Sunteți pe pagina 1din 17

asuhan keperawatan Katarak

BAB 1 PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Kebutaan di Indonesia merupakan bencana Nasional. Sebab kebutaan menyebabkan kualitas sumber daya manusia rendah. Hal ini berdampak pada kehilangan produktifitas serta membutuhkan biaya untuk rehabilitasi dan pendidikan orang buta. Berdasarkan hasil survey nasional tahun 1993 1996, angka kebutaan di Indonesia mencapai 1,5 %. Angka ini menempatkan Indonesia pada urutan pertama dalam masalah kebutaan di Asia dan nomor dua di dunia pada masa itu. Salah satu penyebab kebutaan adalah katarak. sekitar 1,5 % dari jumlah penduduk di Indonesia, 78 % disebabkan oleh katarak. Pandangan mata yang kabur atau berkabut bagaikan melihat melalui kaca mata berembun, ukuran lensa kacamata yang sering berubah, penglihatan ganda ketika mengemudi di malam hari , merupakan gejala katarak. Tetapi di siang hari penderita justru merasa silau karena cahaya yang masuk ke mata terasa berlebih. Begitu besarnya resiko masyarakat Indonesia untuk menderita katarak memicu kita dalam upaya pencegahan. Dengan memperhatikan gaya hidup, lingkungan yang sehat dan menghindari pemakaian bahan-bahan kimia yang dapat merusak akan membuta kita terhindar dari berbagai jenis penyakit dalam stadium yang lebih berat yang akan menyulitkan upaya penyembuhan. Sehingga kami sebagai mahasiswa keperawatan memiliki solusi dalam mencegah dan menanggulangi masalah katarak yakni dengan memberikan sebuah raangkuman makalah tentang katarak sebagai bahan belajar dan pendidikan bagi mahasiswa keperawatan. B. Tujuan Tujuan Umum Meningkatkan pengetahuan dan pemahaman dalam melaksanakan proses asuhan keperawatan pada klien dengan penyakit Katarak. Tujuan Khusus a. b. c. d. e. f. g. h. i. Diharapkan mahasiswa dapat mengetahui definisi penyakit Katarak Diharapkan mahasiswa dapat mengetahui klasifikasi penyakit Katarak Diharapkan mahasiswa dapat mengetahui etiologi penyakit Katarak Diharapkan mahasiswa dapat mengetahui patofisiologi penyakit Katarak Diharapkan mahasiswa dapat mengetahui manifestasi klinik dari penyakit Katarak Diharapkan mahasiswa dapat mengetahui pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang penyakit Katarak Diharapkan mahasiswa dapat mengetahuipenaltalaksanaan penyakit Katarak Diharapkan mahasiswa dapat mengetahui komplikasi dari penyakit Katarak Diharapkan mahasiswa dapat mengetahui asuhan keperawatan penyakit Katarak C. Metode Penulisan

Metode penulisan yang digunakan adalah metode studi pustaka yaitu mengambil referensi dari buku-buku, internet dan sumber-sumber lain.

BAB II PEMBAHASAN

A. Defenisi Penyakit Katarak Katarak berasal dari bahasa Yunani cataractayang berarti air terjun. Katarak merupakan keadaan di mana terjadi kekeruhan pada serabut atau bahan lensa di dalam kapsul lensa (Sidarta Ilyas, 1998). Katarak adalah proses terjadinya opasitas secara progresif pada lensa atau kapsul lensa, umumnya akibat dari proses penuaan yang terjadi pada semua orang lebih dari 65 tahun (Marilynn Doengoes, dkk. 2000). Katarak adalah nama yang diberikan untuk kekeruhan lensa yang dapat terjadi akibat hidrasi (penambahan cairan lensa), denaturasi protein lensa atau dapat juga akibat dari keduaduanya yang biasanya mengenai kedua mata dan berjalan progesif. (Mansjoer,2000;62) Katarak adalah opasitas lensa kristalina yang normalnya jernih. Biasanya terjadi akibat proses penuaan tapi dapat timbul pada saat kelahiran( katarak kongenital). ( brunner & suddarth .2001, keperawatan medikal bedah vol.3, EGC. Jakarta ). Katarak adalah penurunan progresif kerjernihan lensa. Lensa menjadi keruh, atau berwarna putih abu-abu, dan ketajaman penglihatan berkurang. ( elizabeth J. corwin.2000, buku saku patofisiologi, EGC. Jakarta ). Katarak(pasca operasi) adalah terjadinya opasitas progresif pada lensa atau kapsul lensa, umumnya akibat dari proses penuaan yang terjadi pada semua orang lebih dari 65 tahun.( Rencana Asuhan Keperawatan,M.E.Doenges. Jakarta.EGC.1999). Jadi kesimpulan dari definisi diatas katarak adalah suatu keadaan patologik lensa di mana lensa rnenjadi keruh akibat hidrasi cairan lensa, atau denaturasi protein lensa. Kekeruhan ini terjadi akibat gangguan metabolisme normal lensa yang dapat timbul pada berbagai usia tertentu.

B. Klasifikasi Katarak Macam-macam katarak : 1. Katarak senil Katarak senil adalah semua kekeruhan lensa yang terdapat pada usia lanjut, yaitu usia di atas 50 tahun. Pada katarak senil akan terjadi degenerasi lensa secara perlahan-lahan. Tajam penglihatan akan menurun secara berangsur-angsur hingga tinggal proyeksi sinar saja. Katarak senil merupakan katarak yang terjadi akibat terjadinya degenerasi serat lensa karena proses penuaan. Katarak senil dapat terbagi dalam berberapa stadium : a. Katarak insipiens Katarak insipiens,dimana mulai timbul katarak akibat proses degenerasi lensa. Kekeruhan lensa berbentuk bercak-bercak kekeruhan yang tidak teratur. Pasien akan mengeluh gangguan penglihatan seperti melihat ganda dengan satu matanya. Pada stadium ini proses degenerasi belum menyerap cairan mata ke dalam lensa sehingga akan terlihat bilik mata depan dengan kedalaman yang normal, iris dalam posisi biasa disertai dengan kekeruhan ringan pada lensa. Tajam penglihatan pasien belum terganggu. b. Katarak imatur Katarak imatur,dimana pada stadium ini lensa yang degeneratif mulai terserap cairan mata ke dalam lensa sehingga lensa menjadi cembung. Terjadi pembengkakan lensa yang disebut sebagai katarak intumesen. Pada katarak imatur maka penglihatannya mulai berangsur-angsur menjadi berkurang, hal ini diakibatkan media penglihatan tertutup oleh kekeruhan lensa yang menebal. c. Katarak matur Katarak matur, merupakan proses degenarasi lanjut lensa. Terjadi kekeruhan seluruh lensa. Tekanan cairan di dalam lensa sudah keadaan seimbang dengan cairan dalam mata sehingga ukuran lensa akan menjadi normal kembali. Tajam penglihatan sangat menurun dan dapat hanya tinggal proyeksi saja.

d.

Katarak hipermatur Katarak hipermatur, dimana pada stadium ini terjadi proses degenerasi lanjut lensa dan korteks lensa dapat mencair sehingga nukleus lensa tenggelam di dalam korteks lensa ( katarak morgagni). Pada stadium ini terjadi juga degenerasi kapsul lensa sehingga bahan lensa ataupun korteks lensa yang cair keluar dan masuk ke dalam bilik mata depan. Pada stadium hipermatur akan terlihat lensa yang lebih kecil dari pada normal, yang akan mengakibatkan iris trimulans, dan bilik mata depan terbuka.

2. Katarak kongenital

Katarak kongenital merupakan kekeruhan lensa yang didapatkan sejak lahir, dan terjadi akibat gangguan perkembangan embrio intrauterin. Katarak kongenital yang terjagi sejak perkembangan serat lensa terlihat segera setelah bayi lahir sampai usia 1 tahun. Katarak ini terjadi karena gangguan metabolisme serat-serat lensa pada saat pembentukan serat lensa akibat gangguan metabolisme jaringan lensa pada saat bayi masih di dalam kandungan. Pada bayi dengan katarak kongenital akan terlihat bercak putih di depan pupil yang disebut sebagai leukokoria (pupil berwarna putih). Setiap bayi dengan lekokoria sebaiknya difikirkan diagnosis bandingan seperti retinoblastoma, endoftalmitis, fibroplasi retroletal, hiperplastik viterus primer, dan miopia tinggi disamping katarak sendiri.

erapa macam jenis katarak kongenital : a. Katarak lamelar atau zonular Bila pada permulaan perkembangan serat lensa normal dan kemudian terjadi gangguan perkembangan serat lensa. Biasanya perkembangan serat lensa selanjutnya normal kembali sehingga nyata terlihat adanya gangguan perkembangan serta lensa pada satu lamel daripada perkembangan lensa tersebut. Katarak lamelar bersifat herediter yang diturunkan secara dominan dan biasanya bilateral. Tindakan pengobatan atau pembedahan dilakukan bila fundus okuli tidak tampak pada pemeriksaan funduskopi.

b.

Katarak polaris posterior

Katarak polaris posterior ini terjadi akibat arteri hialoid yang menetap (persisten) pada saat tidak dibutuhakan lagi oleh lensa untuk metabolismenya. Ibu dan bayi akan melihat adanya leukokoria pada mata tersebut. Pada pemeriksaan akan terlihat kekeruhan di dataran belakang lensa. Bila dilakukan pemeriksaan funduskopi akan terlihat serat sisa arteri hialoid yang menghubungkan lensa bagian belakang dengan papil saraf optik. Adanya arteri hialoid yang menetap ini dapt dilihat dengan pemeriksaan ultrasonografi. Bila fundus okuli masih terlihat, maka perlu tindakan bedah pada katarak polar posterior ini karena tidak akan terjadi ambilopia eksanopsia. Bila fudus okuli tidak tampak, maka dialakukan tindakan bedah iridektomi optik atau bila mungkin dilakukan lesenktomi. Ekstrasi linear ataupun disisio lentis merupakan kontra indikasi karena akan terjadi tarikan arteri hialoid dengan papil yang dapat mengakibatkan ablasi retina.

c.

Katarak polaris anterior

Katarak polaris

arterior atau piramidalis arterior akibat

gangguan

perkembangan lensa pada saat mulai terbentuknya plakoda lensa. Pada saat ibu dengan kehamilan kurang dari 3 bulan mendapat infeksi virus, maka amnionya akan mengandung virus. Plakoda lensa akan mendapat infeksi virus hingga rubela masuk ke dalam vesikel akan menjadi lensa. Gambaran klinis akan terjadi ialah adanya keluhan ibu karena anaknya mempunyai leukokoria. Pada pemeriksaan subjektif akan terlihat kekeruhan pada kornea dan terdapatnaya fibrosis di dalam bilik mata depan yang menghubungkan kekeruhan kornea dengan lensa yang keruh. Kekeruhan yang terlihat pada lensa terletak di polus anterior lensa dalam bentuk piramid dengan puncak di dalam bilik mata depan. Kekeruhan lensa pada katarak polar anterior ini tidak progresif. Pengobatan dilakukan bila kekeruhan mengakibatkan tidak terlihatnya fundus bayi tersebut. Tindakan bedah yang dilakukan adalah disisio lentis atau suatu ekstraksi linear.

d.

Katarak sentral Katarak sentral merupakan katarak halus yang terlihat pada bagian nukleus

embrional. Katarak ini terdapat 80% orang normal dan tidak menggangu tajam penglihatan. Pengobatan tidak dilakukan pada katarak sentral karena tidak menggangu tajam penglihatan dan fundus okuli dapat dilihat dengan mudah.

3. Katarak traumatik Katarak traumatik adalah katarak yang terjadi akibat trauma lensa mata, serta robekan pada kapsul sebagai akibat dari benda tajam. Apabila terjadi lubang yang besar pada kapsul lensa, maka humor akuosus akan masuk ke dalam lensa dan menyebabkan penyerapan lensa, serta menyebabkan uveitis.

a. Katarak juvenil Katarak juvenil adalah katarak yang terlihat setelah usia 1 tahun dapat terjadi karena : a. b. Lanjutan katarak kongenital yang makin nyata. Penyulit penyakit lain, katarak komplikata, yang dapat terjadi akibat : - Penyakit lokal pada satu mata,seperti akibat uveitis anterior, glaukoma, ablasi

retiana, miopia tinggi, ftsis bulbi, yang mengenai satu mata. - Penyakit sistemik, seperti diabetes, hipoparatiroid, dan miotonia distrofi,yang mengenai kedua mata akibat trauma tumpul ataupun tajam Biasanya katarak juvenil ini merupakan katarak yang didapat dan banyak berberapa faktor. dipengaruhi oleh

b. Katarak komplikata Katarak komplikata terjadi akibat gangguan keseimbangan susunan sel lensa faktor fisik atau kimiawi sehingga terjadi gangguan kejernihan lensa. Katarak komplikata dapat terjadi akibat iridosiklitis, miopia tinggi, abalasi retina dan glaukoma.

Katarak komplikata dapat terjadi akibat kelainan sistemik yang akan mengenai kedua mata atau kelainan lokal yang akan mengenai satu mata.

c. Katarak diabetika Katarak diabetika adalah katarak yang disebabkan oleh penyakit diabetes.

C. Etiologi Berbagai macam hal yang dapat mencetuskan katarak antara lain (Corwin,2000): 1. 2. 3. Usia lanjut dan proses penuaan. Congenital atau bisa diturunkan.

Pembentukan katarak dipercepat oleh faktor lingkungan, seperti merokok atau bahan

beracun lainnya. 4. Katarak bisa disebabkan oleh cedera mata, penyakit metabolik (misalnya diabetes) dan

obat-obat tertentu (misalnya kortikosteroid). Katarak juga dapat disebabkan oleh beberapa faktor risiko lain, seperti: 1. 2. Katarak traumatik yang disebabkan oleh riwayat trauma/cedera pada mata.

Katarak sekunder yang disebabkan oleh penyakit lain, seperti: penyakit/gangguan

metabolisme, proses peradangan pada mata, atau diabetes melitus. 3. Katarak yang disebabkan oleh paparan sinar radiasi.

4.

Katarak yang disebabkan oleh penggunaan obat-obatan jangka panjang, seperti

kortikosteroid dan obat penurun kolesterol. 5. Katarak kongenital yang dipengaruhi oleh faktor genetik (Admin,2009).

E. Manifestasi Klinik

Katarak didiagnosa terutama dengan gejala subyektif. Biasanya, pasien melaporkan penurunan ketajaman penglihatan dan silau dan gangguan fungsional sampai derajat tertentu yang diakibatkan karena kehilangan penglihatan tadi. Temuan obyektif biasanya meliputi pengembunan seperti mutiara keabuan pada pupil sehingga retina tak akan tampak dengan oftalmoskop. Ketika lensa sudah menjadi opak, cahaya akan dipendarkan dan bukannya ditransmisikan dengan tajam menjadi bayangan terfokus pada retina hasilnya adalah pandangan kabur atau redup, menyhilaukan yang menjengkelkan dengan distorsi bayangan dan susah melihat di malam hari. Pupil yang normalnya hitam akan tampak kekuningan, abuabu atau putih. Katarak biasanya terjadi bertahap selama bertahun-tahun, dan ketika katarak sudah sangat memburuk, lensa koreksi yang lebih kuatpun tak akan mampu memperbaiki penglihatan. Orang dengan katarak secara khas selalu mengembangkan strategi untuk menghindari silau yang menjengkelkan yang disebabkan oleh cahaya yang salah arah. Misalnya ada yang mengatur ulang perabot rumahnya. Sehingga sinar tidak akan langsung menyinari mata mereka (Diambil dari buku Keperawatan Medikal Bedah jilid 3 hal.1996-1997). Biasanya gejala berupa keluhan penurunan tajam pengelihatan secara progresif (seperti rabun jauh memburuk secara progresif). Pengelihatan seakan-akan melihat asap dan pupil mata seakan akan bertambah putih. Pada akhirnya apabila katarak telah matang pupil akan tampak benar-benar putih ,sehingga refleks cahaya pada mata menjadi negatif (-). Bila Katarak dibiarkan maka akan mengganggu penglihatan dan akan dapat menimbulkan komplikasi berupa Glaukoma dan Uveitis. Gejala umum gangguan katarak meliputi 1. Penurunan ketajaman penglihatan :

2. 3. 4.

Gangguan fungsional Pengembunan seperti mutiara keabuan pada pupil Pandangan kabur

F. Pemeriksaan Fisik

Tehnik yang biasanya dipergunakan dalam pemeriksaan oftalmologis adalah inspeksi dan palpasi. Inspeksi visual dilakukan dengan instrumen oftalmik khusus dan sumber cahaya. Palpasi bisa dilakukan untuk mengkaji nyeri tekan mata dan deformitas dan untuk mengeluarkan cairan dari puncta. Palpasi juga dilakukan untuk mendeteksi secara kasar(jelas terlihat ) tingkat tekanan intraokuler. Seperti pada semua pemeriksaan fisik, perawat menggunakan pendekatan sitematis, biasanya dari luar ke dalam. Struktur eksternal mata dan bola mata di evaluasi lebih dahulu, kemudian diperiksa struktur internal. Struktur eksternal mata diperiksa terutama dengan inspeksi. Struktur ini meliputi alis, kelopak mata, bulu mata, aparatus maksilaris, konjungtiva, kornea, kamera anterior, iris, dan pupil. Ketika melakukan pemeriksaan dari luar ke dalam, perawat : a. b. Melakukan obsevasi keadaan umum mata dari jauh.

Alis diobsevasi mengenai kuantitas dan penyebaran rambutnya. Kelopak mata diinspeksi

warna,keadaan kulit, dan ada tidaknya serta arahnya tumbuhnya bulu mata. c. Catat adanya jaringan parut, pembengkakan, lepuh, laserasi, cedera lain dan adanya

benda asing.

G. Pemeriksaan Penunjang

1.

Kartu mata snellen/mesin telebinokular (test ketajaman penglihatan dan sentral

penglihatan): mungkin terganggu dengan kerusakan kornea,lensa, akueus atau vitreus humor, kesalahan refraksi, atau penyakit sistem saraf atau penglihatan ke retina atau jalan optik. 2. Lapang penglihatan : penurunan mungkin disebabkan oleh CSV, massa tumor pada

hipofisis/ otak, karotis atau patologis arteri serebral atau glaukoma. 3. Pengukuran tonografi : mengkaji intraorkuler (TIO)(NORMAL 12-25 mm Hg).

Pengukuran gonioskopi : membantu membedakan sudut terbuka atau sudut tertutup glaukoma. 4. Test provokatif : digunakan dalam menentukan adanya/tipe glaukoma bila TIO normal

atau hanya meningkat ringan. 5. Pemeriksaan oftalmoskopi : mengkaji struktur internal okuler, mencatat atropi

lepeng optik, papiledema, pendarahan retina,dan mikroaneurisme. Dilatasi dan pemeriksaan belahan-lampu memastikan diagnosa katarak. 6. Darah lengkap, laju sedimentasi (LED) : menunjukan anemia sistemik/ infeksi.

EKG, kolestrol serum, dan pemeriksaan lipid : dilakukan untuk memastikan arterosklerosis, PAK. 7. Test toleransi glaukosa/ FBS : menentukan adanya/kontrol diabetes.

H. Penatalaksanaan

Tidak ada terapi obat untuk katarak, dan tak dapat diambil dengan pembesaran laser. Namun, masih terus dilakukan penelitian mengenai kemajuan prosedur laser baru yang dapat digunakan untuk mencairkan lensa sebelum dilakukan pengisapan keluar melalui kanula (Pokalo, 1992). Bila penglihatan dapat dikoreksi dengan dilator pupil dan reflaksi kuat sampai titik dimana pasien melakukan aktivitas hidup sehari-hari, maka penanganan biasanya konservatif. pentingnya di kaji efek katarak terhadap kehidupan sehari-hari pasien. Mengkaji derajat gangguan fungsi sehari-hari, seperti berdandan, ambulasi, aktifitas rekreasi, menyetir mobil, dan kemampuan bekerja, sangat penting untuk menentukkan terapi mana yang paling cocok bagi masing-masing penderita. Pembedahan diindikasikan bagi mereka yang memerlukan penglihatan akut untuk berkerja ataupun keamanan. Biasanya diindikasikan bila koreksi tajam penglihatan yang terbaik dapat dicapai adalah 20/50 atau lebih buruk lagi, bila pandangan tajam mempengaruhi keamanan atau kwalitas hidup, atau bila virsualisasi segmen posterior sangat perlu mengevalusi perkembangan berbagi penyakit retina atau saraf optikus, seperti pada diabetes dan glaukoma. Pembedahan katarak adalah pembedahan yang sering dilakukan pada orang berusia lebih dari 65. masa kini, katarak paling sering diangkat dengan anestesia lokal berdasar pasien rawat jalan, meskipun pasien perlu dirawat bila ada indikasi medis. Keberhasilan pengembalian penglihatan yang bermanfaat dapat dicapai pada 95% pasien.

Pengamblian keputusan untuk menjalani pembedahan sangat individual sifatnya. Dukungan finansial dan psikososial dan konsekuensi pembedahan harus dievaluasi, karena sangat penting untuk penatalaksanaan pasien pasca operasi. Kebanyakan operasi dilakukan dengan anestesi lokal (retrobulbar atau peribulbar), yang dapat mengimobilisasi mata. Obat penghilang cemas dapat diberikan untuk mengatasi perasaan klaustreofobia sehubungan dengan graping bedah. Anestesi umum diperlukan bagi yang tidak bisa menerima anestesi lokal, yang tidak mampu bekerjasama dengan alasan fisik atau psikologis, atau yang tidak berespon terhadap anestesi lokal. Ada dua macam teknik pembedahan tersedia untuk pengangkatan katarak: ekstrasi intrakapsuler dan ekstrakapsuler. Indikasi intervensi bedah adalah hilangnya penglihatan yang mempengaruhi aktivitas normal pasien atau katarak yang menyebabakan glaukoma atau mempengaruhi diagnosis dan terapi gangguan okuler lain, seperti retinopatidiabetika.

I. Komplikasi Ambliopia sensori, penyulit yang terjadi berupa : visus tidak akan mencapai 5/5. Komplikasi yang terjadi : nistagmus dan strabismus dan bila katarak dibiarkan maka akan mengganggu penglihatan dan akan menimbulkan komplikasi berupa glukoma dan uveitis.

J. Asuhan Keperawatan A. Pengkajian Pengkajian yang dapat dilakukan pada klien dengan katarak adalah 1. Identitas Nama Usia Jenis kelamin Alamat : Tn./Ny./ An : Bisa terjadi pada semua umur : laki-laki dan perempuan :

Dan keterangan lain mengenai identitas pasien. Pada katarak kongenital biasanya terlihat pada usia dibawah 1 tahun, sedangkan pasien dengan katarak juvenile terjadi pada usia <40

tahun, pasien dengan katarak persenil terjadi pada usia sesudah 30 40 tahun,dan pasien dengan katarak senilis terjadi pada usia >40 tahun.

2. Keluhan utama: Penglihatan kabur Persepsi warna turun Diplopia dan visus menurun Ada hailo Penglihatan memburuk pada siang hari/silau Mata basah

Perawat harus menentukan apakah masalahnya hanya mengenai satu atau dua mata dan berapa lama pasien sudah menderita kelainan ini. 3. Riwayat penyakit dahulu Akibat trauma Akibat radasi Penggunaan kortikosteroid yang lama Kelainan congenital Adanya riwayat penyakit sistemik yang dimiliki oleh pasien seperti DM, hipertensi,

pembedahan mata sebelumnya , dan penyakit metabolic lainya yang memicu resiko katarak.

4. Riwayat penyakit sekarang Penglihatan kabur Persepsi warna turun Diplopia dan visus menurun Ada hailo Penglihatan memburuk pada siang hari Merupakan penjelasan dari keluhan utama.

5. Riwayat keluarga Katarak bisa karena kongenital Adanya riwayat kelainan mata famili derajat pertama.

B. Data Dasar Pengkajian

1. -

Aktifitas/istirahat : perubahan aktivitas biasanya/hobi sehubungan dengan

Gejala

gangguan penglihatan. 2. Makanan/cairan Gejala : muntah/mual (glaukoma akut ).

3.

Neurosensori menyebabkan silau dengan

Gejala

: gangguan penglihatan (kabur/tak jelas), sinar terang

kehilangan bertahap penglihatan perifer, kesulitan memfokuskan kerja dengan dekat/ merasa di ruang gelap (katarak). Penglihatan berawan/kabur, tampak lingkaran cahaya/ pelangi sekitar sinar, kehilangan penglihatan perifer, fotopobia (glaukoma akut ). Perubahan kacamata/ pengobatan tidak memperbaiki penglihatan. : tampak kecoklatan atau putih susu pada pupil ( katarak ). Pupil menyempit dan merah/mata keras dengan kornea berawan ( glaukoma darurat ). Peningkatan air mata.

Tanda

4. Nyeri/ketidaknyamanan : ketidaknyamanan ringan/ mata berair (glaukoma kronis). Nyeri tiba-tiba/ berat menetap atau tekanan pada sekitar mata,sakit kepala (glaukoma akut).

Gejala

5. -

Penyuluhan/ pembelajaran : Riwayat keluarga glaukoma, diabetes, gangguan sistem

Gejala

vaskuler. Riwayat stres, alergi, gangguan vasomotor,(contoh peningkatan tekanan vena ), ketidakseimbangan endokrin, diabetes (glaukoma). Terpajan pada radiasi, steroid/toksisitas fenotiazin.

C. C Diagnosa Keperawatan Pre operasi :

Cemas berhubunan dengan kurang pengetahuan prosedur operasi katarak Intra operasi : Nyeri berhubungan tindakan operasi Pasca operasi : Resiko tinggi infeksi berhubungan peradangan luka post operasi

D. Intervensi Keperawatan Diagnosa Cemas berhubungan dengan kurang pengetahuan dan informasi pre operasi katarak Tujuan Cemas berkurang setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 10 menit dengan kriteria hasil: -pasien tenang dan rileks. -dapat mengunkapkan penyebab kecemasan. - pasien mampu menontrol kecemasan. - pasien dapat menjelaskan tentang tindakan operasi. Intervensi kaji tingkat kecemasan pasien,ukur tanda-tanda vital berikan informasi yang dibutuhkan pasien sebelum dilakukan tindakan pembedahan. - berikan teknik relaksasi serta suport mental yang melibatkan unsur-usur religi. - berikan kesempatan pasien untuk mengungkapkan perasaannya sebelum operasi. Rasional -kemungkinan peningkatan tekanan darah dan denyut nadi dengan disertai napas dangkal dan tidak teratur menunjukkan manifestasi cemas pada pasien. - informasi yang adekuat dan peyampaian yang baik akan mengubah persepsi dan pola pikir pasien. - pasien mampu mengontrol tingkat emosi dan kecemasannya, dengan mencoba beberapa teknik napas yang teratur, serta ketenangan jiwa yang berpengaruh terhadap tingkat emosi dan kecemasan. - meningkatkan relaksasi dan koping dapat menurunkan TIO ( tekanan intra okuli ).

- anjurkan untuk menggunakan

teknik manajemen relaksasi, guide imageri, visualisasi, dan napas dalam. - diskusikan pentinnya cuci tangan sebelum menyentuh atau mengobati mata. - tunjukan teknik yang tepat untuk membersihkan mata dari dalam keluar dengan tisu basah/ bola kapas untuk tiap usapan, anti balutan dan masukkan lensa kontak keitika menggunakan

- menurunkan jumlah bakteri pada tangan, mencegah kontaminasi area operasi.

Nyeri berhubungan dengan tindakan operasi

Nyeri berkurang setelah dilakukan tindakan keparawatn selama 5 menit dengan. kriteria hasil: - pasien menatakan nyeri berkurang. - wajah pasien kelihatan relaks.

- tekankan untuk tidak menyentuh atau menggaruk mata yang dioperasi.

- teknik aseptik menurunkan resiko penyebaran bakteri dan kontaminasi silang. - mencegah kontaminasi dan kerusakan sisi operasi

Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan peradangan luka operasi

- tidak terjadi infeksi selama dilakukan tindakan keperawatan

- observasi/ diskusikan tanda terjadinya infeksi contoh kemerahan, kelopak bekak, drainase purulen.

- infeksi mata terjadi 2-3 hari setelah prosedur dan memerlukan upaya intervensi.

E. Implementasi Melaksanakan tindakan sesuai dengan intervensi yang telah direncanakan dan dilakukan sesuai dengan kebutuhan klien/pasien dan tergantung pada kondisinya. Sasaran utama pasien meliputi peredaan nyeri, mengontrol ansietas, pencegahan deteriosasi visual yang lebih berat , pemahaman dan penerimaan penanganan, pemenuhan aktivitas perawatan diri, termasuk pemberian obat, pencegahan isolasi sosial, dan tanpa komplikasi.

F.

Evaluasi

Melakukan pengkajian kembali untuk mengetahui apakah semua tindakan yang telah dilakukan dapat memberikan perbaikan status kesehatan terhadap klien. Hasil yang diharapkan 1. 2. 3. 4. :

Mengalami peredaan nyeri. Tampak tenang dan bebas dari ansietas. Menghadapi keterbatasan dalam persepsi sensori.

Menerima program penanganan dan menjalankan anjuran secara aman dan tepat. 5. 6. Mempraktikan aktifitas perawatan diri secara efektif. Berpartisipasi dalam aktifitas diversional dan sosial.

7.

Mengucapkan pemahaman program terapi, perawatan tindak lajut, dan kunjungan ke dokter.

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan

Katarak adalah suatu keadaan patologik lensa di mana lensa rnenjadi keruh akibat hidrasi cairan lensa, atau denaturasi protein lensa. Kekeruhan ini terjadi akibat gangguan metabolisme normal lensa yang dapat timbul pada berbagai usia tertentu. Macam-macam katarak : 1. Katarak Kongenital 2. Katarak Senile 3. Katarak Juvenile 4. Katarak komplikata 5. Katarak diabetika Katarak juga dapat disebabkan oleh beberapa faktor risiko lain, seperti: 1. Katarak traumatik yang disebabkan oleh riwayat trauma/cedera pada mata. 2. Katarak sekunder yang disebabkan oleh penyakit lain, seperti: penyakit/gangguan metabolisme, proses peradangan pada mata, atau diabetes melitus. 3. Katarak yang disebabkan oleh paparan sinar radiasi. 4. Katarak yang disebabkan oleh penggunaan obat-obatan jangka panjang, seperti kortikosteroid dan obat penurun kolesterol. 5. Katarak kongenital yang dipengaruhi oleh faktor genetik (Admin,2009).

Diagnosa Keperawatan : Pre operasi Intra operasi : Cemas berhubunan dengan kurang pengetahuan prosedur operasi katarak : Nyeri berhubungan tindakan operasi Pasca operasi : Resiko tinggi infeksi berhubungan peradangan luka post operasi

DAFTAR PUSTAKA

1.

Arif Mansjoer,dkk.(1999). Kapita Selekta Kedokteran. Media Aesculapius Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia : Jakarta

2. Barbara C, Long.(1996). Perawatan medikal bedah. EGC : Jakarta

3. Brunner dan Suddarth.(2001).Keperawatan Medikal Bedah Vol. 3. EGC : Jakarta 4. Corwin, J Elizabeth.(2000). buku saku patofisiologi. EGC : Jakarta 5. Darling,H Vera dan Thorpe, R Margaret. (1996) Perawatan Mata. Yayasan Essentia Medica dan Andi : Yogyakarta 6. Doenges, E. Marilynn. (1999). Rencana Asuhan Keperawatan. Edisi 3.EGC : Jakarta 7. Dorland. (1998).Kamus Saku Kedokteran Dorland.Edisi 25. EGC : Jakarta 8. Ilyas Sidarta, dkk.(2008). Sari Ilmu Penyakit Mata. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia : Jakarta 9. Juall Lyanda Carepnito.(2000). Buku Saku Diagnosa Keperawatan edisi 8. EGC: Jakarta 10. N, Indriana Istiqomah.(2004). Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Mata. EGC : Jakarta 11. Pearce C, Evelyn.(2009). Anatomi dan fisiologi. Gramedia : Jakarta 12. Smeltzer, Suzanne C.(2001). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. EGC : Jakarta Anonim, 2013/05. http://debyrahmad.blogspot.com/

S-ar putea să vă placă și