Sunteți pe pagina 1din 27

KONSEP PENYAKIT

1.1. Definisi
Marasmus berasal dari bahasa Yunani yang berarti wasting/ merusak.
Marasmus pada umumnya merupakan peyakit pada bayi (dua belas bulan pertama),
karena terlambat diberi makanan tambahan. Penyakit ini dapat terjadi karena
penyapihan mendadak, formula pengganti ASI terlalu encer dan tidak higienis atau
sering kena infeksi terutama gastroenteritis. Marasmus berpengaruh jangka panjang
terhadap mental dan fisik yang sukar diperbaiki (Almatsier, 2009).
Marasmus adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh kekurangan kalori
protein (Suriyadi, 2001). Marasmus adalah malnutrisi energi protein berat yang
disebabkan oleh defisiensi makanan sumber energi (kalori) dapat terjadi bersama
atau tanpa disertai defisiensi protein (Betz, 2002).
Sedangkan menurut Arisman (2004), marasmus adalah suatu bentuk malgizi
protein energi karena kelaparan, semua unsur diet kurang. Marasmus terjadi karena
masukan kalori yang tidak adekuat, penyakit usus menahun, kelainan metabolik atau
infeksi menahun seperti tuberkulosis.
Dari berbagai pengertian diatas, maka dapat disimpulkan marasmus adalah
suatu penyakit malnutrisi energi protein berat akibat dari kurang mendapat masukan
makanan dalam waktu lama yang ditandai dengan penurunan berat badan dan atropi
jaringan tubuh secara bertahap terutama subkutan sehingga anak tampak lebih tua
dengan kulit keriput dan turgor kulit menurun.

1.2. Anatomi dan Fisiologi
a. Cavum Oris
Rongga mulut adalah pintu masuk saluran pencernaan. Fungsi rongga mulut:
1) Memberi makan
2) Mengerjakan pencernaan pertama dengan jalan mengunyah
3) Untuk berbicara
4) Bila perlu. Digunakan untuk bernafas

Rongga mulut (cavum oris) dibantu oleh:
1) Sebelah atas: Oleh pallantum durum dan pallantum mole
2) Sebelah bawah: Oleh otot-otot yang membentuk lidah, kecuali itu juga os mandibula
3) Sebelah depan dan samping: Oleh gigi, bibir dan juga pipi
4) Sebelah belakang: Oleh isthmus faucium


Gambar 2.1. Cavum Oris

Didalam rongga mulut tersebut terdapat:
1) Pipi dan Bibir
Mengandung otot-otot yang diperlukan dalam proses mengunyah dan bicara
disebelah luar, pipi, dan bibir diselimuti oleh kulit

2) Lidah
Lidah mengandung 2 jenis otot, yaitu:
Otot ekstrinsik yang berorigo diluar lidah, insersi dilidah
Otot instrinsik yang berorigo dan insersi didalam lidah

3) Gigi
Gigi dibedakan menjadi 4 macam:
Gigi seri (Dens Incisivus) terdapat 8 buah
Gigi seri (Dens Caninus) terdapat 4 buah
Gigi geraham depan (Dens Premolaris)
Gigi geraham belakang (Dens Molaris)

4) Kelenjar Ludah
Terdapat tiga kelenjar ludah yang menghasilkan air ludah, yaitu:
Kelenjar Parotis, terletak disebelah bawah dengan daun telinga diantara otot
pengunyah dengan kulit pipih. Cairan ludah hasil sekresinya dikeluarkan melalui
duktus stesen kedalam rongga mulut melalui satu lubang dihadapannya gigi molar
kedua atas. Saliva yang disekresikan sebanyak 25-35 %


Gambar 2.2. Kelenjar Saliva

Kelenjar Sublinguinalis, terletak dibawah lidah salurannya menuju lantai rongga
mulut. Saliva yang disekresikan sebanyak 3-5 %
Kelenjar Submandibularis, terletak lebih belakang dan kesamping dari kelenjar
subinguinalis. Saluran menuju kelantai rongga mulut belakang gigi seri pertama.
Saliva yang disekresikan sebanyak 60-70 %

Ada 2 jenis pencernaan didalam rongga mulut:
1) Pencernaan mekanik, yaitu pengunyahan dengan gigi, pergerakan otot-otot lidah,
dan pipi untuk mencampur makanan dengan air ludah sehingga terbentuklah suatu
bolus yang bulat untuk ditelan
2) Pencernaan kimiawi yaitu pemecahan zat pati (amilum) oleh pthialin (suatu
amylase) menjadi maltosa. Suatu bukti ialah bila kita mengunyah nasi (zat pati),
lama-kelamaan akan sedikit terasa manis. Pthialin bekerja didalam rongga mulut (pH
6,3-6,8) dan masih bekerja didalam lambung untuk mencernakan zat pati kira-kira 15
menit sampai asam lambung menurunan pH sehingga pthialin tidak bekerja lagi

b. Faring
Faring menghubungkan rongga mulut dengan kerongkongan dan melakukan
gerakan mencegah masuknya makanan ke jalan pernapasan dengan menutup
sementara hanya beberapa detik dan mendorong makanan masuk ke dalam esofagus
agar tidak membahayakan pernapasan.


Gambar 2.3. Faring

c. Esofagus
Esophagus adalah yang menghubungkan rongga mulut dengan lambung, yg
letaknya dibelakang trakea yg berukuran panjang 20-25 cm dan lebar 2 cm. Fungsi
dari esophagus adalah:
1) Menghantarkan bahan yang dimakan dari faring ke lambung
2) Tiap-tiap ujung esophagus dilindungi oleh suatu sphingter yang berperan sebagai
barier terhadap refleks isi lambung kedalam esophagus


Gambar 2.4. Esofagus

Dinding esophagus terdiri atas beberapa bagian, yaitu:
1) Lapisan Mukosa, terletak dibagian dalam yang dibentuk oleh epitel berlapis gepeng
dan diteruskan kefaring dibagian atas serta mengalami perubahan yang mencolok
pada perbatasan esophagus lambung menjadi epitel selapis toraks pada lambung
2) Lapisan Submukusa, mengandung sel-sel sekretoris yang menghasilkan mucus
untuk mempermudah jalannya makanan waktu menelan dan melindungi mukosa dari
cedera pencernaan kimiawi
3) Lapisan otot, terdiri dari dua lapisan serabut otot yang satu berjalan longitudinal, dan
lainnya sirkulasi

Mekanisme menelan dilakukan setelah mengunyah:
1) Gerakan membentuk makanan menjadi sebuah bolus dengan bantuan lidah dan pipu
dan melalui bagian belakang mulut masuk kedalam faring
2) Setelah makanan masuk kedalam faring maka fallantum lunak naik untuk menutup
nares posterior, glottis menutup oleh kontraksi otot-otot dan otot kontrikstor faring
menangkap makanan dan pada saat ini pernapasan berhenti. Gerakan menelan pada
bagian ini merupakan gerakan refleks
3) Makanan berjalan dalam esophagus karena kerja peristaltik yang menghantarkan
bolus makanan ke lambung

d. Gaster
Lambung menampung makanan yang masuk melalui esofagus,
mengahancurkan makanan, dan menghaluskan makanan dengan gerakan peristaltik
lambung dan getah lambung. Penghancuran makanan dilakukan dengan dua cara
yaitu dengan mekanis dan kimiawi.

1) Mekanis, menyimpan, mencampur dengan sekret lambung dan mengeluarkan kimus
ke dalam usus. Pendorongan makanan terjadi secara gerakan peristaltik setiap 20
detik
2) Kimiawi, bolus dalam lambung akan dicampur dengan asam lambung dan enzim-
enzim


Gambar 2.5. Gaster

Di dalam lambung, makanan dicerna secara kmiawi. Dinding lambung
tersusun dari tiga lapisan otot, yakni otot melingkar, memanjang dan menyerong.
Kontraksi dan ketiga macam lapisan otot tersebut mengakibatkan gerak peristaltik
(gerak menggelombang). Gerak peristaltik menyebabkan makanan di dalam lambung
diaduk-aduk.
Di bagian dinding lambung sebelah dalam terdapat kelenjar-kelenjar yang
menghasilkan getah lambung. Aroma, bentuk, warna, dan selera terhadap makanan
secara refleks akan menimbulkan sekresi getah lambung. Getah lambung
mengandung asam lambung (HCI), pepsin, musin, dan renin. Asam lambung
berperan sebagai pembunuh mikroorganisme dan mengaktifkan enzim pepsinogen
menjadi pepsin. Pepsin merupakan enzim yang dapat mengubah protein menjadi
molekul yang lebih kecil. Musin merupakan mukosa protein yang melicinkan
makanan. Renin merupakan enzim khusus yang hanya terdapat pada mamalia,
berperan sebagai kaseinogen menjadi kasein. Kasein digumpalkan oleh Ca+ dari
susu sehingga dapat dicerna oleh pepsin. Tanpa adanya reninm sus yang berwujud
cair akan lewat begitu saja di dalam lambuing dan usu tanpa sempat dicerna.
Kerja enzim dan pelumatan oleh otot lambung mengubah makanan menjadi
lembut seperti bubur, disebut chyme (kim) atau bubur makanan. Otot lambung
bagian pilorus mengatur pengeluaran kim sedikit demi sedikit dalam duodenum.
Caranya, otot pilorus yang mengarah ke lambung akan relaksasi (mengendur) jika
tersentuk kim yang bersifat asam. Sebaliknya, otot pilorus yang mengarah ke
duodenum akan berkontraksi (mengerut) jika tersentu kim.
Jadi, misalnya kim yang bersifat asam tiba di pilorus depan, maka pilorus
akan membuka, sehingga makanan lewat. Oleh karena makanan asam mengenai
pilorus belakang, pilorus menutup. Makanan tersebut dicerna sehingga keasamanya
menurun. Makanan yang bersifat basa di belakang pilorus akan merangsang pilorus
untuk membuka. Akibatnya, makanan yang asam dari lambung masuk ke duodenum.
Demikian seterusnya. Jadi, makanan melewati pilorus menuju duodenum segumpal
demi segumpal agar makanan tersebut dapat tercerna efektif. Seteleah 2 sampai 5
jam, lambung kosong kembali.

e. Intestinum
Intestinum adalah tempat berlangsungnya sebagian besar pencernaan dan
penyerapan. Setelah ini lumen meninggalkan usus halus tidak terjadi lagi pencernaan
walaupun usus besar dapat menyerap sejumlah kecil garam dan air. Dengan panjang
sekitar 6,3 m (21 kaki), diameternya kecil yaitu 2,5 cm/1 inci. Bergulung didalam
rongga abdomen dan terlentang dari lambung sampai usus besar. Usus halus terdiri
dari 3 bagian yaitu:

1) Duodenum
Duodenum disebut jga usus dua belas jari
Bagian pertama usus halus yang terbentuk sepatu kuda
Bermuara dua saluran: saluran getah pancreas dan saluran empedu

2) Jejenum
Disebut juga usus kosong
Menempati 2/5 sebelah atas dari usus halus yang selebihnya
Terjadi pencernaan secara kimiawi
Pencernaan diselesaikan
Menghasilkan enzim pencernaan


Gambar 2.6. Intestinum

3) Ileum
Ileum disebut juga usus penyerapan
Menempati 3/5 akhir
Penyerapan sari-sari makanan

f. Colon
Colon terbagi menjadi 3 (tiga) bagian, yaitu:
1) Asenden
2) Transversum
3) Desenden


Gambar 2.7. Colon

Fungsi utama usus besar antara lain:
1) Untuk menyimpan bahan sebelum defekasi
2) Selulosa dan bahan2 lain dalam makanan yg tidak dapat dicerna membentuk
sebagian besar feses dan membantu mempertahankan pengeluaran tinja secara teratur
karena berperan menentukan volume isis colon

g. Rektum dan Anus
Rektum, terletak dibawah kolon sigmoid yang menghubungkan intestinum
mayor (usus besar) dengan anus. Terletak dalam rongga pelvis didepan osakrum dan
askoksigis. Panjang 10 cm terbawah dari usus tebal.


Gambar 2.8. Rektum dan Anus

Anus adalah bagian dari saluran pencernaan yang menghubungkan rectum
dengan dunia luar (udara luar). Anus ini terletak didasar pelvis, dindingnya diperkuat
oleh tiga spinter, yaitu:

1) Spinter Ani Internus yang bekerja tidak menurut kehendak
2) Spinter Levator Ani yang bekerja tidak menurut kehendak
3) Spinter Ani Eksternus yang bekerja bekerja menurut kehendak

h. Pankreas
Pankreas memiliki panjang 15 cm, campuran jaringan eksokrin dan endokrin,
elenjar memanjang yang terletak dibelakang dan dibawah, diatas lengkung pertama
duodenum.
1) Eksokrin: sel sekretorik seperti anggur yg membentuk kantung-kantung atau asinus,
berhubungan yg akhirnya bermuara ke duodenum
2) Endokrin: pulau2 jaringan endokrin terisolasi, pulau-pulau langerhands
(insulin dan glukosa)


Gambar 2.9. Pankreas
Enzim yg ada pada pancreas adalah:
1) Proteolitik: untuk pemcernaan protein
2) Amilase : untuk pencernaan karbohidrat
3) Lipase: untuk pencernaan lemak

i. Hepar
Hati merupakan organ terbesar dari sistem pencernaan yg ada dalam tubuh
manusia. Berwarna coklat, sangat vaskuler lunak. Beratnya sekitar 1300-1500 gram.
Didalam hati terdiri dari lobulus-lobulus yang banyak sekitar 50.000-100.000 buah.
Lobulus yang berbentuk segienam, setiap lobulus terdiri dari jajaran sel hati
(hematosit) seperti jari-jari roda melingkari suatu vena sentralis diantara sel hati
terdapat sinusinoid yang pada dindingnya terdapat makrofag yang disebut sel kuffer
yang dapat memfagosit sel-sel darah yg rusak dan bekteri. Hematosit menyerap
nutrient, oksigen dan racun dari darah sinusoid.
Didalam hematosit zat racun akan didektosifikasi. Diantaranya hematosit
terdapat saluran empedu. Kanalikuli-kanalikuli akan bergabung menjadi duktus
hepatikus, yang bercabang menjadi dua, satu menuju kandung empedu yang disebut
duktus sitikus, yang kedua duktus koleodokus akan bergabung dengan duktus
wirsungi dari pancreas menuju duodenum. Fungsi Hati antara lain:


Gambar 2.10. Hepar

1) Metabolisme Karbohidrat
Glikolisis: Pembentukan glukosa menjadi glikogen
Glikogenolisis: Pembentukan glikogen menjadi glukosa
Glukoneogenesis: Pembentukan glukosa bukan dari karbohidrat, tetapi dari protein
dan lemak

2) Metabolisme Protein
Beberapa asam amino diubah menjadi glukosa. Asam amino yg tidak dibutuhkan
menjadi urea yang dikeluarkan dari sel hati kdalam darah dan disekresikan oleh
ginjal

3) Metabolisme Lemak
Lemak diubah menjadi asam lemak dan gliserol selain itu asam lemak dibawa
menuju hati dalam darah porta dari usus dan diubah menjadi jenis partikel-partikel
kecil yg dapat digunakan dalam proses metabolik

1.3. Etiologi
a. Masukan makanan yang kurang: marasmus terjadi akibat masukan kalori yang
sedikit, pemberian makanan yang tidak sesuai dengan yang dianjurkan akibat dari
ketidaktahuan orang tua si anak, misalnya pemakaian secara luas susu kaleng yang
terlalu encer
b. Infeksi yang berat dan lama menyebabkan marasmus, terutama infeksi enteral
misalnya infantil gastroenteritis, bronkhopneumonia, pielonephiritis dan sifilis
kongenital
c. Kelainan struktur bawaan misalnya: penyakit jantung bawaan, penyakit
Hirschpurng, deformitas palatum, palatoschizis, mocrognathia, stenosis pilorus,
hiatus hernia, hidrosefalus, cystic fibrosis pankreas
d. Prematuritas dan penyakit pada masa neonatus. Pada keadaan tersebut pemberian
ASI kurang akibat reflek mengisap yang kurang kuat
e. Pemberian ASI yang terlalu lama tanpa pemberian makanan tambahan yang cukup
f. Gangguan metabolik, misalnya renal asidosis, idiopathic hypercalcemia,
galactosemia, lactose intolerance
g. Tumor hypothalamus, kejadian ini jarang dijumpai dan baru ditegakkan bila
penyebab maramus yang lain disingkirkan
h. Penyapihan yang terlalu dini disertai dengan pemberian makanan tambahan yang
kurang akan menimbulkan marasmus
i. Urbanisasi mempengaruhi dan merupakan predisposisi untuk timbulnya marasmus,
meningkatnya arus urbanisasi diikuti pula perubahan kebiasaan penyapihan dini dan
kemudian diikuti dengan pemberian susu manis dan susu yang terlalu encer akibat
dari tidak mampu membeli susu, dan bila disertai infeksi berulang terutama
gastroenteritis akan menyebabkan anak jatuh dalam marasmus

1.4. Patofisiologi
Kurang kalori protein akan terjadi manakala kebutuhan tubuh akan kalori,
protein, atau keduanya tidak tercukupi oleh diet. (Arisman, 2004). Dalam keadaan
kekurangan makanan, tubuh selalu berusaha untuk mempertahankan hidup dengan
memenuhi kebutuhan pokok atau energi. Kemampuan tubuh untuk mempergunakan
karbohidrat, protein dan lemak merupakan hal yang sangat penting untuk
mempertahankan kehidupan, karbohidrat (glukosa) dapat dipakai oleh seluruh
jaringan tubuh sebagai bahan bakar, sayangnya kemampuan tubuh untuk menyimpan
karbohidrat sangat sedikit, sehingga setelah 25 jam sudah dapat terjadi kekurangan.
Akibatnya katabolisme protein terjadi setelah beberapa jam dengan menghasilkan
asam amino yang segera diubah jadi karbohidrat di hepar dan ginjal. Selama puasa
jaringan lemak dipecah menjadi asam lemak, gliserol dan keton bodies. Otot dapat
mempergunakan asam lemak dan keton bodies sebagai sumber energi kalau
kekurangan makanan ini berjalan menahun. Tubuh akan mempertahankan diri jangan
sampai memecah protein lagi seteah kira-kira kehilangan separuh dari tubuh.
Pada keadaan ini yang menyolok ialah pertumbuhan yang kurang atau
terhenti diserati atrofi otot dan menghilangnya lemak dibawah kulit. Pada mulanya
kelainan demikian merupakan proses fisiologis. Untuk kelangsungan hidup jaringan,
tubuh memerlukan energi yang dapat dipenuhi oleh makanan yang diberikan,
sehingga harus didapat dari tubuh sendiri, sehingga cadangan protein digunakan juga
untuk memenuhi kebutuhan energi tersebut.
Penghancuran jaringan pada defisiensi kalori tidak saja membantu memenuhi
kebutuhan energi, akan tetapi juga untuk memungkinkan sintesis glukosa dan
metabolit esensial lainnya seperti asam amino untuk komponen homeostatik. Oleh
karena itu pada marasmus berat, kadang-kadang masih ditemukan asam amino yang
normal, sehingga hati masih dapat membentuk cukup albumin.



Patoflow

Asupan karbohidrat kurang

Pembentukan glukosa kurang

Sel

Pembentukan ATP kurang

Penyimpanan karbohidrat sangat sedikit

> 25 jam terjadi kekurangan karbohidrat

Asupan karbohidrat kurang/ tidak ada

Glikogenolisis Glukoneogenesis

Pemecahan glikogen Katabolisme protein Katabolisme lemak

Pembentukan glukosa Asam amino Pembentukan glukosa

Pembentukan glukosa

Peningkatan glukosa

Asupan karbohidrat terus menerus kurang/ tidak ada

Terjadi lagi proses Glikogenolisis dan Glukoneogenesis

Lama kelamaan lapisan lemak berkurang dan cadangan protein juga berkurang

MARASMUS

Asupan karbohidrat tetap kurang/ tidak ada

Pertumbuhan berkurang

Terjadi atrofi otot

Menghilangnya lapisan lemak bawah kulit

Penghancuran jaringan









MARASMUS




Asupan karbohidrat Lapisan
subkutan
Kurang/ tidak ada menipis/
menghilang



Penurunan sintesis Penurunan glukosa ke sel
Paparan cuaca dingin
glukosa





Penurunan pembentukan ATP Saraf afferen MK:
Hipotermia
Penurunan glukosa
dalam darah Malaise Kornu dorsalis



Hipoglikemia Talamus



Saraf efferen
Nutrisi tidak adekuat
Persepsi lapar



Invasi mikroorganisme Tetap saja terjadi penurunan glukosa
ke sel
Sistem imunitas menurun
Kelaparan
Mikroorganisme berhasil masuk
ke tubuh MK: Perubahan nutrisi
kurang dari
kebutuhan tubuh
MK: Infeksi


Invasi ke saluran pencernaan



Infeksi pada saluran pencernaan
















Peningkatan motilitas usus



Peristaltik usus meningkat



Diare



Pengerluaran cairan elektrolit meningkat



MK: Kekurangan volume cairan




1.5. Manifestasi Klinis
Pada mulanya ada kegagalan menaikkan berat badan, disertai dengan
kehilangan berat badan sampai berakibat kurus, dengan kehilangan turgor pada kulit
sehingga menjadi berkerut dan longgar karena lemak subkutan hilang dari bantalan
pipi, muka bayi dapat tetap tampak relatif normal selama beberaba waktu sebelum
menjadi menyusut dan berkeriput. Abdomen dapat kembung dan datar. Terjadi atropi
otot dengan akibat hipotoni. Suhu biasanya normal, nadi mungkin melambat, mula-
mula bayi mungkin rewe, tetapi kemudian lesu dan nafsu makan hilang. Bayi
biasanya konstipasi, tetapi dapat muncul apa yang disebut diare tipe kelaparan,
dengan buang air besar sering, tinja berisi mukus dan sedikit. Selain itu manifestasi
marasmus adalah sebagai berikut:
a.

Badan kurus kering tampak seperti orang tua
b.

Lethargi
c.

Irritable
d.

Kulit keriput (turgor kulit jelek)
e.

Ubun-ubun cekung pada bayi












f.

Jaingan subkutan hilang
g.

Malaise
h.

Kelaparan
i.

Apatis

1.6. Komplikasi
a. Hipotermi
b. Hipoglikemia
c. Kekurangan elektrolit dan cairan tubuh
d. Postur tubuh kecil pendek
e. Mengalami gangguan bicara
f. Gangguan perkembangan
g. Penurunan skor tes IQ
h. Penurunan perkembangn kognitif
i. Penurunan integrasi sensori
j. Gangguan pemusatan perhatian
k. Gangguan penurunan rasa percaya diri

1.7. Pemeriksaan Penunjang
a. Analisis Penentuan Status Gizi Secara Langsung
1) Antropometri
Mengukur tinggi badan dan berat badan
Menghitung indeks massa tubuh, yaitu berat badan (dalam kilogram) dibagi dengan
tinggi badan
Mengukur ketebalan lipatan kulit dilengan atas sebelah belakang (lipatan trisep)

2) Biofisik adalah metode penentuan status gizi dengan melihat kemampuan fungsi
(khususnya jaringan) dan melihat perubahan struktur dari jaringan

3) Penilaian status gizi dengan biokimia adalah pemeriksaan spesimen yang diuji
secara laboratoris yang dilakukan pada berbagai macam jaringan tubuh. Jaringan
tubuh yang digunakan antara lain: darah, urine, tinja dan juga beberapa jaringan
tubuh seperti hati dan otot.

b. Analisis Penentuan Status Gizi Secara Tidak Langsung
1) Survei Konsumsi Makanan
Survei konsumsi makanan adalah metode penentuan status gizi secara tidak langsung
dengan melihat jumlah dan jenis zat gizi yang dikonsumsi


2) Statistik Vital
Statistik vital adalah dengan menganalisis data beberpa statistik kesehatan seperti
angka kematian berdasarkan umur, angka kesakitan dan kematian akibat penyebab
tertentu dan data lainnya yang berhubungan dengan gizi

3) Faktor Ekologi

1.8. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan Medis
a.

Keadaan ini memerlukan diet yang berisi jumlah cukup protein yang kualitas
biologiknya baik. Diit tinggi kalori, protein, mineral dan vitamin
b.

Pemberian terapi cairan dan elektrolit
c.

Penatalaksanaan segera setiap masalah akut seperti masalah diare berat
d.

Pengkajian riwayat status sosial ekonomi, kaji riwayat pola makan, pengkajian
antropometri, kaji manifestasi klinis, monitor hasil laboratorium, timbang berat
badan, kaji tanda-tanda vital

Secara garis besar, penanganan Kurang Kalori Protein (KKP) berat
dikelompokkan menjadi pengobatan awal dan rehabilitasi. Pengobatan awal
ditujukan untuk mengatasi keadaan yang mengancam jiwa, sementara fase
rehabilitasi diarahkan untuk memulihkan keadaan gizi. Upaya pengobatan, meliputi:
a.

Pengobatan/pencegahan terhadap hipoglikemi, hipotermi, dehidrasi
b.

Pencegahan jika ada ancamanperkembangan renjatan septik
c.

Pengobatan infeksi
d.

Pemberian makanan
e.

Pengidentifikasian dan pengobatan masalah lain, seperti kekurangan vitamin,
anemia berat dan payah jantung

Penatalaksanaan penderita marasmus yang dirawat di rumah sakit dibagi
dalam beberapa tahap, yaitu:
a.

Tahap Awal
24-48 jam pertama merupakan masa kritis, yaitu tindakan untuk menyelamatkan
jiwa, antara lain mengoreksi keadaan dehidrasi atau asidosis dengan pemberian
cairan IV
1)

Cairan yang diberikan adalah larutan Darrow-Glukosa atau Ringer Laktat Dextrose
5%
2)

Mula-mula diberikan 60 ml/kg BB pada 4-8 jam pertama
3)

Kemudian 140ml sisanya diberikan dalam 16-20 jam berikutnya
4)

Cairan diberikan 200ml/kg BB/ hari

b.

Tahap Penyesuaian Terhadap Pemberian Makanan
1)

Pada hari-hari pertama jumlah kalori yang diberikan sebanyak 30-60 kalori/ kg BB/
hari atau rata-rata 50 kalori/ kg BB/ hari, dengan protein 1-1,5 gr/ kg BB/ hari
2)

Kemudian dinaikkan bertahap 1-2 hari hingga mencapai 150-175 kalori/ kg BB/
hari, dengan protein 3-5 gr/ kg BB/ hari
3)

Waktu yang diperlukan untuk mencapai diet TKTP ini lebih kurang 7-10 hari

Penatalaksanaan Keperawatan
a. Pemberian air susu ibu (ASI) sampai umur 2 tahun merupakan sumber energi yang
paling baik untuk bayi
b.

Ditambah dengan pemberian makanan tambahan yang bergizi pada umur 6 tahun ke
atas
c.

Pencegahan penyakit infeksi, dengan meningkatkan kebersihan lingkungan dan
kebersihan perorangan
d. Pemberian imunisasi
e. Mengikuti program keluarga berencana untuk mencegah kehamilan terlalu kerap.
f. Penyuluhan/pendidikan gizi tentang pemberian makanan yang adekuat merupakan
usaha pencegahan jangka panjang
g.

Pemantauan (surveillance) yang teratur pada anak balita di daerah yang endemis
kurang gizi, dengan cara penimbangan berat badan tiap bulan

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
2.1. Pengkajian
a. Penampilan
Muka seorang penderita marasmus menunjukan wajah seorang tua. Anak terlihat
sangat kurus (vel over been) karena hilangnya sebagian besar lemak dan otot-ototnya

b. Pengukuran Antopometri
Berat badan menurut usia < 60% dari berat badan normal usianya

c. Perubahan Mental
Anak menangis, juga setelah mendapat makan oleh sebab masih merasa lapar.
Kesadaran yang menurun (apati) terdapat pada penderita marasmus yang berat

d. Kulit
Kulit biasanya kering, dingin, dan mengendor disebabkan kehilangan banyak lemak
dibawah kulit serta otot-ototnya

e. Rambut Kepala
Walaupun tidak sering seperti pada penderita kwashiorkor, adakalanya tampak
rambut yang kering, tipis dan mudah rontok, berserabut, rapuh, pudar, depigmentasi

f. Lemak Dibawah Kulit
Lemak subkutan menghilang hingga turgor kulit mengurang

g. Otot-Otot
Otot-otot atrofis, hingga tulang-tulang terlihat lebih jelas, lemas

h. Sistem Neurologis
Lesu, peka rangsang, letargi, apatis

i. Saluran Pencernaan
Penderita marasmus lebih sering menderita diare atau konstipasi

j. Abdomen
Distensi, lembek, menonjol besar, perototan buruk

k. Jantung
Tidak jarang terdapat bradikardi

l. Tekanan Darah
Pada umumnya tekanan darah penderita lebih rendah dibandingkan dengan anak
sehat seumur

m. Saluran Nafas
Terdapat pula frekuensi pernafasan yang mengurang

n. Sistem Darah
Pada umumnya ditemukan kadar hemoglobin yang agak rendah


2.2. Diagnosa Keperawatan
a.

Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
malnutrisi energi protein
b.

Kekurangan volume cairan berhubungan dengan diare
c.

Gangguan integritas kulit berhubungan dengan penurunan status metabolik
d.

Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan penurunan imunitas tubuh
e.

Perubahan pertumbuhan dan perkembangan berhubungan dengan melemahnya
kemampuan fisik dan ketergantungan sekunder akibat masukan kalori atau nutrisi
yang tidak adekuat

2.3. Rencana Asuhan Keperawatan
a.

Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
malnutrisi energi protein
Tujuan: Pemenuhan nutrisi adekuat
Kriteria Hasil: Peningkatan pemenuhan nutrisi secara oral

No. Intervensi Rasional
1




2



3



4
Kaji riwayat diit pasien




Anjurkan orang tua atau anggota
keluarga lain untuk menyuapi anak
atau ada disaat makan

Minta anak makan dimeja dalam
kelompok dan buat waktu makan
menjadi menyenangkan

Gunakan alat makan yang menarik
Untuk mengetahui riwayat diit
pasien sebelumnya yang
menyebabkan pasien menderita
marasmus

Menyuapi anak atau ada disaat
anak makan dapat membantu anak
untuk makan lebih banyak

Waktu makan yang menyenangkan
dapat meningkatkan nafsu makan
anak

Alat makan yang menarik (lucu,



5


6
(lucu, bergambar)


Sajikan makan sedikit tapi sering


Kolaborasi dengan ahli gizi dalam
pemberian diit pasien
bergambar) dapat meningkatkan
nafsu makan anak

Untuk mengurangi rasa mual dan
muntah

Kolaborasi dengan ahli gizi dapat
membantu mengetahui jenis makan
apa yang baik untuk pasien

b.

Kekurangan volume cairan berhubungan dengan diare
Tujuan: Kekurangan volume dapat teratasi
Kriteria Hasil: Mukosa bibir lembab, tidak terjadi peningkatan suhu, turgor kulit baik

No. Intervensi Rasional
1

2




3


4
Monitor tanda-tanda vital dan tanda-
tanda dehidrasi
Monitor jumlah dan tipe masukan
cairan



Ukur haluaran urine dengan akurat


Kolaborasi pemberian cairan IVFD
Untuk mengatasi dengan cepat jika
terjadi dehidrasi pada pasein
Memonitor jumlah dan tipe
masukan cairan untuk mengetahui
efektivitas dari terapi yang telah
diberikan

Untuk mengetahui balance intake
dan output cairan pasien

Untuk menunjang kebutuhan
cairan pasien

c.

Gangguan integritas kulit berhubungan dengan penurunan status metabolik
Tujuan: Tidak terjadi gangguan integritas kulit
Kriteria Hasil: Kulit tidak kering, tidak bersisik, dan elastisitas normal


No. Intervensi Rasional
1



2



3


4
Monitor adanya kemerahan, pucat,
dan ikterik


Anjurkan pasien untuk mandi 2 x
sehari dan gunakan lotion setelah
mandi

Massage kulit pada tempat-tempat
penonjolan tulang

Anjurkan keluarga pasien untuk
sering mengganti posisi pasien
ketika berbaring
Untuk mengetahui adanya tanda-
tanda gangguan integritas kulit
pada pasien

Untuk menjaga kebersihan tubuh
pasien dan kelembaban kulit
pasien

Untuk meminimalkan terjadinya
luka dekubitus pada pasien

Untuk meminimalkan terjadinya
luka dekubitus pada pasien

d.

Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan penurunan imunitas tubuh
Tujuan: Pasien tidak menunjukkan tanda-tanda infeksi
Kriteria Hasil: Suhu tubuh normal, leukosit dalam batas normal

No. Intervensi Rasional
1



2


Monitor tanda-tanda vital pasien



Monitor adanya tanda-tanda infeksi


Tanda-tanda vital pasien dapat
meningkat apabila terjadi infeksi
pada pasien

Memonitor adanya tanda-tanda
infeksi dapat memberikan tindakan
lebih cepat untuk menangani nya

3



4


5

Anjarkan dan anjurkan keluarga
untuk mencuci tangan sebelum dan
sesudah kontak dengan pasien

Gunakan alat-alat yang bersih atau
steril

Kolaborasi pemberian antibiotika




Untuk mengurangi kontaminasi
silang dan infeksi


Untuk mengurangi kontaminasi
silang dan infeksi

Untuk menghambat atau
mematikan kuman dalam tubuh
pasien

e.

Perubahan pertumbuhan dan perkembangan berhubungan dengan melemahnya
kemampuan fisik dan ketergantungan sekunder akibat masukan kalori atau nutrisi
yang tidak adekuat
Tujuan: Anak mampu tumbuh dan berkembang sesuai dengan kemampuannnya
Kriteria Hasil: Terjadi peningkatan dalam perilaku personal, sosial, bahasa, kognitif
atau aktifitas motorik sesuai dengan usianya

No. Intervensi Rasional
1



2


3


Ajarkan pada orang tua tentang tugas
perkembangan yang sesuai dengan
kelompok usia

Kaji tingkat perkembangan anak
dengan Denver II

Berikan kesempatan bagi anak yang
sakit memenuhi tugas perkembangan

Untuk menstimulasi anak sesuai
dengan kelompok usianya


Untuk mengetahui tingkat
perkembangan anak

Untuk menstimulasi dan
mempertahankan aktifitas anak

4 Berikan mainan sesuai usia anak

Untuk menimalkan dampak
hospitalisasi anak

S-ar putea să vă placă și