Sunteți pe pagina 1din 19

1

KINERJA TRANSPORTASI LAUT DAN UDARA DI JAYAPURA



Sukmawati Asaf
Mahasiswa PPs Unhas
Prodi Teknik Perenc. Transportasi
Jl. Perintis Kemerdekaan Km. 10 Makassar 90245
Telp./Fax : (0411)585761
E-mail : sukmawati.susanto@yahoo.com



Abstract

This study aims to: (1) describe the condition of performance of air and sea
transport services in Jayapura; and (2) formulate a strategy to improve the
performance of sea and air transport services in Jayapura.
The research was conducted at the port of Jayapura and Sentani airport. The
method used is a qualitative descriptive approach. Data collection was conducted by
asking aircraft and ship passenger to fill in questionares, without considering the
difference of age, status, gender and occupation. The samples were selected
accidentally to represent the population. The data were than analyzed by using
descriptive narrative and SWOT.
The results reveal that the performance of sea transportation service is less
effective and efficient, while the air transport performance is quite effective and
efficient. Management strategies to improved sea transport performance in terms of
savety are in quadrant III, W-O. The strategies are to minimize weaknesses to obtain
opportunities.

Keywords: sea transport, air transport, performance, strategy.

Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan kondisi kinerja pelayanan
transportasi laut dan udara di Jayapura, dan merumuskan strategi peningkatan kinerja
pelayanan transportasi laut dan udara di Jayapura.
Penelitian ini dilaksanakan di pelabuhan Jayapura dan bandara Sentani.
Metode yang digunakan adalah pendekatan deskriptif kualitatif. Teknik pengumpulan
data adalah cara kuesioner kepada penumpang pesawat dan kapal laut. Pengambilan
2

sampel dilakukan secara aksidental. Data dianalisis dengan deskriptif naratif dan
SWOT.
Hasil penelitian menunjukan bahwa kinerja pelayanan transportasi laut kurang
efektif dan efesien sedangkan kinerja transportasi udara cukup efektif dan efisien.
Strategi penanganan untuk peningkatan kinerja transportasi laut terhadap aspek
keamanan berada pada kuadran III, W-O, sedangkan untuk transportasi udara
terhadap aspek aksesibilitas berada pada kuadran III, W-O. Strategi meminimalkan
kelemahan untuk meraih peluang yang ada.

Kata kunci: transportasi laut, transportasi udara, kinerja, strategi.


PENDAHULUAN

Pergerakan barang dan manusia dapat mencerminkan keterhubungan satu
wilayah dengan wilayah lainnya, karena sangat penting bagi perkembangan suatu
daerah secara eksternal dan internal akan mempengaruhi kehidupan wilayah itu
sendiri dan wilayah lain disekitarnya. Pengembangan sistem transportasi menerapkan
seluruh aspek moda yang ada, baik prasarana maupun sarana yang saling berinteraksi
untuk memberikan pelayanan jasa transportasi yang efektif dan efisien yang berfungsi
melayani perpindahan orang atau barang antar simpul atau kota lokal, dari simpul
atau kota lokal ke simpul atau kota wilayah, dari simpul atau kota nasional terdekat,
antar simpul atau kota wilayah ke simpul atau kota nasional, dan dari simpul atau
kota nasional ke luar negeri atau sebaliknya.
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Provinsi Papua bertujuan untuk
meningkatkan taraf hidup, kecerdasan dan kesejahteraan masyarakat yang adil dan
merata dalam rangka pembangunan manusia seutuhnya. Pelaksanaan pembangunan
daerah ditekankan pada upaya optimasi target pembangunan sektoral yang
terintegrasi dalam suatu pembangunan terpadu, yang dilaksanakan dengan
mepertimbangkan peluang dan keterbatasan ruang, sumber daya yang ada dan
keterkaitan dengan pusat dan minat investasi daerah. Kelancaran proses
pembangunan dapat terlaksana jika tersedia prasarana dan sarana pendukungnya,
terutama adanya infrastruktur transportasi. Masih banyaknya wilayah terpencil dan
terisolir yang tidak dapat dijangkau dengan transportasi darat disebabkan kondisi
geografis yang berbukit, hal tersebut hanya dapat diakses dengan transportasi laut
maupun udara, sehingga kesenjangan antar wilayah, interaksi sosial dan distribusi
hasil perdagangan masyarakat dapat terlayani dengan baik.
Pelabuhan kota Jayapura dan Bandara Sentani sebagai prasarana pokok sektor
transportasi Laut dan Udara dalam penyelenggaraan pelayaran dan penerbangan
merupakan tempat untuk pelayanan jasa angkutan Laut dan udara harus tertata secara
3

terpadu guna mewujudkan penyediaan jasa kepelabuhanan dan kebandarudaraan yang
merupakan satu kesatuan dalam tatanan nasional.
Keberadaan Pelabuhan Jayapura dan Bandara Sentani telah memberikan andil
yang besar bagi perkembangan perekonomian wilayah baik regional maupun
nasional, terutama dalam memberikan kemudahan mobilitas bagi parapelaku ekonomi
dan masyarakat di Kabupaten/Kota Jayapura dan sekitarnya. Dengan semakin
mantapnya pelaksanaan otonomi daerah maka akan mendorong pertumbuhan
ekonomi yang pada akhinya akan berdampak terhadap peningkatan pengguna
transportasi Laut dan Udara.
Berdasarkan hal tersebut, untuk meningkatkan kinerja sistem transportasi Laut
dan Udara di Kota/KabupatenJayapura, maka penulis mengangkat kasus ini dalam
kajian akademis dalam Tesis yang berjudul Kinerja Transportasi Laut dan Udara
di Jayapura

TINJAUAN PUSTAKA

Sistem transportasi berkaitan erat dengan sistem aktivitas dan sistem lalulintas
yang ada, karena transportasi merupakan permintaan turunan yaitu permintaan yang
timbul akibat memenuhi permintaan yang lain. Interaksi antara ketiga tersebut
berlangsung terus untuk mendapat keseimbangan (Jinca, 2002).
Sistem transportasi sebagimana dalam Peraturan Menhub No. KM.49/2005
tanggal 12 Agustus 2005 tentang Sistem Transportasi Nasional dengan sasaran adalah
terwujudnya penyelenggaraan transportasi yang efektif dan efisien. Efektif dalam arti
selamat, aksesibilitas tinggi, terpadu, kapasitas mencukupi, teratur, lancar dan cepat,
mudah dicapai, tepat waktu, nayaman, tarif terjangkau, tertib, aman, serta rendah
pilusi. Efisien dalam arti beban publik rendah dan utilitas tinggi dalam satu kesatuan
jaringan transportasi nasional. Untuk itu diperlukan peningkatan transportasi antar
moda yang terpadu antar moda dan intramoda serta selaras dengan pengembangan
wilayah, mewujudkan pelayanan transportasi yang mendukung pembangunan
ekonomi, sosial dan budaya, serta mendukung kesatuan dan persatuan NKRI dan
perwujudan Negara kepulauan.
Prasarana transportasi laut terdiri dari simpul yang berwujud pelabuhan laut
dan ruang lalu lintas yang berwujud alur pelayaran. Pelabuhan laut dibedakan
berdasarkan peran, fungsi dan klasifikasi serta jenis. Berdasarkan jenisnya dibedakan
atas:
a. Pelabuhan umum yang digunakan untuk melayani kepentingan umum
perdagangan luar negeri dan dalam negeri sesuai ketetapan pemerintah dan
mempunyai fasilitas karantina, imigrasi, bea cukai, penjagaan dan penyelamatan;
b. Pelabuhan khusus yang digunakan untuk melayani kepentingan sendiri guna
menunjang kegiatan tertentu.

4

Undang-undang no 17 tahun 2008 tentang pelayaran, pada pasal 1 ayat 1
dimana pelayanan adalah satu kesatuan sistem yang terdiri atas angkutan diperairan,
kepelabuhanan, keselamatan dan keamanan serta perlindungan lingkungan maritime.
Tujuan kegiatan suatu pelabuhan dapat dihubungkan dengan kepentingan ekonomi,
kepentingan pemerintah dan lainnya. Peraturan Pemerintah Nomor 11 Tahun 1983
tentang pembinaan Kepelabuhanan, Bab 1 pasal 1 ayat (a) menyebutkan :
Pelabuhan adalah tempat berlabuh dan/atau tempat bertambatnya kapal laut serta
kendaraan air lainnya, menaikkan dan menurunkan penumpang, bongkar muat barang
dan hewan serta merupakan daerah lingkungan kerja kegiatan ekonomi.
Moda transportasi udara sangat cocok digunakan untuk pengangkutan jarak
jauh secara cepat dan untuk daerah-daerah yang mempunyai topgrafi sulit
(bergunung, masih tertutup dan lain-lain).
Undang-undang no 15 tahun 1992 tentang penerbangan pada pasal 3, tujuan
penerbangan adalah untukmewujudkan penyelenggaraan penerbangan yang selamat,
aman, cepat, lancar, tertib dan teratur, nyaman dan berdaya guan dengan biaya yang
terjangkau oleh daya beli masyarakat dengan mengutamakan dan melindungi
penerbangan nasional, menunjang pemerataan pertumbuhan dan stabilitas sebagai
pendorong, penggerak dan penunjang pembangunan nasional serta mempererat
hubungan antar bangsa. Sasaran pembangunan transportasi udara adalah terjaminnya
keselamatan, kelancaran dan kesinambungan pelayanan transportasi udara baik untuk
angkutan penerbangan domestik dan internasional, maupun perintis. Di samping itu
sasaran yang tak kalah pentingnya adalah terciptanya persaingan usaha di dunia
industri penerbangan yang wajar.
Adapun fungsi Transportasi dalam pengembangan wilayah menurut
Adisasmita (2007), adalah :
a. Transportasi sebagai sektor penunjang terhadap pengembangan kegiatan sektor-
sektor lain misalnya pertanian, perindustrian, perdagangan, pendidikan,
kesehatan, pariwisata dan lain-lain.
b. Menyediakan jasa transportasi yang efektif untuk menghubungkan daerah-daerah
terisolasi atau terpencil dengan daerah-daearh yang telah berkambang diluar
wilayahnya, sehingga terjadi interaksi pembangunan anat kedua daerah tersebut,
yang selanjutnya akan mendorong pertumbuhan dan perekonomian yang sinergis.
Indikator Kinrja Transportasi
Dalam mewujudkan penyelenggaraan transportasi yang efektif dan efisien
memerlukan indikator kinerja. Efektif dalam arti selamat, aksesibilitas tinggi, terpadu,
kapasitas mencukupi, teratur, lancar dan cepat, mudah dicapai, tepat waktu, nyaman,
tarif terjangkau, tertib, aman serta polusi rendah. Efisien dalam arti beban publik
rendah dan utilitas tinggi dalam suatu kesatuan jaringan transportasi nasional.
Indikator kinerja dapat dijabarkan dalam jaringan transportasi sebagai berikut :
a. Selamat, dalam arti terhindarnya pengoperasian transportasi dari kecelakaan
akibat faktor internal berdasarkan indikator perbandingan antara jumlah kejadian
5

kecelakaan terhadap jumlah pergerakan kendaraan dan jumlah penumpang dan
atau barang.
b. Aksesibilitas tinggi, dalam arti bahwa jaringan pelayanan transportasi dapat
menjangkau seluas mungkin wilayah nasional dalam rangka perwujudan
Wawasan Nusantara dan ketahanan nasional berdasarkan indikator cakupan
wilayah yang dapat dijangkau oleh moda transportasi serta ketersediaan sarana
angkutan yang menuju ke pelabuhan dan bandara.
c. Terpadu, dalam arti terwujudnya keterpaduan intramoda dan antarmoda dalam
jaringan prasarana dan pelayanan, yang meliputi pembangunan, pembinaan dan
penyelenggaraannya sehingga efektif dan efisien.
d. Kapasitas mencukupi, dalam arti bahwa kapasitas sarana dan prasarana
transportasi cukup tersedia untuk memenuhi permintaan pengguna jasa.
e. Teratur, dalam arti pelayanan transportasi yang mempunyai jadwal waktu
keberangkatan dan waktu kedatangan.
f. Tepat waktu, dalam arti bahwa pelayanan transportasi dilakukan dengan jadwal
yang tepat, baik saat keberangkatan maupun kedatangan, sehingga masyarakat
dapat merencanakan perjalanan dengan pasti.
g. Nyaman, dalam arti terwujudnya ketenangan dan kenikmatan bagi penumpang
selama berada dalam sarana transportasi. Keadaan tersebut dapat diukur dari
ketersediaan dan kualitas fasilitas yang memberikan kenyamanan dalam
perjalanan.
h. Tarif terjangkau, diukur berdasarkan indikator kemampuan masyarakat dalam
membeli tiket kapal maupun pesawat serat kesesuaian tarif yang telah diatur
dalam undang-undang.
i. Aman, dalam arti terhindarnya pengoperasian transportasi dari akibat faktor
eksternal transportasi baik berupa gangguan alam, gangguan manusia, maupun
gangguan lainnya.

Strategi Peningkatan Kinerja
Analisa SWOT dapat membantu untuk mengidentifikasi hal-hal yang dapat
dikembangkan serta menjadi basis untuk menyusun strategi menyongsong masa
depan. Beberapa pernyataan penting yang dapat digunakan dalam kaitannya dengan
menggunakan SWOT yaitu:
a. Bagaimana dapat menggunakan ketentuan-ketentuan untuk mengambil
keuntungan dari peluang yang dapat di identifikasikan
b. Bagaimana dapat memanfaatkan kekuatan-kekuatan tersebut untuk mengatasi
ancaman-ancaman yang dapat diidentifikasi
c. Apa yang dibutuhkan untuk mengatasi kelemahan-kelemahan dalam upaya
memanfaatkan keuntungan dari peluang-peluang yang ada.
Bagaimana meminimalisir kelemahan-kelemahan untuk mengatasi ancaman-ancaman
yang telah diidentifikasikan.
6

Adapun manfaat daripada penggunaan analisa SWOT ini adalah untuk menetapkan
tujuan secara lebih realistis serta merumuskan strategi dengan dengan lebih efektif.
Analisa SWOT akan diperoleh core strategi yang pada prinsipnya merupakan:
a. Strategi yang memenfaatkan kekuatan dan peluang yang ada dan terbuka
b. Strategi yang mengatasi ancaman yang ada
c. Strategi yang memperbaiki kelemahan yang ada.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini bersifat deskriptif dengan pendekatan kualitatif yang bertujuan
menggambarkan secara sistematis, cermat dan akurat mengenai kondisi, keadaan,
keinginan maupun gejala yang terjadi di masyarakat. Adapun kegiatan yang
dilakukan adalah mengidentifikasi ketersediaan jaringan prasarana transportasi Laut
dan Udara, kebutuhan masyarakat mengenai prasarana dan sarana transportasi Laut
dan Udara, Desain penelitian yang dilaksanakan adalah dengan metode pengumpulan
data-data sekunder dari instansi terkait.
Pengumpulan dan Analisis Data
Data yang digunakan pada penelitian ini berupa data primer dimana pengambilan
datanya dilakukan dengan cara pengambilan quesioner untuk mengetahui pendapat
atau persepsi dari penumpang pesawat dan kapal laut di pelabuhan jayapura dan
bandara sentani.
Kinerja pelayanan transportasi laut dan udara dianalisis dengan deskriptif naratif
berdasarkan persepsi penumpang sebagai responden yang berangkat dari pelabuhan
Jayapura dan bandara Sentani tanpa membedakan status, jenis kelamin dan pekerjaan.
Strategi peningkatan kinerja sistem transportasi laut dan udara dengan menggunakan
Analisa SWOT dengan menganalisis dan merumuskan dari hasil wawancara terhadap
masing-masing sistem transportasi laut dan udara.

HASIL dan PEMBAHASAN
a. Kondisi Geografi dan Topografi
Secara geografis Kota Jayapura terletak di bagian Utara Provinsi Papua pada
koordinat 12817,26 - 3580,82 Lintang Selatan dan 1373410,6 -
14108,22 Bujur Timur. Kota Jayapura berbatasan dengan Negara Papua New
Guinea sehingga sangat strategis untuk pengembangan ekonomi daerah. Adapun
batas-batas wilayah Provinsi Papua sebagai berikut :
Bagian Utara : Samudera Pasifik
Bagian Barat : Distrik Sentani dan Depapre, Kabupaten Jayapura
Bagian Selatan : Distrik Arso, Kabupaten Keerom
Bagian Timur : Negara Papua New Guinea
7

Kota Jayapura terdiri dari 5 distrik dan terbagi atas 25 distrik dan 14 kampung,
dimana luas masing-masing distrik dan kampung dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 2. Luas Wilayah kota Jayapura dirinci per Distrik (KM)
No Distrik
Status Pemerintahan Luas
Wilayah Kampung Distrik
1. Jayapura
Utara







Kayu Batu
Angkasapura
Trikora
Mandala
Tanjung Ria
Imbi
Bhayangkara
gurabesi

13,24
0,86
0,34
6,44
9,37
13,57
7,18
-
2. Jayapura
Selatan








Tobati
Kayu Pulo
Numbay
Argapura
Hamadi
Ardipura
Entrop
Vim
Wai
Mhorock
wahno
9,49
2,70
2,70
16,66
16,94
4,71
2,10
3,41
0,53
1,76
3. Abepura




Koya
Koso
Engross
Nafri
Asano
Awiyo
Abe Pantai
Yobe
Kota Baru
31,05
-
-
-
-
-
19,05
74,08
4. Heram


Kampung
Yoka
Kampung
Waena
Waena
Hedam
Yabansai
24,97
42,17
-
10,12
-
5. Muara
Tami
Holtekamp


Koya Barat
18,73
133
8

No Distrik
Status Pemerintahan Luas
Wilayah Kampung Distrik

Skow Sea
Skow
Yambe
Skow
Mabo
Moso
Koya
Tengah
Koya Timur 133
110,18
112,56
121,15
-
-
626,56
Luas Wilayah Kota jayapura 940,00


Sebagai ibukota Provinsi Papua, Jayapura diharapkan mampu memacu
perkembangan dan memberikan rangsangan terutama rangsangan perkembangan dari
pusat pelayanan pada bagian wilayah Pegunungan Tengah yang diharapkan menjalar
ke wilayah pedalaman dan dari dataran wilayah Selatan dan Utara, maka penetapan
satuan wilayah pengembangan (SWP) ini akan terdiri atas perpaduan keempat
karakter perkembangan tersebut. Uraian mengenai cakupan dan peran fungsi pusat
pengembangan masing-masing satuan wilayah pengembangan (SWP).
b. Kondisi Ekonomi Wilayah
Pertumbuhan sektor-sektor ekonomi, sektor keuangan, persewaan dan jasa
perusahaan sebagai penyumbang terbesar terhadap pembentukkan nilai PDRB Kota
Jayapura dan dengan pertumbuhannya yang cukup tinggi menyebabkan sektor ini
berperan cukup besar terhadap pertumbuhan ekonomi tahun 2009 di Kota Jayapura.
Dengan pertumbuhan sebesar 16,02 persen, 7,49 persen bersumber dari sektor
keuangan, persewaan dan jasa perusahaan, 2,78 persen dari sektor pengangkutan dan
komunikasi, 2,03 persen dari sektor jasa-jasa, 1,85 persen dari sektor perdagangan,
hotel dan restoran, 1,08 persen dari sektor bangunan. Sementara sektor-sektor lainnya
hanya berperan di bawah satu persen dengan sumbangan terendah dari sektor listrik
dan air minum sebesar 0,03 persen.
c. Transportasi Laut

Dermaga Utama yang berukuran 132 m x 9 m dibangun tahun 1950. dermaga
ini terbuat dari konstruksi beton bertulang diatas tiang pancang, yang dirancang
dengan daya dukung lantai 2,5 ton/m
3
. Kedalaman perairan berkisar antara 10-11 m,
Sumber: BPS kota Jayapura
9

dengan elevasi lantai +3,20 m LWS. Dermaga ini dioperasikan untuk melayani kapal
penumpang, kapal general kargo dan juga kapal peti kemas. Pada saat ini kondisi
dermaga ini sudah sebagian besar rusak, terutama pada bagian kondisi tiang pancang.
Pada umumnya tiang pancang sudah retak bahkan pecah terutama pada bagian
pertemuan tiang dengan pile cap sehingga baja tulangannya terbuka dan mengalami
korosi. Akibatnya pada waktu disandari kapal dermaga ini bergoyang dan beban
hidup diatas dermaga harus dikurangi.
Terminal penumpang di Pelabuhan Jayapura terdiri dari bangunan berlantai
dua yang mempunyai luas total 1.200 m2 dengan tahun pembuatan 1994. Jumlah
kunjungan kapal di Pelabuhan Jayapura dari tahun 2005 s/d semester 1 tahun 2011
berfluktuasi dari tahun ke tahun. Namun dalam kurun waktu 6 tahun tersebut
menunjukkan kecenderungan meningkat dengan rata-rata 2,29% per tahun.

d. Transportasi Udara
Peran transportasi udara di provinsi Papua merupakan moda unggulan untuk
menjangkau wilayah pedesaan khususnya pegunungan tengah. Sistem dari segi moda
transportasi udara memiliki kemudahan dan kecepatan yang sangat tinggi, sehingga
merupakan daya saing tersendiri terhadap moda transportasi lainnya. Kondisi ini
dipicu oleh adanya pemekaran wilayah administratif dibeberapa kabupaten,
khususnya di prov. Papua yang dari segi pemerintahan membutuhkan pelayanan
transportasi yang memadai.
Pemerintah Provinsi Papua melalui Dinas Perhubungan Provinsi Papua
berencana menambah panjang Runway (landasan pacu) dan Apron (tempat parkir
pesawat) di Bandara Sentani Jayapura, karena semakin tingginya pergerakan jumlah
pesawat di Bandara tersebut. Pergerakan pesawat setiap harinya di Bandara Sentani
Jayapura, diperkirakan antara 120-130 pergerakan. Alasan perluasan adalah kapasitas
apron sudah tidak dapat menampung seluruh pergerakan tersebut dalam satu waktu
sehingga diperlukan penambaan luas Apron.
Run way atau landasan pacunya Bandara Sentani Jayapura untuk saat ini
sudah menjadi 2.500 meter dari persyaratan standar 2.180 meter. Dengan demikian,
landasan pacu tersebut sudah dapat didarati pesawat berukuran Boeing 737-400.
Kendati begitu, untuk mendukung kapasitas bandara, diusulkan untuk menambah
panjang run way dari 2.500 menjadi 3.000 meter.


10

e. Analisis Kinrja Pelayanan Transportasi Laut

1. Selamat
Tabel 11. Jumlah kecelakaan transportasi laut
No Tahun Jumlah Pergerakan Jumlah Insiden persentase
1.
2.
3.
2008
2009
2010
894
887
914
0
0
0
0
0
0
Hasil Analisis

Berdasarkan tabel diatas dapat terlihat bahwa dalam kurun waktu 3 tahun
sejak tahun 2008 2010 untuk kapal laut tidak terjadi kecelakan maupun insiden.
Berdasarkan hasil pengamatan ketersediaan fasilitas keselamatan transportasi laut
terdapat sekoci yang kapasitas angkut sekoci tersebut sebanyak 300 org, pelampung
yang tersedia tidak mencukupi dengan jumlah penumpang yang ada. Menurut kru
kapal bagian keselamatan, kurangnya pelampung disebabkan karena adanya
penumpang yang kurang bertanggung jawab.
2. Aksesibilitas
Aksesibilitas jalan yang menghubungkan pusat kota dengan pelabuhan
Jayapura dikatagorikan aksesibilitas tinggi karena berada di pinggir ruas jalan primer
dan berada di pusat kota, sehingga untuk mencapainya tidaklah sulit. Akses angkutan
daratnya mudah dan lancar.
Kota Jayapura sudah dapat mejangkau wilayah kabupaten yang berada
dipesisir. Terdapat 5 kapal melayani pelayaran dengan rute berbeda-beda. Untuk
kapal laut niaga, waktu tempuh antara jayapura dengan tanjung priok adalah 7 hari,
anrtinya dalam satu bulan 2 kali melayani pelabuhan Jayapura. Untuk setiap
kapalnya.
3. Terpadu
Keterpaduan antara moda transportasi laut dengan moda transportasi jalan
mendukung pergerakan orang dan barang dari luar kota Jayapura menuju ke kota
Jayapura atau sebaliknya. Seperti yang terlihat pada gamabar, setelah turun dari kapal
laut, penumpang dapat memilih angkutan transportasi jalan baik menggunakan
angkutan pribadi, taksi (angkot) ataupun ojek untuk melakukan perjalanan
selanjutnya menuju ke tempat tujuan.
4. Kapasitas
Kapasitas kapal menurut ukurandan type kapal, moda transportasi laut niaga
dapat menampung 969 3.083 penumpang. Jumlah penumpang yang berangkt dari
pelabuhan Jayapura pada tahun 2010 adalah sebesar 163.079 penumpang, artinya
sekitar 447 penumpang yang naik dari peabuhan Jayapura setiap harinya. Ini berarti
11

kapsitas transportasi laut sudah memenuhi bahkan lebih dari jumlah penumpang yang
akan naik dari pelabuhan Jayapura.
5. Teratur
Keteraturan berdasarkan wawancara dengan pengguna kapal bahwa 5%
mengatakan teratur, 34% mengatakan cukup teratur, 42% mengatakan kurang teratur
dan 19% mengatakan tidak teratur. Beradasarkan hasil pengamatan, ketersediaan
jadwal keberangkatan dan kedatangan kapal telah tersedia. Apabila penumpang ingin
menggunakan kapal laut, jadwalnya dapat dilihat pada kantor Pelni atau langsung ke
pelabuhan. Kurangnya informasi dan publikasi tetantang jadwal kedatangan dan
keberangkatan kapal inilah yang menyebabkan penumpang tidak tahu akan
ketersediaan jadwal tersebut.
6. Tepat Waktu
Untuk ketepatan waktu, 11% responden mengtakan tepat waktu, 25%
mengatakan cukup tepat waktu, 48% mengatakan kurang tepat waktu, dan 16%
mengatakan tidak tepat waktu. Berdasarkan hasil pengamatan, untuk transportasi laut
sering terjadi keterlambatan dimana jadwal yang di tentukan dan tertera pada tiket
tidak sesuai. Keterlambatan kapal disebabkan oleh proses pengangkutan dan
pembongkaran muatan pada pelabuhan-pelabuhan lain sebelum tiba di jayapura.
7. Nyaman
Kenyamanan dapat dilihat bahwa 12% mengatakan nyaman, 23% mengatakan
cukup nyaman, 46% mengatakan kurang nyaman dan 19% mengatakan tidak
nyaman. Berdasarkan hasil pengamatan, pada moda transportasi laut terdapat
fasilitas tempat hiburan seperti bioskop dan caf. Kabin dan setiap Dek terdapat AC
dan televisi, tempat tidur penumpang ada yang berkasur dan ada yang tidak, fasilitas
toilet tidak bersih, ruang kelas ekonomi tidak teratur. Yang membuat sebagian besar
penumpang merasa tidak nyaman adalah fasilitas toilet yang tidak bersih dan
penumpang banyak yang merokok di ruang ber AC meskipun sudah ada tanda
dilarang merokok dan sering kali ada pengumuman diatas kapal untuk tidak merokok
di ruang berAc . Hal ini terjadi karena kurangnya kesadaran penumpang. Pada
terminal penumpang, Berdasarkan pengamatan terminal penumpang di pelabuhan
Jayapura sudah cukup memadai hanya saja ruangan tersebut terlihat kurang bersih,
fasilitas umum seperti toilet juga tidak bersih, tidak teratur, tempat duduk penumpang
yang disediakan tidak mencukupi disebabkan karena tidak hanya penumpang yang
bisa masuk ke terminal penupang melaikan semua pengantar juga bisa ikut masuk ke
terminal penumpang.
8. Trarif Terjangkau
Dari hasil wawancara, 12% mengatakan sangat murah, 53% mengatakan
murah, 25% mengatakan cukup murah dan 10% responden mengatakan mahal. Tarif
angkutan kapal dikatakan murah karena harga tiket yang relatif terjangkau dan dapat
membawa barang bawaan dalam jumlah yang besar tanpa ada biaya tambahan.
9. Aman
12

Berdasarkan hasil wawancara dengan responden, 9% mengatakan aman, 26%
mengatakan cukup aman, 51% mengatakan kurang aman dan 14% mengatakan tidak
aman. Dengan waktu tempuh perjalanan yang cukup lama, seringkali terjadi
pencurian dan pencopetan terhadap barang bawaan penumpang seperti hp, dompet,
uang dll. Perkelahian diatas kapal juga kadang terjadi. Meskipun di kapal terdapat
pos keamanan dan petugas keamanan, ini tidak menjamin keamanan penumpang
terhadap hilangnya barang bawaan mereka.
f. Analisis Kinerja Transportasi Udara
1. Selamat


Tabel 16. Jumlah kecelakaan
No Tahun Jumlah Pergerakan Jumlah Insiden persentase
1.
2.
3.
2008
2009
2010
36.756
40.285
42.638
6
1
0
0,02
0,00
0,00
Hasil Analisis
2. Aksesibilitas
Bandar udara Sentani terletak di ibukota kabupaten Jayapura yaitu Sentani.
Jarak antara pelabuhan Jayapura dan bandara Sentani 40 km, dapat ditempuh dalam
waktu 50 menit. kondisi Jalan dari pelabuhan Jayapura sampai ke bandara pada
umumnya baik maka diklasifikasikan aksesibilitas dari kota Jayapura menuju bandara
adalah aksesibilitas menengah.
Angkutan udara Niaga menguhubungkan antar Provinsi dan antar kabupaten
dalam provinsi antara lain Timika, Biak, Merauke, Sorong, Wamena, Tanah Merah,
Sarmi, Serui dan Oksibil. Angkutan udara perintis diharapkan dapat menjangakau
seluruh wilayah terisolasi di Papua. Untuk angkutan udara, jumlah bandara yang ada
di provinsi Papua sebanyak 56 bandara. Bandara sentani hanya melayani 12
kabupaten, ini berarti ada 44 bandara yang ada di Papua belum ada rute perjalanan
dari Jayapura.
3. Terpadu
Keterpaduan antara moda transportasi udara dengan moda transportasi jalan
mendukung pergerakan orang dan barang dari luar kota Jayapura menuju ke kota
Jayapura atau sebaliknya. Seperti yang terlihat pada gamabar, setelah turun dari
pesawat, penumpang dapat memilih angkutan transportasi jalan baik menggunakan
angkutan pribadi, ataupun taksi bandara untuk melakukan perjalanan selanjutnya
menuju ke tempat tujuan.
4. Kapasitas
Angkutan udara niaga antar provinsi telah mencukupi kapasitas jumlah
permintaan sesuai dengan seat yang ada namun untuk angkutan udara niaga antar
13

kabupaten dan angkutan udara perintis tidak mencukupi dalam arti kurangnya jumlah
armada yang tersedia. Jumlah permintaan tidak sesuai dengan seat yang tersedia.
5. Teratur
Untuk transportasi udara, 54% teratur, 37% cukup teratur, 9% kurang teratur.
Jadwal untuk keberangkatan dan kedatangan pesawat niaga berjadwal yang melayani
penerbangan antar provinsi mudah dilihat pada agen-agen travel yang berada di kota
maupun kabupaten jayapura. Sedangkan untuk penerbangan antar kabupaten dalam
provinsi, tiket dan jadwalnya dapat dilihat langsung di loket pembelian tiket di
bandara.
6. Tepat Waktu
Bedasarkan hasil survey ketepatan waktu kedatangan dan keberangkatan
kapal, 35% mengatakan tepat waktu, 47% mengatakan cukup dan 18% mengatakan
kurang.
Moda transportasi udara niaga dengan rute antar wilayah provinsi jarang
terjadi keterlambatan, untuk rute antar kabupaten dalam provinsi biasa terjadi
keterlabatan ini disebabkan oleh proses pengaturan barang di pesawat dan faktor
cuaca yang mempengaruhi penerbangan.
7. Nyaman
Beradasarkan hasil wawancara terhadap responden tentang ransa nyaman dan
ketersediaan fasilitas yang memberikan rasa nyaman pada moda transportasi udara,
8% mengatakan sangat nyaman, 42% mengatakan nyaman, 38% mengatakan cukup
nyaman dan 12% mengatakan kurang nyaman. Pada moda transportasi terdapat AC,
majalah yang memberikan kenyamaman kepada penumpang serta fasilitas toilet yang
bersih. Pada ruang tunggu penumpang pesawat ruangannya bersih, toiletnya kurang
bersih dan jumlah kursi tidak mencukupi pada saat jam sibuk keberangkatan pesawat.
8. Tarif Terjangkau
Dari hasil wawancara, 15% mengatakan cukup murah, 47% mengatakan
mahal dan 38% mengatakan sangat mahal. Berdasarkan hasil pengamatan, harga
penjualan tiket melebihi dari tarif yang telah ditentukan oleh pemerintah berdasarkan
keputusan menteri no. KM 26 tahun 2010, tarif pelayanan angkutan kelas ekonomi
angkutan udara niaga berjadwal dari Jayapura tujuan Biak dengan menggunakan
pesawat (pesawat jet) Rp. 1. 017.000 dan Rp. 1.296.000 (pesawat Propeller).
Sedangkan Harga tiket pesawat di lapangan berkisar antara Rp. 1.610.000
1.950.000,-. Dengan waktu tempuh 60 menit. Untuk tarif angkutan udara perintis
berdasarkan peraturan menteri perhubungan no. PM 73 2011. Untuk rute Jayapura-
oksibil Rp. 190.000,- sulitnya memperoleh tiket pesawat perintis sehingga ada calo
yang bermain dalam penjualan tiket yang dijual dengan harga Rp.700.000,- meskipun
demikian, tiket dengan harga tinggi juga laku terjual karena seat dan armada yang
terbatas sedangkan permintaan sangat banyak.
9. Aman
14

Dari grafik keamanan moda transportasi udara 50% responden mengatan
aman, 43% mengatakan cukup aman, 5% mengatakan kurang aman dan 2%
mengatakan sangat aman. Untuk moda transportasi udara, tidak ada laporan
penumpang mengenai kehilangan barang. Karena setiap barang bawaan/bagasi
penumpang di beri kode dan nomor, barang dimasukkan kedalam bagasi khusus,
tidak bergabung dengan penumpang.
g. Strategi Peningkatan Kinerja

1. Kinerja transportasi laut ditinjau dari aspek keamanan
Berdasarkan 9 indikator yang telah dianalisis sesuai persepsi masyarakat,
maka yang dianggap paling penting untuk dibenahi adalah masalah keamanan dalam
melakukan perjalan. Tidak adanya jaminan keamanan kepada penumpang kapal
terhadap kehilangan barang bawaan dan tindak kejahatan diatas kapal. ini
menyebabkan kerugian yang ditanggung sendiri oleh pengguna angkutan kapal.

Tabel 1. Formulasi strategi SWOT transportasi Laut terhadap aspek keamanan
Internal







Eksternal
Kekuatan (S):
1. Adanya pos keamanan
diatas kapal
2. Adanya petugas
keamanan

Kelemahan (W):
1. Petugas keamanan
tidak melakukan
patroli keliling
2. kurang ketatnya
pemeriksaan tiket pada
waktu naik ke kapal

Peluang (O):
1. KUHP pasal 363
tentang pencurian
2. KUHP pasal 438
tentang kejahatan
pelayaran

Startegi S-O:
1. Perlunya penambahan
petugas dan posko
keamanan di setiap
dek.
2. Sosialisasikan KUHP
tentang pencurian dan
kejahatan pelayaran
dan ancaman hukuman
bagi pelaku kejahatan
3. Tindak tegas pelaku
yang kedapatan
melanggar KUHP
pasal 363 dan KUHP
pasal 438

Strategi W-O:
1. Memberikan sanksi
yang tegas bagi pelaku
kejahatan di atas kapal
2. Petugas keamanan
harus menjalankan
tugas sesuai
dengntupoksinya
3. Peningkatan
manajemen
pemeriksaan tiket
sebalum naik ke kapal

15

Internal







Eksternal
Kekuatan (S):
1. Adanya pos keamanan
diatas kapal
2. Adanya petugas
keamanan

Kelemahan (W):
1. Petugas keamanan
tidak melakukan
patroli keliling
2. kurang ketatnya
pemeriksaan tiket pada
waktu naik ke kapal

Ancaman (T):
1. Banyaknya jumlah
penumpang
2. Banyaknya pedagang
asongan
3. Adanya penumpang
gelap
Strategi S-T:
1. Larangan bagi
pedagang asongan
yang akan naik ke
kapal
2. Tindak tegas
penumpang yang tidak
memiliki tiket

Strategi W-T:
1. Mengatur jam patroli
petugas keamanan
diatas kapal selama 24
jam
Sumber: Hasil Analisis
2. Kinerja Transportasi Udara terhadap tarif harga tiket
Berdasarkan 9 indikator yang telah dianalisis sesuai persepsi masyarakat,
maka yang dianggap paling penting utuk di benahi adalah masalah tarif angkutan
udara. untuk tarif angkutan udara antar provinsi, harganya sudah sesuai dan tiketnya
juga dapat diperoleh dengan mudah di agen penjualan tiket. Namun untuk penjualan
tiket perjalanan antar kabupaten dalam provinsi harus dibeli langsung di loket
penjualan tiket yang ada di bandara. Terbatasnya jumlah seat dan sulitnya
memperoleh tiket resmi di loket menjadi permasalahan yang sering dialami oleh
calon penumpang. Ini disebabkan karena adanya calo tiket yang bermain dalam
penjualan tiket. Hal ini menjadi sangat fatal apabila banyak penumpang yang tidak
kebagian tiket dengan harga yang normal.

Tabel.14 Formulasi strategi SWOT
Intrnal Faktor





Eksternal Faktor
Kekuatan (S):
1. Adanya tarif dasar
harga tiket sesuai
Keputusan Menteri
No. KM 26 tahun 2010
2. Tersedianya loket
penjualan tiket
Kelemahan (W):
1. Tidak ada
pengumuman
pemberitahuan jam
kerja petugas loket
2. Jumlah seat terbatas
3. Ada calo tiket
Peluang (O):
1. Belum adanya
transportasi jalan yang
Startegi S-O:
1. Membuka akses
transportasi darat
Strategi W-O:
1. Memasang jadwal
kerja petugas pada
16

menghubungkan
wilayah pegunungan
2. Banyaknya calon
penumpang
untuk menghubungkan
Jayapura dengan
wilayah pegunungan
2. Penetapan harga tiket
merujuk pada
keputusan menteri no.
KM 26 tahun 2010
3. Perbanyak loket/ agen
penjualan tiket agar
calon penumpang
mudah dalam
memperoleh tiket
4. Pembelian tiket dapat
dilakukan secara on
line

loket pembelian tiket
2. Perlunya tindakan yang
tegas kepada para calo
tiket
3. Menambah jumlah
sarana/ armada
angkutan udara dengan
melkukan kerjasama
dengan pihak
penerbangan swasta

Ancaman (T):
1. Tarif angkutan mahal
2. Nama penumpang
tidak sesuai dengan
nama di KTP
3. Calon penumpang
melakukan tindakan
yang tidak diinginkan
Strategi S-T:
1. Perketat pemeriksaan
tiket dengan
melampirkan KTP
calon penumpang
2. Pemasangan
pengumunan waktu
pejualan tiket
3. Tindak tegas calo yang
kedapatan menjual
tiket.
4. Perlunya pengamanan
terhadap calon
penumpang yang
melakukan hal yang
tidak diinginkan

Strategi W-T:
1. Sanksi yang tegas
kepada para calo tiket
2. Perlunya penataan
penyelenggaraan
sistem penjualan tiket
yang lebih baik
Sumber: Hasil Analisis

KESIMPULAN
Berdasarkan pada hasil analisis yang sudah dilakukan, maka dapat
disimpulkan bahwa :
1. Kondisi kinerja pelayanan transportasi laut di Jayapura berdasarkan 9 indikator
menunjukkan bahwa kinerja pelayanan transportasi laut tersebut memiliki kinerja
yang kurang efektif dan efisien. Dimana terlihat bahwa belum adanya
keterpaduan intra moda, tidak adanya keteraturan jadwal kedatangan dan
17

keberangkatan kapal. penumpang tidak membudayakan antri untuk naik ke kapal
sehingga berdesak-desakan. Ketepatan waktu tiba dan berangkat tidak sesuai
dengan jadwal yang tertera pada tiket. Kurangnya kenyamanan dan keamanan di
ataskapal maupun di terminal penumpang.
2. Kondisi kinerja pelayanan transportasi udara di Jayapura berdasarkan 9 indikator
menunjukkan bahwa kinerja transportasi udara cukup efektif dan efisien.
Sebagian besar wilayah terisolasi belum dapat terlayani, kurangnya armada
pesawat dalam memenuhi permintaan penumpang.
3. Strategi penanganan untuk peningkatan kinerja transportasi laut berada pada
kuadran I S-O agresif yang berarti strategi dengan menggunakan kekuatan untuk
meraih peluang yang ada.
4. Strategi penanganan untuk peningkatan kinerja transportasi udara berada pada
kuadran I S-O agresif yang berarti strategi dengan menggunakan kekuatan untuk
meraih peluang yang ada.

SARAN

Dari hasil kesimpulan tersebut diatas, ada beberapa saran sebagai berikut:
1. Pengembangan jaringan pelayanan transportasi udara harus dilakukan secara
merata keseluruh pelosok yang disertai dengan pembangunan prasarana yang
dibutuhkan agar seluruh wilayah terisolir dapat dijangkau. Perlunya koordinasi
yang baik antar instasi untuk meningkatkan keteraturan, ketepatan waktu dan
kesesuaian harga tiket.
2. Dalam rangka mewujudkan sistem transportasi yang terpadu, efektif dan efisien
serta harmonis, maka dibutuhkan studi perencanaan transportasi wilayah
(tatrawil) di kota Jayapura sebagai tindak lanjut dari Tatranas, sehingga untuk
keadaan dimasa mendatang dibutuhkan keterpaduan program pembangunan
melalui koordinasi antar sektoral, baik secara lokal maupun regional serta
nasional guna mewujudkan sistem transportasi (termasuk SDM, organisasi, dan
regulasi) yang terpadu, efektif dan efisien.


DAFTAR PUSTAKA

Anonim, jumlah kecelakaan pesawat di papua, 2008 sumber www. Biakrasin blog
spot.com
Adisasmita, R., 2006. Perencanaan Jaringan Transportasi. LEPHAS UNHAS,
Makassar.
., 2005. Ekonomi Prasarana Transportasi. LEPHAS UNHAS,
Makassar.
18

Badan Koordinasi Keamanan Laut, 2009. Kebijakan Keselamatan dan Keamanan
Transportasi Laut, Jakarta
Badan Pusat Statistik Provinsi Papua, 2010. Papua Dalam Angka.
Badan Pusat Statistik Kota Jayapura, 2010. Pendapatan Domestik Regional Brutto.
Departemen perhubungan RI, 2005. Cetak Biru Transportasi Udara, Jakarta
Hobbs FD., 1995. Perencanaan dan Teknis Lalu Lintas. Edisi Ke dua, Gadja Mada
Universty Press, Yogyakarta.
Jinca, M,Y., 2007. Dasar-Dasar Transportasi. Bahan Kuliah Fakultas Teknik
Universitas Hasanuddin, Makassar.
Jinca, M,Y. dkk, 2002. Perencanaan Transportasi. Kerjasama Fakultas Teknik
Unhas Makassar dengan Pusat Pendidikan Keahlian Teknik BPSDM
Departemen Prasarana Wilayah, Bandung.
Miro, F., 2004. Perencanaan Transportasi. Erlangga, Jakarta.
Miro, F., 1997. Sistem Transportasi Kota. Tarsito, Bandung.
Morlok, E. K., 1985. Pengantar Teknik Perencanaan Transportasi. Terjemahan oleh
Hainin, J.K., Erlangga, Jakarta.
Peraturan Menteri Perhubungan No. KM 49 Tahun 2005. Tentang Sistem
Transportasi Nasional, Jakarta.
Pedoman Penulisan Tesis dan Disertasi Edisi 4, Program Pasca Sarjana Universitas
Hasanuddin, Makassar.
Nasution, M.N., 2004. Manajemen Transportasi. Ghalia Indonesia, Jakarta.
Rustiadi, E, dkk., 2009. Perencanaan dan Pengembangan Wilayah. Yayasan Obor
Indonesia, Jakarta.
Tamin, O.Z., 2000. Perencanaan Permodelan Transportasi. ITB, Bandung.
Undang-Undang Republik Indonesia No. 17 Tahun 2008. Tentang pelayaran Jakarta.
Undang-Undang Republik Indonesia No. 21 Tahun 2001. Tentang otonomi khusus,
Jakarta.
Undang-Undang Republik Indonesia No. 15 Tahun 1992. Tentang penerbangan,
Jakarta.
19

Warpani, S., 1980. Analisis Kota dan Daerah. ITB, Bandung.
., 1990. Merencanakan Sistem Perangkutan. ITB, Bandung.

S-ar putea să vă placă și