Sunteți pe pagina 1din 20

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 PENGERTIAN
Penyakit kronis adalah kondisi medis atau masalah kesehatan yang berkaitan dengan
gejala gejala atau kecacatan yang membutuhkan penatalaksanaan jangka panjang ( Brunner
2002 )
Kebanyakan orang dengan penyakit kronis tidak menganggap dirinya mereka sakit atau
berpenyakit dan mencoba untuk hidup senormal mungkin ( Robinson dkk,1998 )
Ketika komplikasi atau gejala yang hebat mengganggu aktifitas kehidupan mereka sehari
hari, banyak individu yang mengalami penyakit kronis berpikir bahwa dirinya sedang sakit.
2.2 PENYEBAB PENYAKIT KRONIS
34,2 juta orang mengalami keterbatasan aktifitas karena kondisi penyakit kronis, adaun
penyebabnya antara lain:
a) Segi fisik
karena adanya kelemahan fisik, kelainan pada sistem tumbuh atau organ tubuh.
b) Segi psikologis
Mempengaruhi perilaku dan keadaan klien dapat meringankan atau memperberat
penyakit klien, bila klien tidak dapat menggunakan kopingnya, maka klien akan stress
yang akan memperberat penyakitnya dan akan lebih berat lagi bila klien malu bertemu
dengan masyarakat sehingga klien akan menarik diri dan merasa terasing.
2.3 MANIFESTASI KLINIK
a) Fisik
1) Merasakan kehilangan fungsi tubuh
2) Merasakan adanya gangguan struktur tubuh
3) Kehilangan kemandirian
b) Psikis
1) Kehilangan fungsi mental
2) Marah
3) Cemas
4) Depressi
5) Menyangkal / denial
6) Menarik diri
2.4 KRITERIA PENYAKIT KRONIS
a) Adanya kelemahan dan keterbatasan
b) Memerlukan pengobatan / perawatan yang terus menerus dalam jangka waktu yang panjang
dan perlunya program rehabilitasi untuk menyesuaikan aktifitas dengan kondisi penyakitnya
2.5 JENIS JENIS PENYAKIT KRONIS
a) AIDS memerlukan medikasi baru untuk mengobati infeksi oportunistik
b) Infark miocard disaritmia jantung, hipertensi, stroke.
c) Gagal ginjal kronik dan lain lain
2.6 FASE FASE PENYAKIT KRONIS
a) Fase Pre trajectory
Individu berisiko terhadap penyakit kronis karena factor genetic atau perilaku membuat
kerentanan seseorang terhadapa penyakit kronis.
b) Fase Trajectory
Tampaknya gejala gejala yang berkaitan dengan penyakit kronis ketidak pastian karena gejala
sedang dievaluasi dan pemeriksaan diagnostic sedang dilakukan
c) Fase Stabil
Terjadi ketika gejala gejala dan perjalanan penyakit terkontrol
d) Fase tidak stabil
Ketidakstabilan dari penyakit kronis, kekambuhan gejala gejala atau progress penyakit.
e) Fase akut
Gejala gejala berat, tidak dapat pulih atau komplikasi yang membutuhkan perawatan di rumah
sakit
f) Fase Krisis
Situasi krisis yang akan mengancam jiwa seseorang yang membutuhkan pengobatan dan
perawatan kegawatdaruratan.
g) Fase Pulih
Pulih kembali pada cara hidup yang dapat diterima dalam batasan yang dibebani oleh penyakit
kronis.
h) Fase Penurunan
Terjadi ketika perjalanan penyakit penyakit berkembang dan disertai dengan ketidak mampuan
dan kesulitan dalam mengatasi gejala gejala
i) Fase Kematian
Penurunan bertahap atau cepat fungsi tubuh dan penghentian hubungan individual.

2.7 RENTANG RESPON



Adaptif Mal adaptif

Harapan ketidak pastian putus asa
(Stuart and Sundeen 1998)
Keterangan gambar :

A. Harapan
Adalah mempunyai respon psikologis terhadap penyakit terminal. Dengan adanya harapan dapat
mengurangi stress sehingga klien dapat menggunakan koping yang adekuat.
B. Ketidakpastia
Penyakit terminal dapat mengakibatkan ketidak pastian yang disertai dengan rasa tidak aman dan
putus asa. Meskipun secara medis sudah dapat dipastikan akhirnya prognosa dapat mempercepat
klien masuk dalam respom mal adaptif.
C. Putus Asa
Biasanya ditandai dengan kesedihan dan seolah olah tidak ada lagi upaya yang dapat berhasil
untuk mengenal penyakitnya. Dalam kondisi ini dapat membawa klien merusak atau melukai
dirir sendiri.

MASALAH PSIKOLOGIS SEHUBUNGAN DENGAN PENYAKIT KRONIS
Dampak pada psikososial yang ditimbulkan akibat penyakit kronis adalah kehilangan dan
perubahan dimana kedua hal tersebut tidak dapat dipisahkan.
Kehilangan dan perubahan ini bervariasi, berat dan lamanya besar dan beratnya
kehilangan mempengaruhi kemampuan seseorang dan keluarga dalam penyesuaiannya untuk
mencapai tingkat fungsi yang optimal dan kelangsungan hidupnya.
Berbagai macam kehilangan yang dapat ditimbulkan akibat penyakit kronis adalah :
a. kehilangan kesehatan atau kesejahteraan
Hal ini disebabkan karena adanya rasa ketergantungan pada pemberian pelayanan, keluarga dan
alat alat yang dapat menimbulkan gangguan emosi dan fisik.
b. kehilangan kemandirian
Klien yang mengalami penyakit kronis dalam mempertahankan hidupnya memerlukan bantuan.
Bantuan tersebut dapt berupa alat maupun perawatannya, sehingga orang tersebut dapat
mencapai fungsi yang optimal.
c. kehilangan keramahan lingkungan
Perasaan ini timbul karena klien baru memasuki lingkungan yang baru, namun lama kelamaan
perasaan ini akan hilang.
d. kehilangan rasa nyaman
Hal ini dapat disebabkan dari gejala penyakit atau perawatannya.
e. kehilangan fungsi fisik dan metal
Kehilangan bervariasi sesuai dengan jenis penyakit yang diderita klien.
f. kehilangan konsep diri
Hal ini karena adanya perubahan persepsi pada dirinya akibat gejala dan perawatan yang
diberikan akan mempengaruhi body image.
g. kehilangan peran sosial social
Terbatasnya aktivitas dan partisipasi klien dalam kegiatan social dilingkungan klien yang
disebabkan karena penyakit kronis yang dideritanya.

h. kehilangan peran dalam keluarga
Akibat penyakit kronis yang diderita, peran yang biasanya dilakukan dalam keluarga menjadi
terganggu atau barangkali tidak bisa dilakukan sama sekali sebagai pencari nafkah, ibu berperan
untuk menjalankan kegiatan rumah tangga. Perubahan peran ini dilihat dari fungsi dan hubungan
interpersonal dalam keluarga.
Respon Psikososial Sehubungan Dengan Penyakit Kronis
Respon ini tidak hanya terjadi pada klien, tetapi juga terjadi pada keluarga dan
lingkungannya. Oleh karena itu ketigaaspek tersebut perlu diperhatikan dalam memberikan
pelayanan kesehatan pada klien dengan penyakit kronis.
Ada beberapa hal yang mempengaruhi respon klien yaitu :
Persepsi klien terhadap situasi
Sifat dan kepribadian klien
Beratnya penyakit
Persepsi keluarga terhadap situasi
Sikap lingkungan
Efisiensi dan efektifitas pemberian pelayanan kesehatan
Sarana social yang tersedia.

Tahapan Respon Psikososial
Respon pesikososial pada klien yang mengalami penyakit kronis ada beberapa tahapan
antara lain :
a) Protes dan denial
Pada tahapan ini klien tidak menerima dan mempercayai diagnosa yang diderita, klien
terdorong untuk tidak melakukan hal hal yang disarankan dan seringkali protes.

b) Depresi, cemas dan marah
Pada tahap ini klien mulai berfikir tentang kehilangan dan perubahan yang terjadi pada
dirinya akibat penyakitnya, tetapi klien masih bersikap emosional dan pesimis sehingga
timbul kecemasan pada dirinya diekspresikan dengan kemarahan atau depresi.


c) Penguatan dan pelepasan
Setelah melewati tahap diatas, maka pada tahap ini klien sudah berfikir secara rasional
atau menerima kenyataanterhadap kehilangan dan perubahan yang terjadi pada dirinya
akibat penyakit kronis yang dideritanya. Klien mulai berfikir dan berusaha melakukan
sesuatu yang berguna bagi dirinya untuk kesembuhan agar tercapai kesehatan yang
optimal.

Respon Psikososial Pada Keluarga
Keluarga dalam menghadapi klien dengan penyakit kronis, juga terjadi respon
psikososial. Adapun respon psikososial yang terjadi pada keluarga juga terduri dari beberapa
tahapan yaitu :
a) Denial
Pada tahap ini anggota keluarga belum bisa menerima kenyataan tentang diagnose dari
salah satu anggota keluarganya, tetapi respon keluarga pada tahap ini tidak diekspresikan
dihadapan klien. Mereka cenderung menampilkan sikap yang dapat menciptakan suasana
yang menyenangkan untuk mengurangi beban perasaan, rasa sakit, rasa kehilangan.

b) Depresi, marah dan cemas
Pada saat anggota keluarga mengalami depresi dan cemas. Mereka tidak dapat
mengontrol emosinya, sehingga menjadi marah terhadap klien, biasaa hal ini disebabkan
mereka tidak dapat mensuport klien yang menderita penyakit kronis. Sikap ini merupakan
kompensasi karena mereka tidak dapat meringankan penderitaan anggota keluarga yang
sakit tersebut atau tidak dapat mengembalikan klien kepada kehidupan yang normal.

c) Stress terhadap situasi
Pada tahap ini ada beberapa perubahan yang terjadi pada keluarga bersamaan perubahan
yang terjadi pada klien, biasanya segi keuangan yang menjadi maslah utama, berikutnta
masalah jadwal sehari hari, pola makan, hubungan dengan teman yang berubah, anggota
keluarga menjadi sakit untuk menjaga klien yang mempunyai keterbatasan aktifitas,
sehingga akhirnya dapat terjadi masing masing menarik diri.

RESPON PSIKOSOSIAL PADA LINGKUNGAN
Masyarakat memberikan respon yang bervariasi terhadap klien, menurut Brown sikap
tersebut bervariasi dari mulai rasa kasihan sampai kebencian, kekejaman dan dari prejudice (
prasangka prasangka buruk sampai humor )



PERAN PERAWAT DALAM MASALAH PSIKOSOSIAL PADA KLIEN DENGAN
PENYAKIT KRONIS
Dalam memberikan asuhan keperawatan pada klien dengan penyakit kronis perawat
memegang peranan sangat penting, pengenalan, penerimaan, pengertian dari respon klien,
keluarga, lingkungan terhadap penyakit kronis. Tersebut mempengaruhi sensitifitas perawat
dalam mengenal kebutuhan dan masalah yang dihadapi klien dan selanjutnya dapat menentukan
intervensi keperawatan yang tepat.
A. Peran perawat pada klien penyakit kronis
Tanggung jawab yang utama adalah mengerti perasaan duka dan proses berduka. Pada
tahap klien denial terhadap penyakitnya : peran perawat lebih banyak mengarah dan membantu
klien untuk menerima dirinya.
Pada tahap depresi, cemas: peran perawat yang tepat adalah menerima perasaan klien
tetap menjamin situasi yang positif ( lingkungan yang teraputik, sehingga dapat mengurangi
perasaan terisolasi dan ketidaknyamanan klien. Dianjurkan klien dapat mengekspresikan
perasaannya sehingga klien dapat mngenal masalah dan bersama sama perawat mencari
alternative pemecahan masalah, pada ini perawat menjelaskan bahwa ekspresi marah merupakan
ekspresi yang normal.
B. peran perawat dalam keluarga
Keluarga perlu diberi informasi, kapan, bagaimana dan kemana keluarga mencari
pertolongan, sehingga keluarga merasa beban yang dipikulnya terbagi. Mengajak kelurga untuk
terlibat dan bekerjasama dengan tim kesehatan lainnya.

CONTOH KASUS
Pengkajian
Ny. FE, 57 tahun dirawat diruangan penyakit dalam RS Sumber Urip, dengan kadar
guladarah 245 mg%, sering, kencing dan cepat lapar, mengeluh sering pusing pandangan kabur ,
sulit tidur dan sering terbangun, kadang menangis saat malam, mudah lupa dan sulit konsentrasi.
Pada tungkai kanan bawah ada luka gangrene dengan diameter luas luka 4 x 5 cm, luka
mengeluarkan pus, berbau dan jaringan sekitar luka kehitaman. Hasil pemeriksaan tanda vital:
tekanan darah 140/80 mmHg, nadi 76x/menit, suhu tubuh 37c, pernafasan 24x/menit . ini
merupakan perawatan klien ang ke 4 kalinya dirumah sakit yang pertama pada 4 tahun yang lalu
dengan alas an pingsan dikantor dan ternyata kadar gula darah 305mg%. dapat program terapi
dari dokter.
Klien mengatakan malu ikut dalam kegiatan dilingkungan rumah karena luka yang
berbau, serin gtidak menghadiri acara keluarga, menyatakan gagal sebagai istri karena serin g
kerumah sakitdan rasa bersalahnya yang menghabiskan biaya yang tidak sedikit.
Mengungkapkan keadaan sedih dengan ketidak mampuannya bahkan dengan nada suara tinggi
namun dengan air mata berlinang dan sering menyatakan tuhan memberikan cobaan yang begitu
berat.
Menurut suaminya sering kali klien menolak untuk mematuhi program dietnya dan
menyatakan bahwasanya dia tidak sakit. Sejak sakit kegiatan dirumah sudah banyak dilakukan
leh kedua anak perempuannya yang sudah kuliah.


ANALISA DATA MASALAH YANG DAPAT DI RUMUSKAN DARI DATA
TERSEBUT:

1. Berduka kepanjangan
Data Pendukung
Merupakan perawatan ke 4 kalinya dirumah sakit yang pertama 4 tahun yang lalu
karena pingsan dngan kadar gula 305mg%
Menurut suaminya sering kali menolak untuk mematuhi program terapi dan program
dietnya dan menyatakan bahwa ia tidak sakit
Sering mengatakan tuhan memberikan cobaan yang sangat berat

2. Kesedihan kronis
Data Pendukung
Ungkapkan kesedihan klien tentang ketidakmampuannya kadang dengan nada suara
tinggi namun dengan air mata yang berlinang
Sering menyatakan bahwa tuhan memberikan cobaan yang sangat berat
Sulit tidur dsan sering terbangun, kadang menangis saat malam hari.

3. Isolasi Sosial
Data pendukung
Klien mengatakan malu ikut dalam kegiatan dilingkunga rumah karena luka yang
berbau dan sering tidak menghadiri acara keluarga
Pada interaksi sering menduduk dan tidak menatap mata perawat

4. Perubahan Peran
Data pendukung
Menurut suaminya sekarang kegiatan di rumah sudah banyak dilakukan oleh anak
anaknya terutama anaknya yang sudah kuliah
Menyatakan gagal sebagai istri dan ibu karena harus sering kali kerumah sakit


5. Harga diri rendah
Data pndukung
Pada tungkai kanan bawah ada luka gangrene dengan diameter luas luka 4x5 cm,
luka mengeluarkan pus, berbau dan jaringan sekitar lluka kehitaman
Klien mengatakan malu mengikuti kegiatan sekiatr rumahnya karena lukanya
yang berbau
Sering tidak menghadiri acara keluarga
Menyatakan gagal sebagai istri dan ibu karena harus sering kali kerumah sakit


PERENCANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN
Masalah : berduka kepanjangan
Tujuan umum : klienmampu melalui proses berduak dan kehilangan ( kehilangan kesehatan dan
kesejahteraan,dst.)
Tujuan khusus :
Klien dapat membina saling percaya
Klien mengenali peristiwa berduka dan kehilangan
Klien dapat mengindentifikasi hubungan antara berduka dan kehilangan dengan
keadaan sakitnya
Klien dapat mengidentifikasi cara cara mengatasi berduka yang dialaminya.
Klien dapat memanfaatkan factor pendukung ( keluarga teman dsb )

IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
1. Menjelaskan proses berduka ( sesuai dengan tahapa berduka )
a. Memberikan kesempatan klien untuk mengungkapkan perasaannya
b. Mendorong dan member waktu klien untuk mengungkapkan kemarahannya
secara verbal tanpa melawan rasa marahnya ( marah sebagai respon normal )
c. Membantu klien mengidentifikasi rasa bersalahnya dan rasa takutnya
d. Mengidentifikasi tingkat depresi dan mengurangi rasa bersalahnya
e. Membantu mengidentifikassi rencana kegiatan yang dapat dilakukan.
2. Membina hubungan saling percaya
3. Mendiskusikan hubungan saling percaya
4. Mendiskusikan cara cara mengatasi berduka yang dialaminya
5. Mendiskusikan yang biasa dilakukan klien
6. Mendiskusikan kegiatan baru yang akan dilakukan klien
7. Support system yang dimiliki dan dapat dimanfaatkan klien
8. Membantu dan melatih kegiatan yang dapat dilakukan klien dan memasukkan kedalam
jadwal kegiatan klien
9. Kolaborasi dengan tim kesehatan lain diruangan

ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN PENYAKIT TERMINAL

A. Pengertian
Kondisi terminal adalah suatu suatu peruses yang progresif menuju kematian
berjalan melalui suatu tahapan proses penurunan fisik, psikososial, dan spiritual
bagi individu ( Carpenito 1995)
Perawatan terminal dapat dimulai pada minggu minggu, hari hari dan jam
jam terakhir kehidupan dimana bertujuan :
a. Mempertahankan hidup
b. Menurunkan distress
c. Meringankan dan mempertahankan kenyamanan selama mungkin.
Secara umum kematian adalah sebagian dari proses kehidupan yang dialami oleh siapa
saja meskipun demikian hal tersebut tetap saja menimpulkan perasaan ngeri dan takut, tidak
hanya pada klien, akan tetapi juga keluarganya dan bahkan pada mereka yang merawat serta
mengurusnya.
Penderita yang akan meninggal tidak akan kembali lagi ditengah keluarga, kenyataan ini
sangat berat bagi keluarga yang akan ditinggalkannya. Untuk menghindari hal tersebut bukan
hanya keluarga saja yang akan berduka bahkan klien lebih tertekan dengan penyakit yang
diderita.
B. Jenis Jenis Penyakit Terminal
Adapun yang dapat dikategorikan sebagai penyakit terminal adalah :
1) Penyakit penyakit kanker
2) Penyakit penyakit infeksi kronis
3) AIDS
4) Akibat kecelakaan fatal
5) Congestif Failure Renal ( CRF )

C. Menisfestasi Klinis
1) Fisik
Gerakan pengindraan menghilang secara berangsur ansur dimulai dari ujung
kaki dan ujung jari.
Aktifitas dan Gastrointestinal berkurang
Raflek mulai menghilang.
Suhu klien biasanya tinggi tetapi terasa dingin dan lembab terutama pada kaki dan
tangan dan ujung ujung ekstermitas atas dan bawah.
Kulit kelihatan kebiruan dan pucat
Denyut nadi tidak teratur dan lemah
Nafas berbunyi keras dan cepat mendengkur
Pengihatan mulai kabur
Klien kadang - kadang kelihatan rasa nyeri
Klien dapat tidak sadarkan diri

2) Psikososial
Sesuai dengan fase fase kehilangan menurut seorang ahli E.Kubbler Rosa
mempelajari respon respon atas menerima kematian dan maut secara mendalam dari
hasil penyelidikan penelitiannya yaitu respon kehilangan yang menampilkan antara
lain :
Rasa takut diungkapkan dengan ekspresi wajah / air muka
Cemas diungkapkan dengan cara menggerakkan otot rahang dan kemudian
mengendor
Rasa sedih diungkapkan dengan mata setengah terbuka atau menangis
Kecemasan timbul akibat ketakutan akan ketidakmampuan untuk berhubungan
secara personal serta akibat penolakan.

D. Fase fase Kehilangan dan respon cemas yang berhubungan dengan penyakit terminal

Masuknya klien ke dalam ancaman peran sakit pada rentan hidup-sangat mengancam dan
mengubah homeostasis. Lebih dari itu rasa takut yang nyata tentang kematian dan pengaruh
terhadap anggota keluarga yang dirawat dirasakan oleh keluarga. Banyak factor yang
mempengaruhi klien dalam perawatan penyakit terminal apabila seseorang sudah divonis /
prognosis jelek, ia tidak akan bisa menerima begitu saja tentang apa yang iahadapi sekarang.
Elizaberth Hubblers Ross menggambarkan 5 tahap yang akan dilalaui klien dalam
menghadapi bayangan akan kematian / kehingan yang sangat bermanfaat untuk memahami
kondisi klien pada saat itu adalah :
1) Tahap pengingkaran atau deniel
Adalah ketidakmampuan menerima kehilangan untuk membatasi atau mengontrol nyeri
dan distress dalam menghadapi. Gambaran pada tahap denialyaitu :
Tidak percaya diri
Shock
Mengingkari kenyataan akan kehilangan
Selalu membantah dengan perkataan tidak
Diam terpaku
Bingung, gelisah
Lemah, lemas, pernapasan, nadi cepat dan berdebar debar
Nyeri tubuh, mual

2) Tahapan anger atau marah
Adalah tahapan kekesalan terhadap kehilangan. Gambaran pada tahap marah atau anger,
yaitu :
Klien marah marah
Nada bicara kasar
Suara tinggi

3) Tahapan tawar menawar atau bargaining
Adalah cara koping dengan hasil hasil yang mungkin dari penyakit dan menciptakan
kembali tingkat control. Gambaran pada tahap ini adalah :
Sering mengungkapkan kata kata kalau anda
Sering berjanji pada tuhan
Mempunyai kesan mengulur ulur waktu
Kemarahan mereda

4) Tahap depresi
Adalah ketiadaan usaha apapun untuk mengungkapkan prasaan atau reaksi kehilangan.
Gambaran pada tahap ini adalah :
Klien tidak banyak bicara
Sering menangis
Putus asa

5) Tahap acceptance atau menerima
Adalah akhirnya klien dapat menerima kenyataan dengan kesiapan. Gambaran pada tahap
ini adalah :
Tenang / damai
Mulai ada perhatian terhadap suatu obyek yang baru
Berpartisipasi aktif
Tidak mau banyak bicara
Siap menerima maut

Tidak semua orang dapat melampaui 5 tahap tersebut dengan baik, dapat saja terjadi
ketidak mampuan menggunakan adaptasi dan timbul bentuk bentuk reaksi lainnya. Jangka
waktu priode tahap tersebutjuga sangat individual.
Penerimaan suatu prognosa penyakit terminal memang berat bagi seiap individu. Ini
merupakan suatu ancaman terhadap kehidupan dan kesejahtraan pada individu tersebut, dari
ancaman tersebut timbul suatu rentang respon cemas pada individu. Cemas dapat dipandang
suatu keadaan ketidakseimbangan atau ketegangan yang cepat mengusahakan koping.
Rentang respon seseorang terhadap penyakit terminal dapat digambarkan dalam suatu
rentang yaitu harapan. Ketidakpastian dan putus asa.

RENTANG RESPON


Adaptif Mal adaptif

Harapan ketidak pastian putus asa
(Stuart and Sundeen 1998)
Keterangan gambar :
a. Harapan
Adalah mempunyai respon psikologis terhadap penyakit terminal. Dengan adanya
harapan dapat mengurangi stress sehingga klien dapat menggunakan koping yang adekuat.
b. Ketidak pastian
Penyakit terminal dapat mengakibatkan ketidak pastian yang disertai dengan rasa tidak
aman dan putus asa. Meskipun secara medis sudah dapat dipastikan akhirnya prognosa dapat
mempercepat klien masuk dalam respom mal adaptif.


c. Putus Asa
Biasanya ditandai dengan kesedihan dan seolah olah tidak ada lagi upaya yang dapat
berhasil untuk mengenal penyakitnya. Dalam kondisi ini dapat membawa klien merusak atau
melukai dirir sendiri.

2. ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN PENYAKIT TERMINAL
A. PENGKAJIAN
pengkajian pada klien dengan penyakit terminal. Menggunakan pendeketan holistic yaitu suatu
pendekatan yang menyeluruh terhadap klien bukan hanya penyakit dan aspek pengobatan atau
penyembuhan saja akan tetapi aspek psikososial lainnya.
Salah satu metode untuk membantu perawat dalam mengkaji data psikososial pada klien terminal
yaitu dengan menggunakan metode person
P. (Personal strength)
Yaitu kekuatan seseorang ditunjukan melalui gaya hidup.
Kegiatan atau pekerjaannya :
contoh yang positif :
> bekerja ditempat yang menyenangkan bertanggung jawab penuh dan nyaman
> bekerja dengan siapa saja dalam kegiatan sehari hari.
contoh yang negative :
> kekecewaan dalam pengalaman hidup
> tidak mempunyai komitmen dalam kehidupan
E. (Emosional Reaction )
Yaitu reaksi emosional yang ditunjukan oleh klien.
contoh yang postitif :
> bingung tetapi mampu memfokuskan keadaan
contoh yang negative :
> tidak berespon (menarik diri )
R. (Respon To Stress)
Yaitu respon klien terhadap saat ini atau dimasa lalu
contoh yang positif :
> memahami maslah secara langsung dan mencari informasi
> menggunakan perasaannya dengan sehat misalnya latihan olahraga
contoh yang negative :
> menyangkal masalah
> pemakai alcohol
S. ( Suport system )
Yaitu keluarga atau orang lain yang bearti
contoh yang positif :
> keluarga
> lembaga di masyarakat
O. (Optimun Healt Goal)
Yaitu alas an untuk menjadi lebih baik ( motifasi )
contoh yang positif :
> menjadi orang tua
> melihat hidup sebagai pengalaman positif
contoh yang negative :
> pandangan hidup sebagai masalah yang terkuat
> tidak mungkin mendapatkan yang terbaik
N (Nervuse)
yaitu bagian dari bahasa tubuh mengontrol seseorang yang mempunyai penyakit atau gejala yang
serius
contoh yang positif :
> melibatkan diri dalam perawatan dan pengobatan
contoh yang negative :
> tidak berusaha melibatkan diri dalam perawatan
> menunda keputusan

Pengkajian yang perlu dipehatikan pada klien dengan penyakit terminal meliputi :
1) factor predisposisi
yaitu factor yang mempengaruhi respon psikologis klien pada penyakit terminal
System pendekatan bagi klien :
alas kerud telah mengklasifikasikan pengkajian yang dilakukan yaitu :
Riwayat psikososial termasuk hubungan interpersonal. Penyalahgunaan zat, perawatan
psikiatri sebelumnya
Banyaknya distress yang dialami dan respon terhadap krisis
Social support system termasuk sumber sumber yang ada dan kebutuhan support
tambahan
Tingkat perkembangan
Kemampuan koping
Fase penyakit cepat terdiagnosa, pengobatan dan post pengobatan
Identitas percaya diri. Pendekatan nilai nilai dan filosofi hidup
Adanya reaksi sedih dan kehilangan
Pengetahuan klien tentang penyakit
Pengalaman masa lalu dengan penyakit
Persepsi dan wawasan hidup respon klien terhadap penyakit terminal, persepsi terhadap
dirinya. Sikap keluarga, lingkungan, tersedia fasilitas kesehatan dan beratnya perjalanan
penyakit.
Factor social cultural
klien mengekspresikan sesuai dengan tahap perkembangan, pola cultural atau latar
belakang budaya terhadap kesehatan, penyakit, penderitaan, dan kematian yang dikomunikasikan
baik secara verbal maupun non verbal.
2) Faktor presipitasi
Faktor factor yang mempengaruhi terjadinya reaksi klien penyakit terminal adalah :
Prognosa akhir penyakit yang menyebabkan kematian
Factor transisi dari arti kehidupan menuju kematian
Support dari keluarga dan orang terdekat
Hilangnya harga diri, karena kebutuhan tidak terpenuhi sehingga klien menarik diri,
cepat tersinggung dan tidak ada semangat hidup

Selain itu etiologi dari penyakit terminal dapat merupakan factor predisposisi diantaranya :
Penyakit kanker
Penyakit akibat infeksi yang parah
Congestif Renal Failure
Stroke Multiple Sclerosis
Akibat kecelakaan yang fata.

3) Faktor Perilaku

Respon terhadap klien
Bila klien terdiagnosa penyakit terminal maka klien akan mengalami krisis dan keadaan
ini mengakibatkan keadaan mental klien mudah tersinggung, sehingga secara langsung
dapat mengganggu fungsi fisik atau penurunan daya tahan tubuh.

Respon terhadap diagnose
Biasanya terjadi pada klien yang terdiagnosa penyakit termina adalah shock atau tidak
percaya, perubahan konsep diri klien terancam, ekspresi klien dapat berubah emosi,
kesedihan dan kemarahan.

Isolasi social
Pada klien penyakit terminal merupakan pengalaman yang sering dialami, klien
kehilangan kontak dengan orang lain dan tidak tahu dengan pasti bagaimana pendapat
orang terhadap dirinya.

4) Mekanisme Koping
Mekanisme koping yang sering digunakan pada klien dengan penyakit terminal adalah :
a) Denial adalah mekanisme koping yang berhubungan dengan penyakit fisik, yang
berfungsi sebagai pelindung klien untuk memahami penyakit secara bertahap, tahapan
tersebut adalah :
Tahap awal ( Infial Stage ) yaitu tahap menghadapi ancaman terhadap kehilangan
saya harus meninggal karena penyakit ini
Tahap kronik ( Kronic Stage ) adalah persetujuan proses penyakit aku menyadari
dengan sakit aku akan meninggal tetapi tidak sekarang proses ini mendadak dan
timbul perlahan lahan
Tahap akhir ( Financial Stage ) menerima kehilangan saya akan meninggal
kedamaian dalam kematiannya sesuai dengan kepercayaan nya.

b) Regresi
Mekanisme koping klien untuk menerima ketergantunga terhadap fungsi perannya,
mekanisme koping ini juga dapat memecahkan masalah pada peran sakit klien dalam
masa penyembuhan
c) Kompensasi
Suatu tindakan dimana klien tidak mampu mengatasi keterbatasannya karena penyakit
yang dialaminya.
d) Belum menyadari ( Closed Avereness )
Yaitu klien atau keluarga tidak menyadari akan kematian, tidak mengerti mengapa klien
sakit, dan mereka yakin klien akan sembuh.
e) Berpura pura ( Mutual Prelence )
Yaitu klien dan keluarga, perawat dan tenaga kesehatan lainnya tahu prognosa penyakit
terminal.
f) Open Avereness
Yaitu klien dan keluarga menerima atau mengetahui klien akan kematian dan merasa
tenang untuk mendiskusikan adanya kematian.

B. Diagnosa Keperawatan
1) Ansietas / cemas
2) Isolasi social menarik diri
3) Ganguan komunikasi verbal
4) Tidak efektifnya koping individu
5) Antisipasi berduka
6) Self care deficit

C. Perencanaan keperawatan
Tujuan keperawatan pada klien penyakit terminal :
1) Membantu klien untu khidup lebih nyaman dan sepenuhnya sampai meninggal
2) Membantu keluarga memberikan support pada klien
3) Membantu klien dan keluarga untuk menerima

Criteria hasil dan Manajemen efektif :
1) Koping yang efektif klien dan keluarga yang tidak mengetahui kematian ditandai dengan :
Percakapan antara keluarga dan klien tentang hari terakir dan jam terakhir yang
disukai
Percakapan klien antara klien dan keluarga tentang kepercayaan spiritual dan
tentang adanya kematian
Interaksi antara klien dan keluarga yang berhubungan dengan arti kehidupan dan
ketakutan yang berhubungan dengan kematian.

2) Proses pemisahan yang berguna untuk klien dan keluarga ditandai dengan :
Klien memberikan kenang kenangan pada anggota keluarga
Klien mengucapkan selamat tinggal pada setiap anggota keluarga
Perubahan ekspresi verbal tentang cinta antara keluarga dank lien
Diskusi antara klien dengan pasangannya tentang bagaimana mengatakan
kematian pada anak anaknya dan bagaimana anak berpartisipasi dalam proses
pemakaman

3) Greiving untuk klien dan keluarga yang akan terjadi dan saling menghibur, ditandai
dengan :
Saling berbicara
Menangis bersama
Saling berpelukan
Mempertahankan kontak fisik selama klien mengalami kemunduran fisik.

B. EVALUASI
klien dapat mengontrol rasa sakit
klien dapat mengekspresikan rasa marah, sedih dan kehilangan
klien mempersiapkan kematian dan menggunakan support spiritual dan social

contoh kasus
nyonya B datang berobat ke poliklinik kebidanan di suatu rumah sakit dengan keluhan
perdarahan yang banyak dari vaginanya, klien mengatakan bawha pedarahan ini sudah lama dan
sudah berobat kepuskesma dan ke pengobatan alternative dan belum sembuh sembuh. Klien
mengatakan tidak cukup uang untuk berobat kerumah sakit . kien mengatakan berat badannya
cepat menurun, tidak ada nafsu makan, klien tmpak pucat, ekspresi wajah sedih dan murung,
tanda tanda vital seperti tekanan darah 100/70 mm Hg, nadi 40x/menit, pernafasan 16/menit
dan suhu tubuh 37 derajat Celsius.
Dari pemeriksaan medis didapatkan klien menderita kanker rahim stadium IV B. tindakan
medis yang akan di lakukan adalah kemoterapi.

Data subjektif :
Klien mengatakan sudah lama perdarahan ini dan sudah berobat ke puskesmas dan
pengobatan ke alternative, tapi belum sembuh dan darahnya malah makin banyak yang keluar,
klien mengatakan tidak cukup uang untuk berobat kerumah sakit. Klien mengatakan berat
badannya cepat menurun dan tidak nafsu makan
Data objektif :
klien tampak pucat, anemis. Ekspresi wajah tampak sedih dan murung mendengarkan
tentang penyakitnya. Klien tidak mau bicara, banyak berdiam diri, klien tampak shock
mendengarkan penyakitnya
Tanda tanda vital tekanan darah 100/70 mmHg, nadi 40 kali/menit. Pernafasan
12x/menit dan suhu tubuh 37 derajat Celsius
Diagnose keperawatan
Diagnose keperawatan yang terjadi berdasarkan masalah diatas adalah antisipasi berduka.
Perencanaannya adalah dengan tujuan membantu klien untuk hidup lebih nyaman menjelang
kematiannya
Intervensi yang dilakukan adalah
Ajak klien untuk selalu berdooa sesuai dengan keyakinannya agar hatinya menjadi tenang
menghadapi kondisinya
1. Lakukan distraksi yaitu mengalihkan perhatiannya dengan cara menanyakan masa
masa bahagianya bersama keluarga
2. Tanyakan hobinya dan berikan buku bacaan yang disenanginya
3. Motivasi klien untuk menceritakan kesuksesan kesuksessan yang diraih oleh anak
anaknya
4. Anjurkan keluarga untuk selalu menemani klien
5. Tanyakan pada klien apa apa yang diinginkan klien sebelum kematiannya.
Evaluasi
Apakah klien mau untuk berdoa
Klien mau membaca buku buku kesenangannya
Keluarga selalu menemani klien.

S-ar putea să vă placă și