Sunteți pe pagina 1din 31

1

BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Human Immunodeficiency Virus atau yang di sebut dengan HIV
merupakan suatu jenis virus yang dapat menurunkan kemampuan sistem
kekebalan tubuh pada manusia, sehingga penderita yang terkena infeksi virus
tersebut mudah terkena berbagai penyakit. Sekumpulan gejala dan infeksi
yang timbul karena kerusakan sistem kekebalan tubuh pada manusia akibat
infeksi virus HIV inilah disebut dengan Acquired Immune Deficiency
Syndrom (AIDS). AIDS dapat membawa dampak yang menghancurkan,
bukan hanya terhadap kesehatan masyarakat namun juga terhadap Negara
secara keseluruhan (Subowo, 2010).
Lebih dari 25 juta orang meninggal karena AIDS, dan lebih dari 40
juta orang sekarang hidup dengan infeksi HIV, sebagian besar berada di
Negara Negara sedang berkembang. AIDS membunuh lebih dari 3 juta
orang setiap tahun, dan ada infeksi baru setiap 5 detik. AIDS melanda Negara
Negara dengan ekonomi lemah dan perawatan kesehatan minim yang
banyak di Negara berkembang, mengurangi harapan hidup secara drastis, dan
menciptakan jutaan anak yatim piatu (Gallant, 2010: 194).
Jumlah HIV/AIDS yang tercatat di dunia diibaratkan sebagai
fenomena gunung es. Indonesia termasuk kedalam tingkat prevalensi
terendah di dunia, yaitu sekitar 0,2%. Jumlah kasus baru AIDS di Indonesia
dalam kurun waktu empat tahun terkahir mengalami turun naik yaitu, pada
tahun 2008 sebanyak 4.969 kasus, tahun 2009 sebanyak 3.863 kasus, tahun
2010 sebanyak 4.158 kasus. Berdasarkan laporan kasus HIV/AIDS sampai
dengan September 2012 dilaporkan bahwa jumlah kumulatif kasus AIDS
adalah 39.434 (Menkes RI, 2012).
Penularan infeksi HIV saat ini di Indonesia adalah melalui hubungan
seks tanpa kondom terutama di kalangan orang-orang dengan angka mitra
tinggi, dan perilaku suntik yang tidak aman. Dalam model matematika dari
2

epidemi HIV di Indonesia, Depkes memproyeksikan bahwa tanpa percepatan
pencegahan, 541.700 orang akan HIV positif pada tahun 2014, dan kenaikan
jumlah perempuan HIV positif dari 4.560 pada tahun 2008 menjadi 8.170
pada tahun 2014. Selanjutnya, proyeksi terinfeksi HIV anak juga
menunjukkan peningkatan dari 1.070 pada 2008 menjadi 1.590 pada tahun
2014. Hal ini juga memproyeksikan pergeseran modus utama penularan dari
penggunaan narkoba suntikan dengan transmisi seksual. Infeksi baru di antara
pengguna narkoba (drug user) diproyeksikan menurun dari 40% di tahun
2008 menjadi 28% pada tahun 2014, sedangkan infeksi melalui penularan
seksual akan meningkat dari 43% menjadi 58% (Depkes RI, 2008).
HIV tidak dapat disembuhkan karena tidak ada obat yang dapat
sepenuhnya menyembuhkan HIV/AIDS. Perkembangan penyakit dapat
diperlambat namun tidak dapat dihentikan sepenuhnya. Kombinasi yang tepat
antara berbagai obat-obatan antiretroviral dapat memperlambat kerusakan
yang diakibatkan oleh HIV pada sistem kekebalan tubuh dan menunda awal
terjadinya AIDS.
Pengobatan dan perawatan yang ada terdiri dari sejumlah unsur yang
berbeda, yang meliputi konseling dan test mandiri (VCT), dukungan bagi
pencegahan penularan HIV, konseling tidak lanjut, saran-saran mengenai
makanan dan gizi, pengobatan IMS, pengelolaan efek nutrisi, pencegahan dan
perawatan infeksi oportunistik (IOS), dan pemberian obat-obat antiretroviral.
Obat antiretroviral digunakan dalam pengobatan infeksi HIV. Obat-obatan ini
bekerja melawan infeksi itu sendiri dengan cara memperlambat reproduksi
HIV dalam tubuh (Nyabadza, 2008).
Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan di atas maka penulis
tertarik untuk membahas tentang HIV/ AIDS.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa yang dimaksud dengan HIV/ AIDS ?
2. Apa yang menyebabkan AIDS ?
3. Bagaimana perjalanan virus HIV sehingga bisa terjadi AIDS ?
4. Bagaimana cara penularan AIDS ?
3

5. Bagaimana proses keperawatan ( askep ) pada pasien dengan HIV/ AIDS ?

C. TUJUAN
1. Tujuan umum
Untuk mengidentifikasi AIDS secara umum.

2. Tujuan khusus
a. Untuk mengidentifikasi apa itu HIV/ AIDS
b. Untuk mengidentifikasi penyebab AIDS
c. Untuk mengidentifikasi bagaimana perjalanan virus HIV sehingga
bisa menjadi AIDS
d. Untuk mengidentifikasi bagaimana cara penularan AIDS
e. Untuk mengidentifikasi askep AIDS

D. Manfaat Penulisan
Hasil Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat :
1. Bagi ODHA
Meningkatkan kemampuan ODHA dalam memahami dan
memelihara kesehatan secara mandiri serta tetap semangat dalam
menjalani terapi antiretroviral.

2. Bagi Rumah Sakit
Sebagai bahan masukan dan informasi bagi pihak Rumah Sakit
dalam menganalisa dan merencanakan strategi untuk meningkatkan
kepatuhan ODHA dalam menjalani terapi antiretroviral.

3. Bagi Keluarga dan Pendamping
Meningkatkan pengetahuan keluarga dan pendamping lainnya
tentang HIV/AIDS dan terapi ARV agar dapat memberikan perhatian,
dukungan dan setia mendampingi pasien dalam menjalani pemeriksaan
terapi ARV dan menghadapi penyakitnya.

4

4. Bagi Penulis
Diharapkan menjadi pengalaman belajar, bermanfaat dan dapat
digunakan sebagai data dasar dalam menambah wawasan penelitian
selanjutnya




























5

BAB II
TINJAUAN TEORITIS

A. TERMINOLOGI
1. Atom adalah Partikel terkecil dari sebuah elemen yang dapat berdiri
sendiri atau bergabung dengan satu atom atau lebih dari elmen yang
sama atau yang lain (Hinchliff,1999)
2. Alergi adalah perubahan reaksi tubuh atau pertahanan tubuh terhadap
benda asing yang terdapat di lingkungan hidup sehari-hari (Wijaya,
2001).
Alergi merupakan respon sistem imun yang tidak tepat dan kerap kali
mambahayakan terhadap substansi yang biasanya tidak berbahaya.
Reaksi alergi merupakan manifestasi cedera jaringan yang terjadi akibat
interaksi antara antigen dan antibody (Smeltzer, 2001)
3. Batuk merupakan ekspirasi eksplosif untuk mengeluarkan secret dan
benda asing dari saluran trachea bronchial (Harrison, 1999).
Batuk merupakan mekanisme reflek yang sangat penting menjaga jalan
nafas tetap terbuka dengan cara menyingkirkan hasil sekresi lender yang
menumpuk pada jalan nafas, tidak hanya lender yang akan disingkirkan
pada reflek batuk tetapi juga gumpalan darah dan benda asing
(Darmanto, 2009).
4. Bercak kemerahan daerah dada dan punggung adalah daerah kulit yang
berbeda warna dari daerah sekitarnya dan cenderung kemerahan
(Laksman, 2005)
5. Candidiasis esofagus adalah Penyakit yang disebabkan oleh candida
(suatu jenis ragi) albicans yang terdapat pada bagian saluran pencernaan
antara faring dan lambung. (Herawati, Erna, 2008). Candidiasis orofaring
adalah Infeksi yang di sebabkan oleh suatu spesies candida biasanya
candida albicans yang terdapat di bagian mulut terutama faring. (Tarini,
2008).
6

6. Candidiasis vagina recuren adalah infeksi yang disebabkan oleh jamur,
yang terjadi disekitar vagina (Dyah, 2012).
7. CD
4
adalah Sel-sel yang membantu respon kekebalan (Daniel J.
Wallace, 2007)
8. Demam adalah Kenaikan suhu tubuh melewati batas normal yang dapat
disebabkan berbagai hal seperti infeksi, peradangan, atau gangguan
metabolik (Sofwan, 2010). Demam merupakan keadaan ketika suhu
tubuh meningkat melebihi batas normal > 37 derajat celcius. Demam
bukan suatu penyakit tetapi tanda yang menyertai penyakit yang berbeda-
beda (Karina, 2012)
9. Enzim reverse transkriptase adalah sebuah polimerase yang
mengkatalisis pembentukan DNA pada template RNA ditemukan dalam
virus onkogenik mengandung RNA terutama retrovirus (Autexier, C and
Lue, 2006).
10. Genus adalah klasifikasi antara famili (yang lebih tinggi) dan spesies
(yang lebih rendah) (Hinchliff, 1997)
11. Herpes zoster adalah Infeksi akut yang disebabkan oleh raktivitas virus
virisela zoster yang terutama mengenai orang dewasa (Mosby,2008)
12. Hemoglobin zat warna dalam sel darah merah yang berguna untuk
mengangkut oksigen dan karbondioksida (Laksman, 2005).
13. Idiopatik adalah tidak diketahui sebabnya berasal dari dirinya
(Ramali,1997)
14. Infeksi oportunistik adalah infeksi mikroorganisme yang tidak biasanya
menyebabkan penyakit namun menjadi patogenik dibawah keadaan
tertentu (Dorlan, 1998)
15. ITP ( Idiopatik Thrombocytopenic Purpura) adalah sebagai jumlah
trombosit terisolasi rendah (trombositopenia) dengan sumsum tulang
normal dan tidak adanya penyebab lain dari trombositopenia. Hal ini
menyebabkan ruam purpura karakteristik dan kecenderungan meningkat
menjadi berdarah ( Sasongko, 2006 ).
16. Imunitas adalah resisten yang bersifat intrinsik atau didapat(akuisita)
terhadap agen penyebab infeksi (Hinchliff, 1999).
7

17. Kejang adalah kontraksi infolunter otot yang terjadi akibat stimulasi
abnormal cerebral (Hincliff, 1997)
18. Limfosit adalah suatu sel darah putih yang dibentuk didalam jaringan
limfotik diseluruh tubuh (Stedman, 2011).
Limfosit adalah salah satu varietas sel darah putih. Sel-sel induk
limfositik mengalami transformasi menjadi T limfosit(dalam kelenjar
timus) yang akan menghasilkan imunitas seluler yang terlibat dalam
penerimaan atau penolakan organ (Hinchliff,1999).
19. Meningitis stretococcous adalah peradangan yang terjadi di meningen
atau selaput otak yang disebabkan oleh bakteri stresptococus (Hodges JR,
1991).
20. Mikrobakterium avium adalah sebuah bakteri tumbuh lambat ditemukan
di dalam tanah dan partikel debu yang menyebabkan tuberkulosis pada
burung dan babi dan bertanggung jawab untuk kompleks Mycobacterium
burung (MAC) pada manusia (Girsang, M., 2003).
21. Molekul adalah kombinasi dua buah atom atau lebih untuk membentuk
suatu zat kimia yang spesifik (Hinchliff,1999).
22. Mencret adalah buang air besar yang terlalu sering disertai mules dan
kadang muntah-muntah (Arif, 2005).
23. Monosit adalah sejenis leukosit satu inti bersifat fagositik (Bratawidjaja
KG ,2006).
24. Nukleus adalah suatu masa protoplasma yang khas berbentuk bulat/oval
didalam sitoplasma sel binatang/hewan/tumbuhan dikelilingi oleh suatu
selubung nuklir; bagian tengah suatu atom (proton dan neutron) tempat
sebagian besar massa dan semua kekuatan positif dikonsentrasikan
(Stedman,2011).
25. Neuropati perifer adalah kerusakan sistem saraf tepi yang mengirimkan
informasi dari otak dan sumsum tulang untuk setiap bagian dari tubuh
(Mahar Marjono, 2000).
26. Nyeri adalah rasa sakit (Ramali,1997).
8

27. Oral hayri leukoplakia adalah suatu bercak putih, permukaannya kasar,
bervariasi mulai dari lapisan vertikal sampai plak keriput (Chattopadhyay
A, Caplan DJ, 2005).
28. Patogen adalah penyebab penyakit (Hincliff, 1999).
29. Peristaltik adalah kontraksi otot polos yang terkoordinasi dan berirama
yang membuat makanan dapat melewati saluran cerna, empedu melewati
slauran empedu, urin dan melewati ureter (Mosby,2008).
30. Purpura adalah keadaan yang ditandai dengan bercak-bercak perdarahan
dalam kulit (Hinchliff, 1999).
31. Pneumonia pneumocystis karinii adalah merupakan penyakit utama yang
terlihat pada pasien AIDS dan penyebab kematian yang paling sering
(Hinchliff, 1999).
32. Proliferasi adalah meningkatnya dengan pembelahan sel (Hinchliff,
1999).
33. Resisten adalah gaya pasif yang dikerahkan untuk melawan kekuatan
aktif lain; kemampuan alami/didapat pada organisme untuk memlihara
imunitas atau menolak efek suatu zat yang bersifat antagonis seperti
obat-obatan dan toksin ( Dorland, 1998).
34. Retrovirus adalah retrovirus adalah virus yang dikodekan dalam gen
RNA bukan DNA. Meskipun, seperti virus lainnya, retrovirus perlu
menggunakan mesin seluler dari organisme menginfeksi mereka untuk
membuat salinan dari diri mereka sendiri. (Elizabeth, 2012).
35. Sel dendrit adalah salah satu filamen protoplasma sel saraf yang
melibatkan proses transmisi impuls dari neuron yang satu ke neuron yang
lain (Barbara, 2005).
36. Sel langerhans adalah salah satu kelompok sel dalam pankreas yang
memproduksi insulin dan glukagon (Barbara, 2005).
37. Stomatitis adalah peradangan selaput lendir pada mulut (Stedman,2011).
38. Streptococcus adalah genus bakteria (Hinchliff,1997)
39. Sputum positif kental dan hijau adalah sesuatu yang dikeluarkan dari
saluran nafas bawah dengan kekuatan batuk (Jawetz, Melnick, 2007).
9

40. TBC milier adalah penyakit limfohematogen sistemik akibat penyebaran
kuman milier tubercolosis dari kompleks primer ( Chapman, 1946).
41. Toksoplamosis cerebral adalah infeksi oportunistik yang biasanya
menginfeksi pasien dengan HIV / AIDS, dan merupakan penyebab paling
umum dari abses otak
42. Trombhocytopenia adalah kurangnya sel darah merah dalam darah
(Hinchliff, 1999).

B. DEFINISI
1. HIV (Human Immunodeficiency Virus )
HIV berasal dari kata H (Human) yang berarti virus HIV hanya
bisa menyerang manusia, I (Immunodeficiency) yang berarti HIV bisa
melemahkan sistem imun dengan cara menghancurkan sel-sel penting
yang bisa melawan penyakit & infeksi jika sistem imun menurun dan V
(Virus) yang artinya virus HIV hanya bisa memproduksi sel sendiri dengan
mengambil sel-sel dalam tubuh seseorang (US Departemen of Health &
Human Services, 2012).
HIV (Human Immunodeficiency Virus), adalah virus yang
menyerang sistem kekebalan tubuh manusia dan kemudian menimbulkan
AIDS. (Nursalam & Kurniawati, 2008).
HIV adalah virus yang menyebabkan hilangnya kekebalan tubuh
manusia atau virus yang mampu menghancurkan sel pada sistem
kekebalan tubuh (Rudy, 2007).

2. AIDS (Acquired I mmuno Deficiency Syndrom)
AIDS berasal dari kata A (Acquired) yang berarti bukan keturunan
tapi bisa ditularkan, I (immuno) yang berarti sistem imun tubuh seseorang
mencakup seluruh organ dan sel, D (Deficiency) yang berarti terjadi ketika
sistem imun menurun dan S (Syndrom) yang artinya kumpulan dari tanda
dan gejala dari penyakit (US Departemen of Health & Human Services,
2012).
10

AIDS adalah sekumpulan gejala penyakit yang timbul akibat
menurunnya sistem kekebalan tubuh manusia disebabkan oleh virus HIV
(Nursalam & Kurniawati, 2008).
AIDS adalah sekumpulan gejala penyakit yang menyerang tubuh
manusia setelah sistem kekebalan tubuhnya dirusak oleh virus HIV
(Depkes, 2003).

C. ETIOLOGI
AIDS disebabkan oleh virus HIV yang berkembang didalam tubuh.
AIDS ditularkan melalu tiga jalur, yaitu jalur seksual (air liur, bertukar
pasangan bagi orang yang terinfeksi HIV), melalui jalur darah (jarum suntik,
sedotan, tusuk gigi, alat cukur), dan jalur ibu ke anak (melalui proses
persalinan, ASI) (Smeltzer, 2001).

D. PATOFISIOLOGI
HIV merupakan suatu virus RNA bentuk sfaris dengan diameter 1000
Angstrom yang termasuk Retrovirus dari famili Lentivirus. Secara
morfologis HIV terdiri dari atas dua bagian depan yaitu bagian inti (core ) dan
bagian selubung ( envelope ) yang terdiri atas glikoprotein gp120 yang
melekat pada glikoprotein gp4. Bagian dalamnya terdapat lapisan kedua yang
terdiri dari protein p17, setelah itu terdapat inti HIV yang dibentuk oleh
protein p24. Dalam inti terdapat komponen penting berupa 2 buah rantai RNA
dan enzim Reverse Transkriptase ( Aru Sudoyo, 2006 ).
Patofisiologi virus HIV dalam tubuh dimulai dari partikel virus
bergabung dengan DNA sel pasien, sehingga satu kali seseorang terinfeksi
HIV seumur hidup ia akan tetap terinfeksi. Infeksi HIV tidak akan langsung
memperlihatkan tanda atau gejala tertentu. Gejala yang terjadi yaitu, demam,
nyeri menelan, pembengkakan kelenjar getah bening, ruam, diare dan batuk
lebih dari satu bulan. Setelah infeksi akut, dimulailah infeksi HIV asimtomatik
( tanpa gejala ) selama 8 10 tahun. Seiring dengan menurunnya kekebalan
tubuhm orang tersebut akan menampakkan gejala infeksi opportunisik seperti
berat badan menurun 10% setiap bulan, demam lebih dari satu bulan, rasa
11

lemah, pembesaran kelenjar getah bening, diare lebih dari satu bulan, TBC,
infeksi jamur dan herpes. Tanpa pengobatan ARV, secara bertahap sistem
kekebalan tubuh akan memburuk, dan akhirnya menunjukkan gejala klinis
makin berat dan pasien masuk tahap AIDS. ( Aru Sudoyo, 2006)


























12


E. PATOFLOW
HIV

Menular Melalui 3 Jalur Tidak Menular Melalui

Seksual Darah Ibu ke Anak 1. Bersentuhan
2. Bersalaman
Menginfeksi sel yang memiliki molekul 3. Peralatan makan dan minum
CD4 (Limfosit T4, Monosit, sel dendrit, 4. Kamar mandi
Sel agerhans) 5. Kolam renang
6. Gigitan nyamuk
Mengikat molekul CD4 7. Tinggal serumah dengan ODHA
8. Duduk bersama dalam 1 ruangan
Memilih sel target dan memproduksi virus (Murni, 2009)
dengan bantuan enzim Reverse Transkriptase

Nukleus

13

Membentuk RNA baru Tanda dan Gejala (2-4 minggu)
1. Demam
Penurunan produksi CD4 2. Sakit kepala
3. Nyeri otot
Pemeriksaan Asimptomatik 4. Keringat dimalam hari
Diagnostik: 5. Mual
1. Rapid Test Imunitas menurun Tanda dan Gejala:
2. ELISA 1. Pembengkakan kelenjar limpa
3. Westren Bolt 2. Diare lebih dari 1 bulaN
Tanda dan Gejala Infeksi Oportunistik 3. Demam lebih dari 1 bulan
1. Candidiasis 4. BB 10% dalam 1 bulan
2. Toxoplasmosis 5. Stomatitis
3. Pneumonia Carinii
4. Sarcoma Kaposi
5. Limfoma


Perubah
Infeksi
Ketidakseimbangan
volume cairan
Intoleransi
aktifitas
Ketidakefektifan
pola nafas
Nutrisi kurang
dari kebutuhan
tubuh
integritas kulit Nyeri akut
14

F. MANIFESTASI KLINIS
Klasifikasi manifestasi klinis infeksi HIV pada orang dewasa menurut
WHO yaitu sebagai berikut :
1. Stadium klinis I mempunyai tanda dan gejala seperi demam, lemah dan
lesu, batuk, nyeri sendi, pembesaran kelenjar getah bening dan nyeri
tenggorokan.
2. Stadium klinis II yaitu stadium tanpa gejalaa diaman masa ini tidak timbul
gejala apapun dan orangnya tampak sehat & berlangsung bertahun- tahun
(5- 7 tahun).
3. Stadium klinis III disebut juga stadium ARC (AIDS Related Complex)
yang dimana timbul 2 atau lebih gejala klinis yang telah berlangsung
selama 3 bulan atau lebih seperti: demam lebih dari 38 0C disertai keringat
malam, berat badan menurun drastis 10% dalam 1 bulan, kelemahan
tubuh, pembesaran kelenjar meluas, diare atau mencret yang berkala/ terus
menerus serta batuk dan sesak nafas lebih dari 1 bulan terus menerus ,
kulit gatal dan bercak merah kebiruan dan perdarahan yang tidak jelas
sebabnya.
4. Stadium klinis IV atau stadium AIDS dimana timbul HIV wasting
Syndrom, candidiasis, toxoplasmunia, pnemoni pneucystic carinii,
sarcoma Kaposi dan limpoma.
5. Stadium klinis V atau stadium ganguan saraf pusat ditandai dengan
beberapa gangguan mental yang mungkin timbul demensia, delirium,
gangguan psikotik, depresi dan sindrom mania.

G. PEMERIKSAAN DIGNOSTIK
1. Rapid Test
Test untuk melakukan uji tapis. Saat ini banyak test yang cukup sensitive
dan juga memiliki spesifitas yang tinggi. Hasil yang positif akan diperiksa
ulang dengan menggunakan test yang berbeda untuk meminimalkan
adanya hasil positif palsu yaitu ELISA. Rapid test hasilnya bisa dilihat
dalam waktu kurang lebih 20 menit. (Nursalam, 2007).

15

2. ELISA ( Enzyme Linked Immunosorbent Assay )
ELISA bereaksi terdapat adanya antibodi dalam serum dengan
memperlihatkan warna yang lebih jelas apabila terdeteksi jumlah virus
yang lebih besar. Biasanya hasil ELISA mungkin masih akan negatif
sampai 6 12 minggu setelah pasien terinfeksi. Hasil positif palsu dapat
menimbulkan dampak psikologis yang besar, maka hasil uji ELISA yang
positif diulang dan apabila keduanya positif maka dilakukan uji yang lebih
spesifik yaitu Western Blot. (Nursalam, 2007).

3. Western Blot
Western Blot merupakan elektroforesi gel poliakrilamit yang digunakan
untuk mendeteksi rantai protein yang spesifik terhadap DNA. Jika tidak
ada rantai protein ditemukan berarti western blot positif. Test ini harus
diulang lagi setelah 2 minggu dengan sampel yang sama. Jika test western
blot tetap tidak bisa disimpulkan maka test western blot harus diulang lagi
setelah 6 bulan. Jika test tetap negatif, maka pasien dianggap HIV negatif
(Nursalam, 2007).

4. PCR ( Polymerase Chain Reaction )
PCR untuk DNA dan RNA virus HIV sangat sensitive dan spesifik untuk
infeksi HIV. Test ini sering digunakan bila test lain tidak jelas (Nursalam,
2007).

H. ASUHAN KEPERAWATAN
1. PENGKAJIAN
a. Data Demografi :
1) Nama : Tn. P
2) Umur : 34 tahun
3) Dx. Medis : HIV AIDS

b. Masalah Fisik
1) Sistem pernapasan : batuk > 2 minggu, sputum (+) kental dan
berwarna hijau, sesak dengan RR 28X/menit.
16

2) Sistem pencernaan : sering mencret tanpa sebab > 1 bulan, bb
menurun drastis 10% dalam 1 bulan, bercak putih di lidah,
hilangnya nafsu makan, stomatitis, candidiasis
3) Sistem persyarafan : nyeri sendi atau lemas otot > 1 bulan
4) Sistem integument : ada bercak merah pada daerah dada dan
punggung
5) Lain-lain : anemis dengan Hb 10,9 gr/dl, leukosit 35000/ul, demam
> 1 bulan dengan suhu 37,4C

c. Analisa data
1) Data Subjektif :
a) Pasien mengatakan badannya terasa lemas dan akhir-akhir ini
cepat sakit
b) Pasien mengatakan cepat lelah
c) Pasien mengatakan nafsu makan hilang
d) Pasien mengatakan nyeri pada bagian sendi > 1 bulan
e) Pasien mengatakan sering mencret tanpa sebab > 1 bulan

2) Data Objektif
a) Sputum (+) kental dan berwarna hijau
b) Batuk > 2 minggu
c) BB menurun drastic 10% dalam 1 bulan
d) Tampak bercak putih di lidah
e) Stomatitis
f) Candidiasis
g) Demam > 1 bulan dengan suhu 37,4C
h) Hb 10,9 gr/dl
i) leukosit 35000/ul
j) RR 28 x/menit
k) TD 110/80 mmHg
l) Nadi 88 x/menit

2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
a. Resiko terhadap infeksi berhubungan dengan pertahanan tubuh
sekunder yang tidak adekuat (penurunan hemoglobin)
b. Resiko ketidakseimbangan volume cairan berhubungan dengan
kehilangan cairan aktif
c. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan kelelahan umum
d. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan produksi
sputum
17

e. Perubahan nutrisi, kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
kesulitan mengunyah, kehilangan nafsu makan, dan infeksi
oportunistik (Kandidiasis dan Herpes )
f. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan penurunan imunologis
g. Nyeri akut berhubungan dengan oedeme limfe, sakit kepala skunder
terhadap infeksi SSP ( sistem saraf perifer ) dan neuropati perifer.

3. INTERVENSI KEPERAWATAN
a. Resiko terhadap infeksi berhubungan dengan pertahanan tubuh
sekunder yang tidak adekuat (penurunan hemoglobin)
Intervensi keperawatan menurut NIC:
1) Perawatan sirkulasi : insufiensi arteri : meningkatkan sirkulasi
arteri
2) Menejemen penyakit menular : bekerja berrsama komunitas untuk
menurunkan dan mengelola insiden dan prefalensi penyakit
menular
3) Skrining kesehatan : mendeteksi resiko atau masakah kesehatan
dengan memanfaatkan riwayat kesehatan , pemeriksaan kesehatan,
dan prosedur lainnya
4) Menejemen imunisasi : memantau status imunisasi ,
memmfasilitasi akses untuk memperoleh imunisasi
5) Perawatan luka insisi : membersihkan, memantau dan
memfasilitasi proses penyembuhan luka yang ditutup dengan
jahitan , klip.
6) Pengendaian infeksi : meminimalkan penyebaran dan penularan
agens infeksius
7) Perlindungan infeksi : mencegah dan mendeteksi dini infeksi pada
pasien yang beresiko

Kriteria hasil menurut NOC:
1) Faktor resiko infeksi akan hilang, dibuktikan oleh pengendalian
resiko komunitas : peyakit menular, status imun, keparahan infeksi
2) Pasien akan memeperlihatkan pengendalian resiko : penyakit
menular sexual yang dibuktikan oleh idikator (sebutkan 1-5 : tidak
pernah, jarang, kadang-kadang, sering)
18

3) Terbebas dari tanda dan gejala infeksi
4) Memperlihatkan agiens personil yang adekuat
5) Mengindokasikan status gastro intestinal, pernafasan , imun dalam
batas normal.
6) Mengggambarkan faktor yang menunjang penularan infeksi
7) Melaporkan tanda dan gejala infeksi serta megikuti prosedur
skrining dan pemantauan

b. Resiko ketidakseimbangan volume cairan berhubungan dengan
kehilangan cairan aktif
Intervensi menurut NIC:
1) Manajemen elektrolit : meningkatkan keseimbangan elektrolit dan
mencegah komplikasi akibat kadar ekektrolit serum yang tidak
normal
2) Pemantauan elektrolit : mengumpulkan dan menganalisis data
pasien untuk mengatur keseimbangan elektrolit
3) Menejemen cairan : meningkatkan keseimbanagn cairan dan
pencegahan komplikasi akibat kadar cairan yang abnormal
4) Menejemen cairan/elektrolit : mengatur dan mencegah komlikasi
akibat peruahan kadar cairan dan elektrolit
5) Menejemen hipopolemia : mengekspansi volkume cairan intra
vascular pada pasien yang mengalamin penurunan volume cairan
6) Terapi intravena : memberikan dan memantau cairan serta obat
intravena

Kriteria hasil menurut NOC:
Kekurangan volume cairan akan dicegah , yang dibuktikan oleh
keseimbangan cairan , keseimbangan eltrolit dan asam basa , hidrasi.

c. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan kelelahan umum
Intervensi menurut NIC:
1) Terapi aktifitas : memberikan anjuran tentang dang bantuan dalam
aktifitas fisik, kognitif, social, dan spiritual yang spesifik untuk
meningkatkan renyang, frekuensi.
19

2) Manajemen energy: mengatur penggunaan energi untuk mengatasi
atau mencegah kelelahan.
3) Manajemen lingkungan : memanifulasi lingkungan sekitar pasien
untuk memperoleh manfaat terapeutik, stimulasi sensmorik dan
kesejahteraan psikollogis
4) Terapi latihan fisik : mobilitas sendi : menggunakan gerakan tubuh
aktif atau pasif untuk mempertahankn fleksibilitas sendi
5) Terapi aktifitas fisik : pengendalian otot : menggunakan aktifitas
latihan yang spesifik untuk meningkatan gerakan tubuh yang
terkontrol.
6) Promosi latihan fisik : memfasilitasi latihan otot resistif secara rutin
untuk mempertahankan kekuatan otot.
7) Bantuan pemulihan rumah : membantu pasien atau keluarga unntuk
menjaga rumah sebagai tempat tinggal yang bersih.
8) Manajemen alam perasaan : member rasa keamanan, stabilisasi,
pemulihan dan pemeliharaan pasien yang mengalami disfungsi
alam perasaan baik defresi maupun peningkatan alam perasaan.
9) Bantuan perawatan diri : membantu individu untuk melakukan
AKS
10) Bantuan perawatan diri : AKSI : membantu dan mengarahkan
individu untuk melakukan aktifitas kehidupan sehari-hari
intstrumental (AKSI) yang diperlukan untuk berfungsi di rumah.

Penyuluhan untuk pasien / keluarga
Instruksikan kepada pasien dalam :
1) Penggunaan tehnik nafas terkontrol selama aktiftas, jika perlu
2) Mengenali tanda dan gejala intoleransi aktifitas, termasuk kodisi
yang perlu dilaporkan kepada dokter
3) Pentingnya nutrisi yang baik
4) Penggunaan peralatan seperti oksigen selama aktifitas
5) Penggunaan tehnik relaksasi
20

6) Tindakan untuk menghemat energy seperti menyimpan alat yang
sering digunakan di tempat yang mudah dijangkau
7) Menejemen enrgi (NIC)
8) Ajarkan kepada pasien dan orang terdekat tentang tekhnik
perawatan diri yang akan meminimalkan konsumsi oksigen
9) Ajarkan tetang pengaturan aktifitas dan teknik menejmen waktu
untuk mencegah kelelahan.

Aktifitas kolaboratif
1) Berikan pengeobatan nyeri sebelum aktifitas, apabila nyeri
merupakan salah satu penyebab.
2) Kolaborasi dengan ahli terapi okopasi, fisik (latihan ketahanan)
3) Untuk pasien yang mengalami sakit jiwa, rujuk ke layanan
kesehatan jiwa di rumah
4) Rujukpasien kepelayanan kesehatan rumah untuk mendapatkan
pelayanan bantuan perawatan rumah
5) Rujuk pasien ke ahli gizi untuk perencanaan diet
6) Rujuk pasien ke puasat rehabilitasi jantung

Kriteria hasil menurut NOC:
1) Menoleransi aktiftas yang bisa dilakukan , yang dibuktikan oleh
toleransi aktifitas, ketahan, penghematan energy, kebugaran fisik,
energi psikomotorik dan perawatan diri : AKS dan AKSI
2) Menunjukan toleransi aktifitas, yang dibukitkan oleh indicator
sebagai berikut ( sebutkan 1-5 : gangguan extrim , berat, sedang,
ringan, atau tidak mengalami gangguan)
3) Mendemonstrasikan penghematan energy dibuktikan oleh indicator
sebagai berikut (sebutkan 1-5 : tidak pernah, jarang, , kadang-
kadang, sering, selalu ditampilkan)
4) Mengidentifikasi aktifitas yang menimbulkan kecemasan yang
dapat mengakibatkan intoleransi aktifitas
21

5) Berpartisifasi dalam aktifitas fisik yang dibutuhakan dengan
peningkatan normal denyyut jantung, prekuemsi pernafasan dan
tekanan darah serta memantau pola dalam batas normal

d. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan produksi
sputum
Intervensi menurut NIC:
1) Manajemen jalan : memfasiltasi kepatenan jalan udara
2) Penghisapan jalan napas mengeluarkan secret dari jalan napas
denagn memasukan sebubah kateter pengisap keadalam jalan napas
oral dan / atau terakea
3) Kewaspadaan aspirasi mencegah atau meminimalkan factor risiko
pada pasien yang berisiko menagalami aspirasi
4) Manajemen asma mengiedentifikasi ,menangani dan mencegah
reaksi inflamasi /konstriksi di dalam jalan napas
5) Peningkatan Batuk meningakatkan inhalasi dalam pada pasien
yang memiliki riwayat keturunan mengalami tekanan intratoraksi
dan kompresi parenkim paru yang mendasari untuk pengerahan
tenaga dalam menghembuskan udara
6) Pengaturan posisi mengubah posisi pasien atau bagian tubuh pasien
secara sengaja untuk memastikan kepatenan jalan napas dan
pertukaran gas yang dekat
7) Bantuan ventilasi meningkatkan pola napas spontan yang optimal
,yang memaksimalkan perkuran oksigen dan korban dioksida
dalam paru

Aktivitas keperawatan
1) Kaji dan dokumentasi hal 2 berikut
a) Keefektifan pemberian oksigen dan terapi lain
b) Keefektifan obat resep
c) Kecenderungan gas darah arteri,jika tersedia
d) Frekuensi ,kedalaman ,adan upaya pernapasan
e) Factor berhubunagn seperti nyeri ,batuk tidak efektif, mucus
kental dan kelebihan
2) Auskultasi bagian dada anterior dan posterior untuk mmenegetahui
peneurunan atau ketiadaan ventilasi dan adanya suara napasa
tambahan
3) Penghisafan jalan nafas
a) Tentukan kebeutuhan penegisapan oral atau trakea
b) Pantau status oksigen pasien ( tingakat SaO dan SvO ) dan
status hemodinamik ( tingkat MAP ) mean areterial pressure )
22

dan irama jantung segera sebelum selam dan setelah
penghisapan
c) Catat jenis dan jumlah sekeret yang dikumpulkan

Penyuluhan untuk pasien/ keluarga
1) Jelaskan penggunaan yang benar peralatan pendukung ( misalnya
,oksigen , mesin pengispaan ,spirometer , inhaler dan intermittent
postitve pressure breathing ( IPPB )
2) Inforamsikan kepada pasien dan keluarga tentang larangan
merokok di dalam rauang keperawatan beri penyeuluhan tenatng
pentingnya berhenti merokok
3) Instruksikan kepada pasien tenatng batuk dan teknik napasa dalam
untuk memudahkan pengeluaran secret
4) Ajarakan pasien untuk membebat/ mengganjal luka insisi pada saat
batuk
5) Ajarakan pasien dan keluarga tentang makna peruabahan pada
sputum sperti warna ,karakter .dan jumlah dan bau
6) Pengeisapan jalan napas ( NIC ) intruksikan kepada pasien dan
atau keluarga tentang cara pengisapan jalan napas ,jika perlu.

Aktivitas Kaloboratif
1) Rundingkan dengan ahli terapi pernapasan, jika perlu
2) Konsultasikan denagn dokter tentang kebutuhan untuk perkusi atau
peralatan pendukung
3) Beriakan udara /oksigen yang telah dihumidifikasi ( dilembapkan )
sesuai dengan kebijakn isntitusi
4) Lakukan atau bantu dalam terapi aerosol , nebulizer ultrasonic ,dan
perawatan paru lainnya sesuai dengan kebijakan dan protocol
institusi
5) Beri tahu dokter tenatng hasil gas darah yang abnormal

Kriteria hasil menurut NOC:
1) Memiliki suara napas yang jernih
2) Mengeluarkan secret secara efektif
3) Pasien dapat melakukan batuk secara efektif
4) Klien dapat mengetahui perubahan yang ada pada sputum
5) Klien mampu mendeskripsikan rencana untuk perawatan




23

e. Perubahan nutrisi, kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
kesulitan mengunyah, kehilangan nafsu makan, dan infeksi
oportunistik ( Kandidiasis dan Herpes )
Intervensi menurut NIC:
1) Bantuan pemberian ASI mempersiapkan ibu baru untuk menyusui
bayinya
2) Mencegahkan dan menagani pembatasan diet yang sangat ketat
berlwbihan atau memasukan makanan dan minuman dalam jumlah
banayak kenuadian mengeluarkan semuanya
3) Manajemen elektrolit meningkatkan keseimbangan elektrolit dan
penecegahan komplikasi akibat dari kadar elektrolit serum yang
ridak normal atau di luar harapan
4) Pemantuan elektrolit mengumpulkan dan menganalisiskan data
pasien untuk mengatur kesimbangan elektrolit
5) Pemantuan cairan pengumpulan dan analisis data pasien untuk
menagtur kesimbangan cairan
6) Manajemen cairan /elektrolit mengatur dan mencegahkan
komplikasi akibat perubahan kadar cairan dan elektrolit
7) Konseliting laktasi menggunakan proses bantuan interaktif untuk
memabntu mempertahankan keberhasilan menyusui
8) Manajemen nutrusi memebantu atau menyedikan asupan makanan
dan cairan diet seimbang
9) Terapi nutrusi pemeberian makanan dan caiaran untuk mendukung
proses metabolic pasien yang malnutrisi atau berisiko tinggi
terhadap malnutrisi
10) Pemantuan nurisi menegeumpulkan dan mengaanalisis data pasien
untuk menecegahdan meminimalkan kurang gizi
11) Bantuan perawatan diri makan membantu indidvidu untuk makan
12) Bantuan menaikan berat badan memfasiltasikan penacapaian
kenaikan berta badan

Aktivitas keperawatan
1) Pengakajian
a) Tentukan motivasi pasien untuk mengubahn kebiasaan makan
b) Pantau nilai labotorium ,khususnya transferin ,albumin ,dan
elektrolit .
c) Manajemen nutrusi ( NIC )
d) Ketahui makanan kesukaan pasien
e) Tentukan kemampuan pasien untuk memenuhi kebeutuhan
nutusi
f) Pantau kandunagan nutrisi dan kalori pada catatan asupan
g) Timabang pasien pada interval yang tepat
24

Penyuluahan untuk pasien / keluarga
a) Ajarakan metode untuk perencanaan makan
b) Ajarkan pasien / keluarga teantang makanan yang bergizi dan
tiadak mahal
c) Manajemen nutrisi ( NIC ) berikan informasi yang tepat tentang
kebutuhan nutrisi dan bagaiman memenuhinya

Aktivitas kaloboratif
a) Diskusikan dengan ahli gizi dalam menetukan kebutuhan protein
pasien yang mengalami ketidakadekauatan asupan protein atau
kehilangan protein ( misal,pasien anoreksia nerovosa atau pasien
penyakit glomerular/dialysis peritoneal )
b) Diskusikan dengan dokter kebutuhan stimulasi nafsu makan,
makanan pelengkap, pemeberian makanan memalui slang,atau
nutrisi parenteral total agar asupan kalori yang adekuat dpat
dipertahankan
c) Rujuk kedokter untuk menentukan penyebab gangguan nurisi
d) Rujuk ke program gizi di komunitas yang tepat jika pasien tiadak
dapat membeli atau menyiapkan nakanan yang adekuat
e) Manajemen nutrisi ( NIC ) tentukan dengan melakukan kaloborasi
bersama ahli gizi jika perlukan ,jumlah kalori dan zat gizi yang
dibutuhkan untuk mememenuhi kebutuhan nutrisi ( khusu nya
untuk pasien dengan kebutuhan energy tinggi sperti pasien
pascabedah dan luka bakar trauma , demam dan luka )

Aktivitas lain
a) Buat perencanaan makan denagn pasien yang masuk dalam jadwal
makan ,lingkungan makan ,kesukaan dan tidak sukaan pasien serta
suhu makan
b) Mukung anggota keluarga untuk membawa makanan kesukaan
pasien dari rumah
c) Bantu pasien menulis tujuan mingguan yang realistis untuk latihan
fisik di lokasi yang terliahatjelas dan kaji ulang setiap hari
d) Tawarkan makanan porsi besar di siang hari ketika nafsu makn
tinggi
e) Ciptakan lingkungan yang menyenangkan untuk makan (
misalnya, pindahkan barang-barang dan cairan yang tidak sedap
dipandanng)
f) Hindari prosedur invasi sebelum makan
g) Manajemen nutrisi ( NIC )
h) Pasien minuman dan kudapan bergizi ,tinggi ,tinggi kalori yang
siap di konsumsi ,bila memnugkinkan
25

i) Ajarkan pasien tentang cara membauat catatan harian makanan
jiam perlu

Kriteria hasil menurut NOC:
1) Mengetahui jumlah makanan yang dikonsumsi tubuh selama 24
jam
2) Mengetahui berat badan klien
3) Asupan makanan adekukat

f. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan penurunan imunologis
Intervensi menurut NIC:
1) Pemeliharaan akses dialysis memelihara area akses pemebuluh
darah ( arteri vena )
2) Kewaspadaan lateks menurunkan risiko reaksi sistemik terhadap
alateks
3) Pemebrian obat mempersiapkan ,membrikan, dan mengevaluasi
keefektifan obat resep dan obat nonresep
4) Perawatan area insisi membersihkan ,memantau dan meningkatkan
proses peneyembuhan pada luka yang ditutup denagn jahitan ,klip
atau staples
5) Manajemen ulkus penekanan meminimalkan penekanan pada
bagaian tubuh
6) Perawatan ulkus dekubitus : memfasilitasi penyembuhan ulkus
dekubitus
7) Manajemen pruritus ; m;encegah dan mengobati gatal
8) Survel;as kulit ; mengumpulkan dan menganalisi data pasien untuk
mempertahankan intergritas dan membaran mukosa
9) Perawatan luka mencegah komplikasi luka dan meningkatkan
pemeyembuhan luka
Aktivitas keperawatan
1) Kaji fungsi alat alat , sperti lat penurun tekanan ,meliputi kasur
udara statis ,terapi udara yang dicairkan ,dan kasur air
26

2) Perawatan area insisi ( NIC ) infeksi adanaya kemerahan ,
pembekakan , atau tanda-tanda dehihensi atau eviserasi pada area
insisi
3) Perawatan luka ( NIC )
Inspeksi luka pada setiap mengganti balutan
4) Kaji luka terhadap kareteristik berikut
5) Lokasi , luas dan kedalaman
6) Adanaya dan karate eksudat , termasuk kekentalan ,warna ,dan bau
7) Adanya atau tidaknya garanulasi atau epiteliasasi
8) Ada atau tidaknya granulasi atau epitelialisasi
9) Ada atau tidaknya jaringan nekrotik .deskripsikan warna ,baud an
banyaknya
10) Ada atau tidaknya tanda-tanda infeski luk setemapt ( misalnya
nyeri saat papasi ,edema ,pruritus indurasi ,hangat ,bau busuk
,eskar dan eksudat )
11) Ada atau tidak nya perluasannya luka jaringan di bawah kulit dan
pembembentukan saluran sinus
Penyeluhan untuk pasien / keluarga
Ajarkan perawatan luka insisi pemebedahan , termasuk tanda dan gejala
infeksi cara mempertahankan luka insisi kering saat mandi dan
mengurangi penekanan pada insisi tersebut.
Aktivitas kolaboratif
1) Konsulasikan pada ahli gizi tentang makanan tinggi protein ,
meniral, kalori dan vitamin
2) Konsultasikan pada dokter tentang implemtasi pemberian makanan
dan nutrisi enteral atau parental untuk meningkatkan potensi
penyembuhan luka
3) Rujuk ke perawt terapi enterostoma untuk mendaptkan bantuan
dalam pengkajian, penetuan derajat luka, dan dokumentasi
perawatan luka atau kerusakan kulit.
27

4) Perawatan luka ( NIC ) gunakan TENS ( transcutaneous electrical
nerve stimulation ) untuk peningkatan proses penyemabahan
luka,jika perlu.

Kriteria hasil menurut NOC:
1) Tidak ada ruam
2) Suhu dan warna kulit normal
3) Kulit menjadi bersih
4) Daerah yang tidak terinfeksi
5) Klien menggunakan tempat tidur busa

g. Nyeri akut berhubungan dengan oedeme limfe, sakit kepala skunder
terhadap infeksi SSP ( sistem saraf perifer ) dan neuropati perifer

Intervensi menurut NIC:
Tujuan / Kriteria evaluasi
1) Memperlihatkan pengendalian nyeri , yang di buktiakn oleh
indicator sebagai berikut ( sebutkan 1-5 tidak pernah , jarang,
kadang-kadang, sering atau selalu)
a) Mengenali awitan nyeri
b) Menggunakan tindakan pencegahan
c) Melaporkan nyeri dapat dikendalikan
2) Menunjukan tingkat nteri yang dibuktikan oleh indicator sebagi
berikut ( sebutkan 1-5 sangat berat, berat ,sedang ,ringan atau
tidak ada )
a) Ekspersikan nyeri pada wajah
b) Gelisah atau ketegangan otot
c) Durasi episode nyeri
d) Merintih dan menangis
e) Gelisah
3) Memperlihatkan teknik relaksasi secar individual yang efektif
untuk mencapai kenyamanan
28

4) Mempertahankan tingkat nyeri pada atau kurang ( dengan skala 0-
10)
5) Melaporkan kesejahteraan fisik dan psikologis
6) Mengenali factor penyebab dan menggunakan tindakan untuk
memodifikasi factor tersebut
7) Melaporkan nyeri kepada penyedia layanan kesehatan
8) Menggunakan tindakan meredakan nyeri dengan analgesic dan
nonanal gesik secara tepat
9) Tidak mengalami gangguan dalam frekuensi pernapasan,
frekuensi jantung atau tekanan darah
10) Memepertahankan selera makan yang baik
11) Melaporkan pola tidur yanag baik
12) Melaporkan kemapuan untuk mempertahankan performa peran
dan hubungan interpersonal
Intervensi NIC
1) Pemeberian analgesik menggunakan agens agens farmakologi
untuk mengurangi atau menghilagkan nyeri
2) Manajemen medikasi meringakan atau mengurangi nyeri samapi
pada tingkat kenayaman yang dapat diterima oleh pasien
3) Bantuan analgesia yang dikendalikan oleh pasien ( patent
controlled analgesia ( PCA ) memudahkan pengendalikan
pemberian dan penagturan analgesic oleh pasien
4) Manajemen sedasi memeberikan sedative mematau respons pasien,
dan memberikan dukungan keluarga fisikologisyang dibutuhkan
selam prosedur doagnostik terapeutik
Aktivitas keperawatan
1) Gunakan laporan dari pasien sendiri sebagi pilihan pertama untuk
mengumpulkan informasi pengakajian
29

2) Minta pasien untuk meniali nyeri atau ketidak nyamanan pada
skala 0 samapai 10 ( 0 = tidak ada nyeri atau ketidaknyamanan,10
= nyeri hebat )
3) Gunakan bagan alir nyeri untuk memantau peredaran nyeri oleh
analgesik dan kemungkinan efek sampingnya
4) Kaji dampak agama ,budaya kepercayaan dan lingkunagn terhadap
usia dan tingkat perkembangan pasien
5) Manajemen nyeri ( NIC )
6) Lakukan pengkajian nyeri yang komperhensif meliputi lokasi
karateristik, awitan, durasi, frekuensi, kulitasi intensitas atau
keparahan nyeri dan faktor persipitasinya
7) Obseravasi isyarat nonverbal ketidak nayamann ,khusunya pada
mareka yang tidak mampu persiptasinya
Penyuluhan untuk pasien / keluarga
1) Sertakan dalam instruksi pemulanagan pasien obat khusus yang
harus di minum, frekuensi pemebrian, kemungkinan efeks
samping, kemungkinan interaski obat, kewaspaan, khusus saat
mengkonsumsi obat tersebut ( misalnya, pembatasan aktivitas fisik,
pemabatasan diet ) dan nama orang yang harus di hubungi bila
mengalami nyeri.
2) Instruksikan pasien untuk menginformasikan kepada perawt jioka
peredaan nyeri dapat dicapai.
3) Informasikan kepada pasien tenatang prosedur yang dapat
mengingkatkan nyeri dan tawarkan strategi koping yang disrankan
4) Perabaiki kesalahan persepsi tenagn analgesic narkotik atau apioid
( misalnya ,risko ketergantungan atau overdosis )
5) Manajemen nyerei ( NIC)
Berikan informasi tentang nyeri ,sperti penyebab nyeri berapa lama
akan berlangsung dan antisipasi ketidaknayamanan akaiabat
prosedur

30

6) Manajemen nyerei ( NIC )
Ajarkan penggunaan teknik nionfarmakologis ( misalnya, umpan-
balik biologis, transcutaneus electrical nerves stimulation ( TENS )
hypnosis, realaksasi, imajinasi terbimbing, terapi musik ,ditraksi,
terapi beramain, terapi aktivita, akupresedur, kompres hangat atau
dingin, dan masse ) sebelum, setelah dan jika memungkinkan,
selama aktivitas yang menimbulkan nyeri sebelum nyeri terjadi
atau meningkat dan bersama penggunaan tindakan peredaran nyeri
yang lain.
Aktivitas Kolaboratif
1) Kelola nyeri pasca bedah awal dengan pemberian opiate yang
terjadwal ( misalnya .setiap 4 jam selam 36 jam ) atau PCA
2) Manajemen nyeri ( NIC )
Gunakan Tindakan pengendalian nyeri sebelum nyeri menjadi lebih
berat laporkan kepada dokter jika tindakan tidak berhasil atau jika
keluhan saat ini merupakan perubahan yang bermakna dari
pengalam pasien dimasa lalu.

Kriteria hasil menurut NOC:
1) Memperlihatkan pengendalian nyeri
2) Mengetahui tingkatan nyeri
3) Mempertahankan tingkat nyeri pada__ atau kurang (skala 0-10)
4) Klien dapat mengetahui tentang penyebab nyeri dan berapa lama
nyeri akan berlangsung
5) Klien dapat melakukan terapi music,teknik relaksasi, kompres air
hangat/dingin
6) Nyeri dapat berkurang.





31

BAB III
PENUTUP

KESIMPULAN
HIV adalah virus yang menyebabkan hilangnya kekebalan tubuh
manusia atau virus yang mampu menghancurkan sel pada sistem kekebalan
tubuh, tahap akhir dari HIV adalah AIDS, orang yang sampai pada tahap AIDS
benar-benar akan mengalami kerusakan imun dimana akan membawa manusia
pada resiko infeksi oportunistik. HIV dapat ditularkan melalui 3 jalur yaitu
jalur seksual, jalur darah dan jalur ibu ke anak. Orang yang terkena HIV pada
stadium awal ditandai dengan demam, batuk, pembesaran kelenjar, diare, nyeri
otot dan selanjutnya masuk stadium 2 tanpa gejala berlangsung selama 5 10
tahun. Stadium 3 menampakkan gejala diare lebih dari 1 bulan, demam lebih
dari 1 bulan, berat badan menurun drastic 10% dalam satu bulan, nyeri otot,
batuk lebih dari 1 bulan, pada stadium 4 mengalami gejala wasting Syndrom,
candidiasis, toxoplasmunia, pnemoni pneucystic carinii, sarcoma Kaposi dan
limpoma dan pada stadium klinis V atau stadium gangguan saraf pusat ditandai
dengan beberapa gangguan mental yang mungkin timbul demensia, delirium,
gangguan psikotik, depresi dan sindrom mania. Pemeriksaan diagnostik untuk
memastikan apakah seseorang menderita HIV/AIDS dengan beberapa test,
seperti rapid test, ELISA, western blot dan PCR.

S-ar putea să vă placă și