukan perilaku seks pranikah Saya tidak dapat istirahat atau tidak dapat duduk dengan tenang setelah melakukan perilaku seks pranikah Saya mudah sesak tersenggal-senggal setelah melakukan perilaku seks pranikah Saya merasa tangan saya dingin setelah melakukan perilaku seks pranikah Saya sulit dan tidak dapat istirahat malam setelah melakukan perilaku seks pranikah Saya merasa kesulitan ketika akan mengerjakan sesuatu dan merasa sesuatu yang menakutkan akan terjadi setelah melakukan perilaku seks pranikah

LAMPIRAN 5
HASIL UJI VALIDITAS DAN RELIABILITAS Validitas Perilaku Seks Pranikah Item Pertanyaan 1 2 3 4 5 6 7 8 R hitung 0,471 0,826 0,741 0,798 0,813 0,765 0,628 0,598 R tabel 0,444 0,444 0,444 0,444 0,444 0,444 0,444 0,444 Validitas Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid

Reliabilitas Nilai Cronbach's Alpha = 0,847 Kesimpulan Cronbach's Alpha berada pada 0,7-1,0 artinya korelasi kuat

HASIL UJI VALIDITAS DAN RELIABILITAS Validitas Kecemasan Item Pertanyaan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 R hitung 0,648 0,797 0,892 0,689 0,808 0,876 0,835 0,865 0,837 0,894 0,882 0,758 0,859 0,89 0,741 0,888 0,889 0,889 0,93 0,817 R tabel 0,444 0,444 0,444 0,444 0,444 0,444 0,444 0,444 0,444 0,444 0,444 0,444 0,444 0,444 0,444 0,444 0,444 0,444 0,444 0,444 Validitas Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid

Reliabilitas Nilai Cronbach's Alpha = 0,971 Kesimpulan Cronbach's Alpha berada pada 0,7-1,0 artinya korelasi kuat

UJI VALIDITAS KUESIONER PERILAKU SEKS PRANIKAH


Correlations item1 item1 Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N 1 20 ,588** ,006 20 ,069 ,771 20 ,320 ,169 20 ,172 ,469 20 ,240 ,308 20 ,204 ,389 20 ,306 ,190 20 ,471* ,036 20 item2 ,588** ,006 20 1 20 ,558* ,011 20 ,651** ,002 20 ,450* ,047 20 ,453* ,045 20 ,515* ,020 20 ,327 ,160 20 ,826** ,000 20 item3 ,069 ,771 20 ,558* ,011 20 1 20 ,723** ,000 20 ,489* ,029 20 ,348 ,133 20 ,326 ,160 20 ,210 ,374 20 ,741** ,000 20 item4 ,320 ,169 20 ,651** ,002 20 ,723** ,000 20 1 20 ,553* ,011 20 ,442 ,051 20 ,184 ,438 20 ,282 ,229 20 ,798** ,000 20 item5 ,172 ,469 20 ,450* ,047 20 ,489* ,029 20 ,553* ,011 20 1 20 ,899** ,000 20 ,610** ,004 20 ,600** ,005 20 ,813** ,000 20 item6 ,240 ,308 20 ,453* ,045 20 ,348 ,133 20 ,442 ,051 20 ,899** ,000 20 1 20 ,549* ,012 20 ,784** ,000 20 ,765** ,000 20 item7 ,204 ,389 20 ,515* ,020 20 ,326 ,160 20 ,184 ,438 20 ,610** ,004 20 ,549* ,012 20 1 20 ,466* ,038 20 ,628** ,003 20 item8 ,306 ,190 20 ,327 ,160 20 ,210 ,374 20 ,282 ,229 20 ,600** ,005 20 ,784** ,000 20 ,466* ,038 20 1 20 ,598** ,005 20 skortot ,471* ,036 20 ,826** ,000 20 ,741** ,000 20 ,798** ,000 20 ,813** ,000 20 ,765** ,000 20 ,628** ,003 20 ,598** ,005 20 1 20

item2

item3

item4

item5

item6

item7

item8

skortot

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed). *. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).

OUTPUT SPPS 13 UJI RELIABILITAS KUESIONER PERILAKU SEKS PRANIKAH


Case Processing Summary N Cases Valid Excludeda Total 20 0 20 % 100,0 ,0 100,0

a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.


Re liability Statistics Cronbach's Alpha ,847 N of Items 8

Ite m-Total Statistics Scale Mean if Item Deleted 13,45 14,50 14,55 15,35 16,20 16,40 16,35 16,40 Scale Variance if Item Deleted 17,418 13,105 13,524 13,924 13,642 16,253 16,766 17,516 Corrected Item-Total Correlation ,358 ,726 ,592 ,701 ,718 ,709 ,543 ,533 Cronbach's Alpha if Item Deleted ,851 ,810 ,835 ,813 ,810 ,824 ,836 ,841

item1 item2 item3 item4 item5 item6 item7 item8

OUTPUT SPSS 13 UJI RELIABILITAS KUESIONER KECEMASAN


Case Processing Summary N Cases Valid Excludeda Total 20 0 20 % 100,0 ,0 100,0

a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.

Re liability Statistics Cronbach's Alpha ,971 N of Items 20

Ite m-Total Statistics Scale Mean if Item Deleted 26,10 26,35 26,70 26,65 26,55 26,80 26,75 26,60 26,70 26,80 26,90 26,55 26,75 26,70 26,50 26,70 26,75 26,65 26,70 26,75 Scale Variance if Item Deleted 226,937 224,976 232,011 231,608 224,155 229,853 233,776 230,779 230,432 229,326 240,937 225,208 233,145 227,379 227,737 230,432 227,671 229,924 226,116 237,776 Corrected Item-Total Correlation ,591 ,766 ,880 ,650 ,778 ,862 ,818 ,850 ,818 ,882 ,875 ,721 ,845 ,876 ,704 ,876 ,875 ,888 ,921 ,803 Cronbach's Alpha if Item Deleted ,973 ,970 ,969 ,971 ,970 ,969 ,970 ,969 ,969 ,969 ,970 ,971 ,969 ,969 ,971 ,969 ,969 ,969 ,968 ,970

item9 item10 item11 item12 item13 item14 item15 item16 item17 item18 item19 item20 item21 item22 item23 item24 item25 item26 item27 item28

LAMPIRAN 8
HASIL PENGOLAHAN DATA A. Hasil Output Karakteristik Responden

Frequencies
Statistics N Valid Missing kelas 113 0 usia 113 0 kelamin 113 0

Frequency Table
ke las Frequency 57 56 113 Percent 50,4 49,6 100,0 Valid Percent 50,4 49,6 100,0 Cumulative Percent 50,4 100,0

Valid

X XI Total

usia Frequency 28 74 11 113 Percent 24,8 65,5 9,7 100,0 Valid Percent 24,8 65,5 9,7 100,0 Cumulative Percent 24,8 90,3 100,0

Valid

15 16 17 Total

ke lamin Frequency 44 69 113 Percent 38,9 61,1 100,0 Valid Percent 38,9 61,1 100,0 Cumulative Percent 38,9 100,0

Valid

L P Total

Guru N Valid Missing

Statistics buku 31 39 82 74

Internet 102 11

Lain-lain 31 82

Frequency Table
Frequency Valid Missing Total 1 System 31 82 113 Guru Percent 27.4 72.6 100.0 Valid Percent 100.0 Cumulative Percent 100.0

Frequency Valid Missing Total 1 System 39 74 113

Buku Percent 34.5 65.5 100.0

Valid Percent 100.0

Cumulative Percent 100.0

Frequency Valid Missing Total 1 System 102 11 113

Internet Percent 90.3 9.7 100.0

Valid Percent 100.0

Cumulative Percent 100.0

Frequency Valid Missing Total 1 System 31 82 113

lain-lain Percent 27.4 72.6 100.0

Valid Percent 100.0

Cumulative Percent 100.0

B. Hasil Output Data Perilaku Seks UNIVARIAT PERILAKU Kategori Perilaku Sangat Setuju 25 4 2 0 1 0 0 0
Setuju Kurang setuju Tidak setuju Sangat tidak setuju Jumlah

Tidak beresiko

Beresiko No 1 2 3 4 5 6 7 8

Berpegangan tangan Berpelukan Cium kering Cium basah Meraba tubuh sensitive Petting Oral seks Bersenggama

67 46 43 18 0 0 0 0

16 36 24 27 12 8 9 8

1 13 21 33 22 14 8 8 F 108 86 69 45 13 8 9 8 113

4 14 23 35 78 91 96 97 % 95,5 76,1 61 39,8 11,5 7 7,9 7 100%

113 113 113 113 113 113 113 113

Bentuk perilaku seks Berpegangan tangan Berpelukan Cium kering Cium basah Meraba bagian tubuh yang sensitive Petting Oral seks Intercourse atau senggama Jumlah

PROGRAM SPSS 20
item1 113 0 item2 113 0 Statistics item3 item4 113 113 0 0 item5 113 0 item6 113 0 item7 113 0 Item8 113 0

Valid Missing

Frequency Table
Frequency 1 2 3 4 5 Total 4 1 16 67 25 113 item1 Percent 3.5 .9 14.2 59.3 22.1 100.0 item2 Percent 12.4 11.5 31.9 40.7 3.5 100.0 item3 Percent 20.4 18.6 21.2 38.1 1.8 100.0 Valid Percent 3.5 .9 14.2 59.3 22.1 100.0 Cumulative Percent 3.5 4.4 18.6 77.9 100.0

Valid

Frequency 1 2 3 4 5 Total 14 13 36 46 4 113

Valid

Valid Percent 12.4 11.5 31.9 40.7 3.5 100.0

Cumulative Percent 12.4 23.9 55.8 96.5 100.0

Frequency 1 2 3 4 5 Total 23 21 24 43 2 113

Valid

Valid Percent 20.4 18.6 21.2 38.1 1.8 100.0

Cumulative Percent 20.4 38.9 60.2 98.2 100.0

Frequency 1 2 3 4 Total 35 33 27 18 113

item4 Percent 31.0 29.2 23.9 15.9 100.0

Valid

Valid Cumulative Percent Percent 31.0 31.0 29.2 60.2 23.9 84.1 15.9 100.0 100.0

Frequency 1 2 3 5 Total 78 22 12 1 113

item5 Percent 69.0 19.5 10.6 .9 100.0 item6 Percent 80.5 12.4 7.1 100.0 item7 Percent 85.0 7.1 8.0 100.0 item8 Percent 85.8 7.1 7.1 100.0

Valid

Valid Cumulative Percent Percent 69.0 69.0 19.5 88.5 10.6 99.1 .9 100.0 100.0

Frequency 1 2 3 Total 91 14 8 113

Valid

Valid Cumulative Percent Percent 80.5 80.5 12.4 92.9 7.1 100.0 100.0

Frequency 1 2 3 Total 96 8 9 113

Valid

Valid Cumulative Percent Percent 85.0 85.0 7.1 92.0 8.0 100.0 100.0

Frequency 1 2 3 Total 97 8 8 113

Valid

Valid Cumulative Percent Percent 85.8 85.8 7.1 92.9 7.1 100.0 100.0

C. Hasil Output Data Kecemasan UNIVARIAT KECEMASAN PROGRAM SPSS 13


Statistics perilaku 113 0 kecemasan 113 0

Valid Missing

Frequency Table
perilaku Cumulative Percent 7.1 100.0

Valid

BR TBR Total

Frequency 8 105 113

Percent 7.1 92.9 100.0

Valid Percent 7.1 92.9 100.0

kecemasan Cumulative Percent 1.8 21.2 23.9 100.0

Valid

KB KR KS TAK Total

Frequency 2 22 3 86 113

Percent 1.8 19.5 2.7 76.1 100.0

Valid Percent 1.8 19.5 2.7 76.1 100.0

D. HUBUNGAN PERILAKU DENGAN TINGKAT KECEMASAN OUTPUT PROGRAM SPSS 13


Statistics perilaku 105 0 kecemasan 105 0

Valid Missing

Frequency Table
Perilaku tidak beresiko Cumulative Percent 100.0

Valid

TBR

Frequency 105

Percent 100.0

Valid Percent 100.0

kecemasan Cumulative Percent 1.0 17.1 19.0 100.0

Valid

KB KR KS TAK Total

Frequency 1 17 2 85 105 Statistics Kecemasan

Percent 1.0 16.2 1.9 81.0 100.0

Valid Percent 1.0 16.2 1.9 81.0 100.0

perilaku 8 0

Valid Missing

8 0

Frequency Table
Perilaku Beresiko Cumulative Percent 100.0

Frequency Valid BR 8

Percent

Valid Percent 100.0

100.0 Kecemasan

Valid

KB KR KS TAK Total

Frequency 1 5 1 1 8

Percent 12.5 62.5 12.5 12.5 100.0

Valid Percent 12.5 62.5 12.5 12.5 100.0

Cumulative Percent 12.5 75.0 87.5 100.0

E. PERHITUNGAN KORELASI SPEARMAN HASIL OUTPUT PROGRAM SPSS 13


Correlations Perilaku Spearman's rho Perilaku Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N Kecemasan Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N ** Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed). 1.000 . 113 .428(**) .000 113 kecemasan .428(**) .000 113 1.000 . 113

F. PERHITUNGAN SPEARMAN DENGAN MANUAL

z = 0,428 x 10,6 z = 4,53

JURNAL BIMBINGAN
Nama Nim Pembimbing 1 Tanggal 5 Januari 2013 : Gina Hanifah : 88090020 : Sri Hayati, S.Kp, M.Kep 14 Februari 2013 HasilBimbingan Disarankan untuk ganti judul dan tempat penelitian Judul : lebih ke hubungan Tempat : cari data perbandingan dengan sekolah lain, sudah terlalu sering disana dengan tema hampir sama Perbaiki redaksi dan kaitan antar paragraf Cantumkan sumber yang dipakai Pertajam justifikasi masalah Sertakan bab II dan bab III Justifikasi remaja kelas XI tambahkan jurnal yang mendukung Jumlah populasi dicantumkan di Latar Belakang Kategori perilaku dicantumkan di Bab II Perbaiki teknik sampling Cantumkan nilai validitas Perbaiki cara penulisan daftar pustaka Buat angket dan kisi-kisi Buat lembar permohonan menjadi responden dan inform consent Acc sidang proposal Ganti judul skripsi menjadi Hubungan Perilaku Seks Pranikah dengan Tingkat Kecemasan pada Remaja Usia 15-17 Tahun di SMAN 16 Bandung Perbaiki LB dan tujuan di bab I Tambahkan teori perilaku dan kecemasan Sumber dicantumkan Perbaiki kerangka pemikiran Buat kisi-kisi instrument penelitian Perbaiki instrument penelitian Perbaiki tulisan Acc instrument Lakukan uji validitas Buat bab V Perbaiki penulisan hasil penelitian dan pembahasan di bab IV Paraf

12 April 2013

24 April 2013 29 April 2013

13 Mei 2013

22 Mei 2013 27 Mei 2013 19 Juni 2013

10 Juli 2013

13 Juli 2013 24 Juli 2013

Perbaiki tulisan di bab I Perbaiki tujuan penelitian Perbaiki desain penelitian, kerangka pemikiran, penulisan sampel Perbaiki definisi operasional Perbaiki tempat dan waktu penulisan z hitung dilampirkan perbaiki pembahasan dan interpretasi hasil penelitian Tambahkan faktor-faktor yang mempengaruhi kecemasan dan perilaku seks pranikah Buat abstrak dan lampiran Perbaiki tabel di bab IV Acc sidang

JURNAL BIMBINGAN
Nama Nim Pembimbing 2 Tanggal 17 Maret 2013 : Gina Hanifah : 88090020 : Erin Rika Herwina, S.Kp. M.Kep 14 April 2013 16 April 2013 HasilBimbingan Sebelum masalah yang muncul ceritakan dulu target MDGs nasional/ internasional terhadap kesehatan remaja Sumber dimasukan Jangan disebutkan SMA nya Perbaiki cara penulisan Tambahkan tentang perkembangan seksualnya Justifikasi Perkembangan seks remaja dimasukan Buat instrument penelitian Buat kisi-kisi penelitian Perbaiki kata-kata di kuesioner Perbaiki isi kuesioner Perbaiki penulisan daftar pustaka Perbaiki analisa data di Bab III Acc seminar proposal Ganti judul skripsi menjadi Hubungan Perilaku Seks Pranikah dengan Tingkat Kecemasan pada Remaja Usia 15-17 Tahun di SMAN 16 Bandung Perbaiki bab I dan bab II Tambahkan tinjauan pustaka tentang kecemasan Perbaiki definisi operasional tentang perilaku Perbaiki penulisan EYD Perbaiki daftar pustaka Perbaiki bab IV Buat kesimpulan sesuai dengan tujuan di bab I Perbaiki pembahasan di Bab IV Tabel karakteristik responden disatukan Tambahkan tabel tentang hubungan perilaku dengan kecemasan Buat abstrak dan lampiran Acc sidang Paraf

25 April 2013 29 April 2013

5 Mei 2013

7 Juli 2013

18 Juli 2013

25 Juli 2013

LAMPIRAN 10

RIWAYAT HIDUP

1. Nama 2. TTL 3. Jenis Kelamin 4. Agama 5. Alamat Mahasiswa Bandung 6. Nama Orang Tua a. Nama Ayah Pekerjaan b. Nama Ibu Pekerjaan 7. Alamat Orang Tua : Rosyid : Wiraswasta : Yeyet Sumiati : Ibu Rumah Tangga

: Gina Hanifah : Cianjur, 29 September 1991 : Perempuan : Islam : Jl. Purwakarta No. 128 Antapani,

: Kp. Pasir Cina Rt 03/ Rw 03, Cianjur.

RIWAYAT PENDIDIKAN 1. 1998 2004 2. 2004 2006 3. 2006 2009


4. 2009 2013

: SDN Harapan : MTSN Ciherang : SMA Maarif Pacet : Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas BSI Bandung

JADWAL PENYUSUNAN SKRIPSI

No 1 2 3 4 5 6 7 8 9

Bulan Kegiatan Studi Pendahuluan Bimbingan Seminar Revisi Proposal dan uji coba instrument Penelitian Pengolahan Data Penyelesaian Laporan Akhir Sidang Revisi Hasil Sidang 1

Desember 2 3 4 1

Januari 2 3 4 1

Februari 2 3 4 1

Maret 2 3 4 1

April 2 3 4 1

Mei 2 3 4 1

Juni 2 3 4 1

Juli 2 3 4

S-ar putea să vă placă și