Documente Academic
Documente Profesional
Documente Cultură
Kes MM
Latar Belakang
Perhatian terhadap (GERD) dewasa ini terus
meningkat sebagai salah satu penyakit saluran cerna bagian atas yang sering ditemukan.
Di negara barat sekitar 7% dari populasi mengalami
heart burn setiap hari dan sekitar 50% mengalami masalah ini sekali dalam sebulan. Insidensi terjadinya GERD, terutama di Indonesia meningkat dengan berubahnya gaya hidup dan juga persepsi dokter dalam memahami manifestasi klinis GERD dan juga adanya perkembangan dalam fasilitas untuk mendiagnosa seprti endoskopi.
a.
b. c. 2. a. b.
c.
d. e. 3. a. b. c. d. 4. a.
Aorta (Aneurisma)
Mediastinum (emfisema, tumor atau infeksi nodus limfatikus dan struktur mediastinum yang lain) Diafragma (tumor, radang) Jaringan Leher dan Dinding Dada Kulit dan Kelenjar mammae (herpes zooster, mastitis) Otot (mialgia intercostal) Medula spinalis dan serabut saraf (radang dan lesi kompresi) Tulang (trauma, neoplasma, artritis) Struktur Abdomen Lambung dan duodenum (ulkus danneoplasma lambung)
b.
c. d. e. f. g.
Definisi
Konsensus Montreal tahun 2006 Suatu keadaan patologis sebagai akibat refluks kandungan lambung ke dalam esofagus yang menimbulkan berbagai gejala yang mengganggu di esofagus maupun ekstraesofagus dan/atau komplikasi.
Epidemiologi
Eropa 1 dari 5 orang dewasa mengalami gejala sekali
dalam seminggu serta 40% gejala tersebut sekali dalam sebulan. Asia sekitar 3-5%. Jepang( 13-15%) dan Taiwan (15%) Di Divisi Gastroenterologi Departemen Ilmu Penyakit Dalam FK UI-RSUPN Cipto Mangunkusumo melaporkan bahwa terjadi peningkatan prevalensi GERD : 1997 5,7 % 1998 22,8% 2002 terjadi peningkatan prevalensi jadi 25,18%
Etiologi
Relaksasi transien dan tonus Lower Esophageal Sphincter (LES) menurun Gangguan clearance esofagus
2. Menelan
Patofisiologi
Manifestasi Klinis
Typical symptoms
(Heartburn/regurgitation)
Atypical symptoms
Complications
With oesophagitis
Barretts oesophagus
Oesophageal adenocarcinoma
Diagnosis
Disamping anamnesis dan pemeriksaan fisik, beberapa
dilakukan
untuk
endoskopi saluran cerna bagian atas (SCBA) dengan ditemukannya mucosal break di esophagus
Pemeriksaan Penunjang
Endoskopi
Pemeriksaan histopatologi Pemeriksaan pH metri 24 jam
Tes Bernstein
Manometri esofagus Esofagografi dengan barium
Grade B
One or more mucosal breaks, more than 5 mm long, that do not extend between the tops of two mucosal folds
Grade C
One or more mucosal breaks, that are continuous between the tops of two or more mucosal folds, but which involve less than 75% of the circumference
Grade D
One or more mucosal breaks, that involve at least 75% of the oesophageal circumference
Erosi pada mukosa/lipatan mukosa dengan diameter > 5 mm tanpa saling berhubungan
Lesi
mukosa
esofagus
yang
bersifat
sirkumferensial
Penatalaksanaan
Non Farmakologi
Reduce weight Stop smoking Elevate head of bed
Modification Lifestyle
Avoid reflux-promoting agents (e.g. alcohol, coffee, some foods) (not evidence based)
Farmakologi
Endoskopi
kekambuhan
Indonesia GERD study group
Terapi Pembedahan
Indikasi :
Refluks esofagitis dengan komplikasi Tidak responsif terhadap terapi medis Apabila terjadi striktur yang berulang
Golongan obat
Mengurangi gejala
Mencegah komplikasi 0 0
Mencegah kekambuhan 0 +1
Antasid Prokinetik
+1 +2
Antagonis
reseptor H2 Antagois reseptor H2 + prokinetik Antagonis reseptor H2 dosis
+2
+2
+1
+1
+3
+3
+1
+1
+3
+3
+2
+2
tinggi
Penghambat pompa proton Pembedahan +4 +4 +3 +4 +4 +4 +3 +4
Komplikasi : Esofagitis dan sekuelenya Extra esophagus ()aspirasi atau mikro aspirasi
Prognosis : Sekitar 80-90% yang terkena dapat sembuh dengan bantuan terapi farmakologi, tetapi tidak terlalu jelas berapa lama untuk sembuh.