Sunteți pe pagina 1din 3

AMANAH

Oleh : H. E. Nadzier Wiriadinata*

Ketika sebuah pertanyaan diajukan kepada kita apakah amanah itu ? Dipastikan pertanyaan tersebut akan mampu kita jawab dengan mudah. Namun ketika ditanyakan kepada kita sudahkah kita bersikap amanah? Sepertinya pertanyaan tersebut tidak bisa seketika kita jawab dengan mudah. Kenapa demikian? Karena memahami pengertian amanah dan bersikap amanah adalah dua hal yang sangat berbeda. Seseorang yang memahami

pengertian amanah tentunya tidak serta merta bisa dikatakan telah bersikap amanah. Memahami pengertian amanah tidak perlu waktu lama. Dalam hitungan menit seseorang akan bisa memahami pengertian kosa kata tersebut dengan sangat baik dan bahkan rinci berikut dengan dalil-dalil naqlynya. Namun tidak demikian halnya dengan bersikap amanah. Begitu banyak lika-liku yang harus ditempuh oleh seseorang untuk bisa menginternalisasikan nilai-nilai amanah dalam dirinya serta mengimplementasikannya dalam hidup keseharian.

Amanah yang dalam Bahasa Inggris seringkali disepadankan dengan kata trust adalah sebuah kepercayaan yang diberikan kepada seseorang untuk melakukan sesuatu dengan asumsi bahwa yang bersangkutan telah memenuhi kualifikasi tertentu sehingga dipandang mampu melaksanakannya dengan baik sesuai dengan janjinya dan tidak akan berkhianat. Kosa kata amanah dalam khazanah Islam sangat begitu terkait erat dengan kualitas keimanan seseorang. Dalam sebuah hadits diungkapkan bahwa "Tidaklah beriman seseorang yang tidak menunaikan amanah; dan tidaklah seseorang itu beragama jika tidak menunaikan janji." (Ahmad dan Ibnu Hibban).

Keterkaitan yang begitu erat antara sikap amanah dengan kualitas keimanan seseorang sebagaimana yang tersurat dalam hadits tersebut tentunya dapat difahami mengingat kedua kosa kata tersebut disamping secara harfiah memiliki akar kata yang sama (alif, mim, nun), kedua kosa kata itupun secara substansial adalah satu kesatuan yang tak terpisahkan.

Karenanya, seseorang yang memiliki sifat amanah dipastikan memiiki sebuah kesadaran yang begitu mendalam bahwa apa yang dilakukannya senantiasa ada dalam pengawasan Allah dan kemudian apapun yang dilakukannya tersebut akan dimintai pertanggunganjawab didepan Kemahaadilan-Nya, baik di dunia maupun di akhirat kelak.

Sayangnya, belakangan ini amanah telah menjadi sebuah kosa kata yang meski sering diucapkan dan dituangkan dalam berbagai kebijakan dan peraturan tertulis, namun kosa kata tersebut telah kehilangan ruhnya. Amanah telah dijadikan obyek permainan kata dan obyek komoditas untuk kepentingan-kepentingan sesaat, baik oleh para politisi, pelaku bisnis maupun para pejabat eksekutif, legislatif dan yudikatif.

Sejatinya, sebuah amanah tidaklah diberikan begitu saja kepada seseorang tanpa memperhatikan kualitas-kualitas yang ada pada orang tersebut karena sebuah amanah haruslah diberikan kepada orang yang tepat (QS. 4:58). Ketika amanah diberikan kepada orang yang tidak tepat maka dipastikan akan muncul berbagai masalah yang tidak dikehendaki (al-hadits). Dari dua pernyataan tersebut jelaslah bahwa kosa kata amanah sangat terkait erat dan tidak pernah dapat dipisahkan dari profesionalitas. Amanah mensyaratkan adanya profesionalitas. Amanah tanpa profesionalitas adalah non sense. Demikian pula sebaliknya. Berbagai kasus korupsi, manipulasi, dan penyelewenganpenyelewengan dalam segala bentuk manifestasinya adalah bukti-bukti nyata yang kerap terjadi di bumi pertiwi ini sebagai akibat dari tidak tepatnya mekanisme pemberian amanah.

Amanah (trust) sejatinya merupakan fondasi utama terwujudnya kondusivitas dan stabilitas dalam sebuah institusi (dalam lingkup kecil) dan negara (dalam lingkup besar). Karena bagaimanapun, amanah adalah landasan moral dan etika dalam bermuamalah atau

berinteraksi sosial. Ketika amanah dijadikan landasan moral dan etika dalam berinteraksi baik secara personal maupun institusional di berbagai bidang kehidupan (sosial, politik, ekonomi, dan budaya), maka semua komponen bangsa akan terpacu untuk berperilaku jujur, tanggung jawab serta tidak mudah dirayu oleh godaan-godaan kepentingan sesaat. Fakta menunjukkan kepada kita bahwa godaan-godaan kepentingan sesaat inilah salah satu penyebab utama yang telah menghancurkan fondasi moralitas bangsa kita selama ini.

Benar bahwa profesionalitas dalam pekerjaan apapun sangat diperlukan tetapi kita tidak menghendaki profesionalitas disalah-gunakan untuk tujuan menyiasati lahirnya sebuah

pembenaran atas berbagai bentuk penyelewengan. Karenanya, amanah adalah kualitas moral yang harus mendasari profesionalitas. Bukankah amanah adalah salah satu kualitas moral yang dimiliki oleh Nabi kita, Muhammad SAW dan juga Nabi-Nabi Allah yang lainnya? Kita berharap di tahun 2014 ini dan juga ditahun-tahun selanjutnya, kita semakin mampu meningkatkan implementasi profesionalitas dan amanah dalam memberikan kontribusi bagi percepatan reformasi disemua aspek kehidupan berbangsa dan bernegara di bumi nusantara tercintara ini.

*Kasubbag Informasi dan Humas Kanwil Kementerian Agama Provinsi Jawa Barat

S-ar putea să vă placă și