Sunteți pe pagina 1din 6

A-529

ISBN 978-979-18342-1-6
LIMBAH PADAT PABRIK KERAMIK SEBAGAI BAHAN CAMPURAN BATAKO DITINJAU
TERHADAP KUAT TEKAN

Srie Subekti
Dosen,Program studi D3 Teknik Sipil
Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan
Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya


ABSTRAK
Seiring dengan pesatnya pembangunan dan majunya teknologi di Indonesia, limbah merupakan masalah yang perlu
diperhatikan. Karena limbah dapat menimbulkan dampak negatif bagi lingkungan. Penelitian ini bertujuan memanfaatkan limbah
padat pabrik keramik PT. ASIA TILE sebagai campuran pembuatan batako.
Dari hasil uji kimia, kandungan unsur kimia antara limbah dan pasir terdapat kesamaan antara lain SiO
2
, Al
2
O
3
, CaO, MgO,
Fe
3
O, H
2
O. Selain itu juga dilakukan analisa ayakan pada limbah (lolos ayakan 1.19mm tertahan 0.59mm) yang ,masuk grading
zone 2, sedangkan pada pasir (lolos ayakan 1.19mm) masuk dalam grading zone 3, yang berarti limbah mempunyai gradasi lebih
kasar dibanding pasir. Sehingga limbah keramik ini digunakan sebagai pengganti sebagian pasir.
Penelitian ini sebatas menguji kuat tekan dan resapan air. Uji tersebut dilakukan dengan menggunakan mortar berbentuk
kubus 5x5x5 cm
3
. Komposisi yang digunakan adalah (0% limbah +100% pasir); (15% limbah +85% pasir); (30% limbah +70%
pasir); (60%limbah +40% pasir).
Kuat tekan maksimal , didapat pada komposisi 1 PC : 2 Pasir (30% limbah +70% pasir) : 8 abu batu pada umur 28 hari
sebesar 131.4 kg/cm
2
. Dari hasil uji kuat tekan batako adalah 42.73 kg/cm
2
yang berarti lebih besar (kuat tekan =35 kg/cm
2
) pada SII
0285-80 tentang bata beton berlobang, hasil uji resapan pada batako sebesar 12.48%.

Kata kunci : limbah padat keramik, uji kuat tekan, uji resapan air.


PENDAHULUAN
Perkembangan teknologi industri di Indonesia
diikuti pula dengan permasalahan yang selalu
muncul, yaitu masalah limbah. Hal ini tentulah perlu
perhatian secara khusus karena limbah yang
merupakan buangan sisa hasil produksi baik cair
maupun padat dapat menimbulkan dampak negatif
bagi lingkungan. Kondisi inilah yang mendorong
peneliti untuk mencoba memberikan suatu solusi
yaitu dengan memanfaatkan limbah padat tersebut
sebagai campuran pembuatan bahan baku untuk
batako.
Bahan pembentuk utama yang diperlukan dalam
pembuatan batako adalah semen Portland atau jenis
semen tipe I, abu batu yang diameternya tidak lebih
dari 5 mm, dan pasir dengan kadar lumpur yang
sedikit sekali atau bahkan yang tidak mengandung
lumpur sama sekali. Dalam hal ini digunakan pasir
dari daerah Lumajang karena sesuai dengan
persyaratan sebelumnya, sehingga baik untuk
digunakan bahan campuran pembuatan batako.

TINJAUAN PUSTAKA
Limbah padat keramik
Di dalam industri keramik dikenal dua jenis limbah
yaitu limbah cair dan padat. Selama ini, limbah padat
hanya dibuang begitu saja, tanpa dimanfaatkan secara
optimal. Sedangkan pada limbah cair dalam
penelitian ini tidak dibahas.
Salah satu sifat yang penting dari limbah padat
keramik adalah bila dicampur dengan kapur padam
atau semen dan air, dalam beberapa waktu pada suhu
kamar dapat membentuk massa yang padat dan tidak
dapat larut dalam air, dari sifat inilah limbah padat
keramik dapat dimanfaatkan sebagai bahan bangunan,
antara lain untuk campuran pembuatan batako.
Batako
Batako atau bata beton adalah suatu jenis unsur
bangunan berbentuk bata yang dibuat dari campuran
bahan perekat hidrolis atau sejenisnya, air, agregat
dengan atau tanpa bahan tambahan lainnya yang tidak
merugikan sifat batako itu sendiri.
Tabel 1. Dimensi Bata Beton Berlobang
Sumber : SII 0285-80

bata beton
berlubang
ukuran nominal
tebal kelopak
minimum (dinding
rongga)
jenis
panjang
(mm )
lebar
(mm)
tebal
(mm)
sekatan
luar
sekatan
dalam
(mm) (mm)
tipis 400 3 400 3 200 2 20 15
tebal 400 3 400 3 200 2 25 20
A-530
Seminar Nasional Aplikasi Teknologi Prasarana Wilayah 2009
Tabel 2. Sifat Fisis Bata Beton Berlobang
Batako/
bata
beton
mutu
kuat tekan minimum, dalam
Kg/cm
2

penyerapan air
maks %
volume
jenis
rata-rata dari
15 buah
batako
masing-
masing
HB 20 20 17 -
HB 35 35 30 -
HB 50 50 45 35
HB 70 70 65 25
Sumber : SII 0285-80

METODOLOGI PENELITIAN
Pada penelitian ini yang dilakukan pertama kali
adalah persiapan bahan dasar yaitu PC tipe I, pasir
Lumajang, dan limbah.langkah selanjutnya adalah
melakukan uji kimia dan uji fisik. Uji kimia yang
diteliti meliputi kandungan SiO
2
, Al
2
O
3
, CaO, MgO,
Fe
2
O
3
, H
2
O; sedangkan pada uji fisik meliputi uji
berat jenis (semua bahan), gradasi (hanya pada
limbah dan pasir), kadar organic (hanya pasir dan
limbah), penyerapan air (tidak termasuk semen).
Komposisi untuk benda uji mortar disini adalah 1
PC : 2 (pasir yang terdiri dari pasir dan limbah) : 8
abu batu. Untuk komposisi pasir dan limbah
menggunakan 15% limbah +85% pasir, 30% limbah
+70% pasir, 45% limbah +55% pasir, 60% limbah +
40% pasir sehingga didapat komposisi dengan kuat
tekan optimal.
Selanjutnya dilakukan uji kuat tekan pada umur 7
s/d 28 hari dengan 50 benda uji. Sedangkan uji
resapan dilakukan sesuai SII 0284-80

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Tes hasil analisa kimia limbah padat keramik dan
pasir
Hasil uji kimia yang telah dilakukan oleh Balai
Penelitian dan Pengembangan Industri, J l. J agir
Wonokromo no.360 Surabaya sebagai berikut :



Tabel 3. Hasil Uji Kimia Limbah Padat Keramik dan
Pasir
No jenis pengujian
limbah padat
keramik (%)
pair lumajang
(%)
1 SiO
2
44.52 45.82
2 Al
2
O
3
7.62 6.9
3 CaO 9.56 8.9
4 MgO 8.3 7.1
5 Fe
2
O
3
13.8 16.32
6 Air 16.17 14.95
Sumber : Balai Penelitian & Pengembangan Industri
J atim
Dari hasil analisa tabel 3, maka limbah padat
keramik dapat digunakan sebagai alternatif bahan
campuran atau pengganti sebagian pasir untuk
pembuatan batako.
Pemeriksaan Fisik Bahan
Berdasarkan hasil uji bahan maka didapatkan :
Tabel 4. Uji Fisik terhadap Limbah Padat Keramik
(Lpk), Pasir (Ps), Abu batu (Ab), dan
Portland Cement (PC)
J enis
penguji
an
Hasil
Standart
Lpk Ps Ab PC
Berat
jenis
gr/cm
3

2.53 2.4 3.06
Kadar
Organik
coklat
muda
coklat
muda
coklat
muda
coklat
muda
dibawah
warna
standart
Kelembap
an (%)
15.13 3.86 4.54 -
Resapan
air
13.9 2.73 4.71 -

Pemeriksaan Fisik Gradasi/Analisa Saringan
Limbah Padat Keramik dan Pasir Lumajang
Hasil analisa saringan limbah padat keramik dan
pasir Lumajang didapatkan pada tabel 5.




A-531
ISBN 978-979-18342-1-6
Tabel 5. Analisa Saringan/Gradasi
Lubang ayakan
(mm)
% Tertahan
Ayakan Pasir
Lumajang
Ayakan Limbah
4.76 0.95 3.354
2.38 7.5 11.279
1.19 33.65 23.423
0.59 71.05 63.467
0.297 92.15 89.262
0.149 97.8 96.956
0/pan 100 100
jumlah 403.1 387.739

Dari hasil tes kondisi dan analisa ayakan pasir
Lumajang dan limbah padat keramik yang dilakukan,
diperoleh hasil bahwa pasir masuk pada grading zone
3, sedangkan limbah padat termasuk pada grading
zone 2.
Perencanaan Komposisi Campuran Batako
Komposisi cmpuran batako adalah 1 PC : 2 (pasir
yang terdiri dari pasir dan limbah) : 8 abu batu. Untuk
uji kuat tekan mortar dan resapan air pada benda uji
kubus 5x5x5 cm
3
seperti terlihat pada tabel 6 berikut :
Tabel 6. Hasil Uji Kuat Tekan dan Resapan Air
Mortar
Type
Kuat Tekan rata-rata (kg/cm
2
)
Resapan air
(%)
7 hari 28 hari 28 hari
0% 135.84 196.4 5.982
15% 95.84 104.8 10.86
30% 92.32 131.4 11.97
45% 97.92 131.2 12.35
60% 62.1 93 12.87
Sumber : Penelitian





Grafik 1. Hasil Uji Tes Kuat Tekan Mortar pada
Umur 7 Hari

Sumber : Penelitian
Berdasarkan grafik hasil uji tes kuat tekan mortar
pada umur 7 hari di atas dapat dilihat nilai kuat tekan
mortar dengan campuran limbah pada umur 7 hari
yang maksimal terdapat pada komposisi 0% limbah
yaitu sebesar 135.84 kg/cm
2
.
Grafik 2. Hasil Uji Tes Kuat Tekan Mortar pada
Umur 28 Hari

Sumber : Penelitian
Berdasarkan grafik hasil uji tes kuat tekan mortar
pada umur 28 hari di atas dapat dlihat nilai kuat tekan
mortar dengan limbah pada umur 28 hari yang
maksimal terdapat pada komposisi 0% limbah yaitu
sebesar 196.4 kg/cm
2
.
Grafik 3. Hasil Uji Resapan Air pada Mortar Umur
28 Hari

Sumber : Penelitian
A-532
Seminar Nasional Aplikasi Teknologi Prasarana Wilayah 2009
Berdasarkan grafik hasil uji resapan air pada mortar
umur 28 hari di atas dapat dilihat bahwa semakin
kecil penyerapan air yang terjadi maka semakin bagus
pula kualitas bahan yang dihasilkan.
Dari hasil tes kuat tekan dan resapan air yang
dilakukan pada beberapa tipe berdasarkan tabel 6,
maa komposisi tipe 30% yang menghasilkan kuat
tekan 131.4 kg/cm
2
pada umur 28 hari dan diikuti
dengan asil resapan air sebesar 11.97 % sesuai
persyaratan SII 028480. Selanjutnya tipe tersebut
digunakan untuk komposisi batako.
Pada uji kuat tekan batako dan resapan air dengan
terpilihnya tipe 30% limbah, maka tipe 0% limbah
digunakan sebagai pembanding. Dimana hasilnya
ditunjukkan pada tabel 7.


Tabel 7. Hasil Uji Kuat Tekan Batako
Typ
e
Kuat Tekan
(kg/cm
2
)
Mutu
SII 0285-
80
Resapa
n air
(%)
SII
0285
-80
ket.
7 hari 28 hari 28 hari
0% 39.06 42.55 HB 35
min 35
kg/cm
2

10.66 - Ok
30% 40.17 42.73 HB 35
min 35
kg/cm
3

12.48 - Ok
Sumber : Penelitian
Grafik 4.Uji Kuat Tekan Batako Umur 28 Hari

Sumber : Penelitian
Berdasarkan grafik hasil uji kuat tekan batako umur
28 hari dapat dilihat bahwa campuran 30% limbah
padat keramik didapatkan kuat tekan sebesar 42.73
kg/cm
2
.
Hasil Berat Mortar Pada Umur 7 dan 28 Hari:
komposisi Berat rata-rata Berat rata-rata
Campuran 7 hari (g) 28 hari (g)
Limbah
0% 288,5 292
15% 274,13 274
30% 276,25 273,75
45% 279,5 273,5
60% 279,25 260,13
Sumber: Dari hasil uji berat mortar di Laboratorium Uji
Beton DIII Teknik Sipil-ITS
Analisa umur 7 hari:
Pada 0% limbah padat keranik didapatkan
berat sebesar 288,5 gram
Pada campuran 15% limbah padat keramik
didapatkan berat sebesar 274,13 gram yang
mana mengalami penurunan sebesar 5,03%
dari campuran 0% limbah
Penurunan terjadi pada campuran 30%
limbah padat keramik didapat berat sebesar
276,25 gram yang berarti mengalami
kenaikansebesar 1,89% dari campuran
limbah 15%
Pada campuran 45% limbah padat keramik
didapat berat sebesar 279,5 gram yang mana
mengalami kenaikan sebesar 1,18% dari
campuran 30% limbah
Pada campuran 60% limbah padat keramik
didapat berat sebesar 29,25 gram yang mana
mengalami penurunan sebesar 0,09% dari
campuran 45% limbah.
Analisa umur 28 hari:
Pada 0% limbah padat keranik didapatkan
berat sebesar 292 gram
Pada campuran 15% limbah padat keramik
didapatkan berat sebesar 274 gram yang
mana mengalami kenaikan sebesar 6,16%
dari campuran 0% limbah
A-533
ISBN 978-979-18342-1-6
Pada campuran 30% limbah padat keramik
didapat berat sebesar 273,75 gram yang
berarti mengalami penurunan sebesar 0,09%
dari campuran 15% limbah
Pada campuran 45% limbah padat keramik
didapat berat sebesar 273,5 gram yang mana
mengalami penurunan sebesar 0,09% dari
campuran 30% limbah
Pada campuran 60% limbah padat keramik
didapat berat sebesar 260,13 gram yang
mana mengalami penurunan sebesar 4,89%
dari campuran 45% limbah.
Hasil Berat Batako pada Umur 28 hari
komposisi Berat rata-rata
Campuran Limbah (kg)
0% 9,11
30% 9,99
Sumber: Dari hasil uji berat di Laboratorium Uji Beton
DIII Teknik Sipil-ITS
Analisa uji berat pada umur 28 hari:
Pada 0% limbah padat keramik didapat berat
sebesar 9,11 kg
Pada campuran 30% limbah padat keramik
didapat berat sebesar 9,99 kg yang mana
mengalami kenaikan sebesar 9,66% dari
campuran 0% limbah
Terdapat perbedaan antara berat mortar
dibanding dengan berat batako yaitu
mengenai berat komposisi asli batako (0%
limbah) dengan berat 30% limbah
menunjukkandengan penambahan 30%
limbah, berat mortar semakin menurun.
Sedangkan pada berat berat batako
menunjukkan dengan penambahan 30%
limbah berat batako lebih besar
dibandingnkan dengan berat batakodengan
komposisi asli (0% limbah). Hal ini
disebabkan karena pada saat pembuatan
mortar (pencetakan) dilakukan secara
manual (tanpa menggunakan mesin cetak).
Sedangkan pada pencetakan batako
dilakukan secara otomatis (dengan mesin)
sehingga hasil yang diperoleh lebih akurat.
J adi dari hal tersebut di atas dapat dilihat bahwa pada
30% limbah lebih berat disbanding dengan 0%
limbah (asli). Penambahan limbah pada batakodapat
menaikkan berat batako.

KESIMPULAN
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan dapat
disimpulkan bahwa limbah padat pabrik keramik
ditinjau dari kuat tekan dan resapan air pada
pembuatan batako dapat dimanfaatkan, yaitu sebagai
pengganti sebagian pasir, dengan demikian
pemakaian pasir Lumajang dapat dikurangi sehingga
dapat menghemat biaya produksi, serta menjadikan
limbah padat keramik mempunyai nilai tambah.
Dari hasil variasi antara campuran limbah (lolos
ayakan 1.19 mm dan tertahan 0.59 mm) +pasir (lolos
ayakan 1.19) pada benda uji mortar tidak didapatkan
kuat tekan yang optimal, melainkan didapat kuat
tekan maksimum sebesar 131.4 kg/cm
2
dengan
resapan air sebesar 11.97%, pada komposisi
campuran 1 PC : 2 pasir (30% limbah +70% pasir) :
8 abu batu, memenuhi standard pada SII 0284-80
tentang mutu dan cara uji bata beton pejal.
Pembuatan batako dengan komposisi campuran
diatas didapat nilai kuat tekan bruto sebesar 42.73
kg/cm
2
yang berarti termasuk batako mutu HB 35
(kuat tekan =35 kg/cm
2
) pada SII 0285-80 tentang
mutu dan cara uji bata beton berlobang. Sedangkan
pada uji resapan air batako tersebut bernilai sebesar
12.48%.
Hasil akhir dari penelitian ini tidak didapatkan
kuat tekan optimal,
melainkan hanya mencapai kuat tekan maksimum
saja. Hal ini dimungkinkan karena pada saat
pelaksanaan pencetakan batako dengan mesin terjadi
ketidak akurasian saat pencampuran bahan.
Variabel prosentase limbah kemungkinan besar
mempengaruhi hasil akhir kuat tekan yang optimal,
maka disarankan range variabel prosentase bahan
limbah lebih dimampatkan, dengan variabel
prosentase bahan limbah yang lebih rapat diharapkan
tercapai kuat tekan yang optimal.
Untuk pengembangan lebih lanjut, pengujian kuat
tekan tidak hanya-
pada sampai umur 28 hari, melainkan lebih,
disarankari hingga batakoberumur 90 hari. Apakah
iiantinya kuat tekannya mengalami kenaikan atau
mengalami penurunan.


A-534
Seminar Nasional Aplikasi Teknologi Prasarana Wilayah 2009
SARAN
Hasil akhir dari penelitian ini tidak didapatkan
kuat tekan optimal, melainkan hanya mencapai
kuat tekan maksimum saja. Hal ini
dimungkinkan karena pada saat pelaksanaan
pencetakan batako dengan mesin terjadi
ketidakakurasian saat penyampuran bahan.
Variabel presentase limbah kemungkinan besar
mempengaruhi hasil akhir kuat tekan yang
optimal, maka disarankan range variabel
prosentase bahan limbah lebih dimampatkan,
dengan variabel prosentase bahan limbah yang
lebih rapat diharapkan tercapai kuat tekan yang
optimal.
Untuk pengembangan lebih lanjut, pengujian
kuat tekan tidak hanya pada umur 28 hari,
melainkan lebih, disarankan hingga berumur 90
hari. Apakah nantinya kuat tekan mengalami
kenaikan atau mengalami penurunan.


DAFTAR PUSTAKA
1. American Society for Testing and Material,
1994. Annual Book of ASTM Standards,
Vol 04.02, C 618-94a.
2. American Society for Testing and Material,
1994. Annual Book of ASTM Standards-
Test Method for Spesific Gravity and
Absorpsion of Fine Aggregate, Vol 04.02, C
128-93.
3. American Society for Testing and Material,
1994. Annual Book of ASTM Standards-
Test Method of Organic Impurities in Fine
Aggregates for Concrete, Vol 04.02, C 40-
92.
4. American Society for Testing and Material,
1994. Annual Book of ASTM Standards-
Standard Spesification for Aggregate for
Masonry Mortar, Vol 04.02, C 144-84.
5. American Society for Testing and Material,
1994. Annual Book of ASTM Standards-
Test Method for Surface Moisture in Fine
Aggregate, Vol 04.02, C 70-79.
6. Balai Penelitian Dan Pengembangan Industri
Departemen Perindustrian, 1995.
Pemanfaatan Limbah Padat Industri Gas
Acetilin Sebagai Bahan Pembuatan Batako,
Surabaya.
7. Bowo, Pamudji Hery, 2004. Skripsi
Pemanfaatan Limbah Lumpur Padat Industri
Keramik untuk Bahan Bangunan Batako,
Universitas Pembangunan Surabaya.
8. Braja M. Das,terjemahan Indrasurya B
Mochtar, Noor Endah, 1991. Mekanika
Tanah (Prinsip-Prinsip Rekayasa
Geoteknik), Erlangga.
9. Departemen Perindustrian Republik
Indonesia, 1980. Standar Industri Indonesia
(SII) 0285-80, Mutu dan Cara Uji Bata
Beton Berlobang.
10. Departemen Perindustrian Republik
Indonesia, 1980. Standar Industri Indonesia
(SII) 0287-80, Mutu dan Cara Uji Pasir
Standar.
11. Departemen Perindustrian Republik
Indonesia, 1980. Standart Industri Indonesia
(SII) 0284-80, Mutu dan Cara Uji Bata
Beton Pejal.
12. Departemen Perindustrian Republik
Indonesia, 1974. Standart Industri Indonesia
(SII) 51-74, Standar Cara-cara Penetuan
Butir Agregat untuk Aduk dan Beton.
13. Departemen Perindustrian Republik
Indonesia, 1980. Standart Industri Indonesia
(SII) 0287-80, Mutu dan Cara Uji Pasir
Standar.
14. Departemen Perindustrian Republik
Indonesia, 1975. Standart Industri Indonesia
(SII) 0077-75, Cara Penentuan Kadar Zat
Organik di Dalam Agregat Halus Adukan
Beton.
15. Direktorat J enderal Cipta Karya, 1979.
Peraturan Beton Indonesia 1971, Bandung.
16. Frick, Heinz, Kusmartadi C.H., 1999. Ilmu
Bahan Bangunan (Seni Konstruksi
Arsitektur), Semarang.

S-ar putea să vă placă și