Sunteți pe pagina 1din 19

1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Asuransi ialah suatu kemauan untuk menetapkan kerugian-kerugian
kecil (sedikit) yang pasti sebagai pengganti (substitusi) kerugian-kerugian
besar yang belum pasti. Dari perumusan tersebut di atas dapat ditarik
kesimpulan bahwa orang bersedia membayar kerugian yang sedikit untuk
masa sekarang agar bisa menghadapi kerugian besar yang mungkin terjadi
pada waktu mendatang.
Risiko dimasa datang dapat terjadi terhadap kehidupan sesorang
misalnya kematian, sakit atau resiko dipecat dari pekerjaannya. Dalam
dunia bisnis resiko yang dihadapi dapat berupa resiko kerugian akibat
kebakaran, kerusakan atau kehilangan atau resiko lainnya. Oleh karena itu
setiap risiko yang akan dihadapi harus ditanggulangi sehingga tidak
menimbulkan kerugian yang lebih besar lagi.
Untuk mengurangi risiko yang tidak diinginkan dimasa yang akan
datang, seperti risiko kehilangan, risiko kebakaran, risiko macetnya
pinjaman kredit bank atau resiko lainnya, maka diperlukan perusahaan
yang mau menanggung risiko tersebut. Adalah perusahaan asuransi yang
mau menanggung risiko yang bakal dihadapi nasabahnya baik perorangan
maupun badan usaha. Hal ini disebabkan perusahaan asuransi merupakan
perusahaan yang melakukan usaha pertanggung jawaban terhadap risiko
yang akan dihadapi oleh nasabahnya.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka dapat rumusan
masalah dalam makalah ini adalah sebagai berikut.
1. Apakah pengertian dari asuransi?
2. Apa sajakah manfaat dari asuransi?
3. Bagaimanakah prinsip dari asuransi?
4. Bagaimanakah pois dan premi asuransi?
2

5. Apa sajakah jenis risiko dan ketidakpastian dalam asuransi?
6. Bagaimanakah cara penanganan risiko dalam asuransi?
7. Apa sajakah jenis usaha perasuransian?
8. Bagaimanakah masalah manajemen bisnis asuransi di Indonesia?


3

BAB II
KAJIAN TEORI

A. Pengertian Asuransi
Istilah asuransi di Indonesia berasal dari kata Belanda, assurantie
yang kemudian menjadi asuransi dalam Bahasa Indonesia. Namun,
istilah assurantie itu sendiri sebenarnya bukanlah istilah asli Bahasa
Belanda akan tetapi berasal dari Bahasa Latin yaitu assecurare yang
berarti meyakinkan orang. Kata ini kemudian dikenal dalam Bahasa
Perancis sebagai assurance. Demikian pula dengan istilah assuradeur
yang berarti penanggung dan geassureerde yang berarti tertanggung,
keduanya berasal dari perbendaharaan Bahasa Belanda. Sedangkan dalam
Bahasa Inggris, istilah pertanggungan dapat diterjemahkan menjadi
insurance dan assurance. Kedua istilah ini sebenarnya memiliki
pengertian yang berbeda, insurance mengandung arti menanggung
sesuatu yang mungkin atau tidak mungkin terjadi, sedangkan assurance
berarti menanggung sesuatu yang pasti terjadi. Istilah assurance lebih
lanjut dikaitkan dengan pertanggungan yang berkaitan dengan masalah
jiwa seseorang (Siamat: 2005).
Pengertian asuransi menurut Kitab Undang-undang Hukum Dagang
Pasal 246: Asuransi atau pertanggungan adalah suatu perjanjian,
dengan mana seseorang penanggung mengikatkan diri kepada seorang
tertanggung, dengan menerima suatu premi untuk memberikan
penggantian kepadanya karena suatu kerugian, kerusakan, atau
kehilangan keuntungan yang diharapkan, yang mungkin terjadi karena
suatu peristiwa tak tertentu(Siamat: 2005).
Pengertian asuransi menurut Undang-undang No. 2 Tahun 1992
tentang Usaha Perasuransian: Asuransi atau pertanggungan adalah
perjanjian antara dua pihak atau lebih, dengan mana pihak penanggung
mengikatkan diri kepada tertanggung, dengan menerima premi asuransi,
untuk memberikan penggantian kepada tertanggung karena kerugian,
kerusakan atau kehilangan keuntungan yang diharapkan, atau tanggung
4

jawab hukum kepada pihak ketiga yang mungkin akan diderita
tertanggung, yang timbul dari suatu peristiwa yang tidak pasti, atau untuk
memberikan suatu pembayaran yang didasarkan atas meninggal atau
hidupnya seseorang yang dipertanggungkan (Siamat: 2005).
Usaha asuransi adalah suatu mekanisme yang memberikan
perlindungan pada tertanggung apabila terjadi risiko di masa mendatang.
Apabila risiko tersebut benar-benar terjadi, pihak tertanggung akan
mendapatkan ganti rugi sebesar nilai yang diperjanjikan antara
penanggung dan tertanggung. Mekanisme perlindungan ini sangat
dibutuhkan dalam dunia bisnis yang penuh dengan risiko (Budisantoso &
Triandaru: 2006).
B. Manfaat Asuransi
Pada dasarnya asuransi dapat memberikan manfaat bagi tertanggung
antara lain (Budisantoso & Triandaru: 2006):
Rasa aman dan perlindungan.
Polis asuransi yang dimiliki oleh tertanggung akan memberikan
rasa aman dari risiko atau kerugian yang mungkin timbul. Kalau
risiko atau kerugian tersebut benar-benar terjadi, pihak tertanggung
(insured) berhak atas nilai kerugian sebesar nilai polis atau
ditentukan berdasarkan perjanjian antara tertanggung dan
penanggung.
Pendistribusian biaya dan manfaat yang lebih adil
Prinsip keadilan diperhitungkan dengan matang untuk menentukan
nilai pertanggungan dan premi yang harus ditanggung oleh
pemegang polis secara periodik dengan memperhatikan secara
cermat faktor-faktor yang berpengaruh besar dalam asuransi
tersebut. Untuk mendapatkan nilai pertanggungan, pihak
penanggung sudah membuat kalkulasi yang tidak merugikan kedua
belah pihak. Semakin besar nilai pertanggungan semakin besar pula
premi periodik yang harus dibayar oleh tertanggung.
Polis asuransi dapat dijadikan sebagai jaminan untuk
memperoleh kredit
5

Berfungsi sebagai tabungan dan sumber pendapatan
Premi yang dibayarkan setiap periode memiliki substansi yang
sama dengan tabungan. Pihak penanggung juga memperhitungkan
bunga atas premi yang dibayarkan dan juga bonus (sesuai dengan
perjanjian dari kedua belah pihak) .
Alat penyebaran risiko
Risiko yang seharusnya ditanggung oleh tertanggung ikut
dibebankan juga pada penanggung dengan imbalan sejumlah premi
tertentu yang didasarkan atas nilai pertanggungan.
Membantu meningkatkan kegiatan usaha
Investasi yang dilakukan oleh para investor dibebani dengan risiko
kerugian yang bisa diakibatkan oleh berbagai macam sebab
(pencurian, kebakaran, kecelakaan, dan lain sebagainya).

C. Prinsip Asuransi
Berikut ini adalah beberapa prinsip asuransi (Budisantoso &
Triandaru: 2006).
1. Insurable Interest: adalah hak berdasarkan hukum untuk
mempertanggungjawabkan suatu risiko yang berkaitan dengan
keuangan, yang diakui sah secara hukum antara tertanggung
dengan sesuatu yang dipertanggungkan. Ada beberapa syarat
untuk memenuhi kriteria insurable interest, yaitu.
Kerugian Tidak Dapat Diperkirakan: kerugian harus dapat
diukur, selanjutnya kemungkinan tersebut tidak dapat
diperkirakan terjadinya.
Kewajaran: benda atau harta yang memiliki nilai material
baik bagi penanggung maupun penanggung.
Catastropic: risiko yang mungkin terjadi haruslah tidak
akan menimbulkan suatu kemungkinan rugi yang sangat
besar.
Homogen: barang atau harta yang akan dipertanggungkan
berarti banyak barang yang serupa atau sejenis.
6

2. Itikad Baik (Utmost Good Faith): dalam melakukan kontrak
asuransi, kedua belah pihak dilandasi oleh itikad baik (utmost
good faith). Pihak penanggung perlu menjelaskan secara lengkap
hak dan kewajibannya selama masa asuransi. Selain itu yang
sangat perlu diperhatikan adalah perlakuan dari penanggung pada
saat benar-benar ada risiko yang menimpa tertanggung. Pihak
penanggung harus konsisten terhadap hak dan kewajiban yang
pernah disampaikan pada tertanggung dan dicantumkan dalam
kontrak (polis). Kewajiban dari kedua belah pihak untuk
mengungkapkan fakta disebut duty of disclosure. Faktor-faktor
yang melanggar prinsip duty of disclosure adalah:
Nondisclosure: adanya data-data penting yang tidak
diungkapkan sehingga menyalahi utmost good faith.
Concealment: secara sengaja melakukan kebohongan dan
tidak mengungkapkan fakta penting.
Fraudulent Misrepresentation: sengaja memberikan
gambaran yang tidak cocok dengan kondisi riil.
Innocent Misrepresentation: secara tidak sengaja memberi
gambaran yang salah yang memiliki pengaruh besar dalam
proses asuransi.
3. Indemnity: adalah mekanisme penanggung untuk mengompensasi
risiko yang menimpa tertanggung dengan ganti rugi finansial.
Prinsip indemnity tidak dapat dilaksanakan dalam asuransi
kecelakaan dan kematian. Indemnity dapat dilakukan dengan
beberapa cara; pembayaran tunai, penggantian, perbaikan, dan
pembangunan kembali.
4. Proximate Cause: adalah suatu sebab akibat, efisien yang
mengakibatkan terjadinya suatu peristiwa secara berantai atau
berurutan tanpa intervensi suatu ketentuan lain, diawali dan
bekerja dengan aktif dari suatu sumber baru dan independen.
5. Subrogation: pada prinsipnya merupakan hak penanggung yang
telah memberikan ganti rugi kepada tertanggung untuk menuntut
7

pihak lain yang mengakibatkan kepentingan asuransinya
mengalami suatu peristiwa kerugian. Dengan prinsip ini,
tertanggung tidak mungkin menerima ganti rugi yang lebih besar
dari kerugian yang dideritanya.
6. Kontribusi: merupakan salah satu akibat wajar dari prinsip
indemnity yaitu, bahwa penanggung berhak mengajak
penanggung-penanggung lain yang memiliki kepentingan yang
sama untuk ikut bersama membayar ganti rugi kepada seorang
tertanggung meskipun jumlah tanggungan masing-masing belum
tentu sama besar.
D. Polis dan Premi Asuransi
Untuk setiap perjanjian perlu dibuat bukti tertulis atau surat perjanjian
asuransi yang disebut polis. Ditinjau dari jangka waktu berlakunya polis,
pada hakikatnya hanya ada dua macam polis, yaitu polis perjalanan dan
polis waktu. Polis asuransi jiwa termasuk polis waktu (jangka panjang).
Berbagai macam polis yang ada saat ini merupakan variasi dari kedua
macam polis tersebut.
Isi polis dan syarat-syarat pertanggungan pada umumnya disusun
sendiri oleh masing-masing penanggung (perusahaan asuransi), sehingga,
di dalam praktik, bisa saja terdapat perbedaan isi dan syarat-syarat
pertanggungan antara penanggung yang satu dan penanggung yang lain
untuk jenis asuransi yang sama.
Banyak penanggung menyusun isi dan syarat-syarat pertanggungan
yang digunakan dengan berpedoman kepada polis-polis yang luas
digunakan, seperti polis Lloyds atau menggunkana polis-polis bursa.
Untuk asuransi pengangkutan laut, yang luas digunakan adalah turunan
dari S.G. Policy.
Berbagai macam polis mempunyai isi yang berbeda-beda, sesuai
dengan jenis masing-masing. Isi polis perjalanan (voyage policy) tentu
berbeda dari isi polis waktu (time policy). Isi polis asuransi jiwa tentu
berbeda dari isi polis asuransi kerugian. Isi polis perjalanan barang tentu
berbeda dari isi polis kendaraan bermotor. Isi polis perjalanan barang
8

tentu berbeda dari isi polis perjalanan kapal walaupun sama-sama polis
perjalanan.
Fungsi umum polis adalah sebagai berikut:
Sebagai perjanjian pertanggungan.
Sebagai bukti jaminan dari penanggung kepada tertanggung
untuk mengganti kerugian yang mungkin dialami oleh
tertanggung akibat peristiwa yang tidak diduga sebelumnya
dengan prinsip sebagai berikut.
a) Untuk mengembalikan tertanggung kepada kedudukannya
semula sebelum mengalami kerugian.
b) Untuk menghindarkan tertanggung dari kebangkrutan.
c) Sebagai bukti pembayaran premi asuransi oleh tertanggung
kepada penanggung sebagai balas jasa atas jaminan
penanggung.
Fungsi polis bagi tertanggung adalah sebagai berikut.
Sebagai bukti tertulis atas jaminan penanggung untuk mengganti
kerugian yang mungkin dideritanya yang ditanggung oleh polis.
Sebagai bukti pembayaran premi kepada penanggung.
Sebagai bukti otentik untuk menuntut penanggung bila lalai atau
tidak memenuhi jaminannya.
Fungsi polis bagi penanggung adalah sebagai berikut.
Sebagai bukti atau tanda terima premi asuransi dari tertanggung.
Sebagai bukti tertulis atas jaminan yang diberikannya kepada
tertanggung untuk membayar ganti rugi yang mungkin diderita
oleh tertanggung.
Sebagai bukti otentik untuk menolak tuntutan ganti rugi atau
klaim bila yang menyebabkan kerugian tidak memenuhi syarat-
syarat polis.
Menurut pengertian umum, premi adalah sesuatu yang diberikan
sebagai hadiah, sumbangan, atau sesuatu yang dibayar sebagai tambahan
(ekstra) perangsang. Premi asuransi memuat hal-hal sebagai berikut.
1. Nomor polis.
9

2. Nama dan alamat tertanggung.
3. Uraian risiko.
4. Jumlah pertanggungan.
5. Jangka waktu pertanggungan.
6. Besar premi, bea materai, dan lain-lain.
7. Bahaya-bahaya yang dijamin.
8. Khusus untuk polis pertanggungan kendaraan bermotor ditambah
dengan nomor polisi, nomor rangka atau chasis, dan nomor mesin
kendaraan.
E. Jenis Risiko dan Ketidakpastian
Risiko dalam industri perasuransian diartikan sebagai ketidakpastian
dari kerugian finansial atau kemungkinan terjadi kerugian. Ketidakpastian
dan peluang kerugian ini dapat disebabkan oleh berbagai macam hal,
diantaranya; ketidakpastian ekonomis, ketidakpastian berkaitan dengan
alam, ketidakpastian terjadinya perang, pembunuhan, pencurian, dll.
Dalam usaha perasuransian, sudah dilakukan pemilahan risiko.
Pemilahan ini dimaksudkan agar dapat dilakukan secara tepat identifikasi
terhadap risiko yang akan diangkat dalam perjanjian asuransi. Berikut
jenis-jenis risiko (Budisantoso & Triandaru: 2006).
1. Risiko Murni: suatu risiko yang apabila benar-benar terjadi akan
memberikan kerugian dan apabila tidak terjadi, tidak akan
menimbulkan kerugian, dan tidak juga memberikan keuntungan.
2. Risiko Spekulatif: berkaitan dengan terjadinya 2 kemungkinan,
yaitu kemungkinan untuk mendapatkan keuntungan dan
kemungkinan untuk mendapatkan kerugian.
3. Risiko Individu: risiko yang dihadapi dalam kegiatan hidup
sehari-hari. Risiko individu dapat dipilah menjadi 3 jenis, yaitu
risiko pribadi (personal risk), risiko harta (property risk), risiko
tanggung gugat (liability risk), risiko yang mungkin kita alami
atau derita sebagai tanggung jawab akibat kerugian atau lukanya
pihak lain.

10

F. Penanganan Risiko
Seperti yang telah disebutkan bahwa dalam kehidupan ini, banyak
sekali resiko yang mungkin terjadi dan tidak kita sadari. Oleh karena itu,
resiko pada prinsipnya senantiasa ada dan selalu bersama kita. Dalam
menangani resiko ini sekurang kurangnya ada lima cara yang dillakukan
yaitu.
1. Menghindari risiko (risk avoidance): Perlu mempertimbangkan
risiko yang mungkin muncul dari aktivitas yang akan dilakukan.
Setelah mengidentifikasikan risiko, orang dapat meneruskan
kegiatannya dapat juga menarik diri dari kegiatan yang akan
dilakukan. Dengan cara menarik diri, sebenarnya orang tersebut
sudah menghindari risiko.
2. Mengurangi risiko (risk reduction): Pengurangan resiko ini
dilakukan dengan dua cara. Pertama, mengurangi peluang
terjadinya kerugian. Kedua, mengurangi jumlah kerugian yang
mungkin terjadi.
3. Retensi risiko (risk retention): Berarti tidak melakukan apa-apa
terhadap risiko tersebut. Risiko tersebut dapat ditahan karena
secara ekonmis biasanya melibatkan jumlah yang kecil.
4. Membagi risiko (risk sharing): Membagi risiko melibatkan orang
lain untuk sama-sama menghadapi risiko.
5. Mentransfer risiko (risk transfering): Berarti memindahkan
risiko kerugian kepada pihak lain yang bersedia serta mampu
memikul beban resiko.
G. Jenis Usaha Perasuransian
Menurut UU No. 2 Tahun 1992 tentang usaha perasuransian, jenis usaha
perasuransian dibagi menjadi beberapa jenis.
1. Usaha Asuransi
a) Asuransi kerugian (nonlife insurance): Yaitu usaha yang
memberikan jasa-jasa dalam penanggulangan risiko atas
kerugian, kehilangan manfaat dan tanggung jawab hukum
kepada pihak ketiga yang timbul dari peristiwa yang tidak
11

pasti. Usaha asuransi ini dapat terbagi seperti; asuransi
kebakaran, asuransi pengangkutan, dan asuransi aneka.
b) Asuransi jiwa (life insurance): Adalah jasa yang diberikan
oleh perusahaan asuransi dalam penanggulangan risiko
yang berkaitan dengan jiwa atau meninggalnya seseorang
yang dipertanggungkan. Ruang lingkup usaha asuransi jiwa
dapat digolongkan menjadi tiga, yaitu.
Asuransi jiwa biasa (ordinary life insurance): polis
asuransi jiwa ini diterbitkan dalam suatu nilai
tertentu dengan premi yang dibayar secara periodik
(bulanan, semesteran, tahunan).
Asuransi jiwa kelompok (group life insurance):
biasanya dikeluarkan tanpa ada pemeriksaan medis
atas suatu kelompok orang di bawah satu polis induk
di mana masing-masing anggota kelompok
menerima sertifikat partisipasi.
Asuransi jiwa industrial (industrial life insurance):
dibuat dengan jumlah nominal tertentu. Premi
umumnya dibayar mingguan yang dibayarkan di
rumah pemilik polis kepada agen yang disebut debit
agen.
c) Reasuransi (reinsurance): adalah pertanggungan ulang
atau pertanggungan yang dipertanggungkan atau asuransi
dari asruansi. Reasuransi adalah suatu sistem penyebaran
risiko dimana penanggung menyebarkan seluruh atau
sebagian dari pertanggungan yang ditutupnya kepada
penanggung yang lain. Pihak tertanggung biasa disebut
sebagai ceding company dan yang menjadi penanggung
adalah reasuradur. Fungsi reasuransi adalah dapat
meningkatkan kapasitas akseptasi, dapat menjadi alat
penyebaran risiko, dapat meningkatkan stabilitas usaha,
dapat meningkatkan kepercayaan. Reasuransi dapat
12

dilakukan dengan berbagai cara. Mekanisme untuk
reasuransi anatra lain:
Treaty dan Facultative reinsurance: reasuradur
memberikan sejumlah pertanggungan yang
diinginkan dengan perjanjian kontrak dan reasuradur
harus menerima jumlah yang ditawarkan.
Reasuransi proporsional: pembagian risiko antara
ceding company dengan reasuradur dilakukan secara
proporsional berdasarkan jumlah retensi yang telah
ditetapkan.
Reasuransi nonproporsional: bentuk ini
memberikan kemungkinan bagi reasuradur untuk
tidak membayar klaim atau membayar klaim
terbatas jumlah yang ada dalam treaty.
2. Usaha Penunjang
Pialang asuransi: Usaha yang memberikan jasa
keperantaraan dalam penutupan asuransi dan penanganan
penyelesaian ganti rugi asuransi dengan bertindak untuk
kepentingan tertanggung.
Pialang reasuransi: usaha yang memberikan jasa
keperantaraan dalam penempatan reasuransi dan
penanganan penyelesaian ganti rugi reasuransi dewan
bertindak untuk kepentingan perusahaan asuransi.
Penilai kerugian asuransi: usaha yang memberikan jasa
penilaian terhadap kerugian pada objek asuransi yang
dipertanggungkan.
Konsultan aktuaria: usaha yang memberikan jasa konsultan
aktuaria.
Agen asuransi: pihak yang memberikan jasa keperantaraan
dalam rangka pemasaran jasa asuransi untuk dan atas nama
penanggung.

13

H. Masalah Manajemen Bisnis Asuransi di Indonesia
Masalah manajemen merupakan persoalan pokok bagi negara kita
sebagai suatu negara yang sedang berkembang. Maju mundurnya suatu
perusahaan asuransi tidak tergantung pada aktivitasnya saja (operation),
tetapi juga banyak dipengaruhi oleh soal-soal yang menyangkut
ketatalaksanaan (manajemen).
Bilamana kita lihat perusahaan asuransi umum yang ada di
Indonesia, maka problema yang dihadapi mencakup masalah internal dan
eksternal.
1. Masalah Internal
a. Lack of managerial skill, lack of modern administration.
b. Kurang latihan, pengalaman, skill, dan technical know-how.
c. Kurangnya tenaga kerja berkualitas, acceptable, dan
capable.
d. Kurang kesenangan bekerja disebabkan oleh rendahnya
tingkat upah serta biaya-biaya penghidupan yang meningkat
setiap harinya.
e. Persoalan tingkat tarif yang konstan (fixed), sedangkan
biaya-biaya asuransi meningkat terus.
2. Masalah Eksternal
a. Keadaan ekonomi yang tidak stabil, terutama membawa
pengaruh pada hasrat menabung serta melaksanakan
investment (fixed investment).
b. Karena pengaruh keadaan moneter dan kebijakan keuangan
pemerintah (perpajakan).
c. Aspek undang-undang serta bertambah besarnya
pengawasan negara untuk campur tangan dalam
perusahaan-perusahaan asuransi (perusahaan-perusahaan
negara).


14

BAB III
KAJIAN EMPIRIS

A. Contoh Paparan Kasus Asuransi
Berikut adalah cuplikan berita mengenai masalah asuransi.
Bisakah Meminta Kembali Uang Asuransi Kecelakaan Mobil?
Saya mengajukan sebuah pinjaman ke sebuah Bank untuk kekurangan
pembelian mobil, jaminan pinjaman adalah BPKB Mobil tersebut, uang
yang saya pinjam sejumlah 20 juta. Uang yang saya terima kurang dari
20 juta karena dipotong cicilan pertama dan Asuransi Kecelakaan
Mobil. Saat ini, cicilan saya terhadap Bank tersebut sudah lunas/selesai,
namun uang asuransi kecelakaan mobil tidak dikembalikan. Padahal
selama pinjaman tersebut berlangsung mobil saya tidak mengalami
kecelakaan. Apakah uang asuransi kecelakaan mobil tersebut adalah
hak saya, sehingga saya bisa memintanya terhadap Bank? Kalau ya
adakah dasar hukumnya? (HukumOnline: 2011).



15

BAB IV
PEMBAHASAN

Sebelum mengulas masalah diatas, di Indonesia pemerintah kurang
memberikan perhatian terhadap perasuransian di Indonesia. Hal tersebut terbukti
dengan kurangnya peraturan perundang-undangan yang mengatur tentang
perasuransian di Indonesia. Pemerintah kita lebih memfokuskan diri hanya sebatas
pada dunia usaha asuransi dibandingkan asuransi itu sendiri. Hingga kini, asuransi
diatur dalam Kitab Undang-undang Hukum Dagang (KUHD) yang merupakan
warisan Belanda.
Pada dasarnya, asuransi adalah bentuk lain dari suatu perjanjian antara
Tertanggung (dalam hal ini Saudara) dengan Perusahaan Penanggung (Perusahaan
Asuransi), sebagaimana diatur dalam Pasal 246 KUHD, yang menyatakan:
Asuransi atau pertanggungan adalah suatu perjanjian, dengan mana
seorang penanggung mengikatkan diri kepada seorang tertanggung,
dengan menerima suatu premi, untuk memberikan penggantian kepadanya
karena suatu kerugian, kerusakan atau kehilangan keuntungan yang
diharapkan, yang mungkin akan dideritanya karena suatu peristiwa yang
tak tertentu...
Dikarenakan Asuransi adalah suatu perjanjian oleh karena itu harus
dibuatkan secara tertulis dalam suatu akta yang dinamakan Polis, sebagaimana
diatur dalam Pasal 255 KUHD, yang menyatakan:
Suatu pertanggungan harus dibuat secara tertulis dalam suatu akta yang
dinamakan polis.
Adapun yang dapat dijadikan objek asuransi sebagaimana tercantum dalam
Pasal 1 ayat 2 UU No. 2 Tahun 1992 tentang Usaha Perasuransian, yang
menyatakan:
Obyek Asuransi adalah benda dan jasa, jiwa dan raga, kesehatan
manusia, tanggung jawab hukum, serta semua kepentingan lainnya yang
dapat hilang, rusak, rugi, dan atau berkurang nilainya.
Dalam Polis Asuransi harus memuat tentang kapan tutupnya (berakhirnya)
Asuransi antara Tertanggung dengan Penanggung, apa yang diasuransikan,
16

bahaya (risiko) yang akan ditanggung oleh si Penanggung terhadap barang yang
dipertanggungkan, jumlah uang yang akan diterima oleh si tertanggung dari si
penanggung apabila resiko (bahaya) terjadi di kemudian hari. Hal tersebut diatur
dalam Pasal 256 KUHD, yang menyatakan:
Setiap polis, kecuali yang mengenai suatu pertanggungan jiwa, harus
menyatakan :
1. Hari ditutupnya pertanggungan;
2. Nama orang yang menutup pertanggungan atas tanggung sendiri atau
atas tanggungan seorang ketiga;
3. Suatu uraian yang cukup jelas mengenai barang yang
dipertanggungkan;
4. Jumlah uang untuk berapa diadakan pertanggungan;
5. Bahaya-bahaya yang ditanggung oleh si penanggung;
6. Saat pada mana bahaya mulai berlaku untuk tangungan si penanggung
dan saat berakhirnya itu;
7. Premi pertanggungan tersebut, dan
8. Pada umumnya, semua keadaan yang dikira penting bagi si
penanggung untuk diketahui, dan segala syarat yang diperjanjikan
antara para pihak.
Polis tersebut harus ditandatangani oleh tiap-tiap penganggung.
Tujuan pertanggungan (asuransi) bagi si tertanggung bukan untuk mencari
keuntungan atau investasi juga tidak dapat dipersamakan dengan tabungan
(simpanan). Prinsip dasar dari Asuransi adalah untuk mengurangi beban risiko
kerugian atas suatu bahaya yang kemungkinan terjadi di kemudian hari. Atau
dengan kata lain membagi beban risiko kerugian atas suatu bahaya yang mungkin
terjadi di kemudian hari kepada pihak lain yakni Perusahaan Asuransi.
Dengan demikian, apabila bahaya atau risiko yang pertanggungkan tidak
terjadi hingga berakhirnya polis, maka si tertanggung tidak dapat menuntut
kembali premi yang sudah dibayarkan kepada si Penanggung. Karena perjanjian
yang dibuat secara sah berlaku sebagai undang-undang bagi para pihak yang
membuatnya (lihat Pasal 1338 KUH Perdata), maka sebaiknya yang
bersangkutan dengan masalah diatas membaca dengan teliti Polis Asuransi
17

tersebut. Apabila dalam polis tidak diatur hak untuk meminta kembali uang
pembayaran premi, maka secara hukum yang bersangkutan tidak dapat menuntut
kembali premi yang sudah dibayar atas asuransi tersebut.
Dasar Hukum:
1. Kitab Undang-Undang Hukum Dagang (Wetboek Van Koophandel
Voor Indonesie, Staatsblad tahun 1847 No. 43);
2. Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (Burgerlijk
Wetboek, Staatsblad1847 No. 23);
3. Undang-Undang No. 2 Tahun 1992 tentang Usaha Perasuransian


18

BAB V
PENUTUP
4.1 Simpulan
1) Asuransi atau pertanggungan adalah suatu perjanjian, dengan mana
seseorang penanggung mengikatkan diri kepada seorang tertanggung,
dengan menerima suatu premi untuk memberikan penggantian kepadanya
karena suatu kerugian.
2) Manfaat asuransi adalah rasa aman, pendistribusian biaya dan manfaat
lebih adil, berfungsi sebagai tabungan, alat penyebar risiko, membantu
meningkatkan kegiatan usaha.
3) Prinsip asuransi adalah Insurable Interest, Itikad Baik (Utmost Good
Faith), Indemnity, Proximate Cause, Subrogation, Kontribusi.
4) Polis adalah setiap perjanjian perlu dibuat bukti tertulis atau surat
perjanjian asuransi. Premi adalah sesuatu yang diberikan sebagai hadiah,
sumbangan, atau sesuatu yang dibayar sebagai tambahan (ekstra)
perangsang.
5) Jenis-jenis risiko antara lain seperti risiko murni, risiko spekulatif, risiko
individu.
6) Dalam menangani resiko ini sekurang kurangnya ada lima cara yang
dilakukan yaitu: menghindari risiko (risk avoidance), mengurangi risiko
(risk reduction), retensi risiko (risk retention), membagi risiko (risk
sharing), mentransfer risiko (risk transfering).
7) Jenis usaha perasuransian dibagi menjadi beberapa jenis, yaitu: usaha
asuransi (asuransi kerugian, asuransi jiwa, reasuransi), usaha penunjang
(Pialang asuransi, Pialang reasuransi, Penilai kerugian asuransi, Konsultan
aktuaria, Agen asuransi).
8) Masalah manajemen bisnis asuransi di Indonesia mencakup masalah
internal dan eksternal.
4.2 Saran
Ketika memilih perusahaan asuransi harus benar-benar diperhatikan pada
perjanjian awal yang disepakati, membaca dengan teliti polis asuransi
tersebut.
19

DAFTAR RUJUKAN
Budisantoso, T. & Triandaru, S. 2006. Bank dan Lembaga Keuangan Lain.
Jakarta: Salemba Empat.
Hukum Online. Bisakah Meminta Kembali Uang Asuransi Kecelakaan Mobil.
2011.(online).
(http://www.hukumonline.com/klinik/detail/lt4e02930a223e6/bisakah-
meminta-kembali-uang-asuransi-kecelakaan-mobil?), diakses pada tanggal 20
April 2014.
Siamat, Dahlan. 2005. Manajemen Lembaga Keuangan. Jakarta: Lembaga
Penerbit FE UI.
Simorangkir, O.P. 2004. Pengantar Lembaga Keuangan Bank dan Nonbank.
Bogor: Ghalia Indonesia.

S-ar putea să vă placă și