Sunteți pe pagina 1din 7

NAMA: VIVI SILVIA ANGGARA

NIM: 131411123065
KELAS: B17/ AJ1

KONSEP TERAPI BERMAIN
A. Definisi
Konsep bermain menurut Soetjiningsih,2004, bermain adalah unsur yang
paling penting untuk perkembangan anak baik fisik, emosi, mental, intelektual,
kreativitas dan sosial.Dimana anak mendapat kesempatan cukup untuk bermain akan
menjadi orang dewasa yang mudah berteman,kreatif dan cerdas bila dibandingkan
dengan mereka yang masa kecilnya kurang mendapat kesempatan bermain.
Terapi bermain adalah bagian perawatan pada anak yang merupakan salah satu
intervensi yang efektif bagi anak untuk menurunkan atau mencegah kecemasan
sebelum dan.sesudah tindakan operatif.dengan demikian dapat dipahami bahwa di
dalam perawatan pasien anak, terapi bermain merupakan suatu kegiatan didalam
melakukan asuhan keperwatan yang sangat penting untuk mengurangi efek
hospitalisasi bayi pertumbuhan dan perkembangn anak selanjutnya (Nursalam, 2005).

B. Tujuan Bermain
1. Untuk melanjutkan perkembangan anak, pada saat anak sakit anak mengalami
gangguan dalam pertumbuhan. Kegiatan stimulasi dalam pertumbuhan dan
perkembangan harus tetap dilanjutkan
2. Mengekspresikan perasaan, ide, serta fantasinya
3. Mengembankan kreatifitas dalam memcahkan masalah
4. Dapat beradaptasi terhadap stress karena sakit dan dirawat di rumah sakit .
C. Fungsi Bermain
1. Perkembangan sensorimotor
2. Fungsi kreativitas
3. Perkembangan intelektual.
4. Fungsi sosialisasi.
5. Kesadaran Diri
6. Manfaat Terapeutik
7. Bermain sebagai terapi
8. Perkembangan moral
D. Manfaat Terapeutik Bermain
1. Anak mampu mengkomunikasikan kebutuhan, rasa takut, dan keinginan mereka
kepad pengamat yang tidak dapat mereka ekspresikan karena keterbatan
keterampilan bahasa mereka.
2. Anak mampu menerima diri dari orang dewasa dan perlu didampingi oleh orang
dewasa untuk membantu mengontrol agresi dan menyalurkan kecenderungan
dekstruktif mereka.
E. Keuntungan Terapi Bermain
1. Membuang ekstra energy
2. Mengoptimalkan pertumbuhan seluruh bagian tubuh, seperti tulang, otot dan
organ-organ
3. Aktifitas yang dilakukan dapat meningkatkan nafsu makan
4. Anak belajar mengontrol diri
5. Meningkatkan daya kreativitas
6. Berkembangnya berbagai keterampilan anak
7. Mendapat kesempatan menemukan arti dari benda yang ada di sekitar anak
8. Merupakan cara untuk mengatasi kemarahan, kekhawatiran, iri dan berduka
9. Kesempatan untuk bersosialisasi dengan anak lain
10. Kesempatan untuk mengikuti aturan dalam bermain
11. Dapat mengembangkan intelektualnya
F. Faktor Yang Mempengaruhi Aktivitas Bermain Pada Anak
1. Tahap perkembangan anak
2. Status kesehatan anak
3. Jenis kelamin anak
4. Lingkungan yang mendukung
5. Jenis permainan yang cocok dan sesuai dengan anak
G. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perkembangan Pada Anak
1. Hubungan interpersonal
2. Faktor nutrisi
3. Faktor neuroendokrin.
4. Keturunan
H. Jenis Permainan
Menurut Wong et all (2008) permainan dikategorikan menjadi dua yaitu :
1. Permainan aktif
Dimana kesenangan timbul dari apa yang dilakukan anak. Misalnya mewarnai
gambar, puzzle, dan menempel gambar.
2. Permainan pasif
Pada permainan ini anak lebih banyak melihat dan mendengar. Permainan ini
cocok apabila anak sudah lelah bermain aktif dan membuthkan sesuatu untuk
mengatasi kebosanan dan keletihannya.
Menurut wong et all (2008) permainan dapat di klasifikasikan berdasarkan
isinya antara lain: :
1. Bermain afektif sosial, adalah adanya hubungan interpersonal yang
menyenangkan antara anak dan orang lain. Misalnya: bermain "cilukba".
2. Bermain untuk senang-senang, adalah permainan yang menggunakan alat dan bisa
menimbulkan perasaan senang pada anak dan biasanya mengasyikkan. Misalnya:
memindahkan air ke botol.
3. Permainan keterampilan, adalah permainan yang membutuhkan keterampilan
anak, khususnya motorik halusdan kasar. Misalnya: memegang benda-benda
kecil, naik sepeda.
4. Permainan simbolik atau pura-pura, adalah anak memainkan peran orang lain
melalui permainannya. Misalnya: bermain sebagai ibu guru, ibu rumah tangga dll.
Klasifikasi permainan dapat ditinjau dari isi permainan dan karakter sosialnya.
1. Permainan sosial afektif
Inti permainan ini adalah adanya hubungan interpersonal yang menyenangkan
antara anak dan orang lain.
2. Permainan rasa senang
Permainan ini menggunakan alat yang dapat menimbulkan rasa senang pada anak
dan biaanya mengasyikkan.
3. Permainan keterampilan
Permainan ini akan meningkatkan ketrampilan anak, khususnya motorik kasar dan
halus.
4. Games
Games atau permainan adalah jenis permainan menggunakan alat tertentu yang
menggunakan perhitungan atau skor.
5. Perilaku Unoccupied
Anak tidak memainkan alat permainan tertentu, dan situasi atau objek yang ada di
sekelilingnya yang digunakannya sebagai alat permainan.
6. Permainan Dramatik atau pura-pura
Pada permainan ini anak memainkan peran sebagai orang lain melalui
permainannya.
Di tinjau dari karakter permainan yaitu:
1. Permainan pengamat
Anak hanya mengamati temannya yang sedang bermain, tanpa ada inisiatif untuk
ikut berpartisipasi dalam permainan.
2. Permainan Tunggal
Anak tampak berada dalam kelompok permainannya, tetapi anak bermain sendiri
dengan alat permainan yang dimilikinya, dan alat permainan tersebut berbeda
dengan alat permainan yang digunakan temannya, tidak ada kerja sama, ataupun
komunikasi dengan teman sepermainannya.
3. Permainan Parallel
Anak dapat menggunakan alat permainan yang sama, tetapi antara satu anak
dengan anak lain tidak terjadi kontak satu sama lain sehingga tidak ada sosialisasi
satu sama lain.
4. Permainan Asosiatif
Pada permainan ini sudah terjadi komunikasi antara satu anak dengan anak lain,
tetapi tidak terorganisasi, tidak ada pemimpin atau yang memimpin permainan,
dan tujuan permainan tidak jelas
5. Permainan Kooperatif
Aturan permainan dalam kelompok tampak lebih jelas pada permainan jenis ini,
juga tujuan dan pemimpin permainan
Macam-macam bermain menurut kualitas permainan :
1. Constructive Play
Tipe bermain ini mengajarkan anak menciptakan sesuatu, dimulai ketika anak
bayi dan menjadi lebih kompleks sesuai fase pertumbuhan anak. Pada bayi, bayi
akan mengambil benda dan meletakkan di mulutnya. Usia toddler diketahui
bahwa anak akan mulai menggambar, bermain pasir dan balok susun. Anak
dengan percaya diri akan menyusun dan memanipulasi benda menjadi bentuk
yang lebih bagus seperti yang dia inginkan.
2. Expressive Play
Merupakan tipe permainan yang mengajarkan anak untuk mengekspresikan
perasaannya. Orangtua dapat menggunakan bahan seperti, tinta, crayon, pensil
warna dan marker untuk menggambar dan menulis. Untuk melakukan ekspresif
play dapat digunakan juga instrumental musik.
3. Fantasy Play
Pada permainan ini anak belajar tentang peraturan dan situasi baru. Anak juga
akan belajar bereksperimen tentang bahasa dan emosi.
4. Cooperative play
Kooperatif play diperagakan pada akhir masa pra-sekolah. Permainan ini
diterapkan dengan adanya peraturan-peraturan tertentu. Permainan dengan
peraturan mengajarkan pada anak tentang konsep bahwa hidup mempunyai
peraturan tertentu yang harus ditaati oleh semuanya.

I. Terapi Bermain Sesuai Dengan Perkembangan Anak
1. Usia 0-1 tahun untuk melatih refleks yaitu kerja sama antara mata dan tangan,
mata dan telinga dalam koordinasi
2. Usia 1-2 th : bertujuan melatih anak dalam gerakan mendorong atau menarik
imajinasi kegiatan sehari-hari beberapa bunyi dan membedakannya.
3. Usia 2-3 tahun ; bertujuan menyalurkan perasaan anak keterampilan bahasa,
motorik halus dan kasar, membedakan warna
4. Usia 3-6 th : perainan yang mengebangkan kemampuan menilai yaitu kesamaan
atau perbedaan sesuatu, kemampuan berbahasa sportivitas, koordinasi motorik dan
control emosi
Jenis permainan yang sesuai dengan tahap perkembangan anak yaitu:
1. Usia 0-1 tahun: Jenis yang aman apabila dimasukkan kemulut misalnya boneka
alat permainan yang menimbulakan suara maupun yang berwarna-warni terang
2. Usia 1-2 th : berupa balok-balok, kertas, pensil warna, buku bergambar
3. Usia 2-3 tahun : berupa peralatan gambar, puzzle sederhana, manic-manik ukuran
besar
4. Usia 3-6 th : berupa majalah anak-anak, alat gambar warna-warni, kertas origami
Macam-macam bermain sesuai tahap perkembangan usia anak :
1. Unoccupied Play
Dari mulai bayi lahir sampai berusia kira-kira 3 bulan. Bayi bergerak dengan acak,
tanpa tujuan yang jelas. Hal ini merupakan salah satu tanda bayi anda bermain.
2. Solitary Play
Dari mulai 3-18 bulan, bayi akan bermain dengan cara mereka sendiri. Karena
sangat sibuknya, bayi tidak akan memperhatikan anak lain yang duduk ataupun
bermain di sebelahnya.
3. Onlooker Play
Kebanyakan dialami pada anak usia toddlers. Anak berusaha menjalin hubungan
dengan lingkungan dan mulai belajar tentang bahasa.
4. Parallel Play
Dari mulai 18 bulan-2 tahun. Dalam parallel play, memungkinkan anak dapat
bermain peran seperti berpura-pura dan belajar memakai pakaian sendiri.
5. Associative Play
Mulai anak berumur 3-4 tahun. Lebih tertarik dengan teman-temannya daripada
mainan, anak mulai bersosialisasi dengan temannya yang lain.
Anak preschool belajar tentang apa yang boleh dan tidak boleh untuk
dilakukan. Assosiatif play mengajarkan tentang keindahan berbagi dengan teman
yang lain, perkembangan bahasa yang lebih baik, kemampuan menyelesaikan
masalah dan bekerjasama.
6. Social Play
Di sekitar umur 3 tahun, anak mulai belajar bersosialisasi dengan teman yang lain.
Anak mulai belajar saling memberi dan menerima serta bekerjasama. Seperti,
anak mulai dapat berbagi ide dan mainannya dengan temannya.
7. Motor - Physical Play
Anak mulai berlari, melompat dan bermain petak umpet dengan temannya.
Bermain fisik memberikan kesempatan pada anak untuk latihan dan
mengembangkan kemampuan otot anak. Anak akan belajar menunggu giliran dan
konsep menang dan kalah.

J. Hal Yang Perlu diperhatikan dalam pelaksanaan aktivitas bermain
1. Ekstra energy
2. Waktu
3. Alat Permainan
4. Pengetahuan Cara Bermain
5. Teman Bermain
K. Terapi Bermain Untuk Anak Autis
Prinsip-prinsip terapi bermain untuk anak autis
1. Terapis harus belajar bahasa yang diekspresikan kliennya agar dapat lebih
membantu. Karena itu metode yang disarankan adalah terapi yang berpusat pada
klien.
2. Harus disadari bahwa terapi pada populasi ini prosesnya lama dan sangat sulit
sehingga membutuhkan kesabaran yang sangat tinggi.
3. Terapis harus menghindari memandang isolasi diri anak sebagai penolakan diri
dan tidak memaksa anak untuk menjalin hubungan sampai anak betul-betul siap.
4. Terapis juga harus betul-betul sadar bahwa meskipun anak autistik dapat
mengalami kemajuan dalam terapi yang diberikan, ketrampilan sosial dan bermain
mereka mungkin tidak akan bisa betul-betul normal.
5. Terapi bagi anak penyandang autisme tidak dapat dilakukan hanya dengan terapi
tunggal.
6. Terapi bermain ini harus dilakukan oleh tenaga terapis yang sudah terlatih dan
betul-betul mencintai dunia anak dan pekerjaannya.
7. Keberhasilan program terapi bermain sangat ditentukan oleh bagus tidaknya kerja
sama terapis dengan orang tua dan orang-orang lain yang terlibat dalam
pengasuhan anak sehari-hari.

S-ar putea să vă placă și