Sunteți pe pagina 1din 6

Keperawatan Maternitas/komplikasi persalinan

PRODI KEPERAWATAN
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
2013
DISTOSIA
Definisi
Distosia didefinisikan sebagai persalinan yang panjang, sulit, atau abnormal, ya
ng timbul akibat berbagai kondisi yang berhubungan dengan 5 faktor persalinan se
bagai berikut :
Persalinan disfungsional akibat kontraksi uterus yang tidak efektif atau akibat
upaya mengedan ibu (kekuatan/power)
Perubahan struktur pelvis (jalan lahir)
Sebab pada janin meliputi kelainan presentasi/kelainan posisi, bayi besar, dan j
umlah bayi
Posisi ibu selama persalinan dan melahirkan
Respons psikologis ibu terhadap persalinan yang berhubungan dengan pengalaman, p
ersiapan, budaya, serta sistem pendukung.
Etiologi
Klasifikasi Distosia
1. Persalinan Disfungsional (Distosia karena Kelainan Kekuatan)
Persalinan disfungsional : kontraksi uterus abnormal yang menghambat kemajuan di
latasi serviks normal, kemajuan pendataran/effacement (kekuatan primer), dan ata
u kemajuan penurunan (kekuatan sekunder).
Gilbert (2007) menyatakan beberapa faktor yang dicurigai dapat meningkatkan resi
ko terjadinya distosia uterus sebagai berikut:
Bentuk tubuh (berat badan yang berlebihan, pendek)
Kondisi uterus yang tidak normal (malformasi kongenital, distensi yang berlebiha
n, kehamilan ganda, atau hidramnion)
Kelainan bentuk dan posisi janin
Disproporsi cephalopelvic (CPD)
Overstimulasi oxytocin
Kelelahan, dehidrasi dan ketidakseimbangan elektrolit, dan kecemasan
Pemberian analgesik dan anastetik yang tidak semestinya.
Kontraksi uterus abnormal terdiri dari:
1. Etiologi Distosia karena kelainan tenaga
2. Distosia karena Kelainan struktur Pelvis
Jenis-jenis panggul:
- Panggul Ginekoid
- Panggul Antropoid
- Panggul Android
- Panggul Platypelloid
Distosia pelvis dapat terjadi bila ada kontraktur diameter pelvis yang mengurang
i kapasitas tulang panggul, termasuk pelvis inlet (pintu atas panggul), pelvis b
agian tengah,pelvis outlet (pintu bawah panggul), atau kombinasi dari ketiganya
.
Kontraktur pelvis mungkin disebabkan oleh ketidak normalan kongenital, malnutris
i maternal, neoplasma atau kelainan tulang belakang. Ketidakmatangan ukuran pemb
entukan pelvis pada beberapa ibu muda dapat menyebabkan distosia pelvis.
Kesempitan pada pintu atas panggul
Kesempitan panggul tengah
Kesempitan pintu bawah panggul
3. Distosia karena kelainan letak dan bentuk janin
a) Kelainan letak, presentasi atau posisi
1. Posisi oksipitalis posterior persisten
Pada persalinan persentasi belakang kepala, kepala janin turun melalui pintu ata
s panggul dengan sutura sagittalis melintang atau miring sehingga ubun-ubun keci
l dapat berada di kiri melintang, kanan melintang, kiri depan, kanan depan, kiri
belakang atau kanan belakang.
Prognosis
Persalinan pada umumnya berlansung lebih lama kemungkinan kerusakan jalan janin
lebih besar, kematian perinatal lebih tinggi dibandingkan dengan keadaan ubun-ub
un kecil berada didepan.
Penanganan
Pada persalinan ini sebaiknya dilakukan pengawasan yang seksama, tindakan untuk
mempercepat jalannya persalinan dilakukan apabila kala II terlalu lama atau ada
tanda-tanda bahaya terhadap janin. Pada persalinan letak belakang kepala akan le
bih mudah apabila letak ubun-ubun kecil berada di depan, maka harus diusahakan a
gar ubun-ubun kecil dapat diputar kedepan. Perputaran kepala dapat dilakukan den
gan tangan penolong yang dimasukkan ke dalam vagina atau dengan cunam.
2) Presentasi puncak kepala
Kondisi ini kepala dalam keaadaan defleksi. Berdasarkan derajat defleksinya maka
dapat terjadi presentasi puncak kepala, presentasi dahi atau presentasimuka.
Presentasi puncak kepala (presentasi sinsiput) terjadi apabila derajat defleksin
ya ringan sehingga ubun-ubun besar berada dibawah. Keadaan ini merupakan keduduk
an sementara yang kemudian berubah menjadi presentasi belakang kepala.
Diagnosa
Untuk mendiagnosa kondisi ini, selain pemeriksaan luar pada umumnya perlu dilaku
kan pemeriksaan dalam. Apabila muka sudah masuk kedalam rongga panggul jari peme
riksa dapat meraba dagu, mulut, hidung, dan pinggir orbita. Pemeriksaan rontgeno
logik atau MRI perlu dilakukan.
Penanganan
Bila selama pengamatan kala II terjadi posisi mento posterior persisten, maka di
usahakan untuk memutar dagu kedepan dengan satu tangan dimasukkan ke vagina. Jik
a usaha ini tidak berhasil maka dilakukan secsio sesaria.
3) Presentasi dahi
Presentasi dahi adalah bila derajat defleksi kepalanya lebih berat, sehingga dah
i merupakan bagian yang paling rendah. Kondisi ini merupakan kedudukan yang bers
ifat sementara yang kemudian berubah menjadi presentasi muka atau presentasi bel
akang kepala. Penyebab terjadinya kondisi ini sama dengan presentasi muka.
Prognosis
Janin yang kecil masih mungkin lahir spontan, tetapi janin dengan berat dan besa
r normal tidak dapat lahir spontan pervaginam.
Penanganan
Presentasi dahi dengan ukuran panggul dan janin yang normal, tidak akan dapat la
hir spontan melalui vagina sehingga harus dilahirkan dengan secsio sesaria. Bila
persalinan mengalami kemajuan dan ada harapan presentasi dahi dapat berubah men
jadi presentasi belakang kepala tidak perlu dilakukan tindakan. Bayi yang lahir
dalam presentasi dahi menunjukkan kaput suksedaneum yang besar pada dahi yang di
sertai moulage kepala yang hebat.
4) Letak sungsang
Letak sungsang merupakan keadaan dimana janin terletak memanjang dengan kepala d
i fundus uteri dan bokong berada dibawah cavum uteri.
Beberapa jenis letak sungsang yakni :
Presentasi bokong
Presentasi bokong kaki sempurna
Presentasi bokong kaki tidak sempurna
Presentasi kaki
Etiologi Letak sungsang
Faktor- faktor yang memegang peranan terjadinya letak sungsang adalah: multipari
tas, hamil kembar, hidramnion, hidrosefalus, plasenta previa dan panggul sempit,
kelainan uterus dan kelainan bentuk uterus. Plasenta yang terletak didaerah kor
nu fundus uteri dapat pula menyebabkan letak sungsang karena plasenta mengurangi
luas ruangan didaerah fundus.
Prognosis
Angka kematian bayi pada persalinan letak sungsang lebih tinggi bila dibandingka
n dengan letak kepala. Adanya kesempitan panggul sudah harus diduga pada waktu p
emeriksaan antenatal khususnya pada seorang primigravida dengan letak sungsang.
Untuk itu harus dilakukan pemeriksaan panggul atau MRI.
5) Letak lintang
Letak lintang ialah suatu keadaan dimana janin melintang di dalam uterus dengan
kepala pada sisi yang satu sedangkan bokong berada pada sisi yang lain. Pada umu
mnya bokong berada sedikit lebih tinggi daripada kepala janin, sedangkan bahu be
rada pada pintu atas panggul. Punggung janin berada di depa, di belakang, di ata
s, atau di bawah.
Etiologi
Penyebab terpenting letak lintang ialah multiparitas disertai dinding uterus dan
perut yang lembek. Keadaan lain yang dapat menghalangi turunnya kepala ke dalam
rongga panggul seperti misalnya panggul sempit, tumor di daerah panggul, plasen
ta previa, kehamilan prematur, hidramnion dan kehamilan kembar,kelainan bentuk r
ahim seperti uterus arkuatus/uterus subseptus.
Prognosis
Persalinan letak lintang memberikan prognosis yang jelek, baik terhadap ibu maup
un janinnya.
Penanganan
Apabila pada pemeriksaan antenatal ditemukan letak lintang, sebaiknya diusahakan
mengubah menjadi presentasi kepala dengan versi luar. Ibu diharuskan masuk ruma
h sakit lebih dini pada permulaan persalinan, sehingga bila terjadi perubahan le
tak, segera dapat ditentukan diagnosis dan penanganannya
6) Presentasi ganda
Keadaan dimana disamping kepala janin di dalam rongga panggul dijumpai tangan, l
engan/kaki, atau keadaan dimana disamping bokong janin dijumpai tangan.
Etiologi
Presentasi ganda terjadi karena pintu atas panggul tidak tertutup sempurna oleh
kepala atau bokong, misalnya pada seorang multipara dengan perut gantung, pada k
esempitan panggul dan janin yang kecil.
Penanganan
Pada presentasi ganda umumnya tidak ada indikasi untuk mengambil tindakan, karen
a pada panggul dengan ukuran normal, persalinan dapat spontan per vagina. Akan t
etapi apabila lengan seluruhnya menumbung disamping kepala, sehingga menghalangi
turunnya kepala dapat dilakukan reposisi lengan. Tangan penolong dimasukkan ked
alam vagina dan mendorong lengan janin keatas melewati kepalanya, kemudian kepal
a didorong kedalam rongga panggul dengan tekanan dari luar.
b) Kelainan bentuk janin
1. Pertumbuhan janin yang berlebihan
Yang dinamakan bayi besar ialah bila berat badannya lebih dari 4000 gram. Kepala
dan bahu tidak mampu menyesuaikannya ke pelvis, selain itu distensi uterus oleh
janin yang besar mengurangi kekuatan kontraksi selama persalinan dan kelahirann
ya. Pada panggul normal, janin dengan berat badan 4000-5000 gram pada umumnya ti
dak mengalami kesulitan dalam melahirkannya.
Etiologi
Janin besar dipengaruhi oleh faktor keturunan. Selain itu janin besar dijumpai p
ada wanita hamil dengan DM, postmaturitas dan grandemultipara.
Metode yang digunakan untuk membantu distosia bahu:
menurut McRobert`s maneuver adalah ibu mengfleksikan pahanya lebih tinggi dari p
erutnya, dimana dapat mengangkat lengkung pelvic metode ini memiliki efek yang s
ama dengan jongkok dan menambah upaya menekan kebawah.
Medode suprapubic pressure dilakukan oleh yang membantu persalinan, suprapubic p
ressure dilakukan untuk mendorong bagian anterior bahu janin kearah bawah untuk
memindahkan janin dari atas ke simfisis pubis ibu.
Pada keadaan dimana janin telah mati sebelum bahu dilahirkan, dapat dilakukan kl
eidotomi pada satu atau kedua klavikula untuk mengurangi kemungkinan perlukaan j
alan lahir.
2. Hidrosefalus
Hidrosefalus adalah keadaan dimana terjadi penimbunan cairan serebrospinal dala
m ventrikel otak, sehingga kepala menjadi besar sehingga terjadi pelebaran sutur
a-sutura dan ubun-ubun. Hidrosefalus akan menyebabkan disproporsi sefalopelvic
Diagnosis
Pada palpasi ditemukan kepala yang jauh lebih besar dan tidak dapat masuk kedal
am panggul, denyut jantung janin paling jelas terdengar pada tempat yang lebih t
inggi, pada pemeriksaan dalam diraba sutura-sutura dan ubun0ubun melebar dan teg
ang, sedangkan tulang kepala sangat tipis dan mudah ditekan.
3. Kelainan bentuk janin yang lain
Janin kembar melekat(double master)
Torakopagus(pelekatan pada dada) merupakan janin kembar melekat yang paling seri
ng menimbulkan kesukaran persalinan.
Janin dengan perut besar
Pembesaran perut yang menyebabkan distocia, akibat dari asites atau tumor hati,
limpa, ginjal dan ovarium jarang sekali dijumpai.
4. Prolaksus funikuli
Keadaan dimana tali pusat berada disamping atau melewati bagian terendah janin d
idalam jalan lahir setelah ketuban pecah. Pada presentasi kepala, prolaksus funi
kuli sangat berbahaya bagi janin, karena setiap saat tali pusat dapat terjepit a
ntara bagian terendah janin dengan jalan lahir dengan akibat gangguan oksigenasi
.
Prolaksus funikuli dan turunnya tali pusat disebabkan oleh gangguan adaptasi bag
ian bawah janin terhadap panggul, sehingga pintu atas panggul tidak tertutup ole
h bagian bawah janin.
Penanganan
Pada prolaksus funikuli janin menghadapi bahaya hipoksia, karena tali pusat akan
terjepit antara bagian terendah janin dan jalan lahir. Apabila tali pusat masih
berdenyut tapi pembukaan belum lengkap tindakan yang harus dilakukan adalah rep
osisi tali pusat atau seksio sesaria.
4. Distosia karena kelainan posisi ibu
Posisi bisa menimbulkan dampak positif dan negatif pada persalinan, dimana efek
gravitasi dan bagian tubuh memiliki hubungan yang penting untuk kemajuan proses
persalinan. Misalnya posisi tangan dan lutut, posisi oksiput posterior lebih efe
ktif dari pada posisi lintang. Posisi duduk dan jongkok membantu mendorong janin
turun dan memperpendek proses kala II
Apabila distosia karena kelainan posisi ibu ini terjadi, tindakan yang harus seg
era dilakukan pada proses persalinan adalah seksio sesaria atau vakum.
5. Distosia karena respon psikologis
Stress yang diakibatkan oleh hormon dan neurotransmitter (seperti catecholamines
) dapat menyebabkan distosia. Sumber stress pada setiap wanita bervariasi, tetap
i nyeri dan tidak adanya dukungan dari seseorang merupakan faktor penyebab stres
s.
Cemas yang berlebihan dapat menghambat dilatasi servik secara normal, persalinan
berlangsung lama, dan nyeri meningkat. Cemas juga menyebabkan peningkatan level
strees yang berkaitan dengan hormon (seperti: endorphin, adrenokortikotropik, k
ortisol, dan epinephrine). Hormon ini dapat menyebabkan distosia karena penuruna
n kontraksi uterus.
6. Pola persalinan tidak normal
Pola persalinan yang tidak normal diidentifikasi dan diklasifikasikan oleh Riedm
an (1989) berdasarkan sifat dilasi servikal dan penurunan janin.
Persalinan normal
Dilasi (pembukaan) berlanjut
- Fase laten: <4 cm dan low slope
- Fase aktif: > 5 cm dan high slope
- Fase deselerasi: = 9 cm
Penurunan: aktif pada dilasi = 9 cm
Persalinan tidak normal
7. Distosia karena kelainan traktus genitalis
Cont..
ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
Identitas Klien
Riwayat Kesehatan
RKD
RKS
RKK
Pemeriksaan Fisik
vMata Biasanya konjungtiva anemis
vThorak
vInpeksi pernafasan : Frekuensi, kedalam, jenis pernafasan, biasanya ada bagian
paru yang tertinggal saat pernafasan
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang bisa diidentifikasi pada wanita yang mengalami distosi
a adalah:
Gangguan rasa nyaman : nyeri b/d tekanan kepala pada servik, partus lama, kontra
ksi tidak efektif
Resiko tinggi cedera janin b/d penekanan kepala pada panggul, partus lama, CPD
Resiko cidera maternal dan fetal berhubungan dengan implementasi dari intervensi
untuk distosia
Kehilangan kekuatan berhubungan dengan kehilangan kontrol
Resiko infeksi berhubungan dengan kelahiran prematur dan pecahnya membran, atau
berhubungan dengan prosedur operasi
3. Perencanaan
Hasil yang diharapkan pada ibu yang mengalami distosia adalah:
Mengerti penyebab dan treatment persalinan disfungsional.
Menggunakan pola koping yang positif untukmempertahankan konsep diri positif.
Mengekspresikan tingkat nyeri
Pengalaman persalinan dan kelahiran dengan minimal atau tidak ada komplikasi sepe
rti infeksi, cedera, atau hemoragik
Kelahiran bayi yang sehat, dimana tanpa mengalami cedera kelahiran
4. Intervensi
Gangguan rasa nyaman : nyeri b/d tekanan kepala pada servik, partus lama, kontra
ksi tidak efektif
Tujuan : Kebutuhan rasa nyaman terpenuhi/ nyeri berkurang
Kriteria Hasil: - Klien tidak merasakan nyeri lagi
- Klientampak rilek
- Kontraksi uterus efektif
- Kemajuan persalinan baik
Intervensi :
Tentukan sifat, lokasi dan durasi nyeri, kaji kontraksi uterus, hemiragic dan ny
eri tekan abdomen
Rasional : Membantu dalam mendiagnosa dan memilih tindakan, penekanan kepala pa
da servik yang berlangsung lama akan menyebabkan nyeri
Kaji intensitas nyeri klien dengan skala nyeri
Rasional : Setiap individu mempunyai tingkat ambang nyeri yang berbeda, denga sk
ala dapat diketahui intensitas nyeri klien
Kaji stress psikologis/ pasangan dan respon emosional terhadap kejadian
Rasional : Ansietas sebagai respon terhadap situasi darurat dapat memperberat d
erajat ketidaknyamanan karena sindrom ketegangan takut nyeri
Berikan lingkungan yang nyaman, tenang dan aktivitas untuk mengalihkan nyeri, Ba
ntu klien dalam menggunakan metode relaksasi dan jelaskan prosedur
Rasional :Teknik relaksasi dapat mengalihkan perhatian dan mengurangi rasa nye
ri
Kuatkan dukungan social/ dukungan keluarga
Rasional : Dengan kehadiran keluarga akan membuat klien nyaman, dan dapat mengur
angi tingkat kecemasan dalam melewati persalinan, klien merasa diperhatikan dan
perhatian terhadap nyeri akan terhindari
Cont..
Kolaborasi :
Berikan obat atau sedative sesuai instruksi dokter
Rasional : Pemberian obat atau sedative dapat mengurangi nyeri hebat
Siapkan untuk prosedur bedah bila diindikasikan
2. Resiko tinggi cedera janin b/d penekanan kepala pada panggul, partus lama, CP
D
Tujuan : Cedera pada janin dapat dihindari
Kriteria Hasil : - DJJ dalam batas normal
- Kemajuan persalinan baik
Intervensi :
Melakukan manuver Leopold untuk menentukan posis janin dan presentasi
Rasional : Berbaring tranfersal atau presensasi bokong memerlukan kelahiran sesa
rea. Abnormalitas lain seperti presentasi wajah, dagu, dan posterior juga dapat
memerlukan intervensi khusus untuk mencegah persalinan yang lama
Cont..
Dapatkan data dasar DJJ secara manual dan atau elektronik, pantau dengan sering
perhatikan variasi DJJ dan perubahan periodic pada respon terhadap kontraksi ute
rus
Rasional : DJJ harus direntang dari 120-160 dengan variasi rata-rata percepatan
dengan variasi rata-rata, percepatan dalam respon terhadap aktivitas maternal,
gerakan janin dan kontraksi uterus.
Catat kemajuan persalinan
Rasional : Persalinan lama/ disfungsional dengan perpanjangan
fase laten dapat menimbulkan masalah kelelahan ibu, stress berat, infeksi berat,
haemoragi karena atonia/ rupture uterus. Menempatkan janin pada resiko lebih ti
nggi terhadap hipoksia dan cedera
Intervensi lainnya:
Bantu dan implementasikan intervensi untuk distosia (msl: posisi, version, penin
gkatan proses persalinan, dan pematangan servikal)
Monitor DJJ selama proses
Monitor tanda-tanda vital kehamilan
Nilai tingkat kenyamanan selama prosedur yang menyakitkan.
Berikan penjelasan dan dukungan untuk ibu dan keluarganya
5. Evaluasi
Akhir dari proses keperawatan adalah ketentuan hasil yang diharapkan terhadap p
erilaku dan sejauh mana masalah klien dapat teratasi. Disamping itu perawat juga
melakukan umpan balik atau pengkajian ulang jika tujuan ditetapkan belum berhas
il/ teratasi. Keefektifan asuhan keperawatan pada ibu yang mengalami distosia be
rdasarkan hasil yang diharapkan.
Daftar pustaka
Moorhead, Sue, dkk. 2008. Nursing Outcome Classification (NOC). United States of
America: Mosby
Perry, Shannon E, dkk. 2010. Maternal child nursing care edisi 4. Canada: Mosby
elseveir
Rukiyah, Ai Yeyeh,dkk.2010. Asuhan Kebidanan 4(patologi). Jakarta : TIM
Stright, Barbara R. 2004. Keperawatan ibu-bayi baru lahir edisi 3. Jakarta: EGC

S-ar putea să vă placă și