0 evaluări0% au considerat acest document util (0 voturi)
5 vizualizări19 pagini
The research was conducted at the port of Jayapura and Sentani airport. Results reveal that the performance of sea transportation service is less effective and efficient, while the air transport performance is quite effective and efficient. Management strategies to improved sea transport performance in terms of savety are in quadrant III, W-O.
The research was conducted at the port of Jayapura and Sentani airport. Results reveal that the performance of sea transportation service is less effective and efficient, while the air transport performance is quite effective and efficient. Management strategies to improved sea transport performance in terms of savety are in quadrant III, W-O.
The research was conducted at the port of Jayapura and Sentani airport. Results reveal that the performance of sea transportation service is less effective and efficient, while the air transport performance is quite effective and efficient. Management strategies to improved sea transport performance in terms of savety are in quadrant III, W-O.
This study aims to: (1) describe the condition of performance of air and sea transport services in Jayapura; and (2) formulate a strategy to improve the performance of sea and air transport services in Jayapura. The research was conducted at the port of Jayapura and Sentani airport. The method used is a qualitative descriptive approach. Data collection was conducted by asking aircraft and ship passenger to fill in questionares, without considering the difference of age, status, gender and occupation. The samples were selected accidentally to represent the population. The data were than analyzed by using descriptive narrative and SWOT. The results reveal that the performance of sea transportation service is less effective and efficient, while the air transport performance is quite effective and efficient. Management strategies to improved sea transport performance in terms of savety are in quadrant III, W-O. The strategies are to minimize weaknesses to obtain opportunities.
Keywords: sea transport, air transport, performance, strategy.
Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan kondisi kinerja pelayanan transportasi laut dan udara di Jayapura, dan merumuskan strategi peningkatan kinerja pelayanan transportasi laut dan udara di Jayapura. Penelitian ini dilaksanakan di pelabuhan Jayapura dan bandara Sentani. Metode yang digunakan adalah pendekatan deskriptif kualitatif. Teknik pengumpulan data adalah cara kuesioner kepada penumpang pesawat dan kapal laut. Pengambilan 2
sampel dilakukan secara aksidental. Data dianalisis dengan deskriptif naratif dan SWOT. Hasil penelitian menunjukan bahwa kinerja pelayanan transportasi laut kurang efektif dan efesien sedangkan kinerja transportasi udara cukup efektif dan efisien. Strategi penanganan untuk peningkatan kinerja transportasi laut terhadap aspek keamanan berada pada kuadran III, W-O, sedangkan untuk transportasi udara terhadap aspek aksesibilitas berada pada kuadran III, W-O. Strategi meminimalkan kelemahan untuk meraih peluang yang ada.
Kata kunci: transportasi laut, transportasi udara, kinerja, strategi.
PENDAHULUAN
Pergerakan barang dan manusia dapat mencerminkan keterhubungan satu wilayah dengan wilayah lainnya, karena sangat penting bagi perkembangan suatu daerah secara eksternal dan internal akan mempengaruhi kehidupan wilayah itu sendiri dan wilayah lain disekitarnya. Pengembangan sistem transportasi menerapkan seluruh aspek moda yang ada, baik prasarana maupun sarana yang saling berinteraksi untuk memberikan pelayanan jasa transportasi yang efektif dan efisien yang berfungsi melayani perpindahan orang atau barang antar simpul atau kota lokal, dari simpul atau kota lokal ke simpul atau kota wilayah, dari simpul atau kota nasional terdekat, antar simpul atau kota wilayah ke simpul atau kota nasional, dan dari simpul atau kota nasional ke luar negeri atau sebaliknya. Rencana Pembangunan Jangka Panjang Provinsi Papua bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup, kecerdasan dan kesejahteraan masyarakat yang adil dan merata dalam rangka pembangunan manusia seutuhnya. Pelaksanaan pembangunan daerah ditekankan pada upaya optimasi target pembangunan sektoral yang terintegrasi dalam suatu pembangunan terpadu, yang dilaksanakan dengan mepertimbangkan peluang dan keterbatasan ruang, sumber daya yang ada dan keterkaitan dengan pusat dan minat investasi daerah. Kelancaran proses pembangunan dapat terlaksana jika tersedia prasarana dan sarana pendukungnya, terutama adanya infrastruktur transportasi. Masih banyaknya wilayah terpencil dan terisolir yang tidak dapat dijangkau dengan transportasi darat disebabkan kondisi geografis yang berbukit, hal tersebut hanya dapat diakses dengan transportasi laut maupun udara, sehingga kesenjangan antar wilayah, interaksi sosial dan distribusi hasil perdagangan masyarakat dapat terlayani dengan baik. Pelabuhan kota Jayapura dan Bandara Sentani sebagai prasarana pokok sektor transportasi Laut dan Udara dalam penyelenggaraan pelayaran dan penerbangan merupakan tempat untuk pelayanan jasa angkutan Laut dan udara harus tertata secara 3
terpadu guna mewujudkan penyediaan jasa kepelabuhanan dan kebandarudaraan yang merupakan satu kesatuan dalam tatanan nasional. Keberadaan Pelabuhan Jayapura dan Bandara Sentani telah memberikan andil yang besar bagi perkembangan perekonomian wilayah baik regional maupun nasional, terutama dalam memberikan kemudahan mobilitas bagi parapelaku ekonomi dan masyarakat di Kabupaten/Kota Jayapura dan sekitarnya. Dengan semakin mantapnya pelaksanaan otonomi daerah maka akan mendorong pertumbuhan ekonomi yang pada akhinya akan berdampak terhadap peningkatan pengguna transportasi Laut dan Udara. Berdasarkan hal tersebut, untuk meningkatkan kinerja sistem transportasi Laut dan Udara di Kota/KabupatenJayapura, maka penulis mengangkat kasus ini dalam kajian akademis dalam Tesis yang berjudul Kinerja Transportasi Laut dan Udara di Jayapura
TINJAUAN PUSTAKA
Sistem transportasi berkaitan erat dengan sistem aktivitas dan sistem lalulintas yang ada, karena transportasi merupakan permintaan turunan yaitu permintaan yang timbul akibat memenuhi permintaan yang lain. Interaksi antara ketiga tersebut berlangsung terus untuk mendapat keseimbangan (Jinca, 2002). Sistem transportasi sebagimana dalam Peraturan Menhub No. KM.49/2005 tanggal 12 Agustus 2005 tentang Sistem Transportasi Nasional dengan sasaran adalah terwujudnya penyelenggaraan transportasi yang efektif dan efisien. Efektif dalam arti selamat, aksesibilitas tinggi, terpadu, kapasitas mencukupi, teratur, lancar dan cepat, mudah dicapai, tepat waktu, nayaman, tarif terjangkau, tertib, aman, serta rendah pilusi. Efisien dalam arti beban publik rendah dan utilitas tinggi dalam satu kesatuan jaringan transportasi nasional. Untuk itu diperlukan peningkatan transportasi antar moda yang terpadu antar moda dan intramoda serta selaras dengan pengembangan wilayah, mewujudkan pelayanan transportasi yang mendukung pembangunan ekonomi, sosial dan budaya, serta mendukung kesatuan dan persatuan NKRI dan perwujudan Negara kepulauan. Prasarana transportasi laut terdiri dari simpul yang berwujud pelabuhan laut dan ruang lalu lintas yang berwujud alur pelayaran. Pelabuhan laut dibedakan berdasarkan peran, fungsi dan klasifikasi serta jenis. Berdasarkan jenisnya dibedakan atas: a. Pelabuhan umum yang digunakan untuk melayani kepentingan umum perdagangan luar negeri dan dalam negeri sesuai ketetapan pemerintah dan mempunyai fasilitas karantina, imigrasi, bea cukai, penjagaan dan penyelamatan; b. Pelabuhan khusus yang digunakan untuk melayani kepentingan sendiri guna menunjang kegiatan tertentu.
4
Undang-undang no 17 tahun 2008 tentang pelayaran, pada pasal 1 ayat 1 dimana pelayanan adalah satu kesatuan sistem yang terdiri atas angkutan diperairan, kepelabuhanan, keselamatan dan keamanan serta perlindungan lingkungan maritime. Tujuan kegiatan suatu pelabuhan dapat dihubungkan dengan kepentingan ekonomi, kepentingan pemerintah dan lainnya. Peraturan Pemerintah Nomor 11 Tahun 1983 tentang pembinaan Kepelabuhanan, Bab 1 pasal 1 ayat (a) menyebutkan : Pelabuhan adalah tempat berlabuh dan/atau tempat bertambatnya kapal laut serta kendaraan air lainnya, menaikkan dan menurunkan penumpang, bongkar muat barang dan hewan serta merupakan daerah lingkungan kerja kegiatan ekonomi. Moda transportasi udara sangat cocok digunakan untuk pengangkutan jarak jauh secara cepat dan untuk daerah-daerah yang mempunyai topgrafi sulit (bergunung, masih tertutup dan lain-lain). Undang-undang no 15 tahun 1992 tentang penerbangan pada pasal 3, tujuan penerbangan adalah untukmewujudkan penyelenggaraan penerbangan yang selamat, aman, cepat, lancar, tertib dan teratur, nyaman dan berdaya guan dengan biaya yang terjangkau oleh daya beli masyarakat dengan mengutamakan dan melindungi penerbangan nasional, menunjang pemerataan pertumbuhan dan stabilitas sebagai pendorong, penggerak dan penunjang pembangunan nasional serta mempererat hubungan antar bangsa. Sasaran pembangunan transportasi udara adalah terjaminnya keselamatan, kelancaran dan kesinambungan pelayanan transportasi udara baik untuk angkutan penerbangan domestik dan internasional, maupun perintis. Di samping itu sasaran yang tak kalah pentingnya adalah terciptanya persaingan usaha di dunia industri penerbangan yang wajar. Adapun fungsi Transportasi dalam pengembangan wilayah menurut Adisasmita (2007), adalah : a. Transportasi sebagai sektor penunjang terhadap pengembangan kegiatan sektor- sektor lain misalnya pertanian, perindustrian, perdagangan, pendidikan, kesehatan, pariwisata dan lain-lain. b. Menyediakan jasa transportasi yang efektif untuk menghubungkan daerah-daerah terisolasi atau terpencil dengan daerah-daearh yang telah berkambang diluar wilayahnya, sehingga terjadi interaksi pembangunan anat kedua daerah tersebut, yang selanjutnya akan mendorong pertumbuhan dan perekonomian yang sinergis. Indikator Kinrja Transportasi Dalam mewujudkan penyelenggaraan transportasi yang efektif dan efisien memerlukan indikator kinerja. Efektif dalam arti selamat, aksesibilitas tinggi, terpadu, kapasitas mencukupi, teratur, lancar dan cepat, mudah dicapai, tepat waktu, nyaman, tarif terjangkau, tertib, aman serta polusi rendah. Efisien dalam arti beban publik rendah dan utilitas tinggi dalam suatu kesatuan jaringan transportasi nasional. Indikator kinerja dapat dijabarkan dalam jaringan transportasi sebagai berikut : a. Selamat, dalam arti terhindarnya pengoperasian transportasi dari kecelakaan akibat faktor internal berdasarkan indikator perbandingan antara jumlah kejadian 5
kecelakaan terhadap jumlah pergerakan kendaraan dan jumlah penumpang dan atau barang. b. Aksesibilitas tinggi, dalam arti bahwa jaringan pelayanan transportasi dapat menjangkau seluas mungkin wilayah nasional dalam rangka perwujudan Wawasan Nusantara dan ketahanan nasional berdasarkan indikator cakupan wilayah yang dapat dijangkau oleh moda transportasi serta ketersediaan sarana angkutan yang menuju ke pelabuhan dan bandara. c. Terpadu, dalam arti terwujudnya keterpaduan intramoda dan antarmoda dalam jaringan prasarana dan pelayanan, yang meliputi pembangunan, pembinaan dan penyelenggaraannya sehingga efektif dan efisien. d. Kapasitas mencukupi, dalam arti bahwa kapasitas sarana dan prasarana transportasi cukup tersedia untuk memenuhi permintaan pengguna jasa. e. Teratur, dalam arti pelayanan transportasi yang mempunyai jadwal waktu keberangkatan dan waktu kedatangan. f. Tepat waktu, dalam arti bahwa pelayanan transportasi dilakukan dengan jadwal yang tepat, baik saat keberangkatan maupun kedatangan, sehingga masyarakat dapat merencanakan perjalanan dengan pasti. g. Nyaman, dalam arti terwujudnya ketenangan dan kenikmatan bagi penumpang selama berada dalam sarana transportasi. Keadaan tersebut dapat diukur dari ketersediaan dan kualitas fasilitas yang memberikan kenyamanan dalam perjalanan. h. Tarif terjangkau, diukur berdasarkan indikator kemampuan masyarakat dalam membeli tiket kapal maupun pesawat serat kesesuaian tarif yang telah diatur dalam undang-undang. i. Aman, dalam arti terhindarnya pengoperasian transportasi dari akibat faktor eksternal transportasi baik berupa gangguan alam, gangguan manusia, maupun gangguan lainnya.
Strategi Peningkatan Kinerja Analisa SWOT dapat membantu untuk mengidentifikasi hal-hal yang dapat dikembangkan serta menjadi basis untuk menyusun strategi menyongsong masa depan. Beberapa pernyataan penting yang dapat digunakan dalam kaitannya dengan menggunakan SWOT yaitu: a. Bagaimana dapat menggunakan ketentuan-ketentuan untuk mengambil keuntungan dari peluang yang dapat di identifikasikan b. Bagaimana dapat memanfaatkan kekuatan-kekuatan tersebut untuk mengatasi ancaman-ancaman yang dapat diidentifikasi c. Apa yang dibutuhkan untuk mengatasi kelemahan-kelemahan dalam upaya memanfaatkan keuntungan dari peluang-peluang yang ada. Bagaimana meminimalisir kelemahan-kelemahan untuk mengatasi ancaman-ancaman yang telah diidentifikasikan. 6
Adapun manfaat daripada penggunaan analisa SWOT ini adalah untuk menetapkan tujuan secara lebih realistis serta merumuskan strategi dengan dengan lebih efektif. Analisa SWOT akan diperoleh core strategi yang pada prinsipnya merupakan: a. Strategi yang memenfaatkan kekuatan dan peluang yang ada dan terbuka b. Strategi yang mengatasi ancaman yang ada c. Strategi yang memperbaiki kelemahan yang ada. METODE PENELITIAN Penelitian ini bersifat deskriptif dengan pendekatan kualitatif yang bertujuan menggambarkan secara sistematis, cermat dan akurat mengenai kondisi, keadaan, keinginan maupun gejala yang terjadi di masyarakat. Adapun kegiatan yang dilakukan adalah mengidentifikasi ketersediaan jaringan prasarana transportasi Laut dan Udara, kebutuhan masyarakat mengenai prasarana dan sarana transportasi Laut dan Udara, Desain penelitian yang dilaksanakan adalah dengan metode pengumpulan data-data sekunder dari instansi terkait. Pengumpulan dan Analisis Data Data yang digunakan pada penelitian ini berupa data primer dimana pengambilan datanya dilakukan dengan cara pengambilan quesioner untuk mengetahui pendapat atau persepsi dari penumpang pesawat dan kapal laut di pelabuhan jayapura dan bandara sentani. Kinerja pelayanan transportasi laut dan udara dianalisis dengan deskriptif naratif berdasarkan persepsi penumpang sebagai responden yang berangkat dari pelabuhan Jayapura dan bandara Sentani tanpa membedakan status, jenis kelamin dan pekerjaan. Strategi peningkatan kinerja sistem transportasi laut dan udara dengan menggunakan Analisa SWOT dengan menganalisis dan merumuskan dari hasil wawancara terhadap masing-masing sistem transportasi laut dan udara.
HASIL dan PEMBAHASAN a. Kondisi Geografi dan Topografi Secara geografis Kota Jayapura terletak di bagian Utara Provinsi Papua pada koordinat 12817,26 - 3580,82 Lintang Selatan dan 1373410,6 - 14108,22 Bujur Timur. Kota Jayapura berbatasan dengan Negara Papua New Guinea sehingga sangat strategis untuk pengembangan ekonomi daerah. Adapun batas-batas wilayah Provinsi Papua sebagai berikut : Bagian Utara : Samudera Pasifik Bagian Barat : Distrik Sentani dan Depapre, Kabupaten Jayapura Bagian Selatan : Distrik Arso, Kabupaten Keerom Bagian Timur : Negara Papua New Guinea 7
Kota Jayapura terdiri dari 5 distrik dan terbagi atas 25 distrik dan 14 kampung, dimana luas masing-masing distrik dan kampung dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 2. Luas Wilayah kota Jayapura dirinci per Distrik (KM) No Distrik Status Pemerintahan Luas Wilayah Kampung Distrik 1. Jayapura Utara
Kayu Batu Angkasapura Trikora Mandala Tanjung Ria Imbi Bhayangkara gurabesi
Tobati Kayu Pulo Numbay Argapura Hamadi Ardipura Entrop Vim Wai Mhorock wahno 9,49 2,70 2,70 16,66 16,94 4,71 2,10 3,41 0,53 1,76 3. Abepura
Koya Koso Engross Nafri Asano Awiyo Abe Pantai Yobe Kota Baru 31,05 - - - - - 19,05 74,08 4. Heram
Kampung Yoka Kampung Waena Waena Hedam Yabansai 24,97 42,17 - 10,12 - 5. Muara Tami Holtekamp
Koya Barat 18,73 133 8
No Distrik Status Pemerintahan Luas Wilayah Kampung Distrik
Skow Sea Skow Yambe Skow Mabo Moso Koya Tengah Koya Timur 133 110,18 112,56 121,15 - - 626,56 Luas Wilayah Kota jayapura 940,00
Sebagai ibukota Provinsi Papua, Jayapura diharapkan mampu memacu perkembangan dan memberikan rangsangan terutama rangsangan perkembangan dari pusat pelayanan pada bagian wilayah Pegunungan Tengah yang diharapkan menjalar ke wilayah pedalaman dan dari dataran wilayah Selatan dan Utara, maka penetapan satuan wilayah pengembangan (SWP) ini akan terdiri atas perpaduan keempat karakter perkembangan tersebut. Uraian mengenai cakupan dan peran fungsi pusat pengembangan masing-masing satuan wilayah pengembangan (SWP). b. Kondisi Ekonomi Wilayah Pertumbuhan sektor-sektor ekonomi, sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan sebagai penyumbang terbesar terhadap pembentukkan nilai PDRB Kota Jayapura dan dengan pertumbuhannya yang cukup tinggi menyebabkan sektor ini berperan cukup besar terhadap pertumbuhan ekonomi tahun 2009 di Kota Jayapura. Dengan pertumbuhan sebesar 16,02 persen, 7,49 persen bersumber dari sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan, 2,78 persen dari sektor pengangkutan dan komunikasi, 2,03 persen dari sektor jasa-jasa, 1,85 persen dari sektor perdagangan, hotel dan restoran, 1,08 persen dari sektor bangunan. Sementara sektor-sektor lainnya hanya berperan di bawah satu persen dengan sumbangan terendah dari sektor listrik dan air minum sebesar 0,03 persen. c. Transportasi Laut
Dermaga Utama yang berukuran 132 m x 9 m dibangun tahun 1950. dermaga ini terbuat dari konstruksi beton bertulang diatas tiang pancang, yang dirancang dengan daya dukung lantai 2,5 ton/m 3 . Kedalaman perairan berkisar antara 10-11 m, Sumber: BPS kota Jayapura 9
dengan elevasi lantai +3,20 m LWS. Dermaga ini dioperasikan untuk melayani kapal penumpang, kapal general kargo dan juga kapal peti kemas. Pada saat ini kondisi dermaga ini sudah sebagian besar rusak, terutama pada bagian kondisi tiang pancang. Pada umumnya tiang pancang sudah retak bahkan pecah terutama pada bagian pertemuan tiang dengan pile cap sehingga baja tulangannya terbuka dan mengalami korosi. Akibatnya pada waktu disandari kapal dermaga ini bergoyang dan beban hidup diatas dermaga harus dikurangi. Terminal penumpang di Pelabuhan Jayapura terdiri dari bangunan berlantai dua yang mempunyai luas total 1.200 m2 dengan tahun pembuatan 1994. Jumlah kunjungan kapal di Pelabuhan Jayapura dari tahun 2005 s/d semester 1 tahun 2011 berfluktuasi dari tahun ke tahun. Namun dalam kurun waktu 6 tahun tersebut menunjukkan kecenderungan meningkat dengan rata-rata 2,29% per tahun.
d. Transportasi Udara Peran transportasi udara di provinsi Papua merupakan moda unggulan untuk menjangkau wilayah pedesaan khususnya pegunungan tengah. Sistem dari segi moda transportasi udara memiliki kemudahan dan kecepatan yang sangat tinggi, sehingga merupakan daya saing tersendiri terhadap moda transportasi lainnya. Kondisi ini dipicu oleh adanya pemekaran wilayah administratif dibeberapa kabupaten, khususnya di prov. Papua yang dari segi pemerintahan membutuhkan pelayanan transportasi yang memadai. Pemerintah Provinsi Papua melalui Dinas Perhubungan Provinsi Papua berencana menambah panjang Runway (landasan pacu) dan Apron (tempat parkir pesawat) di Bandara Sentani Jayapura, karena semakin tingginya pergerakan jumlah pesawat di Bandara tersebut. Pergerakan pesawat setiap harinya di Bandara Sentani Jayapura, diperkirakan antara 120-130 pergerakan. Alasan perluasan adalah kapasitas apron sudah tidak dapat menampung seluruh pergerakan tersebut dalam satu waktu sehingga diperlukan penambaan luas Apron. Run way atau landasan pacunya Bandara Sentani Jayapura untuk saat ini sudah menjadi 2.500 meter dari persyaratan standar 2.180 meter. Dengan demikian, landasan pacu tersebut sudah dapat didarati pesawat berukuran Boeing 737-400. Kendati begitu, untuk mendukung kapasitas bandara, diusulkan untuk menambah panjang run way dari 2.500 menjadi 3.000 meter.
10
e. Analisis Kinrja Pelayanan Transportasi Laut
1. Selamat Tabel 11. Jumlah kecelakaan transportasi laut No Tahun Jumlah Pergerakan Jumlah Insiden persentase 1. 2. 3. 2008 2009 2010 894 887 914 0 0 0 0 0 0 Hasil Analisis
Berdasarkan tabel diatas dapat terlihat bahwa dalam kurun waktu 3 tahun sejak tahun 2008 2010 untuk kapal laut tidak terjadi kecelakan maupun insiden. Berdasarkan hasil pengamatan ketersediaan fasilitas keselamatan transportasi laut terdapat sekoci yang kapasitas angkut sekoci tersebut sebanyak 300 org, pelampung yang tersedia tidak mencukupi dengan jumlah penumpang yang ada. Menurut kru kapal bagian keselamatan, kurangnya pelampung disebabkan karena adanya penumpang yang kurang bertanggung jawab. 2. Aksesibilitas Aksesibilitas jalan yang menghubungkan pusat kota dengan pelabuhan Jayapura dikatagorikan aksesibilitas tinggi karena berada di pinggir ruas jalan primer dan berada di pusat kota, sehingga untuk mencapainya tidaklah sulit. Akses angkutan daratnya mudah dan lancar. Kota Jayapura sudah dapat mejangkau wilayah kabupaten yang berada dipesisir. Terdapat 5 kapal melayani pelayaran dengan rute berbeda-beda. Untuk kapal laut niaga, waktu tempuh antara jayapura dengan tanjung priok adalah 7 hari, anrtinya dalam satu bulan 2 kali melayani pelabuhan Jayapura. Untuk setiap kapalnya. 3. Terpadu Keterpaduan antara moda transportasi laut dengan moda transportasi jalan mendukung pergerakan orang dan barang dari luar kota Jayapura menuju ke kota Jayapura atau sebaliknya. Seperti yang terlihat pada gamabar, setelah turun dari kapal laut, penumpang dapat memilih angkutan transportasi jalan baik menggunakan angkutan pribadi, taksi (angkot) ataupun ojek untuk melakukan perjalanan selanjutnya menuju ke tempat tujuan. 4. Kapasitas Kapasitas kapal menurut ukurandan type kapal, moda transportasi laut niaga dapat menampung 969 3.083 penumpang. Jumlah penumpang yang berangkt dari pelabuhan Jayapura pada tahun 2010 adalah sebesar 163.079 penumpang, artinya sekitar 447 penumpang yang naik dari peabuhan Jayapura setiap harinya. Ini berarti 11
kapsitas transportasi laut sudah memenuhi bahkan lebih dari jumlah penumpang yang akan naik dari pelabuhan Jayapura. 5. Teratur Keteraturan berdasarkan wawancara dengan pengguna kapal bahwa 5% mengatakan teratur, 34% mengatakan cukup teratur, 42% mengatakan kurang teratur dan 19% mengatakan tidak teratur. Beradasarkan hasil pengamatan, ketersediaan jadwal keberangkatan dan kedatangan kapal telah tersedia. Apabila penumpang ingin menggunakan kapal laut, jadwalnya dapat dilihat pada kantor Pelni atau langsung ke pelabuhan. Kurangnya informasi dan publikasi tetantang jadwal kedatangan dan keberangkatan kapal inilah yang menyebabkan penumpang tidak tahu akan ketersediaan jadwal tersebut. 6. Tepat Waktu Untuk ketepatan waktu, 11% responden mengtakan tepat waktu, 25% mengatakan cukup tepat waktu, 48% mengatakan kurang tepat waktu, dan 16% mengatakan tidak tepat waktu. Berdasarkan hasil pengamatan, untuk transportasi laut sering terjadi keterlambatan dimana jadwal yang di tentukan dan tertera pada tiket tidak sesuai. Keterlambatan kapal disebabkan oleh proses pengangkutan dan pembongkaran muatan pada pelabuhan-pelabuhan lain sebelum tiba di jayapura. 7. Nyaman Kenyamanan dapat dilihat bahwa 12% mengatakan nyaman, 23% mengatakan cukup nyaman, 46% mengatakan kurang nyaman dan 19% mengatakan tidak nyaman. Berdasarkan hasil pengamatan, pada moda transportasi laut terdapat fasilitas tempat hiburan seperti bioskop dan caf. Kabin dan setiap Dek terdapat AC dan televisi, tempat tidur penumpang ada yang berkasur dan ada yang tidak, fasilitas toilet tidak bersih, ruang kelas ekonomi tidak teratur. Yang membuat sebagian besar penumpang merasa tidak nyaman adalah fasilitas toilet yang tidak bersih dan penumpang banyak yang merokok di ruang ber AC meskipun sudah ada tanda dilarang merokok dan sering kali ada pengumuman diatas kapal untuk tidak merokok di ruang berAc . Hal ini terjadi karena kurangnya kesadaran penumpang. Pada terminal penumpang, Berdasarkan pengamatan terminal penumpang di pelabuhan Jayapura sudah cukup memadai hanya saja ruangan tersebut terlihat kurang bersih, fasilitas umum seperti toilet juga tidak bersih, tidak teratur, tempat duduk penumpang yang disediakan tidak mencukupi disebabkan karena tidak hanya penumpang yang bisa masuk ke terminal penupang melaikan semua pengantar juga bisa ikut masuk ke terminal penumpang. 8. Trarif Terjangkau Dari hasil wawancara, 12% mengatakan sangat murah, 53% mengatakan murah, 25% mengatakan cukup murah dan 10% responden mengatakan mahal. Tarif angkutan kapal dikatakan murah karena harga tiket yang relatif terjangkau dan dapat membawa barang bawaan dalam jumlah yang besar tanpa ada biaya tambahan. 9. Aman 12
Berdasarkan hasil wawancara dengan responden, 9% mengatakan aman, 26% mengatakan cukup aman, 51% mengatakan kurang aman dan 14% mengatakan tidak aman. Dengan waktu tempuh perjalanan yang cukup lama, seringkali terjadi pencurian dan pencopetan terhadap barang bawaan penumpang seperti hp, dompet, uang dll. Perkelahian diatas kapal juga kadang terjadi. Meskipun di kapal terdapat pos keamanan dan petugas keamanan, ini tidak menjamin keamanan penumpang terhadap hilangnya barang bawaan mereka. f. Analisis Kinerja Transportasi Udara 1. Selamat
Tabel 16. Jumlah kecelakaan No Tahun Jumlah Pergerakan Jumlah Insiden persentase 1. 2. 3. 2008 2009 2010 36.756 40.285 42.638 6 1 0 0,02 0,00 0,00 Hasil Analisis 2. Aksesibilitas Bandar udara Sentani terletak di ibukota kabupaten Jayapura yaitu Sentani. Jarak antara pelabuhan Jayapura dan bandara Sentani 40 km, dapat ditempuh dalam waktu 50 menit. kondisi Jalan dari pelabuhan Jayapura sampai ke bandara pada umumnya baik maka diklasifikasikan aksesibilitas dari kota Jayapura menuju bandara adalah aksesibilitas menengah. Angkutan udara Niaga menguhubungkan antar Provinsi dan antar kabupaten dalam provinsi antara lain Timika, Biak, Merauke, Sorong, Wamena, Tanah Merah, Sarmi, Serui dan Oksibil. Angkutan udara perintis diharapkan dapat menjangakau seluruh wilayah terisolasi di Papua. Untuk angkutan udara, jumlah bandara yang ada di provinsi Papua sebanyak 56 bandara. Bandara sentani hanya melayani 12 kabupaten, ini berarti ada 44 bandara yang ada di Papua belum ada rute perjalanan dari Jayapura. 3. Terpadu Keterpaduan antara moda transportasi udara dengan moda transportasi jalan mendukung pergerakan orang dan barang dari luar kota Jayapura menuju ke kota Jayapura atau sebaliknya. Seperti yang terlihat pada gamabar, setelah turun dari pesawat, penumpang dapat memilih angkutan transportasi jalan baik menggunakan angkutan pribadi, ataupun taksi bandara untuk melakukan perjalanan selanjutnya menuju ke tempat tujuan. 4. Kapasitas Angkutan udara niaga antar provinsi telah mencukupi kapasitas jumlah permintaan sesuai dengan seat yang ada namun untuk angkutan udara niaga antar 13
kabupaten dan angkutan udara perintis tidak mencukupi dalam arti kurangnya jumlah armada yang tersedia. Jumlah permintaan tidak sesuai dengan seat yang tersedia. 5. Teratur Untuk transportasi udara, 54% teratur, 37% cukup teratur, 9% kurang teratur. Jadwal untuk keberangkatan dan kedatangan pesawat niaga berjadwal yang melayani penerbangan antar provinsi mudah dilihat pada agen-agen travel yang berada di kota maupun kabupaten jayapura. Sedangkan untuk penerbangan antar kabupaten dalam provinsi, tiket dan jadwalnya dapat dilihat langsung di loket pembelian tiket di bandara. 6. Tepat Waktu Bedasarkan hasil survey ketepatan waktu kedatangan dan keberangkatan kapal, 35% mengatakan tepat waktu, 47% mengatakan cukup dan 18% mengatakan kurang. Moda transportasi udara niaga dengan rute antar wilayah provinsi jarang terjadi keterlambatan, untuk rute antar kabupaten dalam provinsi biasa terjadi keterlabatan ini disebabkan oleh proses pengaturan barang di pesawat dan faktor cuaca yang mempengaruhi penerbangan. 7. Nyaman Beradasarkan hasil wawancara terhadap responden tentang ransa nyaman dan ketersediaan fasilitas yang memberikan rasa nyaman pada moda transportasi udara, 8% mengatakan sangat nyaman, 42% mengatakan nyaman, 38% mengatakan cukup nyaman dan 12% mengatakan kurang nyaman. Pada moda transportasi terdapat AC, majalah yang memberikan kenyamaman kepada penumpang serta fasilitas toilet yang bersih. Pada ruang tunggu penumpang pesawat ruangannya bersih, toiletnya kurang bersih dan jumlah kursi tidak mencukupi pada saat jam sibuk keberangkatan pesawat. 8. Tarif Terjangkau Dari hasil wawancara, 15% mengatakan cukup murah, 47% mengatakan mahal dan 38% mengatakan sangat mahal. Berdasarkan hasil pengamatan, harga penjualan tiket melebihi dari tarif yang telah ditentukan oleh pemerintah berdasarkan keputusan menteri no. KM 26 tahun 2010, tarif pelayanan angkutan kelas ekonomi angkutan udara niaga berjadwal dari Jayapura tujuan Biak dengan menggunakan pesawat (pesawat jet) Rp. 1. 017.000 dan Rp. 1.296.000 (pesawat Propeller). Sedangkan Harga tiket pesawat di lapangan berkisar antara Rp. 1.610.000 1.950.000,-. Dengan waktu tempuh 60 menit. Untuk tarif angkutan udara perintis berdasarkan peraturan menteri perhubungan no. PM 73 2011. Untuk rute Jayapura- oksibil Rp. 190.000,- sulitnya memperoleh tiket pesawat perintis sehingga ada calo yang bermain dalam penjualan tiket yang dijual dengan harga Rp.700.000,- meskipun demikian, tiket dengan harga tinggi juga laku terjual karena seat dan armada yang terbatas sedangkan permintaan sangat banyak. 9. Aman 14
Dari grafik keamanan moda transportasi udara 50% responden mengatan aman, 43% mengatakan cukup aman, 5% mengatakan kurang aman dan 2% mengatakan sangat aman. Untuk moda transportasi udara, tidak ada laporan penumpang mengenai kehilangan barang. Karena setiap barang bawaan/bagasi penumpang di beri kode dan nomor, barang dimasukkan kedalam bagasi khusus, tidak bergabung dengan penumpang. g. Strategi Peningkatan Kinerja
1. Kinerja transportasi laut ditinjau dari aspek keamanan Berdasarkan 9 indikator yang telah dianalisis sesuai persepsi masyarakat, maka yang dianggap paling penting untuk dibenahi adalah masalah keamanan dalam melakukan perjalan. Tidak adanya jaminan keamanan kepada penumpang kapal terhadap kehilangan barang bawaan dan tindak kejahatan diatas kapal. ini menyebabkan kerugian yang ditanggung sendiri oleh pengguna angkutan kapal.
Tabel 1. Formulasi strategi SWOT transportasi Laut terhadap aspek keamanan Internal
Eksternal Kekuatan (S): 1. Adanya pos keamanan diatas kapal 2. Adanya petugas keamanan
Kelemahan (W): 1. Petugas keamanan tidak melakukan patroli keliling 2. kurang ketatnya pemeriksaan tiket pada waktu naik ke kapal
Peluang (O): 1. KUHP pasal 363 tentang pencurian 2. KUHP pasal 438 tentang kejahatan pelayaran
Startegi S-O: 1. Perlunya penambahan petugas dan posko keamanan di setiap dek. 2. Sosialisasikan KUHP tentang pencurian dan kejahatan pelayaran dan ancaman hukuman bagi pelaku kejahatan 3. Tindak tegas pelaku yang kedapatan melanggar KUHP pasal 363 dan KUHP pasal 438
Strategi W-O: 1. Memberikan sanksi yang tegas bagi pelaku kejahatan di atas kapal 2. Petugas keamanan harus menjalankan tugas sesuai dengntupoksinya 3. Peningkatan manajemen pemeriksaan tiket sebalum naik ke kapal
15
Internal
Eksternal Kekuatan (S): 1. Adanya pos keamanan diatas kapal 2. Adanya petugas keamanan
Kelemahan (W): 1. Petugas keamanan tidak melakukan patroli keliling 2. kurang ketatnya pemeriksaan tiket pada waktu naik ke kapal
Ancaman (T): 1. Banyaknya jumlah penumpang 2. Banyaknya pedagang asongan 3. Adanya penumpang gelap Strategi S-T: 1. Larangan bagi pedagang asongan yang akan naik ke kapal 2. Tindak tegas penumpang yang tidak memiliki tiket
Strategi W-T: 1. Mengatur jam patroli petugas keamanan diatas kapal selama 24 jam Sumber: Hasil Analisis 2. Kinerja Transportasi Udara terhadap tarif harga tiket Berdasarkan 9 indikator yang telah dianalisis sesuai persepsi masyarakat, maka yang dianggap paling penting utuk di benahi adalah masalah tarif angkutan udara. untuk tarif angkutan udara antar provinsi, harganya sudah sesuai dan tiketnya juga dapat diperoleh dengan mudah di agen penjualan tiket. Namun untuk penjualan tiket perjalanan antar kabupaten dalam provinsi harus dibeli langsung di loket penjualan tiket yang ada di bandara. Terbatasnya jumlah seat dan sulitnya memperoleh tiket resmi di loket menjadi permasalahan yang sering dialami oleh calon penumpang. Ini disebabkan karena adanya calo tiket yang bermain dalam penjualan tiket. Hal ini menjadi sangat fatal apabila banyak penumpang yang tidak kebagian tiket dengan harga yang normal.
Tabel.14 Formulasi strategi SWOT Intrnal Faktor
Eksternal Faktor Kekuatan (S): 1. Adanya tarif dasar harga tiket sesuai Keputusan Menteri No. KM 26 tahun 2010 2. Tersedianya loket penjualan tiket Kelemahan (W): 1. Tidak ada pengumuman pemberitahuan jam kerja petugas loket 2. Jumlah seat terbatas 3. Ada calo tiket Peluang (O): 1. Belum adanya transportasi jalan yang Startegi S-O: 1. Membuka akses transportasi darat Strategi W-O: 1. Memasang jadwal kerja petugas pada 16
menghubungkan wilayah pegunungan 2. Banyaknya calon penumpang untuk menghubungkan Jayapura dengan wilayah pegunungan 2. Penetapan harga tiket merujuk pada keputusan menteri no. KM 26 tahun 2010 3. Perbanyak loket/ agen penjualan tiket agar calon penumpang mudah dalam memperoleh tiket 4. Pembelian tiket dapat dilakukan secara on line
loket pembelian tiket 2. Perlunya tindakan yang tegas kepada para calo tiket 3. Menambah jumlah sarana/ armada angkutan udara dengan melkukan kerjasama dengan pihak penerbangan swasta
Ancaman (T): 1. Tarif angkutan mahal 2. Nama penumpang tidak sesuai dengan nama di KTP 3. Calon penumpang melakukan tindakan yang tidak diinginkan Strategi S-T: 1. Perketat pemeriksaan tiket dengan melampirkan KTP calon penumpang 2. Pemasangan pengumunan waktu pejualan tiket 3. Tindak tegas calo yang kedapatan menjual tiket. 4. Perlunya pengamanan terhadap calon penumpang yang melakukan hal yang tidak diinginkan
Strategi W-T: 1. Sanksi yang tegas kepada para calo tiket 2. Perlunya penataan penyelenggaraan sistem penjualan tiket yang lebih baik Sumber: Hasil Analisis
KESIMPULAN Berdasarkan pada hasil analisis yang sudah dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa : 1. Kondisi kinerja pelayanan transportasi laut di Jayapura berdasarkan 9 indikator menunjukkan bahwa kinerja pelayanan transportasi laut tersebut memiliki kinerja yang kurang efektif dan efisien. Dimana terlihat bahwa belum adanya keterpaduan intra moda, tidak adanya keteraturan jadwal kedatangan dan 17
keberangkatan kapal. penumpang tidak membudayakan antri untuk naik ke kapal sehingga berdesak-desakan. Ketepatan waktu tiba dan berangkat tidak sesuai dengan jadwal yang tertera pada tiket. Kurangnya kenyamanan dan keamanan di ataskapal maupun di terminal penumpang. 2. Kondisi kinerja pelayanan transportasi udara di Jayapura berdasarkan 9 indikator menunjukkan bahwa kinerja transportasi udara cukup efektif dan efisien. Sebagian besar wilayah terisolasi belum dapat terlayani, kurangnya armada pesawat dalam memenuhi permintaan penumpang. 3. Strategi penanganan untuk peningkatan kinerja transportasi laut berada pada kuadran I S-O agresif yang berarti strategi dengan menggunakan kekuatan untuk meraih peluang yang ada. 4. Strategi penanganan untuk peningkatan kinerja transportasi udara berada pada kuadran I S-O agresif yang berarti strategi dengan menggunakan kekuatan untuk meraih peluang yang ada.
SARAN
Dari hasil kesimpulan tersebut diatas, ada beberapa saran sebagai berikut: 1. Pengembangan jaringan pelayanan transportasi udara harus dilakukan secara merata keseluruh pelosok yang disertai dengan pembangunan prasarana yang dibutuhkan agar seluruh wilayah terisolir dapat dijangkau. Perlunya koordinasi yang baik antar instasi untuk meningkatkan keteraturan, ketepatan waktu dan kesesuaian harga tiket. 2. Dalam rangka mewujudkan sistem transportasi yang terpadu, efektif dan efisien serta harmonis, maka dibutuhkan studi perencanaan transportasi wilayah (tatrawil) di kota Jayapura sebagai tindak lanjut dari Tatranas, sehingga untuk keadaan dimasa mendatang dibutuhkan keterpaduan program pembangunan melalui koordinasi antar sektoral, baik secara lokal maupun regional serta nasional guna mewujudkan sistem transportasi (termasuk SDM, organisasi, dan regulasi) yang terpadu, efektif dan efisien.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, jumlah kecelakaan pesawat di papua, 2008 sumber www. Biakrasin blog spot.com Adisasmita, R., 2006. Perencanaan Jaringan Transportasi. LEPHAS UNHAS, Makassar. ., 2005. Ekonomi Prasarana Transportasi. LEPHAS UNHAS, Makassar. 18
Badan Koordinasi Keamanan Laut, 2009. Kebijakan Keselamatan dan Keamanan Transportasi Laut, Jakarta Badan Pusat Statistik Provinsi Papua, 2010. Papua Dalam Angka. Badan Pusat Statistik Kota Jayapura, 2010. Pendapatan Domestik Regional Brutto. Departemen perhubungan RI, 2005. Cetak Biru Transportasi Udara, Jakarta Hobbs FD., 1995. Perencanaan dan Teknis Lalu Lintas. Edisi Ke dua, Gadja Mada Universty Press, Yogyakarta. Jinca, M,Y., 2007. Dasar-Dasar Transportasi. Bahan Kuliah Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin, Makassar. Jinca, M,Y. dkk, 2002. Perencanaan Transportasi. Kerjasama Fakultas Teknik Unhas Makassar dengan Pusat Pendidikan Keahlian Teknik BPSDM Departemen Prasarana Wilayah, Bandung. Miro, F., 2004. Perencanaan Transportasi. Erlangga, Jakarta. Miro, F., 1997. Sistem Transportasi Kota. Tarsito, Bandung. Morlok, E. K., 1985. Pengantar Teknik Perencanaan Transportasi. Terjemahan oleh Hainin, J.K., Erlangga, Jakarta. Peraturan Menteri Perhubungan No. KM 49 Tahun 2005. Tentang Sistem Transportasi Nasional, Jakarta. Pedoman Penulisan Tesis dan Disertasi Edisi 4, Program Pasca Sarjana Universitas Hasanuddin, Makassar. Nasution, M.N., 2004. Manajemen Transportasi. Ghalia Indonesia, Jakarta. Rustiadi, E, dkk., 2009. Perencanaan dan Pengembangan Wilayah. Yayasan Obor Indonesia, Jakarta. Tamin, O.Z., 2000. Perencanaan Permodelan Transportasi. ITB, Bandung. Undang-Undang Republik Indonesia No. 17 Tahun 2008. Tentang pelayaran Jakarta. Undang-Undang Republik Indonesia No. 21 Tahun 2001. Tentang otonomi khusus, Jakarta. Undang-Undang Republik Indonesia No. 15 Tahun 1992. Tentang penerbangan, Jakarta. 19
Warpani, S., 1980. Analisis Kota dan Daerah. ITB, Bandung. ., 1990. Merencanakan Sistem Perangkutan. ITB, Bandung.