Sunteți pe pagina 1din 8

A. Definisi 1.

Typhoid adalah penyakit oleh infeksi faeses sistemik akut yang yang disebabkan terinfeksi infeksi Salmonella Thypi. Organisme ini masuk melalui makanan dan minuman yang sudah terkontaminasi B. Epidemiologi Tifoid terdapat di seluruh dunia, terutama di negara!negara yang sedang berkembang di daerah tropis. Sampai a"al abad ##$ ini tifoid masih eksis, diperkirakan 1% &uta kasus pertahun, dengan kematian sekitar '00.000 kasus. Case Fatality Rates berkisar 10( dan menurun sampai 1( bila mendapat pengobatan yang adekuat. )i $ndonesia, tifoid &arang di&umpai se*ara epidemis tapi bersifat endemis dan banyak di&umpai di kota!kota besar. Tidak ada perbedaan yang nyata insidens tifoid pada pria dan "anita. $nsiden tertinggi didapatkan pada rema&a dan de"asa muda, dengan total insiden berkisar +,0!-10 per 100.000 penduduk. C. Etiologi .enurut Rahmad Juwono (1996 , Salmonella thyposa, basil gram negati/e yang bergerak dengan bulu getar, tidak bersepora mempunyai sekurang!kurangnya tiga ma*am antigen yaitu0 1. antigen O (somati*, terdiri darizat komplekliopolisakarida 2. antigen 1(flagella +. antigen 21 dan protein membrane hialin ! Salmonella parathypi A ! Salmonella parathypi B ! Salmonella parathypi C ! 3a*es dan 4rin dari penderita thypus D. Patofisiologi 5uman masuk melalui mulut. Sebagian kuman akan dimusnahkan dalam lambung oleh asam lambung dan sebagian lagi masuk usus halus, ke &aringan limfoid dan berkembang biak menyerang /ili usus halus kemudian kuman masuk ke peredaran darah (bakteremia primer dan men*apai sel retikuloendotelial, hati, limpa dan organ!organ dan urine dari orang kuman Salmonella ( Smeltzer dan Bare, 2001 .

lainnya. Selan&utnya kuman masuk ke beberapa &aringan organ tubuh terutama limpa, usus dan kandung empedu. 6ada minggu pertama sakit, ter&adi hyperplasia plaks peyer. $ni ter&adi pada kelen&ar limfoid usus halus. .inggu ke dua ter&adi nekrosis dan pada minggu ke tiga ter&adi ulserasi plaks peyer. 6ada minggu ke empat ter&adi penyembuhan ulkus yang dapat menimbulkan sikatrik. 4lkus dapat menyebabkan perdarahan, bahkan sampai perforasi usus. Selain hepar, kelen&ar!kelen&ar mesenterial dan limpa membesar. 7e&ala demam disebabkan oleh endotoksin sedangkan ge&ala pada saluran pen*ernaan disebabkan oleh kelainan pada usus halus E. Manifestasi Klinis (Menkes, 2006) 8dapun beberapa ge&ala klinis yang sering pada demam tifoid diantaranya adalah0 1. )emam, adalah ge&ala utama demam tifoid. 6ada a"al sakit, demamnya kebanyakan samar!samar sa&a, selan&utnya suhu tubuh sering turun naik. 6agi lebih rendah atau normal, sore dan malam lebih tinggi (demam intermitten. 6ada minggu kedua intensitas makin tinggi, kadang!kadang terus menerus (demam *ontinyu . Bila pasien membaik maka pada minggu ke + suhu badan berangsur turun dan dapat normal kembali pada akhir minggu ke +. 2. 7angguan saluran pen*ernaan, di mana sering ditemukan bau mulut yang tidak sedap karena demam yang lama. Bibir men&adi kering dan kadang!kadang pe*ah!pe*ah. 9idah kotor dan ditutupi selaput putih. +. 7angguan kesadaran, yang umumnya kebanyakan berupa penurunana kesadaran ringan. Sering didapatkan kesadaran apatis. :. 1epatomegali, dimana hati terasa kenyal dan nyeri tekan. F. Penatalaksanaan .enurut .enkes ;$ (200' , penderita demam tifoid, dengan gembaran klinis yang &elas sebaiknya dira"at di rumah sakit atau sarana kesehatan lain yang ada fasilitas pera"atannya. 8dapun tu&uan pera"atan ini adalah0 1. Optimalisasi pengobatan dan memper*epat penyembuhan. 2. Obser/asi terhadap per&alanan penyakit.

+. .inimalisasi komplikasi. :. $solasi untuk men&amin pen*egahan terhadap pen*emaran dan atau kontaminasi. a. i!a" Ba!ing 6enderita yang dira"at harus tirah baring dengan sempurna untuk men*egah komplikasi, terutama perdarahan dan perforasi. Bila klinis berat, penderita harus istirahat total #. $%t!isi ! <airan 6enderita harus mendapat *airan yang *ukup, baik se*ara oral maupun parenteral. <airan parenteral diindikasikan pada penderita sakit berat, ada komplikasi, penurunan serta yang sulit makan. ! )iet )iet harus mengandung kalori dan protein yang *ukup. Sebaiknya rendah selulosa (rendah serat untuk men*egah perdarahan dan perforasi. Terapi Simptomatik Terapi simptomatik dapat diberikan dengan pertimbangan untuk perbaikan keadaan umum penderita0 ;oboransia=/itamin 8ntipiretik, untuk kenyamanan penderita, terutama untuk anak!anak. 8ntiemeti*, diperlukan bila penderita muntah hebat.

&. Kont!ol dan Monito!ing dalam Pe!a'atan

5ontrol dan monitoring yang baik harus dilakukan untuk mengetahui keberhasilan pengobatan. 1al!hal yang men&adi prioritas untuk dimonitoring adalah0 1. Suhu tubuh (status demam serta tanda!tanda /ital lain (nadi, napas, tekanan darah, dan nyeri harus diukur se*ara serial. 5ur/a suhu harus dibuat se*ara sempurna pada lembar rekam medik. 2. 5eseimbangan *airan, *airan yang masuk (infuse atau minum dan *airan yang keluar harus seimbang. +. )eteksi dini terhadap timbulnya komplikasi. :. 8danya koinfeksi dan atau komorbid dengan penyakit lain. ,. >fek samping dan atau efek toksik obat. '. ;esistensi anti mikroba. %. 5ema&uan pengobatan se*ara umum. )i samping untuk mengetahui keberhasilan pengobatan. <ontrol dan monitor oleh dokter dan pera"at sangat diperlukan untuk0 1. 6erubahan terapi dan penghentian terapi. 2. 6rogram mobilisasi. +. 6rogram perubahan diet. :. $ndikasi pulang pera"atan. d. Pe!a'atan Mandi!i di (%ma" Tidak semua penderita tifoid bersedia untuk dira"at di rumah sakit. Sangat banyak kendala atau hambatan yang ada pada masing!masing masyarakat, yang salah satunya adalah keterbatasan biaya. )engan pertimbangan yang matang serta mengikuti syarat! syarat yang ditetapkan maka penderita tifoid dapat dira"at di rumah namun tetap tidak dian&urkan.

). Aspek Pen&ega"an dan Pengendalian Demam ifoid (Menkes (*, 2006) 6en*egahan lebih baik daripada pengobatan dan dengan pengobatan yang baik berarti melaksanakan pen*egahan yang baik pula, maksudnya kegiatan pen*egahan lebih

efisien dan tanpa resiko yang membahayakan, dan pengobatan tifoid terlaksana dengan sempurna, maka dapat men*egah karier yang merupakan sumber penularan di masyarakat. 6en*egahan adalah segala upaya yang dilakukan agar setiap anggota masyarakat tidak tertular oleh basil salmonella. 8da + pilar strategis yang men&adi program pen*egahan yakni0 1. .engobati se*ara sempurna pasien dan karier tifoid. 2. .engatasi fa*tor!faktor yang berperan terhadap rantai penularan. +. 6erlindungan dini agar tidak tertular. 6engendalian adalah kegiatan!kegiatan yang bersifat mengelola, mengatur, dan menga"asi, agar demam tifoid tidak bermasalah lagi bagi masyarakat. Seluruh tenaga kesehatan baik dalam bidang kuratif, pre/entif atau kegiatan lain yang terkait, sebenarnya adalah pengendali tifoid. 8dapun kegiatan yang termasuk dalam aspek pen*egahan dan pengendalian tifoid, diantaranya0 +. ,angka"-,angka" .t!ategis Pen&ega"an Ka!ie!, (elaps, dan (esistensi ifoid .asalah rumit yang sering timbul sehubungan dengan penanganan kasus tifoid yang tidak optimal adalah 5arier (Carrier , ;elaps, dan ;esistensi. 5aries tifoid adalah seseorang yang selalu mengandung basil Salmonella sehingga men&adi sumber infeksi (penular untuk orang lain. 5ita anggap karier bila hasil kultur feses atau urine masih positif sampai + bulan setelah sakit dan disebut karier kronik bila basil masih ada sampai 1 tahun atau lebih. ;elaps adalah kambuhnya kembali ge&ala!ge&ala klinis demam tifoid setelah 2 minggu masa penyembuhan. ;elaps ter&adi sehubungan dengan pengobatan yang tidak adekuat, baik dosis atau lama pemberian antibiotika. ;elaps dapat timbul dengan ge&ala klinis lebih ringan atau lebih berat. ;esistensi adalah basil yang tidak peka lagi dengan antimikroba yang lazim dipakai. ;esistensi timbul karena adanya perubahan atau mutasi genetika kuman, tanpa perubahan pathogenesis dan /irulensinya Berpedoman pada ka&ian di atas, maka dapat direkomendasikan beberapa langkah!langkah strategis yang bermanfaat untuk mengatasi ketiga permasalahan tifoid, yaitu0

a. Terlaksananya monitor dan *ontrol yang ketat terhadap pemakaian antibiotika yang bebas (tanpa resep oleh masyarakat. b. Setiap ;S atau institusi kesehatan lain yang mera"at pasien, memiliki standar medis penatalaksanaan tifoid dan konsisten mengimplementasikannya. *. Setiap ;S memiliki aturan!aturan pemakaian antibiotika yang terpola dengan baik. .emiliki pola kepekaan yang dibuat se*ara berkala (antibiogram serta merupakan antibiotika yang dipergunakan sebagai terapi empiris lini pertama dan kedua, baik untuk de"asa maupun anak. 2. Pe!#aikan .anitasi ,ingk%ngan Salah satu pemutus rantai penularan tifoid adalah usaha perbaikan lingkungan. 4saha ini sangat mendasar, komplit, melibatkan banyak fa*tor dan se*tor, serta merupakan bagian terpenting dalam upaya pembangunan kesehatan masyarakat. Beberapa hal yang men&adi masalah dalam kesehatan lingkungan adalah penyediaan air minum, penga"asan terhadap makanan dan air serta sistem pembuangan kotoran dan limbah. /. Peningkatan 0igiene Makanan dan Min%man Transmisi utama basil Salmonella melalui air minum dan makanan. 1igiene makanan dan minuman yang ter&amin merupakan fa*tor yang sangat penting dalam pen*egahan. 1. Peningkatan 0igiene Pe!o!angan 6eningkatan hygiene perorangan adalah pilar ketiga dari program pen*egahan yakni perlindungan diri terhadap penularan tifoid. 5egiatan ini merupakan *irri berperilaku hidup sehat. Budaya *u*i tangan yang benar adalah kegiatan terpenting. 2. Pen&ega"an dengan *m%nisasi Sampai saat ini /aksin tifoid baru diprioritaskan untuk traveler, tenaga laboratorium mikrobiologis dan tenaga penya&i makanan di restoran!restoran. ?amun mengingat perangai tifoid dengan morbiditas *ukup tinggi, /aksinasi terhadap tifoid sudah harus dipertimbangkan pemberiannya se&ak anak!anak, setelah mereka mengenal &a&anan yang tidak ter&amin kebersihannya. )i $ndonesia telah ada + &enis /aksin tifoid yakni0 a. 2aksin oral Ty 21a 2i/otif Berna b. 2aksin 6arenteral sel utuh0 Typa io 3arma

pada pemberian pertama. *. 2aksin 6olisakarida Typhim Vi Aventis asteur !errieu" 6. .%!3eilans Sur/eilans merupakan pengumpulan yang sistematik, analisis dan interpretasi yang terus menerus dari data kesehatan yang penting untuk digunakan dalam peren*anaan, penerapan dan e/aluasi suatu tindakan yang berhubungan dengan kesehatan masyarakat, yang didiseminasikan se*ara berkala kepada pihak!pihak yang perlu mengetahuinya. 4. Definisi Kas%s )alam pengumpulan data, diperlukan petugas yang memiliki kemampuan memadai dalam hal menentukan seorang pasien penderita tifoid atau bukan. )alam hal ini petugas tersebut mampu menggunakan definisi kasus tifoid se*ara konsisten baik dari "aktu ke "aktu maupun dari tempat ke tempat. 9ebih!lebih data tersebut akan dibandingkan antardaerah atau digabung dalam analisisnya maka penggunaan definisi yang sama atau seragam adalah mutlak. 5. .istim Pen&atata dan Pelapo!an )ata yang perlu di*atat adalah semua pasien yang datang dengan demam tifoid sesuai dengan definisi kasus, yaitu kasus suspek tifoid, kasus tifoid probable, dan kasus tifoid konfirmasi. 8dapun data esensial dari kasus adalah data demografi nama, umur, &enis kelamin, alamat, tanggal masuk ;S, laboratorium, dan antibiogram. Semua petugas di pelayanan bertanggung &a"ab atas kelengkapan data tersebut dalam *atatat medis setiap pasien. 5emudia pengumpulan data semua pasien dilakukan oleh petugas yang bertanggung &a"ab atas terselenggaranya pen*atatan dan pelaporan. 6. Penangg%langan Ke7adian ,%a! Biasa Bila ada dugaan 59B di suatu daerah, maka diperlukan serangkaian kegiatan yang terpola dengan baik untuk menanggulanginya. 6ihak unit pelayanan kesehatan harus segera melaporkan ke dinas kesehatan kabupaten atau kota. )inas kesehatan ini kemudian membentuk tim in/estigator dan penanggulangan yang terdiri dari unsure! unsur sur/eilans epidemiologi pengelola program diare dan penyehatan lingkungan.

S-ar putea să vă placă și