Sunteți pe pagina 1din 5

PEDOMAN PELAYANAN MEDIK DEMAM TIFOID

Oleh: dr. Nita Damayanti S.

Pembimbing: dr. Rahmawati, MARS dr. Yulfa Roza

RSUD AHMAD DARWIS SULIKI KABUPATEN LIMA PULUH KOTA 2013

A. DEFINISI Demam tifoid ialah penyakit infeksi akut yang biasanya terdapat pada saluran pencernaan (usus halus) dengan gejala demam satu minggu atau lebih disertai gangguan pada saluran pencernaan dan dengan atau tanpa gangguan kesadaran. B. ETIOLOGI Etiologi demam tifoid dan demam paratifoid adalah S. typhi, S. paratyphi A, S. paratyphi B (S. Schotmuelleri) dan S. paratyphi C (S. Hirschfeldii). Merupakan suatu bakteri gram negatif C. GEJALA KLINIS Ggejala demam tifoid bervariasi, secara garis :

Demam satu minggu atau lebih. Demam naik bertahap setiap hari terutama
malam hari (stepladdertemperature chart)

Gangguan saluran pencernaan (diare, mual, muntah, konstipasi) Dapat disertai dengan atau tidak gangguan kesadaran
Pada pemeriksaan fisik dijumpai : Demam Tampak sakit sedang hingga berat, dan pada keadaaan berat bisa disertai penurunan kesadaran Bradikardi relatif Coated tounge Meteorismus, hepatomegali maupun splenomegali

D. PEMERIKSAAN PENUNJANG 1. Pemeriksaan darah tepi Dapat disertai anemia normokrom normositer, yang diduga karena efek toksik supresi sumsum tulang atau perdarahan usus. Tidak selalu ditemukan leukopenia. Dapat pula leukositosis, terutama bila disertai komplikasi lain. SGOT dan SGPT seringkali meningkat tetapi tidak memerlukan penanganan khusus. 2. Uji serologis Uji Widal : Apabila titer O aglutinin sekali periksa 1/160 atau pada titer sepasang terjadi kenaikan 4 kali maka diagnosis demam tifoid dapat ditegakkan

3. Pemeriksaan bakteriologis dengan isolasi dan biakan kuman Diagnosis pasti demam tifoid dapat ditegakkan bila ditemukan bakteri S. typhi dalam biakan dari darah, urine, feses, sumsum tulang, cairan duodenum atau dari rose spots. E. DIAGNOSIS Diagnosis ditegakkan dari anamnesis, pemeriksaaan fisik dan pemeriksaan penunjang. Diagnosis pasti jika didapatkan biakan Salmonela thypi dari spesisimen yang diambial dari tubuh pasien. F. KOMPLIKASI Komplikasi yang dapat terjadi antara lain perdarahan dan perforasi

gastrointestinal, hepatitis, syok septik, pneumonia, endokarditis, karier tifoid dan abses intestinal. Beberapa pemeriksaan tambahan yang perlu dilakukan jika dicurigai komplikasi antara lain : USG, foto thoraks, foto abdomen, fungsi hati, kultur tinja. G. Tata laksana Demam tifoid

Non farmakologik

Farmakologik

Tirah baring

Penatalaksanaan diet

Antibiotik

Simtomatik

A. Tirah Baring Tirah baring total dilakukan hingga minimal 7 hari bebas Mobilisasi bertahap sesuai dengan pulihnya kekuatan pasien

Pasien dengan kesadaran menurun, posisi tubuh harus diubah-ubah pada waktuwaktu tertentu untuk menghindari komplikasi pneumonia hipostatik dan dekubitus

B. Penatalaksanaan Diet Makanan yang cukup cairan, kalori, vitamin & protein. Tidak mengandung banyak serat. Tidak merangsang dan tidak menimbulkan banyak gas. Makanan lunak diberikan selama tirah baring total (7 hari bebas demam), kemudian mulai diganti ke makanan biasa. Makanan dengan rendah serat bertujuan untuk memberikan makanan sesuai kebutuhan gizi yang sedikit mungkin meninggalkan sisa sehingga

dapat membatasi volume feses, dan tidak merangsang saluran cerna. C. Antibiotik Chloramphenicol. Dosis yang diberikan untuk anak- anak dan dewasa 50-100 mg/kg/hari dibagi menjadi 4 dosi. untuk pemberian intravena biasanya cukup 50 mg/kg/hari. Diberikan selama 10-14 hari atau sampai 7 hari setelah demam turun. Pada kasus malnutrisi atau didapatkan infeksi sekunder pengobatan diperpanjang sampai 21 hari. Cotrimoxazole, merupakan gabungan dari 2 jenis antibiotika trimetoprim dan sulfametoxazole dengan perbandingan 1:5. Dosis untuk dewasa adalah 2x2 tablet per hari selama 7 hari bebas demam Ampicillin dan Amoxicillin, memiliki kemampuan yang lebih rendah

dibandingkan dengan chloramphenicol dan cotrimoxazole. Namun untuk anakanak golongan obat ini cenderung lebih aman dan cukup efektif. Dosis yang diberikan adalah 75-150mg/kg/hari sampai 7 hari bebas demam Sefalosporin generasi ketiga (Ceftriaxone, Cefotaxim, Cefixime), merupakan pilihan ketiga namun efektifitasnya setara atau bahkan lebih dari

Chloramphenicol dan Cotrimoxazole serta lebih sensitive terhadap Salmonella typhi. Ceftriaxone merupakan prototipnya dengan dosis 100 mg/kg/hari IVdibagi dalam 1-2 dosis (maksimal 4 gram/hari) selama 5-7 hari. Atau dapat diberikan cefotaxim 150-200 mg/kg/hari dibagi dalam 3-4 dosis. Bila mampu untuk sediaan Per oral dapat diberikan Cefixime 10-15 mg/kg/hari selama 10 hari.

Pada demam tifoid berat kasus berat seperti delirium, stupor, koma sampai syok dapat diberikan kortikosteroid IV (dexametasone) 3 mg/kg dalam 30 menit untuk dosis awal, dilanjutkan 1 mg/kg tiap 6 jam sampai 48 jam.

D. Simtomatik Berikan Parasetamol 4 x500 mg selama pasien demam, Sedapat mungkin untuk menghindari aspirin dan turunannya karena mempunyai efek mengiritasi saluran cerna dengan keadaan saluran cerna yang masih rentan kemungkinan untuk diperberat keadaannya sangatlah mungkin. Berikan anti emetika jika terdapat mual dan muntah seperti metoclopramid ataupun ondansentron dengan frekuensi pemberian bergantung beratnya mual dan muntah. Berikan obat-obat untuk mengurangi rasa tidak nyaman di lambung seperti antasida, anti histamin 2 ataupun proton pump inhibitor. Batasi penggunaan laksansia pada keluhan konstipasi.

S-ar putea să vă placă și