Faktor-faktor yang harus diperhatikan dalam kegiatan penanaman bibit kelapa sawit adalah :
a) pembuatan lubang tanam, b) umur dan tinggi bibit c) susunan dan jarak tanam, d) waktu tanam, e) penanaman tanaman penutup tanah.
a) Pembuatan Lubang Tanam Pembuatan lubang tanam dapat dilakukan satu minggu sebelum penanaman. Pembuatan lubang tanam berbeda untuk tanah mineral dan tanah gambut. - pembuatan lubang pada tanah mineral, hanya dibuat satu lubang tanam (tunggal) untuk setiap tanaman dengan ukuran lubang sebesar 60 cm x 60 cm x 60 cm. - pembuatan lubang tanam secara manual di areal gambut dapat dibuat ganda (double hole) atau yang disebut juga dengan lubang di dalam lubang (hole in hole).
b) Umur dan Tinggi Bibit Bibit dengan umur 12-14 bulan merupakan bibit yang terbaik untuk dipindahkan ke lapangan. Tinggi bibit yang dianjurkan berkisar 70 180 cm. c) Susunan dan Jarak Tanam Jarak tanam optimal adalah 9 m untuk tanah datar dan 8,7 m untuk tanah bergelombang. Susunan penanaman dapat berbentuk bujur sangkar, jajaran genjang, atau segitiga sama sisi.
d) Waktu Tanam Di Indonesia, saat yang paling baik untuk melakukan penanaman adalah pada bulan Oktober atau November. Penanaman pada awal musim hujan adalah yang paling tepat karena persediaan air sangat berperan dalam menjaga pertumbuhan bibit tanaman yang baru dipindahkan.
e) Penanaman Tanaman Penutup Tanah
Tanaman penutup tanah yang baik biasanya berupa jenis tanaman kacang-kacangan (Leguminosa). Kriteria yang digunakan untuk memilih jenis tanaman penutup tanah adalah : - Bukan pesaing tanaman pokok - Mudah diperbanyak, - pertumbuhannya cepat - tidak banyak mengandung hama dan penyakit - Memberikan bahan organik yang tinggi - Memiliki kemampuan menekan gulma Jenis tanaman penutup tanah yang banyak digunakan untuk areal tanaman kelapa sawit yaitu Colopogonium caeruleum, Colopogonium mucunoides, Pueraria phaseoloides, Centrocoma pubescens, Mucuna cochinchinensis. Masa tanaman belum menghasilkan (TBM) berlangsung selama 2,5 tahun atau 30 bulan yaitu saat tanaman menjelang panen. Masa 2,5 tahun ini dibagi atas 3 tahun pemeliharaan yaitu : Tahun I berlangsung selama 12 bulan Tahun II berlangsung selama 12 bulan Tahun III berlangsung 6 bulan Kegiatan pemeliharaan masa TBM meliputi : 1. Konsolidasi 2. Pemeliharaan jalan, benteng, teras, parit dan lain- lain 3. Penyulaman 4. Penyiangan 5. Pemeliharaan piringan pokok (bobokor) 6. Pemeliharaan tanaman penutup tanah 7. Pemupukan 8. Pemberantasan hama dan penyakit Pemeliharaan Tanaman Belum Menghasilkan (TBM) 1. Konsolidasi Merupakan kegiatan pemeriksaan situasi blok demi blok yang sudah ditanam untuk melihat kekurangannya dan kemudian memperbaikinya Kegiatan ini harus dilakukan secara teratur minimal 2 kali setahun.
2. Pemeliharaan jalan, benteng, teras, parit dan lain-lain Peningkatan jalan meliputi pengerasan, penimbunan, pengupasan pada pendakian, perbaikan parit jalan, membersihkan rumput yang tumbuh atau mempertahankan bentuk seperti semula. Secara teratur merawat jalan dilakukan 1 bulan sekali.
3. Penyulaman Penyulaman masih dapat dilakukan sampai tanaman berumur 5 tahun, setelah itu pertumbuhan tanaman yang disulam agak tertekan. Bibit yang abnormal akan diketahui setelah 6 12 bulan 4. Penyiangan sebaiknya dilakukan pada musim kemarau. Racun alang-alang yang biasa dipakai : Campuran minyak tanah, solar dan pelumas bekas Dowpon M 20-30 gram/liter Glyphosate (Round up) 7,5 10 gram/liter. Penyiangan dilakukan secara rutin dengan rotasi 1 1,5 bulan sekali. 5. Pemeliharaan piringan pokok (bobokor) Piringan pokok (bobokor) atau bobokor harus dibebaskan dari gulma agar pupuk yang ditempatkan tidak diserap oleh gulma Penggaruan dilakukan dengan garuk bertangkai panjang, ke dalam ke luar, agar tidak terjadi cekungan pada piringan dengan rotasi 1 1,5 bulan sekali. Hubungan antara umur tanaman dengan radius piringan Umur tanaman (bulan) Radius piringan (m) 0 6 0,60 7 12 0,75 13 24 1,00 25 30 1,25 6. Pemeliharaan tanaman penutup tanah Penutup tanah jenis kacang-kacangan membutuhkan waktu 4 6 bulan untuk dapat menutup tanah dan perlu dipertahankan untuk beberapa tahun. Di areal yang tidak menggunakan herbisida pratumbuh perlu segera disiang secara manual. Terdapat 4 kelas penyiangan disebut P0, P1, P2, P3 atau ada juga yang menggunakan M0, M1, M2, M3. P berarti penyiangan dan M merumput. P0 = kondisi telanjang atau terbuka dimana semua tumbuhan tidak ada yaitu keadaaan dimana kacangan belum ditanam. P1 = semua gulma harus dimusnahkan kecuali kacangan yang ditanam (100%). Kondisi ini memerlukan rotasi penyiangan pada 3 bulan pertama 2 kali sebulan. P2 = populasi berisi 85% kacangan dan 15% rumput lunak. Pakis, mikania, rumput keras dan tumbuhan berkayu dimusnahkan. Diperlukan rotasi 2-3 minggu sekali untuk mempertahankannya pada 3 bulan pertama.
P3 = populasinya merupakan campuran kacangan dan gulma lain selain tumbuhan berkayu. Kondisi ini memerlukan rotasi sekali sebulan. Pemupukan
Penggunaan jenis dan dosis pupuk ditentukan menurut jenis tanah dan tanaman penutup tanahnya sejak pemupukan pertama sampai dengan tanaman berumur 32 bulan (tanaman menghasilkan)
Jenis tanah/Penutup tanah Jenis pupuk dan jumlah (kg/pokok) Jumlah ZA RP MOP Kiserit B Podsolik/legume 4,35 3,35 4,50 3,70 0,10 16,00 Podsolik/non legume 5,35 4,00 4,75 3,70 0,10 17,90 Regosol 5,15 4,50 4,45 4,05 0,10 18,25 Penggunaan jenis dan dosis pupuk menurut jenis tanah dan tanaman penutup tanah Pegendalian hama dan penyakit Beberapa jenis hama yang terdapat pada tanaman muda kelapa sawit adalah kumbang tanduk (Oryctes rhinoceros), Apogonia sp., belalang, ulat api, ulat kantong, penggerek bunga, tikus, babi hutan, galah, landak, kera. Penyakit yang kerap menyerang tanaman muda kelapa sawit adalah penyakit tajuk. Penyakit ini mulai terlihat 1 tahun setelah penanaman dan mencapai puncaknya pada umur 2 3 tahun. Pengendaliah hama dan penyakit dapat dilakukan dengan cara kultur teknis, biogis, dan atau secara kimiawi.
Pemeliharaan Tanaman Menghasilkan (TM) Pemeliharaan jalan, teras, parit dan lain-lain Jalan harus dirawat secara teratur minimal sebulan sekali perlu dibersihkan dari rumput-rumput dan parit-parit buangan air di tepi jalan harus diperbaiki. Teras, tapak kuda perlu dirawat dengan teratur dimana yang rusak diperbaiki karena merupakan tempat tandan jatuh setelah dipotong dan tempat penaburan pupuk. Kemiringan piringan tapak kuda perlu diperbaiki agar tandan yang dipanen tidak tergulin dan pupuk yang diberikan tidak dihanyutkan air pada tanah yang bertopografi berat. Parit drainase dirawat minimal setahun sekali agar air dapat mengalir dengan lancar. Pemberantasan gulma Pemberantasan gulma ditujukan pada 2 sasaran, yaitu pada gawangan dan piringan + jalan pikul. Luas jalan pikul, piringan pokok (bobokor) dan gawangan adalah : - Jalan pikul 6 x 100 x 1 m = 600 m - Piringan pokok (bobokor) 130 x 12 x 1 m = 1560 m dibulatkan menjadi 1600 m Luas gawangan 10.000 600 1560 = 7840 m dibulatkan menjadi 7800 m
Pengendalian Gulma Masalah gulma pada tanaman menghasilkan merupakan masalah pokok disamping pemupukan. Jenis gulma yang tumbuh dan mendominasi suatu areal tergantung dari lokasi dan iklim setempat. Sasaran pengendalian gulma adalah piringan pokok (bobokor), jalan pikul dan gawangan. Bobokor sebagai tempat penyebaran pupuk dan tempat jatuhnya tandan yang dipanen perlu dibersihkan secara teratur. Piringan yang melingkari batang itu pada tanaman menghasilkan memiliki jari-jari sekitar 2,25 2,50 m. Terdapat jenis gulma yang harus diberantas secara menyeluruh, dikendalikan dan dipelihara. Alang-alang, Mikania, Chromolaena odorata, Lantana camara, Malestoma spp., Nephrolepis biserata, Ottochloa nodosa Gulma yang tumbuh di sekitar piringan dan jalan pikul cukup dikendalikan jika tumbuh di gawangan. Paspalum spp., Ageratum conyzoides, Boeraria latifolia harus diberantas jika tumbuh di piringan dan jalan pikul namun dapat dibiarkan jika terdapat pada gawangan.
Pemangkasan (penunasan) pelepah daun Tujuan pemotongan pelepah daun adalah : a. Membuang pelepah yang tidak berguna lagi atau tidak berfungsi b. Sanitasi (kebersihan) untuk mencegah serangan hama atau penyakit, tikus dan pakis atau tumbuhan liar lainnya. c. Memperlancar penyerbukan baik yang dilakukan serangga maupun angin d. Mempermudah panen, pengamatan tandan masak e. Menciptakan kondisi kerja yang baik bagi pekerja
Pada pelaksanaanya terdapat 2 sistem pemangkasan (penunasan) pelepah daun : a. Songgo satu dilakukan pada tanaman berumur dibawah 10 tahun, dimana pemotongan dilakukan sampai satu lingkaran dari tandan terbawah. b. Songgo dua dilakukan pada tanaman berumur 10 tahun, dimana sampai dua lingkaran ditinggalkan atau dua pelepah daun dibawah tandan matang tidak dipotong sedangkan pelepah yang berada dibawahnya harus dibuang. Konsolidasi dan inventarisasi Tanaman kelapa sawit hidup selama masa 25 30 tahun dan akan memerlukan perbaikan kondisi tumbuh. Untuk mempermudah pemeriksaan dan pelaporannya maka inventarisasi dan pembuatan peta tanaman dari setiap blok perlu dibuat setahun sekali sehingga upaya memperbaikinya akan lebih mudah
Penjarangan Penjarangan bertujuan untuk menghindari hal- hal berikut ini : - Intensitas cahaya matahari yang masuk sangat kurang - Vegetasi yang tumbuh di gawangan sangat sedikit bahkan banyak yang gundul - Tajuk tanaman saling menutupi atau tumpang tindih - Pertumbuhan pelapah karena persaingan menegak (tumbuh ke atas) dan batang tumbuh meninggi serta terlihat diameternya mengecil.
Pemupukan Dosis pupuk N yang diberikan pada tanaman menghasilkan adalah 1 3 kg ZA/pohon/tahun atau 0,7 2,1 kg Urea/pohon/tahun yang setara dengan 0,2 0,6 kg N/tahun. Pupuk P diberikan pada tanaman menghasilkan 2 kali setahun dengan dosis total 1 2 kg/pohon/tahun sedangkan pupuk K diberikan dengan dosis 1,5 3 kg/pohon/tahun. Pemakaian pupuk Mg pada TM adalah 0,13 0,25 kg/ MgO/pohon/tahun. Pupuk Urea atau ZA ditabur merata pada piringan pokok (bobokor) mulai dari jari-jari 50 cm sampai tepi piringan. Pupuk lainnya seperti RP, MOP dan Kiserit disebar pada piringan mulai jari-jari 1 m sampai 2,75 m atau 50 75 cm di luar piringan pada tanaman yang lebih tua (> 8 tahun) diperluas sampai dengan 3 m dari pangkal pohon. Pengendalian hama dan penyakit Cara pencegahan dan pemberantasannya dikenal cara manual, khemis, biologis, perangkap dan lain-lain. Tindakan pencegahan merupakan upaya terbaik yang dapat dilakukan meliputi : 1. Menghindari penggunaan bibit yang telah terkena infeksi yang terbawa dari pembibitan 2. Membersihkan lingkungan dari tanaman yang dapat menjadi tanaman inang hama dan penyakit 3. Meningkatkan kesehatan tanaman melalui pemupukan dan pemeliharaan lainnya 4. Mendeteksi lebih awal atau menerapkan sistem peringatan dini 5. Menciptakan kondisi yang tidak favourable bagi perkembangan hama dan penyakit 6. Menanam bibit yang toleran terhadap hama dan penyakit 7. Meningkatkan jumlah maupun jenis keberadaan parasit, predator dan musuh alami lainnya dengan menciptakan kondisi yang sesuai 8. Kesiagaan akan perlengkapan pengendalian (penyemprotan, insektisida) jika sewaktu-waktu serangan hama dan penyakit muncul.
Hama yang menyerang tanaman menghasilkan misalnya kumbang tanduk, Apogonia sp., Adoretus sp., Valanga nigricornis dan lain-lain. Penyakit terpenting pada tanaman menghasilkan adalah busuk pucuk (spear rot), busuk tandan, busuk pangkal batang