FGD RTBL Kawasan Strategis Provinsi Pendidikan Jatinangor
Sumedang, 8 Agustus 2014
Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL) RTBL adalah panduan rancang bangun suatu lingkungan/kawasan yang dimaksudkan untuk mengendalikan pemanfaatan ruang, penataan bangunan dan lingkungan, serta memuat materi pokok ketentuan program bangunan dan lingkungan, rencana umum dan panduan rancangan, rencana investasi, ketentuan pengendalian rencana, dan pedoman pengendalian pelaksanaan pengembangan lingkungan/kawasan yang penetapannya menjadi peraturan gubernur/ bupati/walikota. Kedudukan RTBL dalam Pengendalian Bangunan Gedung dan Lingkungan
RDTR termasuk peraturan zonasi berfungsi sebagai salah satu dasar dalam pengendalian pemanfaatan ruang dan sekaligus menjadi dasar penyusunan RTBL bagi zona-zona yang pada RDTR ditentukan sebagai zona yang penanganannya diprioritaskan. Hubungan antara RTRW Kabupaten/Kota, RDTR, dan RTBL serta Wilayah Perencanaannya.
Ketentuan intensitas pemanfaatan ruang merupakan salah satu komponen penataan dalam penyusunan Rencana Umum dan Panduan Rancangan dalam RTBL. Ketentuan intensitas pemanfaatan ruang adalah ketentuan mengenai besaran pembangunan yang diperbolehkan pada suatu zona yang meliputi: 1. KDB (Koefisien Dasar Bangunan) Maksimum ditetapkan dengan mempertimbangkan tingkat pengisian atau peresapan air, kapasitas drainase, dan jenis penggunaan lahan. 2. KLB (Koefisien Lantai Bangunan) Maksimum ditetapkan dengan mempertimbangkan harga lahan, ketersediaan dan tingkat pelayanan prasarana (jalan), dampak atau kebutuhan terhadap prasarana tambahan, serta ekonomi dan pembiayaan. 3. Ketinggian Bangunan Maksimum. 4. KDH Minimal digunakan untuk mewujudkan RTH dan diberlakukan secara umum pada suatu zona. KDH minimal ditetapkan dengan mempertimbangkan tingkat pengisian atau peresapan air dan kapasitas drainase. 5. Koefisien Tapak Basement (KTB) Maksimum ditetapkan dengan mempertimbangkan KDH minimal. 6. Sistem Insentif-Disinsentif Pengembangan, terdiriatas: Insentif Luas Bangunan, yaitu insentif yang terkait dengan KLB dan diberikan apabila bangunan gedung terbangun memenuhi persyaratan peruntukan lantai dasar yang dianjurkan. Luas lantai bangunan yang ditempati oleh fungsi tersebut dipertimbangkan untuk tidak diperhitungkan dalam KLB. Insentif Langsung, yaitu insentif yang memungkinkan penambahan luas lantai maksimum bagi bangunan gedung yang menyediakan fasilitas umum berupa sumbangan positif bagi lingkungan permukiman terpadu; termasuk di antaranya jalur pejalan kaki, ruang terbuka umum, dan fasilitas umum.
WILAYAH PERENCANAAN
RENCANA
RTRW kabupaten/kota RDTR
BWP
Wilayah kabupaten/kota Sub BWP
RTBL
:
Dirincikan lebih lanjut menjadi
: Wilayah perencanaan dibagi lagi menjadi :
Wilayah perencanaan adalah 7. Sistem Pengalihan Nilai Koefisien Lantai Bangunan (TDR=Transfer of Development Right), yaitu hak pemilik bangunan/pengembang yang dapat dialihkan kepada pihak atau lahan lain, yang dihitung berdasarkan pengalihan nilai KLB, yaitu selisih antara KLB aturan dan KLB terbangun. Maksimum KLB yang dapat dialihkan pada umumnyasebesar 10% dari nilai KLB yang ditetapkan. Pengalihan nilai KLB hanya dimungkinkan bila terletak dalam satu daerah perencanaan yang sama dan terpadu, serta yang bersangkutan telah memanfaatkan minimal 60% KLB-nya dari KLB yang sudah ditetapkan pada daerah perencanaan. Pengalihan ini terdiri atas: Hak Pembangunan Bawah Tanah, hak ini memungkinkan pembangunan fungsi-fungsi di bawah tanah yang tidak diperhitungkan ke dalam KLB yang dimiliki bangunan gedung di atasnya Hak Pembangunan Layang (Air Right Development), merupakan mekanisme yang mirip dengan Hak Pembangunan Bawah Tanah, namun berlaku untuk pembangunan di atas prasarana umum (melayang), seperti jalan, yaitu berupa bangunan pedestrian layang atau bangunan komersial layang.
Struktur dan Sistematika RTBL
Contoh Perhitungan Penentuan KDB dan KLB
Penentuan KDB ditinjau dari aspek lingkungan dengan tujuan untuk mengendalikan luas bangunan di suatu lahan pada batas-batas tertentu sehingga tidak mengganggu penyerapan air hujan ke tanah. Nilai KDB dapat dihitung melalui debit infiltrasi air pada suatu daerah sebagai berikut:
= (( ))/ %
dimana : = / OS = luas kawasan yang harus dilestarikan Iinf = intensitas infiltrasi (l/detik)
Lalu debit dan intensitas infiltrasi air adalah:
Qinf = C x I x A Qinf = debit infiltrasi air (l/detik) C = koefisien infiltrasi I = intensitas infiltrasi minimum (l/detik) A = luas lahan (ha/m2)
dan
Iinf = S x A Iinf = intensitas infiltrasi (l/detik) S = koefisien penyimpanan A = luas lahan (ha/m2)
Koefisien infiltrasi (C) tergantung dari jenis bidang yang menutupi di atasnya, apakah itu dari bahan kedap air ataupun dari rumput masing-masing mempunyai koefisien tertentu seperti pada tabel berikut:
No Daerah Tangkapan Kemiringan Tanah 0-5 % 5-10 % 10- 30% 1 Sedikit tanah terbuka, sedikit penghijauan, infiltrasinya sedikit 1,8 1,9 2,2 2 Cukup tanah terbuka, 50% penghijauan, infiltrasinya sedang 1,2 1,4 1,7 3 Daerah terbuka, penghijauannya banyak/padat, infiltrasinya tinggi 0,8 1,0 1,2 Sumber: Stern, 1979 dalam Suwandono, 1988
Contoh: Diketahui di suatu daerah: Luas area : 3,2975 ha = 32975 m 2
Intensitas infiltrasi (I) : 1101 mm/166 hari (ada tabelnya) Koefisien infiltrasi (C) : 1,8 (pada kemiringan 0-5%) Koefisien penyimpanan air (S) : 0,0018 berdasarkan hasil pemboran setempat (Setiap pengambilan 0,18 m 3 terjadi penurunan sebanyak 1 m/100 m 2 )
Maka untuk 3.2975 ha dapat diambil air tanahnya sebanyak:
Iinf = S x A = 0.0018 x 32975 l/menit = 59,35 l/menit = 0,98 l/detik
Qinf = C.I.A = 1,8 x (6,67 x 10 -3 m 3 /detik) x (32975 m 2 ) = 0,0045564 m 3 /detik = 4,5564l/detik
Debit infiltrasi untuk luas 1 ha:
Q1ha = (Qinf /A)
= 1,38 l /detik/ha
Sehingga untuk kebutuhan 0,98 l/detik pada luas 3,2975 ha, luas daerah yang harus dilestarikan:
Luas KDB maksimum:
KDB Maksimum = (2.5807/3.2975) x 100% = 78%
Perhitungan Ketinggian Bangunan Berdasarkan FAR (Floor Area Ratio)
FAR/KLB = Total Luas Lahan Luas Lahan yang boleh Terbangun = 3.2975 = 1.28 2.5720
Contoh Penggunaan KDB dan KLB Suatu wilayah memiliki ketentuan KDB dan KLB maksimum: 78% dan 1.28. Apabila kita memiliki luas lahan sebesar 3000m 2 di wilayah tersebut, maka: Luas lahan yang dapat dibangun: KDB x Luas Total Lahan = 78% x 3000 m 2 = 2340 m 2
Luas total lantai yang dapat dibangun: KLB x Luas Total Lahan= 1.28 x 3000 m 2 = 3840 m 2
Jumlah Lantai yang dapat dibangun: Luas total lantai yang dapat dibangun/ Luas lahan yang dapat dibangun = 3840/2340 = 1.65 lantai = 2 lantai.