Sunteți pe pagina 1din 14

ANALISA KEKERINGAN

1. PENDAHULUAN
1.1. Pengertian dan Defnisi Kekeringan
Kekeringan biasa terjadi, merupakan kejadian biasa dan menggambarkan
iklim yang senantiasa berulang, meskipun sering disalahartikan sebagai kejadian
acak dan sangat jarang. Dalam kenyataannya terjadi pada semua jenis iklim
meskipun karakteristiknya sangat berbeda dari satu wilayah ke wilayah yang lain.
Kekeringan merupakan penyimpangan temporer dan sangat berbeda dengan
kegersangan (aridity) yang lebih bersifat permanen dimana curah hujan yang turun
senantiasa kecil.
Kekeringan merupakan bencana alam yang penuh tipu muslihat. Meskipun
mempunyai banyak defnisi, tetapi sebenarnya dia berasal dari kekurangannya
hujan pada suatu kondisi tertentu, biasanya terjadi satu musim atau lebih. Kondisi
itu menimbulkan kekeringan air untuk beberapa sektor pertanian, D!M, "#!.
Kekeringan harus selalu diperhitungkan secara relatif terhadap kondisi rata $ rata
jangka panjang di suatu wilayah, kondisi seperti ini disebut % normal %.
Kekeringan tidak dapat dilihat dari sisi fenomena fsik saja, tetapi perlu pula
ditinjau dampak pada kehidupan masyarakat akibat interaksi antara kejadian alam
(hujan yang lebih kecil dari biasanya) dan kebutuhan manusia akan suplai air.
Kekeringan pada masa ini mengakibatkan dampak ekonomi, sosial dan
pertanian, menunjukan adanya kerentanan masyarakat akan bencana tersebut.
!da dua defnisi kekeringan yang akan dibahas yaitu jenis konseptual dan
operasional.
1.1.1.Defnisi Konseptual dari Kekeringan
Defnisi konseptual, diformulasikan secara umum, bertujuan membantu
orang untuk mengerti konsep dari kekeringan.
&ontoh '
Kekeringan adalah periode kurang hujan yang berkepanjangan
mengakibatkan kerugian yang cukup berarti pada pertanian sehingga menimbulkan
gagal panen. Defnisi konseptual ini sangat penting secara flosof untuk
menegakkan kebijakan penanggulangan kekeringan. &ontoh kebijakan emerintah
1
!ustralia menghubungkan pengertian (ariabilitas iklim normal pada defnisi
kekeringan.
)egara ini memberikan bantuan dana pada petani yang sedang mengalami %
kekeringan yang tidak biasa, ada pengecualian %. Kriteria tersebut didapat melalui
suatu hasil yang cukup panjang. *ebelum diberlakukan, beberapa petani didaerah
semi arid mendapatkan kucuran dana hampir setiap beberapa tahun. +al ini
menunjukan bahwa kriteria tersebut perlu disesuaikan.
1.1.2. Defnisi Operasional dari Kekeringan
Defnisi operasional membantu orang untuk dapat mengidentifkasikan awal,
akhir dan tingkat keparahan kekeringan .
,ntuk menentukan awal kekeringan, defnisi operasional menghitung tingkat
penyimpangan dari hujan rata-rata atau perubahan iklim yang lain pada suatu
periode waktu tertentu. .ni biasanya dilakukan dengan memperbandingkan situasi
masa kini dengan rata $ rata historis, umumnya berdasarkan minimal /0 tahun
pengamatan. !wal kekeringan biasanya ditentukan sembarang seperti misalnya jika
mencapai kurang dari 12 3 rata$ratanya. !tau berdasarkan kriteria lain yang
disesuaikan dengan dampak tertentu.
Defnisi operasional dapat juga digunakan untuk menganalisa frekuensi
kekeringan, keparahannya dan durasinya untuk suatu periode. Defnisi tersebut
membutuhkan data cuaca jam jaman, harian, bulanan, atau periode lain dan
mungkin data dampak kekeringan (seperti hasil panen ) tergantung dari makna
defnisi kekeringan yang digunakan. !nalisa kekeringan untuk suatu wilayah akan
sangat membantu pengertian akan karakteristiknya dan kemungkinan terjadi
pengulangan tingkat keparahan tertentu. .nformasi seperti ini sangat bermanfaat
bagi pengembangan strategi mitigasi dan respons selain untuk kepentingan
perencanaan bangunan air.
1.2. Kekeringan dala Perspekti! Disiplin Ilu "eteorologi# $idrologi
dan Pertanian.
1.2.1.Kekeringan "eteorologi
Kekeringan meteorologi diartikan biasanya berdasarkan tingkat kekeringan
(dibandingkan dengan % normal % atau rata-rata ) dan durasi periode kering.
Defnisi kekeringan meteorologi harus menggambarkan kondisi wilayah yang
spesifk karena kondisi atmosfer yang terjadi akibat hujan berkurang sangat
2
ber(ariasi dari satu wilayah ke wilayah. &ontoh, beberapa defnisi kekeringan
meteorologi mengidentifkasikan periode kekeringan berdasarkan jumlah hari hujan
dengan curah hujan, kurang dari ambang yang telah dispesifkasikan.
,kuran ini hanya dapat diterapkan untuk wilayah dengan karakteristik
sepanjang tahun hujan seperti .ndonesia tapi tidak sesuai untuk )egara 4ra5il,
Darwin (!ustralia), )ebraska (,*!).
Defnisi lain menghubungkan penyimpangan terhadap rata-rata berdasarkan
skala waktu bulan, musim atau hujan.
1.2.2.Kekeringan $idrologi
Kekeringan hidrologi berhubungan dengan akibat dari periode kurang hujan
terhadap ketersediaan air dipermukaan dan bawah permukaan ( seperti aliran
sungai, muka air waduk dan danau, air tanah ). 6rekuensi dan keparahan
kekeringan hidrologi sering digambarkan dalam skala D*. Meskipun semua
kekeringan berasal dari kurang hujan tetapi para ahli hidologi lebih tertarik pada
bagaimana kekurangan ini berperan dalam sistim hidrologi. Kekeringan hidrologi
biasanya mempunyai fase yang berbeda dalam arti ada tenggang waktu (lag)
terhadap kekeringan meteorologi dan pertanian. !da beberapa saat setelah hujan
kurang, tanah mengalami kurang kandungan air dalam pori-porinya, beberapa saat
kemudian debit aliran air berkurang dan seterusnya kandungan air tanah dan muka
air waduk berkurang. !kibatnya dampaknya mempengaruhi beberapa sektor yang
menggunakan ketersediaan air di dalam tanah (pertanian), disungai (ertanian, air
baku), diwaduk(ertanian, air baku, "#!) dan air tanah (air baku, pertanian).
*ehingga, dimusim kering sering timbul kon7ik pengguna air dari berbagai sektor
1.2.%.Kekeringan Pertanian
Kekeringan pertanian menghubungkan berbagai karakteristik meteorologi
(atau hidrologi) dengan dampak pertanian. Kondisi kurang hujan dikaitkan dengan '
8. 9(apotranspirasi aktual dan potensi
:. !ir tanah yang menyusut
/. Karakteristik dari tanaman tertentu seperti tingkat pertumbuhan
;. enyusutan aliran air sungai, waduk, air tanah
Kekeringan pertanian harus mampu memperhitungkan kondisi kelengasan
tanah di top soil pada saat awal penanaman. <leh karena jika tidak mencukupi
kelengasan tanah di top soil tersebut akan menimbulkan penurunan hasil panen
atau bahkan puso untuk tanaman padi.
3
1.% Peranan Analisis Kekeringan dala Peren&anaan 'angunan Air
erencanaan bangunan air dalam rangka pengembangan *umber Daya !ir
berbentuk waduk, bendung,. Kapasitas waduk ditentukan oleh in7ow yang alami
dan out7ow yang bergantung pada perencanaan mencakup single dan multi
purpose reser(oirs, jumlah areal sawah yang dilayani bendung tergantung dari
suplai air yang tersedia di sungai maupun waduk.
4esarnya in7ow yang ber7uktuasi dalam suatu periode waktu
mengakibatkan besaran ketersediaan air atau debit handal pada suatu periode
berbeda dengan periode lain. ada tahun-tahun basah ketersediaan air berlimpah,
jika data tersebut digunakan maka kapasitas waduk yang dihasilkan menjadi kecil
atau areal persawahan yang dilayani menjadi lebih sempit.
1.(. Analisa Kekeringan
1.(.1. )raian )u
*eperti yang dijelaskan sebelumnya ada beberapa pengertian kekeringan.
<leh karena analisa kekeringan meteorologi selalu digunakan dalam analisa lain
seperti kekeringan hidrologi dan pertanian, maka kajian kekeringan difokuskan
pada kekeringan meteorologi.
!da beberapa indeks kekeringan yang mengukur berapa besar hujan yang
jatuh pada suatu periode tertentu dan menyimpang dari kondisi normal yang
dihitung dari data historisnya.
Meskipun tidak ada satu indekspun yang mampu menampung semua ukuran
kekeringan dan memuaskan semua pihak, indeks yang satu selalu mempunyai
kelebihan dan kekurangan dari yang lain.
Dalam bahasan ini akan ditampilkan tiga jenis analisa indeks kekeringan yaitu '
8. rosentasi terhadap normal
:. Desil
/. *tandardi5ed recipitation .nde= (*.) dan
;. #heory of >un
1.(.2 *ara Prosentasi +er,adap Noral
&ara ini merupakan salah satu cara termudah untuk mengukur kekeringan,
yang intinya membandingkan hujan yang bersangkutan dengan hujan normal.
+ujan normal dihitung dari rata-rata selama minimum /0 tahun. *kala waktu yang
4
digunakan dapat mingguan, bulanan, atau tahunan. ?adi cara ini berguna untuk
lokasi dan musim tertentu.
rosentasi terhadap normal mudah dimengerti dan memberi indikasi
kekeringan yang berbeda tergantung dari lokasi dan musim. erhitungan dilakukan
dengan cara membagi hujan dengan hujan normalnya, dikalikan 800 3. rosedur
ini dapat dilakukan untuk berbagai skala waktu, dengan menganggap nilai
normalnya sebagai 800 3.
*alah satu kerugian menggunakan cara ini adalah hujan normal berupa rata-
rata hujan biasanya nilainya tidak sama dengan median. eluang dari median
secara kumulatif terjadi selain 20 3 dari jumlah data yang cukup panjang. )ilai rata
tidak sama dengan median karena distribusi data hujan tidak mengikuti normal.
+al ini yang menyebabkan cara ini sukar menghubungkan penyimpangan
berupa prosentasi dengan penyimpangan yang terjadi sebenarnya.
1.(.%. Desil
Metode ini dikembangkan oleh @ibbs dan Maher (8AB1) untuk menghindari
beberapa kelemahan dari metode rosentasi terhadap normal.
Kata desil berasal dari satu per sepuluh, dimana rentetan data diurut
menjadi 80 kelompok. Kelompok pertama adalah hujan dengan kemungkinan lebih
kecil, 80 3 dari seluruh kejadian. Kelompok kedua adalah curah hujan dengan
kemungkinan lebih kecil, :0 3 dari seluruh kejadian.
4erdasarkan defnisi desil kelima sama dengan median, sehingga cara ini
dikelompokan menjadi 2 kelompok yaitu '
Desil 8 - : ' terrendah, :0 3 jauh dibawah normal
Desil / - ; ' diatas terrendah, :0 3 di bawah normal
Desil 2 - B ' di tengah, :0 3 mendekati normal
Desil 1 - C ' di atas tengah-tengah, :0 3 diatas normal
Desil A - 80 ' tertinggi, jauh diatas normal
Metode Desil dipilih sebagai ukuran kekeringan oleh % !ustralian Drought
Datch *ystem % karena relatif sederhana untuk dihitung.
Dengan metode ini, petani di !uatralia hanya dapat meminta bantuan
kepada pemerintah jika curah hujan yang terjadi ada pada tingkat desil 8 - : dan
berakhir lebih dari 8: bulan
*atu kerugian dari cara ini adalah membutuhkan data hujan yang cukup
panjang, agar hasilnya lebih handal.
5
1.(.( Standari-ed Pre&ipitation Inde. /SPI0
engertian bahwa bila hujan yang turun mengecil akan mengakibatkan
kandungan air dalam tanah dan debit aliran berkurang, menimbulkan
berkembangnya *tandardi5ed recipitation .nde= (*.). *. dihitung untuk
mengkwantifkasikan defsit hujan dengan berbagai skala waktu. *kala waktu
tersebut mencerminkan dampak kekeringan pada ketersediaan air diberbagai
sumber. Kondisi kelengasan tanah merespon anomali hujan pada jangka waktu
pendek, sedangklan air tanah, debit di sungai dan tampungan waduk menanggapi
anomali hujan lebih lama. <leh karena itu *. dihitung untuk /-, B-, 8:-,:; dan ;C
bulan.
*. untuk suatu lokasi dihitung berdasarkan data hujan yang cukup panjang
untuk periode yang diingini. Data hujan yang cukup panjang disesuaikan dengan
suatu jenis distribusi (@amma), kemudian ditransformasikan ke distribusi normal
sehingga rata-rata *. di suatu lokasi sama dengan nol.
*. positif mengidentifkasikan hujan yang lebih besar dari median dan *.
negatif menunjukan hujan yang lebih kecil dari median.
Mc Kee et al (8AA/) menggunakan klasifkasi dibawah ini untuk
mengidentifkasikan intensitas kekeringan, dan juga kriteria kejadian kekeringan
untuk skala waktu tertentu.
Kekeringan terjadi pada waktu *. secara berkesinambungan negatif dan
mencapai intensitas kekeringan dengan *. bernilai -8 atau kurang.
+a1el 1.1 Klasifkasi SPI engikuti skala

Nilai SPI Klasifkasi
:.00 !mat sangat basah
8.20 -8.AA *angat basah
8.00 - 8,;A &ukup basah
-0.AA - 0.AA Mendekati normal
-8,00 - 8,;A &ukup kering
-8,20 - 8,AA *angat Kering
-:.00 atau E-:.00 !mat sangat kering
6
2. INDEKS KEKERINGAN UNTUK PERENCANAAN
BANGUNAN AIR
2.1. )raian )u
erencanaan bangunan air seperti waduk dan bendung membutuhkan seri
data debit bulanan atau tengah bulanan yang cukup panjang. Dalam seri waktu
tersebut 7uktuasi data memberikan gambaran akan kondisi ekstrim yang pernah
terjadi yaitu surplus mengakibatkan banjir dan defsit menimbulkan kekeringan
yang pernah terjadi. anjang data debit jauh lebih pendek dibandingkan dengan
data hujan. Di samping itu watak seri data debit sangat tergantung dari alih fungsi
lahan sehingga tidak dapat diperhitungkan sebagai suatu sampel data. <leh karena
itu data hujan lebih tepat untuk digunakan untuk perhitungan kekeringan yang
butuh data hidrologi menerus (berkesinambung, continued).
*eberapa kuatnya kekeringan yang terkandung secara historis dalam data,
mempengaruhi dimensi bangunan air. Misalnya, panjang data debit :0 tahun,
mengandung tingkat keparahan kekeringan periode ulang 20 tahun akan
menghasilkan kapasitas waduk yang besar. *ebaliknya, dengan panjang data yang
sama, :0 tahun, dengan tingkat keparahan periode ulang 80 tahun misalnya, akan
menghasilkan kapasitas waduk yang kecil. <leh karena itu, peranan indeks
kekeringan dengan tingkat keparahan tertentu sangat memegang peranan penting.
*urplus tidak dapat mencerminkan kondisi banjir yang sebenarnya dibandingkan
dengan defsit yang lebih mampu menggambarkan kondisi kekeringan.
2.2 Teori Run
Dari hasil penerapan teori run, diperoleh dua parameter baru, yaitu panjang
defsit ("
n
) dan jumlah defsit (D
n
). Disamping kedua parameter
tersebut,dikembangkan pula parameter intensitas kekeringan yang pada dasarnya
sama dengan jumlah (D
n
) dibagi durasi ("
n
). *ebenarnya, dalam pengertian
intensitas ada dua pendekatan, yang pertama apabila dihitung berdasarkan
intensitas maksimum tanpa memperhatikan durasi. Fang kedua, bilamana
7
intensitas yang diperhitungkan adalah pada waktu kritis saja dimana durasi yang
melatarbelakanginya maksimum.
arameter tersebut diperoleh dengan tahapan sebagai berikut '
8. Dari data curah hujan yang telah disaring ,G
t
, dihitung nilai rata-ratanya pada
masing- masing bulan selama # tahun.
:. Defsit perbulan dihitung dengan mengurangkan nilai G
t
dengan rata-rata
bulan yang bersangkutan. Dimana bila hasil pengurangannya itu bernilai
negatif, maka bulan tersebut mengalami defsit (D
n
).
/. ?umlah defsit merupakan kumulatif dari defsit perbulan yang terjadi secara
berturut- turut.
;. *etelah bulan-bulan yang mengalami defsit diketahui, maka dapat dilihat
berapa lamanya defsit (durasi) yang terjadi, "
n
.
Kemudian dihitung nilai "
nt
dan D
nt
dengan periode ulang yang telah
ditentukan. erhitungan periode ulang dari indeks kekeringan durasi, jumlah dan
intensitas dibuat berdasarkan *)., :00/.
Langka, peng,itungan +eori Run2
"angkah pengerjaan dilakukan sebagai berikut.
a) Kumpulkan data hujan bulanan yang menerus tanpa ada data kosong.
Dengan pertimbangan yang cukup matang, data hujan dii5inkan untuk tidak
menerus dalam hitungan tahun.
b) +itung jumlah datanya ()), rata-rata, simpangan baku (standar de(iasi),
koefsien kepencongan (skewness) dan koefsien keruncingan (kurtosis) untuk
setiap bulannya.
c) Kurangkan data asli tiap-tiap bulan setiap tahunnya dengan rata-rata dari
seluruh data pada bulan tersebut, atau kemungkinan :0 3 tidak melampaui
pada setiap bulannya.
d) "akukan penghitungan durasi kekeringan, menggunakan persamaan (8) dan
(/). 4ila penghitungan yang dihasilkan adalah positif, diberi nilai nol (0) dan
negatif akan diberi nilai satu (8). 4ila terjadi nilai negatif yang berurutan,
maka jumlahkan nilai satu tersebut sampai dipisahkan kembali oleh nilai nol,
untuk kemudian menghitung dari awal lagi. "angkah ini dilakukan dari data
tahun pertama berurutan terus sampai data tahun terakhir.
e) +itung durasi kekeringan terpanjang, tuliskan nilai yang maksimum saja.
8
f) #entukan nilai maksimum durasi kekeringan selama # tahun. )ilai maksimum
durasi kekeringan selama kurun waktu # (sama dengan 80 tahun) tersebut
dirata-ratakan sehingga menghasilkan nilai untuk periode ulang 80 tahunnya.
,ntuk periode ulang selanjutnya lakukan penghitungan yang sama.
g) +itung jumlah defsit. ?ika durasi kekeringan berurutan dan lebih dari satu
maka pada bulan selanjutnya merupakan nilai kumulatifnya, demikian pula
halnya dengan jumlah defsitH
h) 4uat pada tabel baru penghitungan jumlah kekeringan maksimum (selama #
tahun), tuliskan hanya jumlah kekeringan maksimum saja yang diabsolutkan.
i) 4uat tabel baru kembali, tentukan nilai maksimum jumlah kekeringan selama
# tahun. )ilai maksimum selama selang waktu #I80 tahun tersebut dihitung
rata-ratanya dan merupakan nilai periode ulang untuk 80 tahun, dan
seterusnya.
edoman perhitungan #heory of >un dapat dilihat pada "ampiran ..
9
3. INDEKS KEKERINGAN UNTUK MONITORING DAN
PERINGATAN DINI
%.1. )raian )u
,ntuk menangani kekeringan di .ndonesia telah dilaksanakan beberapa pertemuan
yang menghasilkan beberapa wacana sebagai berikut '
!. Menurut 4alai enelitian #anaman adi, uslitbang #anaman angan,
4alitbang ertanian (:00:), secara konseptual upaya antisipasi
kekeringan dapat dijabarkan dalam tiga pendekatan yaitu '
8. endekatan strategis, yaitu mengidentifkasikan wilayah rawan
kekeringan dan banjir, endemik hama dan penyakit tanaman padi
berdasarkan karakteristik biofsik suatu ekosistim.
:. endekatan tastis yaitu mengembangkan teknik prediksi dan prakiraan
cuaca serta iklim untuk menduga kemungkinan terjadinya anomaly
iklim.
/. endekatan operasional yaitu upaya untuk menghindari, mengurangi
dan menanggulangi risiko bencana dan dampak anomaly iklim terhadap
produksi padi.
4. Dalam Diskusi anel "a-)ina dan 9l-)ino (awitan et al,8AACb) dirumuskan
antara lain '
8. Kekeringan dan kebanjiran dapat terjadi tanpa adanya gejala alam 9l
)ino dan "a-)inaH
:. Masih rendahnya tingkat kepedulian masyarakat terhadap aspek cuaca
dan iklim serta penyimpangannyaH
/. #ingkat keandalan prakiraan cuaca dan iklim perlu ditingkatkan sampai
ke tingkat daerah untuk memenuhi kebutuhan masyarakatH
10
;. entingnya pelayanan informasi cuaca dan iklim untuk masyarakat luas
dan khusus seperti petani dan pelayanH
2. Masih lemahnya kemampuan teknologi prakiraan iklim nasional.
C. #iga program dari pemerintah untuk mengatasi kekeringan meliputi '
8. endistribusian air minum ke daerah-daerah yang kekurangan airH
:. emberian beras gratisH
/. adat karya untuk petani yang kehilangan pekerjaan, (Kompas,:0JCJ0/).
4uku edoman !ntisipasi Kekeringan ?awa #engah diterbitkan pada bulan
*eptember :00/ oleh *eksi enanggulangan 4anjir dan Kekeringan *ub Dinas
9ksploitasi dan emeliharaan, Dinas engelolaan *umber Daya !ir ropinsi ?awa
#engah yang berkedudukan di *emarang (edoman, :00/). Maksud dan tujuan
pedoman tersebut adalah menyatukan persepsi dan langkah untuk mengantisipasi
danmenanggulangi kekeringan di ?awa #engah dilakukan oleh Dinas *umber Daya
!ir termasuk 4alai engelolaan *umber Daya !ir serta jajaran engairan yang
lainnya dengan sasaran utama meminimalkan dampak yang timbul pada daerah-
daerah kekeringan.
Dalam pedoman tersebut dibahas mengenai data yang dibutuhkan dan
prakiraan daerah rawan kekeringan. rakiraan didasarkan pada dua pendekatan
yaitu prakiraan cuaca yang dilakukan oleh 4M@ dan tingkat ketersediaan air melalui
factor K (perbandingan ketersediaan dan kebutuhan air dalam persen) serta factor
> (selisih ketersediaan air dan kebutuhan terhadap kebutuhan total). *elanjutnya
factor > dikaitkan dengan pola penggiliran antar blok golongan atau antar blok
sekunder atau blok tersier untuk yang terparah.
elaksanaan antisipasi kekeringan melalui berbagai jenis tindakan dalam
kerangka kerja jangka panjang dan pendek juga dijabarkan dalam pedoman
tersebut.
4erdasarkan data yang sudah dirinci pada edoman, :00/b, dibuat laporan
mengenai kekeringan tahun :00/ ("aporan, :00/). +anya ada empat jenis tindakan
yang dilakukan untuk menangani kekeringan yaitu pengadaan pompa dan
pembuatan sumur dangkal, pemeliharaan jaringan irigasi, padat karya dan hujan
buatan. +al ini berkaitan dengan kondisi kekeringan yang kurang parah di wilayah
?awa #engah berdasarkan factor K. Kabupaten 4lora, >embang, @robogan, *ragen,
Donogiri dan Klaten mempunyai factor K lebih kecil dari 10 selebihnya di atas 10.
*elanjutnya !rifn, :00/, menghimbau pemerintah untuk segera
merealisasikan sekian macam rencana tentang system peringatan dini (early
11
warning system) dan langkah antisipasi lain yang pernah dicanangkan. Kelalaian
melakukan hal penting itu akan berarti bencana besar bagi para petani dan
segenap anggota masyarakat lain, yang juga dapat menjadi ancaman serius bagi
upaya rekonstruksi kebijakan pangan dan pertanian.
endekatan butir 8 dan : (kelompok !) di atas termasuk dalam tugas dan
kewajiban Monitoring atau Early Warning sedangkan butir / termasuk tindakan
mitigasi. 4elum ada suatu keterkaitan erat antar butir yang satu dengan yang lain,
pada kondisi strategis perlu ditentukan peranan pendekatan taktis dan operasional
atau sebaliknya, melalui suatu sistim kerja. Dari rumusan kelompok 4 di atas
tersirat bahwa butir 8 sampai dengan 2 termasuk dalam kegiatan Monitoring dan
9arly Darning. *elanjutnya, ulasan dari !rifn, :00/, juga menyiratkan pentingnya
dilakukan monitoring atau peringatan dini. *edangkan, tindakan pemerintah yang
dilakukan pada waktu bencana sudah terjadi menggambarkan suatu upaya
responsif, yang dilakukan secara spontan tanpa adanya suatu antisipasi apalagi
perencanaan.
Dari pembahasan di atas dapat disimpulkan perlunya suatu kegiatan
Monitoring untuk mengantisipasi upaya mitigasi. #ugas utama dari monitoring
adalah mengidentifkasi besaran dan waktu kekeringan dalam bentuk indeks
kekeringan yang siap pakai dijadikan dasar pemilihan jenis tindakan mitigasi dalam
satu tatanan erencanaan Kekeringan.
erencanaan Kekeringan didefnisikan sebagai tindakan yang diambil
masyarakat, pemerintah dan lain-lain sebelum kekeringan terjadi dengan tujuan
meringankan (mitigasi) beberapa dampak dan kon7ik yang berhubungan dengan
kejadian tersebut, (Dilhite, 8AA/). *alah satu komponen perencanaan kekeringan
adalah prediksi dan peringatan dini yang dilaksanakan oleh organisasi Monitoring.
Monitoring adalah organisasi yang mempunyai tugas memantau, menganalisa dan
menyebarluaskan data iklim dan suplai air (sungai, waduk, danau, air tanah dan
kelengasan tanah) dan mengidentifkasikan besar dan waktu (awal, akhir dan
durasi) kekeringan melalui indeks kekeringan, )DM&(:00/b).
%.1 "etodologi
%.2.1 Standardi-ed Pre&ipitation Inde. /SPI0
*alah satu metode perhitungan indeks kekeringan yang sering digunakan
adalah *. (Standardized Precipitation Index). *. didesain untuk mengetahui
secara kuantitatif defsit hujan dengan berbagai skala waktu. Mc. Kee et al. (8AA/),
12
mendefnisikan intensitas kekeringan dari *. secara kualitatif sebagai berikut ' *.
antara 0 sampai dengan -0,AA sebagai ringan, *. antara -8,00 sampai dengan
-8,;A sebagai sedang, *. antara -8,20 sampai dengan -8,AA sebagai parah serta
lebih kecil dari -:,00 sebagai ekstrim. *. tersebut dihitung berdasarkan berbagai
skala waktu seperti / atau B atau A atau 8: atau :; atau ;C bulan.
Dari penelitian terdahulu, dapat disimpulkan bahwa *.-B dapat dijadikan
patokan dalam memonitor kekeringan, sehingga dalam kajian ini digunakan *.
skala waktu B bulan. *. dihitung berdasarkan selisih antara hujan yang sebenarnya
terjadi dengan hujan rata-rata menggunakan skala waktu tertentu, dibagi dengan
simpangan bakunya. ,ntuk menghilangkan faktor musim pada deret data hujan
bulanan disamping membentuk satu deret data dengan distribusi probabilitas yang
sama, dilakukan transformasi data. ertama kali dengan merubah data menjadi
bentuk peluang kumulatif (cdf atau cumulative distribution function) dengan jenis
distribusi @amma.
*elanjutnya dirubah menjadi bentuk distribusi )ormal 4aku (standard), dan
nilai yang dihasilkan merupakan indeks kekeringan *.. roses perhitungan *.
sebenarnya merupakan upaya untuk menjadikan seri data asli menjadi seragam
sehingga regionalisasi dapat dilakukan.
4ila seri data periodik berupa hujan bulanan disebut G, dimana
menunjukkan tahun dan adalah bulan (dari ?anuari sampai dengan Desember),
maka persamaan distribusi probabilitas cdf @amma seperti terlihat pada
persamaan 8 sampai dengan /.
@(=) (G
k,i
H
i
H
i
) I 8JK
i

i
(
i
L G
k,i
(
i
-8)
e
$( G
k,i
J
i
)
(8)
Di mana

i
I
i
:
J
i
:
(:)

i
I
i
:
J G
i
(/)

i
I rata-rata G
k,i
pada bulan ke i

i
I simpangan baku pada bulan ke i
*eri probabilitas diubah menjadi nilai M yang mempunyai cdf (cumulative
distribution function) dari Distribusi )ormal *tandard seperti terlihat pada
persamaan ;.
6=(G) I r(G
,
=) I r(M( G
,
-

)J

) I r(M5)
. )
2
exp(
2
1
) (
2
~
dt
z
X F
z
x
=

(;)
M tersebut di atas disebut *tandardi5ed recipitation .nde= atau disingkat *..
13
ermasalahan timbul pada waktu curah hujan nol, karena persamaan cdf
@amma, persamaan (8), tidak terdefnisi. ,ntuk menghindari kesulitan tersebut
persamaan cdf @amma dirubah menjadi persamaan (2).
) ( ) 1 ( ) ( x G q q x H + =
(2)
Di mana N adalah probabilitas terjadinya hujan nol di bulan bersangkutan.
robabilitas kumulatif +(=) ditransformasikan menjadi (ariabel acak normal baku, M,
dengan rata-rata nol dan (arians nya satu. M merupakan nilai *., dihitung secara
empiris oleh persamaan di bawah.
5 . 0 ) ( 0
1
(
3
3
2
2 1
2
2 1 0
<
+ + +
+ +
= = x H untuk
t d t d t d
t c t c c
t SPI Z (B)
0 . 1 ) ( 5 . 0
1
(
3
3
2
2 1
2
2 1 0
<
+ + +
+ +
+ = = x H untuk
t d t d t d
t c t c c
t SPI Z (1)
Di mana '
5 . 0 ) ( 0
)) ( (
1
ln(
2
< = x H untuk
x H
t
(C)
0 . 1 ) ( 5 . 0
)) ( 0 . 1 (
1
ln(
2
<

= x H untuk
x H
t
(A)
c
0
I :.282281 d
8
I 8.;/:1CC
c
8
I 0.C0:C2/ d
:
I 0.8CA:BA
c
:
I 0.080/:C d
/
I 0.008/0C
Kejadian kekeringan didefnisikan sebagai waktu di mana *. bertanda
negatif terus menerus sampai nilai positif terjadi lagi, tenggang waktu tersebut
dikatakan Durasi Kekeringan. ?ika nilai *. dijumlahkan selama tenggang waktu
durasi tersebut akan menggambarkan jumlah kekeringan, selanjut intensitas
kekeringan dihitung berdasarkan jumlah dibagi durasi kekeringan (+ayes,8AAAH
9dward,8AA1H McKee,8AA/).
?adi, seri data hujan bulanan melalui *. dapat menghasilkan seri data *.
baru. ?ika durasi kekeringan sudah dihitung maka intensitas kekeringan *. dapat
ditentukan pula. *elanjutnya, hujan bulanan dapat dialihkan menjadi hujan B-
bulanan, sehingga dihasilkan *. B-bulanan.
Deret *., akhirnya merupakan deret waktu dengan distribusi frekuensi
mendekati )ormal , melalui proses transformasi (@ammanisasi) dan standarnisasi
menjadi )ormal, lihat contoh pada @ambar /.8.
14

S-ar putea să vă placă și