Sunteți pe pagina 1din 19

1

KESELAMATAN KESEHATAN KERJA DAN HUKUM KETENAGAKERJAAN


BAHAN-BAHAN KIMIA BERBAHAYA DAN CARA PENANGANANNYA












Disusun Oleh :

Lia Fitri Fujiarsi : 061330400319
Lian Elvani : 061330400320
Lindra Ayu Puspadewi : 061330400321


Nama Pembimbing Terstruktur : Meilianti, S.T,M.T





PROGRAM STUDI TEKNIK KIMIA
POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA
2013



2


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . ii
DAFTAR ISI . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 1
B. Rumusan Masalah . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 2
C. Tujuan Penulisan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 2
D. Manfaat Penulisan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 2
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Bahan-bahan Kimia Berbahaya . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 3
B. Klasifikasi Bahan Kimia Berbahaya
1. Bahan Kimia Beracun atau Toksik . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 3
2. Bahan Kimia Korosif / Iritant . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 6
3. Bahan Kimia Mudah Terbakar . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 9
4. Bahan Kimia Mudah Meledak . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 11
5. Bahan Kimia Oksidator . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 12
6. Bahan Kimia Reaktif Terhadap Air . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 13
7. Bahan Kimia Reaktif Terhadap Asam . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 13
8. Gas Bertekanan Tinggi . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 14
9. Bahan Kimia Radioaktif . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 14
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 15
DAFTAR PUSTAKA







3

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Di era modern ini, proses modernisasi akan menaikkan konsumsi sejalan
dengan berkembangnya proses industrialisasi. Dengan peningkatan industrialisasi
tersebut maka penggunaan energypun akan meningkat yang tentunya akan
meningkatkan resiko toksikologis. Proses industrialisasi akan memanfaatkan bahan
baku kimia, fisika, dan biologi yang akan menghasilkan buangan dalam bentuk gas,
cair, maupun padat yang meningkat. Buangan tersebut juga akan menimbulkan
perubahan kualitas lingkungan yang mengakibatkan berbagai resiko pencemaran,
sehingga resiko toksikologi juga akan meningkat.
Industri di Indonesia tidak sedikit yang menggunakan bahan-bahan kimia
beracun sebagai salah satu material guna memproduksi produk dari perusahaan itu
sendiri. Baik digunakan sebagai bahan bakar, atau perusahaan langsung berhubungan
dengan bahan kimia tersebut. Setiap aktivitas kerja manusia akan selalu memiliki
peluang atau potensi untuk terjadi kecelakaan terhadap bahan kimia maka diperlukan
pengetahuan tentang factor kimia di tempat kerja menjadi sangat penting. Dalam
statistic kecelakaan akibat factor kimia yang terjadi di Indonesia perlu adanya
kesadaran baik dari pihak perusahaan maupun komponennya untuk bias menguasai
faktor-faktor kimia secara menyeluruh yang ada di tempat kerja. Dengan demikian
penting dikaji tentang factor kimia sehingga dapat memahami tentang factor kimia
baik dari segi pengetahuan dan penerapannya tentang pengendalian bahan kimia
beracun.
Setiap kegiatan kerja selalu diikuti dengan resiko bahaya yang dapat berakibat
terjadinya kecelakaan, walaupun demikian terjadinya kecelakaan seharusnya dapat
dicegah dan diminimalisasikan karena kecelakaan tidak dapat terjadi dengan
sendirinya. Terjadinya kecelakaan pada umumnya ditimbulkan oleh beberapa faktor
penyebab, oleh karena itu harus diteliti faktorfaktor penyebabnya dengan tujuan untuk
menentukan usaha-usaha pembinaan dan pengawasan keselamatan yang tepat, efektif
dan efisien sehingga terjadinya kecelakaan dapat dicegah.
Dalam melaksanakan eksperimen, kontak terhadap bahan kimia akan terjadi
baik langsung maupun tidak langsung. Pengetahuan sifat dan karakter bahan kimia
4

perlu dimiliki mengingat bahan kimia memiliki potensi untuk menimbulkan bahaya
baik terhadap kesehatan maupun bahaya kecelakaan. Hal ini dapat dipahami karena
bahan kimia dapat memiliki tipe reaktivitas kimia tertentu dan juga dapat memiliki
sifat mudah terbakar. Oleh karena itu aktivitas kerja yang selalu memperhatikan aspek
kesehatan dan keselamatan kerja perlu dibudayakan dalam bekerja di laboratorium.
Untuk dapat mendukung jaminan kesehatan dan keselamatan kerja maka para
peneliti maupun laboran yang bekerja di laboratorium harus mengetahui dan memiliki
pengetahuan serta keterampilan untuk menangani bahan kimia khususnya dari segi
potensi bahaya yang mungkin ditimbulkan.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan bahan kimia berbahaya?
2. Apa saja yang termasuk dalam factor kimia bahan berbahaya beserta klasifikasinya
secara spesifik baik berdasarkan sifat beserta bahannya?

C. Tujuan Penulisan
Untuk mengetahui :
1. Pengertian dari bahan kimia berbahaya.
2. Apa saja klasifikasi bahan kimia berbahaya.

D. Manfaat Penulisan
Memberikan pengetahuan dan pengertian beserta tata cara pengendaliannya
tentang bahan-bahan kimia berbahaya kepada semua lapisan masyarakat.










5

BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Bahan-bahan Kimia Berbahaya
Bahan kimia berbahaya adalah segala bentuk bahan kimia baik berupa zat
tunggal maupun campuran yang dapat berakibat buruk bagi kesehatan dan lingkungan,
baik secara langsung maupun tidak. Artinya, bahan kimia berbahaya adalahbahan-
bahan yang pembuatan, pengolahan,pengangkutan, penyimpanan dan penggunaanya
menimbulkan atau membebaskan debu, kabut, uap, gas, serat, atau radiasi sehingga
dapat menyebabkan iritasi, kebakaran, ledakan, korosi, keracunan dan bahaya lain
dalam jumlah yang memungkinkan gangguan kesehatan bagi orang yang berhubungan
langsung dengan bahan tersebut. Dampak yang dapat ditimbulkan dari bahan kimia
berbahaya tersebut dibagi menjadi dua, yaitu :
1. Dampak secara fisik
Artinya, reaksi hebat yang terjadi dari bahan-bahan kimia yang berbahaya
dapat menimbulkan suatu hal yang dapat melaukai tubuh kita baik itu
berupa ledakan atau pun kebakaran yang terjadi pada bahan-bahan kimia
tersebut.
2. Dampak bagi kesehatan
Artinya, apabila terjadi kontak antara bahan kimia berbahaya tersebut
dengan tubuh kita, seperti terhirup, tertelan, ataupun tersentuhh maka
kemungkinan besar akan menimbulkan efek buruk bagi kesehatan kita,
contohnya dapat meneyebabkan alergi, iritasi, muntah-muntah gangguan
sistem reproduksi atau bahkan kanker.
Kehidupan kita memang tidak bisa terlepas dari yang namanya bahan kimia,
namun kita dapat mencari tahu bahan-bahan kimia apa saja yang dapat menimbulkan
efek negatif atas penggunannya.

B. Klasifikasi Bahan Kimia Berbahaya
1. Bahan Kimia Beracun (Toksik)
Toxic merupakan bahan kimia yang menyebabkan bahaya terhadap kesehatan
manusia bahkan dapat menyebabkan kematian apabila terserap kedalam tubuh baik
tertelan, lewat jalur pernapasan maupun kontak lewat kulit.Pada umumnya zat
6

Toxic masuk lewat jalur pernapasan (misalnya terhirup) dan juga kulit, lalu
menyebar keseluruh tubuh dan menuju organ tertentu seperti hati, dan paru - paru.
Tapi bias juga zat toxic berakumulasi dalam tulang, darah, hati, dan cairan limfa
hingga pada akhirnya menghasilkan efek dalam jangka panjang. Pengeluaran zat
beracun bias melalui urin, saluran pencernaan selefitel dan keringat.
Dalam laboratorium, bahan-bahan kimia berbahaya dapat masuk ke dalam
tubuh melewati tiga saluran, yaitu :
Melalui mulut atau tertelan
Melalui pori-pori kulit atau tersentuh
Melalui pernapasan atau terhirup

a. Efek Akut dan Kronis
1) Efek akut adalah pengaruh sejumlah dosis tertentu yang akibatnya
dapat dilihat atau dirasakan dalam jangka waktu yang singkat atau
pendek. Suatu contoh, keracunan fenol dapat menyebabkan diare dan
keracunan gas CO dapat menimbulkan hilang kesadaran atau bahkan
kematian dalam waktu yang singkat.
2) Kronis adalah suatu akibat dari keracunan bahan-bahan kimia dalam
dosis kecil tetapi terus menerus dan efeknya baru dapat dirasakan
dalam jangka waktu yang lama.
b. Ukuran Toksisitas
Toksisitas bahan kimia perlu diketahui oleh para pekerja laboratorium
kimia untuk mengetahui derajat bahaya bahan tersebut dalam suatu percobaan.
Pada hakikatnya suatu mengetahui derajat bahaya bahan tersebut dinyatakan
toksik apabila sudah ada bukti atau kenyataan. Bukti dapat diperoleh dari data
percobaanpada berbagai jenis binatang, seperti tikus, kera, anjing, dsb.
Percobaan dilakukan pada dosis dan waktu keterpaan (exposure) tertentu.
Bukti atau kenyataan bahwa suatu zat berbahay bagi manusia dapat
pula diperoleh dari data-data epidemi. Suatu contoh keracunan metil raksa
yang terjadi pada ribuan orang Iraq ; keracunan air raksa di Jepang sebagaii
akibat ikan yang dikonsumsi terkontaminasi air raksa ; dan penyakit asbestosis
bagi para pekerja atau penduduk sekitar pabrik asbes di Amerika.
7

Meskipun terdapat banyak kesulitan dalam menentukan tingkat-tingkat
toksisitas, namun para ahli telah dapat mengemukakan konsep-konsep ukuran
toksitas. Dosis yang ternyata memberikan respon terhadap 50% binatang
percobaan disebut effective dose atau ED
50
. Kalau respons itu berupa kemauan
maka disebut lethal dose atau LI
50 .
Untuk zat, gas atau uap dalam udara
dipakai untuk lethal concentration 50 atau LC
50
yakni konsentrasi gas dalam
udara yang dapat menimbulkan kematian 50% binatang percobaan pada
keterpaan selama 6 jam.
Untuk efek kronis, ukuran toksisitas dipakai istilah Thershold Limit
Value (TLV) atau nilai ambang batas (NAB). Artinya adalah konsentrasi dari
zat, uap atau gas dalam udara yang dapat dihirup selama 8jam per hari selama
5hari/minggu tanpa menimbulkan gangguan kesehatan yang berarti. Secara
umum dapat di katakan bahw bahan-bahan kimia dengan NAB toksik lebih
rendah . Tetapi, nilai NAB tidak selalu menunjukkan sifat bahaya suatu bahan
kimia.

c. Usaha Menghindari Keracunan
Keterpaan bahan-bahan kimia industri dalam laboratoriumm lebih
banyak dan berkemungkinan lebih pendek waktunya dari pada belum diketahui
sifat-sifatnya. Oleh karena itu amat diperlukan informasi tentang nilai ambang
batas (NAB) ata thershold limit values (TLV) dari gas, uap, dan debu yang
dikeluarkan setiap tahun oleh American Conference of Govermental Industrial
Hygienists (ACGIH) banyak diterima dan merupakan pegangan dibanyak
negara. NAB dari suatu zatt dapat berubah setiap tahun, bergantung pada
perkembangan dari percobaan tes toksisitas.
Menghadapi ketidaktentuan dalam hal toksisitas di atas, justru kita
harus lebih berhati-hati dalam penanganann bahan kimia toksik. Penggunanan
pelarut atau reagen-reagen yang toksik diusahakan untuk diganti bila mungkin.
Apabila ada kemungkinan bahan-bahan kimia yang dipakai akan
menimbulkan pencemaran udara kerja, maka sebaiknya percobaan-percobaan
dilakukan dalam almari asam. Demikian pula ventilasi ruangan kerja perlu
diperhatikan, agar ruangan tidak lembab dan tercemar oleh gas-gas berbahaya.
8

Makan dan minum dalam laboratorium perlu dihindarkan untuk
mencegah kontaminasi. Selain itu, sebagai usaha terakhir, bekerja bahan-bahan
kimia toksik harus memakai alat-alat pelindung diri yang sesuai. Pelindung
pernapasan (masker), sarung tangan, dan kacamata pelindung harus digunakan.
usaha pencegahan di atas lebih menititikberatkan pada pencegahan dalam
menjaga kesehatan rohani dan terlebih lagi kesehatan jasmani.


2. Bahan Kimia Korosif (Iritant)
Dalam laboratorium, bahan kimia korosif seperti asam sulfat, asam klorida,
dan asam nitrat, dapat kita kenal bias berbagai macam peralatan dari logam.
Bahan-bahan tersebut bila kena kulit juga dapat menimbulkan seakan berupa
rangsangan atau iritasi, dan peradangan kulit. Oleh karena itu, bahan kimia korosif
dapat disebut pula sebagai irritant.pengaruh bahan kimia korosifamat bergantung
pada keadaan fisik dan kelarutan zat dalam permukaan bagian tubuh yang terkena.
Akibat yang di timbulkannya dapat berupa efek setempat ( primer ) dan efek
sistemik ( sekunder . bahan kimia korosif dapat di kelompokkan sesuai wujud zat,
yakni cair, padat, dan gas.

a. Bahan Kimia Korosif Cair
Dapat menimbulkan iritasi setempat sebagai akibat reaksi langsung
dengan kulit, proses pelarutan atau denaturasi protein pada atau akibat
gangguan kesetimbangan membrane dan tekanan osmosa pada kulit
contoh bahan korosif cair :
1. Asam Mineral
-


-
- HF
2. Asam Organik
- HCOOH
-


9

3. Pelarut Organik
- Petroleum
- Hidrokarbon terklorinasi
- Karbon disulfide
- Terpentin

Bahaya bahan kimia korosifdapat di hindari dengan menghindarkan
kontak dengan tubuh. Alat proteksi seperti sarung tangan, kacamata pelindung,
dan pelindung muka perlu di pakai untuk menangani bahan kimia korosif
Pertolongan pertama selalu dilakukan dengan menyemprot atau mencuci
dengan air yang cukup banyak pada bagian yang terkena sebelum di bawa
kedokter

b. Bahan Kimia Korosif Padat
Iritasi yang di timbulkan oleh zat padat korosif amat bergantung pada
kelarutan zat pada kulit yang lembab. Sifat korosif dan panas yang di
timbulkan akibat proses pelarutan adalah penyebab iritasi. Meskipun zat padat
korosif kurang berbahaya dibandingkan dengan bentuk cair, tetapi larutan
pekat dan disperse zat padat dalam cair ( slury ) mempunyai bahaya yang lebih
besar. Contoh zat padat korosif sebagai berikut
1. Basa
- Natrium hidroksida
- Kalium hidroksida
- Natrium silikat
- Amonium karbonat
- Kalsium oksida / hidroksida
- Kalsium karbida
- Kalsium sianida
2. Asam
- Trikhloroasetat
3. Lain-lain
- Fenol
- Natrium
10

- Kalium
- Posfor
- Perak nitrat
c. Bahan Kimia Korosif Gas
Bentuk gas merupakan yang paling berbahaya dibandingkan dengan
bentuk padat dan cair karena yang diserang adalah salauran pernapasan.
Kelarutan gas dalam permukaan saluran yang lembab atau lender menentukan
bahaya gas tersebut disamping jenis zat.
Jenis gas irritant dapat di golongkan pada besar kecilnya kelarutan yang
juga menentukan daerah serangan alat pernapasan. Golongan tersebut adalah
sebagai berikut :
1. Amat larut
- Ammonia
- Asam klorida
- Asam flourida
- Formaldehida
- Sulfurklorida
- Tionil klorida
- Sulfaril klorida
2. Kelarutan Sedang
- Belerang oksida
- Klorida
- Brom
- Arsen triklorida
- Pospor triklorida
- Pospor penta klorida
3. Kelarutan Kecil
- Ozon
- Nitrogen oksida
- Fosgen
4. Lain- lain
- Akrolein
- Dikloroetilsulfida
11

- Diklorometileter
- Kloropikrin
- Dimetil sulfat
Secara umum untuk menghindari iritasi gas-gas tersebut pemakaian
masker adalah mutlak perlu disamping alat proteksi mata dan kulit. Ventilasi
amat dsiperlukan untuk menjaga agar konsentrasi gas dalam ruang kerja tetap
rendah

3. Bahan Kimia Mudah Terbakar
Meskipun kebakaran tidak hanya terjadi dalam laboratorium kimia, kan tetapi
laboratorium kimia mempunyai kemungkinan besar untuk terjadinya kebakaran.
Hal ini disebabkan selain adanya penggunaan listrik dan pemanas lain, juga
banyaknya ipakai bahan kimia yang mudah terbakar atau menimbulkan kebakaran.
Untuk dapat menghidrakan terjadinya kebakaran yang bukan mustahil dapat
menimbulkan kerugian besar, perlu kiranya dapat dihayati proses terjadinya
kebakaran, bahan kimia mudah terbakar, dan cara penanggulanagan kebakaran.
a. Jenis-jenis Bahan Kimia Mudah Terbakar
1) Padat : belerang, fosfor merah dan kuning, hidrida logam, logam
alkali, dll.
2) Cair : eter, alcohol, methanol, n-heksana, benzene, aseton,
pentane, dll.
3) Gas : Hidrogen, asetilen, dll.
Pada umumnya, zat cair lebih mudah terbakardaripada zat padat
dan gas lebih mudah terbakardari zat cair. Tetapi, zat padat berupa bubuk
halus lebih mudah terbakardaripada zat cair atau mudah terbakar seperti
gas. Diantara ketiga jenis zat di atas, golongan cair adalah yang paling
banyak terdapat di laboratorium yaitu, berupa pelarut-pelarutorganik.
b. Pelarut Organik
Untuk dapatmengetahui kelakuan pelarut orgnik terhadap proses
kebakaran, perlu diketahui pula beberapa sifat pelarut organic yang
menentukan mudah tidaknya terbakar, yaitu:
1) Titik nyala ( flash point) adalah suhu dimana suatu cairan
menghasilkan uap yang dapat membentuk campuran dengan
12

udara yang dapat membentuk campuran dengan udara yang
dapat dibakar pada permukaan cairan.
2) Suhu bakar (iqnition temperature) adalah suhu minimum suatu
zat yang diperlukan agar zat tersebut dapat terbakar tanpa
bantuan energy dari luar. Beberapa pelarut organic mempunyai
suhu baker yang lebih rendah daripada suhu api atau nyala.
3) Daerah konsentrasi mudah terbakar (flammable range) adalah
daerah konsentrasi dimana di bawah dan di atas konsentrasi
tersebut uap tidak dapat dibakar. Semakin lebar daerah
konsentrasi tersebut semakin besar kemungkinan bahaya untuk
terbakar.
4) Titik didih adalah suhu dimana tekanan uap zat tersebutsama
dengan tekanan luar. Semakin rendah titik didih suatu pelarut
organic semakin banyak uap yang dihasilkan di atas
permukaannya. Sehingga semakin besar kemungkinan dapat
terbakar.
5) Berat jenis uap relatif terhadap udara, menunjukkan
kecenderungan gerakan uap dalam udara. Berat jenis uapa
yang lebih berat daripada udara, menunnjukkan kecenderungan
uap berada di bawah. Sedangkan berat jenis lebih kecil
daripada udara akan mengakibatkan uap selalu bergerak di
atas.
6) Berat jenis cairan relative terhadap air, menunjukkan dapat
tidaknya kebakaran pelarut tersebut dapat disiram dengan air.
Pelarutorganik dengan berat jenis lebih besar daripada air,
dapat disiram dengan air bila terjadi kebakaran.Sebaliknya,
bila berat jenis zat cair organic lebih kecil daripada air, justru
akan merata dan bertambah besarapi kebkaran bila disiram
dengan air (kecuali pelarutorganik tersebut larut dalam air).

c. Jenis-jenis Kebakaran
Sesuai dengan bahan yang terbakar, kebakaran dapat dibedakan
dalam beberapa jenis yaitu :
13

1) Kelas A : kebakaran kertas, kayu, karet, plastic, dan
sebagainya.
2) Kelas B : kebakaran pelarut organic seperti etanol,
kimiabenzene, aseton, heksana, eter, dan sebagainya.
3) Kelas C : kebakaran instalasi listrik seperi trafo dan
peralatan listrik,
4) Kelas D : Kebakaran logam-logam alkali dan natrium.

4. Bahan Kimia Mudah Meledak
Bahan-bahan kimia reaktif atau tidak stabil dapat bersifat mudah meledak
atau ekslosif. Peledak terjadi karena terjadi reaksi amat cepat yang
menghasilkan panas dan gas dalam jumlah besar. Reaksi eksplosif demikian
kerusakan karena tenaga yang amat besar, tetapi juga disertai kebakaran.
Dalam laboratorium maupun industry kimia, peledakan adalah kecelakaan
yang sering terjadi dan menimbulkan banyak korban dan kerugian harta.
a. Kemungkinan adanya reaksi eksplosif dapat diperkirakan dari dua aspek
yakni:
1) Reaksi Kesetimbangan dengan Oksigen
Adalah selisih antara jumlah oksigen dalam system (senyawa atau
campuran) dengan jumlah oksigen yang diperlukan untuk
mengoksidasi secara sempurna menjadi gas CO
2
dan H
2
O. Ada tiga
kemungkinan sifat, yakni :
a) Kesetimbangan negative
b) Kesetimbangan nol
c) Kesetimbangan positif
2) Faktor-faktor Penyebab Eksplosif
Penanganan bahan-bahan tidak stabil di atas harus berhati-hati,
karena ada beberapa faktor yang amat berpengaruh pada proses
terjadinya ledakan, yakni :
a) Suhu penyimpanan : semakin tinggi suhu semakin
mudah terjadi reaksi eksplosif.
b) Benturan, gesekan mekanik : dapatmenimbulkan
pemanasan lokal yang eksplosit. Hal ini dapat terjadi
14

padasaat proses pencampuran, penggerusan dan
pengangkutan.
c) Kelembaban : kelembaban yang tinggi dalam
penyimpanan akan menyebabkan adsorbs air yang
memudahkan reaksi kimia terjadi.Dengan sendirinya
penyimpanan harus bebas; dari atap yang bocor di
waktu hujan,
d) Listrik : dapat memberikan pemanasan dan tau loncatan
api.
e) Pengaruh bahan kimia lain dalam penyimpanan. Bahan
kimiareduktor akan berbahaya bila dicampur atau
berdekatan dengan bahan oksidator yang tidak stabil.

5. Bahan Kimia Oksidator
Bahan kimia oksidator adalah bahan kimia yang dapat menghasilkan oksigen
dalam penguraian atau reaksinya dengam senyawa lain. Bahan tersebut juga
bersifat dan eksplosif serta sering menimbulkan kebakaran. Kebakaran akibat
bahan oksidator sukar dipadamkan karena mampu menghasilkan oksigen sendiri
Bahan kimia oksidator dapat di bedakan dua jenis yakni
1. Oksidator Organik, seperti :
Permanganat
Perklorat
Dikromat
Hydrogen peroksida
Periodat
Persulfat
2. Perioksida Organik seperti :
Benzyl peroksida
Asetil peroksida
Eter oksida
Asam perasetat


15




6. Bahan Kimia Reaktif terhadap Air
Bahan reaktif terhadap air adalah bahan-bahan kimia yang mudah bereaksi
dengan air dan menghasilkan panas yang besar dan atau gas yang mudah terbakar.
Logam-logam seperti Na, K , dan Ca bereaksi dengan air menghasilkan H
2
yang
langsung terbakar oleh panas reaksi yang terbentuk :
2Na + H
2
O 2NaOH + H
2
+ kalor
Sedangkan CaO bereaksi dengan air menghasilkan panas :
CaO + H
2
O Ca(OH)
2
+ kalor
Selain itu, bahan-bahan seperti logam halida anhidrat, oksida non logam halida
dan asam sulfat pekat juga bereaksi dengan air secara hebat. Oleh karena itu,
zat-zat demikian harus dijauhkan dari air atau disimpan dalam ruangan yang
kering dan bebas dari kebocoran di waktu hujan. kebakaran akibat zat-zat di
atas tak dpat dipadamkan dengan penyiraman air.

7. Bahan Kimia Reaktif terhadap Asam
Bahan-bahan reaktif terhadap asam adalah bahan-bahan yang mudah bereaksi
asam menghasilkan panas, gas mudah terbakar, dan atau gas beracun. Logam-
logam alkali seperti, Na, K, dan Ca selain reaktif terhadap air juga terhadap asam.
Oksidator seperti kalium klorat/perklorat, kalium permanganat dan asam kromat
amat reaktif terhadap asam sulfat dan asam asetat.
Zat-zat beracun seperti NaCN atau KCN bereaksi dengan asam membentuk
gas asam sianida yang amat beracun :
NaCN + HCL NaCl + HCN
(g)
Demikian pula dengan logam-logam seperti Cu, Zn, dan Al reaktif terhadap asam
nitrat menghasilkan gas NO
2
yang beracun
Cu + 4HNO
3
2 NO
2
+ 2H
2
O
Dengan sendirinya zat-zat di atas dalam penyimpanannya harus dijauhkan dari
asam-asam.


16

8. Gas Bertekanan Tinggi
Gas bertekanan tinggi banyak dipakai dalam laboratorium baik sebagai reagen,
bahan bakar atau gas pembawa. Gas-gas tersebut disimpan daam bentuk :
a. Gas tekan seperti udara, hidrogen dan klor
b. Gas cair seperti nitrogen dan amonia
c. Gas terlarut dalam pelarut organik di bawah tekanan misalnya etilen.
Bahaya dari gas-gas bertekanan rendah, selain bahaya karena sifat gas tersebut
beracun, korosif dan mudah terbakar juga bahaya mekanik seperti meluncurnya
silinder gas akibat tekanan yang terlepas atau ledakan. Selain itu, ciri khas bahaya
utama adalah kebocoran yang akan mengeluarkan banyak gas dalam waktu yang
singkat.

9. Bahan Kimia Radio aktif
Bahan kimia radioaktif adalah bahan kimia yang dapat memancarkan radiasi
sinar alpha, beta, atau gamma. Zat-zat radioaktif banyak dipakai dalam
laboratorium sebagai bahan untuk sintetis dan analisis selain untuk pengobatan.
Sinar gamma mempunyai energi dan daya tembus yang lebih besar dari pada sinar
beta dan sinar lebih kuat daripada sinar alpha. Sinar-sinar tersebut dapat merusak
sel-sel tubuh.
Keterpaan radiasi dapat terjadi akibat sumber radiasi di luar tubuh. Terutama
untuksinar gamma yang memiliki daya tembus besar. Melindungi diri denagn
penahan timbal, menjauhkan diri dari sumber radiasi serta mengurangi waktu
keterpaan merupakan cara menghindarkan diri dari radiasi.
Bahaya radiasi dapat pula berasal dari dalam tubuh, yang terjadi karena
masuknya zat-zat radioaktif melalui paru-paru, mulut, dan kulit. Dalam hal ini,
pemancar sinal alpha dan beta cukup berbahaya karena dapat beredar ke seluruh
tubuh lewat peradaran darah atau terakumulasi lewat organ-organ tertentu,
bergantung pada jenis zat.





17

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Perlunya pengetahuan tentang faktor kimia beserta klasifikasinya menjadi
sangat penting mengingat banyak terjadi kecelakaan industri khususnya yang
menggunakan bahan kimia berbahaya dan beracun. Dengan pengetahuan dan
pemahaman terhadap faktor kimia secara keseluruhan, diharapkan kita dapat meredam
laju kecelakaan kerja khususnya dari faktor kimia di tempat kerja dan laboratorium.

























18

DAFTAR PUSTAKA

Bennet, N.B. 1995. Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerj. Jakarta: P.T. Pustaka
Pressindo

Cook, T.M. 1986. Operasi Industri Kimia, Aspek Keselamatan dan Kesehatan. Jakarta : P.T
Gramedia

Khasani, Soemanto Imam. 1990. Keselamatan Kerja dalam laboratorium Kimia.Jakarta : P.T.
Gramedia

Soedharta, Gatot. 1983. Pencegahan dan Penangggulangan Kebakaran. Jakarta: Van
Noostard Reinhold Company




















19

Lampiran Pertanyaan

1. Apa maksud dan contoh dari gesekkan mekanik ( Siti Rahma Yanti )
2. Bagaimana cara penanganan apabila terkena bahan kimia korosif? ( Muhammad )
3. Bagaimana bahaya pengaruh nikel dan cara menghindarinya?
Bagaimana cara menghindari penyakit kanker pada pekerja yang berhubungan langsung
dengan nikel? (Nini Nadila)
4. Mengapa sinar gamma dapat memberi keuntungan dan kerugian pada manusia, dan apa
yang dikandung sinar gamma sehingga dapat memberi keuntungan dan kerugian? (Mega
Shintia)
5. Jeelaskan sifat, dari bahan kimia elektrofilik, nukleofilik, dan karsinogenik dan berikan
contohnya! (Virta Puspita)

S-ar putea să vă placă și