Di susun oleh : 1. Imaningtyas Ridar 11. Troi Suryo 2. Talitha Rahma Jodi 12. Candra Dewi 3. Ambar Beby Septiani 13. Analiya Dewi 4. Riska Yunita 14. Diksi Puspita 5. Vika Asharul Ulya 15. Linda Riana 6. Evi Oktaviani 16. Endar Giri B 7. Wahyu Indah 17. Fitria Mega 8. Atturita Choiru Umma 18. Nindhita S 9. Sindi Meliana 19. Rizka H 10. Ebtabes Fianfi 20. Amanat
Jurusan Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro 2014 PREEKLAMPSIA
A. DEFINISI Preeklampsia adalah penyakit dengan tanda-tanda hipertensi, edema, dan proteinuria yang timbul karena kehamilan. Penyakit ini umumnya terjadi dalam triwulan ke-3 kehamilan, tetapi dapat terjadi sebelumnya, misalnya pada molohidatidosa (kehamilan abnormal berupa tumor jinak yang terbentuk akibat kegagalan pembentukan janin). (Wiknjosastro,2002: 282) Preeklampsia umumnya terjadi pada penderita hipertensi. Hamil pertama kali mempunyai risiko preeklampsia yang lebih besar. Preeklampsia adalah sindrom yang terjadi dari tingginya tekanan darah (hipertensi), tingginya kadar protein dalam urin dan banyak cairan yang ditahan oleh tubuh sehingga tungkai kaki ibu hamil seakan-akan menjadi bengkak. Dahulu, preeklampsia disebut toksemia atau gejala keracunan pada ibu hamil. Penyebab preeklampsia belum diketahui. (Sinsin, 2008).
B. ETIOLOGI Penyebab preeklampsia sampai sekarang belum diketahui. Telah terdapat banyak teori yang mencoba menerangkan sebab penyakit tersebut, tetapi tidak ada yang memberikan jawaban yang memuaskan. Teori yang dapat diterima, menerangkan penyebab preeklampsia sebagai berikut : 1. Faktor genetik Royston dan Armstrong (1994) menyebutkan bahwa preeklampsia merupakan penyakit yang lebih sering ditemukan pada anak wanita dari ibu penderita preeklampsia. 2. Faktor graviditas Preeklampsia merupakan gangguan yang terutama terjadi pada primigravida (kehamilan pertama). Pada umumnya preeklampsia diperkirakan sebagai penyakit pada kehamilan pertama. Bila kehamilan sebelumnya normal, maka insiden preeklampsia akan menurun pada kehamilan berikutnya. Hal ini disebabkan pada primigravida pembentukan antibodi penghambat belum sempurna sehingga meningkatkan resiko terjadinya preeklampsia. 3. Faktor umur Umur merupakan bagian dari status reproduksi yang penting. Umur yang baik untuk hamil menurut Depkes RI (2000) adalah 20-35 tahun. Wanita usia remaja yang hamil untuk pertama kali dan wanita yang hamil pada usia > 35tahun akan mempunyai resiko yang sangat tinggi untuk mengalami preeklampsia. Terjadi peningkatan resiko terjadinya preeklampsia pada ibu yang berusia kurang dari 20 tahun dan lebih dari 35 tahun (Agudelo, 2000). 4. Faktor usia gestasi Menurut Dekker (1999), preeklampsia paling sering ditemukan pada usia kehamilan di trisemester kedua. Sedangkan Taber (1994) mengatakan bahwa preeklampsia timbul setelah umur kehamilan 20 minggu. 5. Faktor Indeks Massa Tubuh Wanita obesitas mempunyai resiko mengalami preeklampsia 3 kali lebih tinggi dibandingkan dengan wanita yang berat badannya ideal dan kurus (Zhang, 1997). 6. Faktor bayi Insiden preeklampsia tiga kali lebih tinggi pada kehamilan kembar dibandingkan dengan kehamilan tunggal (Zhang, 1997). 7. Faktor riwayat penyakit Resiko preeklampsia dapat terjadi pada ibu yang memiliki riwayat hipertensi kronis, diabetes dan adanya riwayat preeklampsia/eklampsia pada kehamilan sebelumnya.
C. EPIDEMIOLOGI Di Amerika Serikat dilaporkan bahwa kejadian preeklampsia sebanyak 5% dari semua kehamilan. Yang berarti terdapat 23,6 kasus per 1000 kelahiran (Jung, 2007). Di Indonesia angka kejadian preeklampsia pada tahun 2006 adalah sebanyak 7.848 (5,8%) kasus dan yang meninggal sebanyak 166 orang yang artinya CFR preeklampsia cukup tinggi (2,7%).
D. MANIFESTASI KLINIS Gejala-gejala subjektif yang dirasakan pada preeklampsia adalah sebagai berikut. 1. Nyeri kepala Jarang ditemukan pada kasus ringan, tetapi akan sering terjadi pada kasus-kasus yang berat. Nyeri kepala sering terjadi pada daerah frontal dan oksipital, serta tidak sembuh dengan pemberian analgetik biasa. 2. Nyeri epigastrium Merupakan keluhan yang sering ditemukan pada preeklampsia berat. Keluhan ini disebabkan karena tekanan pada kapsula hepar akibat edema atau pendarahan. 3. Gangguan penglihatan Keluhan penglihatan yang tertentu dapat disebabkan oleh spasme arterial, iskemia, dan edema retina dan pada kasus-kasus yang langka disebabkan oleh ablasio retina. Pada preeklampsia ringan tidak ditemukan tanda-tanda subjektif.
E. KLASIFIKASI PREEKLAMPSIA Dari berbagai gejala, preeklampsia dibagi menjadi preeklampsia ringan dan preeklampsia berat. 1. Kriteria preeklampsia ringan : - Hipertensi dengan sistolik/diastolik > 140/90 mmHg dan <160/110 mmHg. - Proteinuria > 300 mg/24 jam atau > 1 + dipstik. - Edema generalisata yaitu pada lengan, muka, dan perut. 2. Kriteria preeklampsia berat - Tekanan darah sistolik/diastolik > 160/110 mmHg. Tekanan darah ini tidak menurun meskipun ibu hamil sudah dirawat di rumah sakit dan telah menjalani tirah baring. - Proteinuria > 5 gram/24 jam atau > 3 + dipstik. - Oliguria < 400 ml / 24 jam. - Kenaikan kadar kreatinin serum plasma > 1,2 mg/dl. - Gangguan visus dan serebral : penurunan kesadaran, nyeri kepala persisten, skotoma, dan pandangan kabur. - Nyeri epigastrium pada kuadran kanan atas abdomen akibat teregangnya kapsula glisson. - Edema paru dan sianosis. - Hemolisis mikroangipatik karena meningkatnya enzim laktat dehidrogenase. - Trombositopenia ( trombosit < 100.000 mm3). - Oligohidroamnion, pertumbuhan janin terhambat, dan abrupsio plasenta. - Gangguan fungsi hepar karena peningkatan kadar enzim ALT dan AST. 3. Eklampsia Pada umumnya gejala eklampsia didahului dengan makin memburuknya preeklampsia. Bila keadaan ini tidak diobati segera maka akan timbul kejang terutama saat persalinan (Prawiro, 1991).
F. KOMPLIKASI Komplikasi yang dapat terjadi pada ibu hamil penderita preeklampsia adalah sebagai berikut : 1. Pada ibu a. Eklampsia Apabila ibu hamil mengalami eklampsia maka akan membahayakan ibu hamil. b. Solusio plasenta Solusio plasenta adalah terlepasnya plasenta dari dinding rahim. Plasenta berfungsi untuk menyediakan nutrisi yang diperlukan bayi. Apabila plasenta terlepas maka akan terjadi penurunan suplai oksigen dan nutrisi pada bayi dan akan mengakibatkan pendarahan hebat. c. Perdarahan subkapsula hepar d. Hipofibrinogemia (kekurangan fibrinogen yang beredar) e. Sindrom HELLP (hemolisi, elevated, liver, enzymes, dan low platelet count) f. Ablasio retina (terlepasnya retina dari jaringan penyokong). g. Gagal jantung hingga syok dan kematian. 2. Pada janin a. Terhambatnya pertumbuhan dalam uterus b. Premature c. Asfiksia neonatorum d. Kematian dalam uterus e. Peningkatan angka kematian dan kesakitan prerinatal
G. PENCEGAHAN PREEKLAMPSIA Walaupun timbulnya preeklampsia tidak dapat dicegah sepenuhnya, namun frekuensi preeklampsia dapat dikurangi dengan pemberian penyuluhan dan pelaksanaan pengawasan pada ibu hamil (Prawiroharjo, 2002). Cara untuk mencegah preeklampsia adalah dengan dilakukan hal sebagai berikut : 1. Pemeriksaan antenatal yang teratur dan teliti serta mengenali tanda dan bahaya preeklampsia secara dini 2. Selalu waspada terhadap kemungkinan terjadinya preeklampsia/eklampsia apabila terdapat faktor predisposisi 3. Berikan penyuluhan tentang manfaat istirahat, tidur, ketenangan serta pentingnya mengatur diet rendah garam, lemak, karbohidrat untuk menjaga berat badan. H. ASUHAN KEPERAWATAN PADA IBU HAMIL DENGAN PREEKLAMPSIA A. PENGKAJIAN 1. Identitas Umum 2. Data Riwayat Kesehatan a. Riwayat kesehatan dahulu 1) Kemungkinan ibu menderita penyakit hipertensi sebelum ibu hamil. 2) Kemungkinan ibu mempunyai riwayat preeklampsia pada kehamilan terdahulu. 3) Biasanya mudah terjadi pada ibu dengan obesitas. 4) Ibu mungkin pernah menderita penyakit ginjal kronis. b. Riwayat kesehatan sekarang 1) Ibu merasa sakit kepala di daerah frontal. 2) Terasa sakit di ulu hati atau nyeri epigastrum. 3) Gangguan virus : penglihatan kabur, skotoma dan diplopia. 4) Mual dan muntah, tidak ada nafsu makan. 5) Gangguan serebral lainnya : terhuyung-huyung, refleks tinggi dan tidak tenang. 6) Edema pada ekstremitas. 7) Tengkuk terasa berat. 8) Kenaikan berat badan mencapai 1 kg seminggu. c. Riwayat kesehatan sekarang 1) Kemungkinan mempunyai riwayat preeklampsia dan eklampsia dalam keluarga. d. Riwayat perkawinan 1) Biasanya terjadi pada wanita yang menikah dibawah usia 20 tahun atau di atas 35 tahun. 3. Pemeriksaan Fisik Biologis a. Keadaan umum 1) Lemah b. Kepala 1) Sakit kepala 2) Wajah edema c. Mata 1) Konjungtiva sedikit anemis 2) Edema pada retina d. Pencernaan abdomen 1) Nyeri daerah epigastrum 2) Anoreksia 3) Mual dan muntah e. Ekstremitas 1) Edema pada kaki dan tangan juga pada jari-jari f. Neurosensori 1) Pusing, sakit kepala 2) Penglihatan kabur 3) Hiperrefleksia g. Eliminasi 1) Fungsi ginjal mungkin menurun (kurang dari 400 ml/24 jam) atau tidak ada. h. Sirkulasi 1) Peningkatan tekanan darah melebihi nilai dasar setelah 20 mgg kehamilan 2) Riwayat hipertensi kronis 3) Nadi menurun i. Sistem pernafasan 1) Hiper refleksia 2) Klonus pada kaki 3) Pernapasan mungkin kurang dari 14/menit 4) Krekels mungkin ada j. Nyeri / ketidaknyamanan 1) Nyeri epigastrik k. Genitourinaria 1) Oliguria 2) Proteinuria l. Seksualitas 1) Molahidatosa 2) Gerakan bayi berkurang 3) Tanda-tanda abrupsi plasenta mungkin ada
m. Pemeriksaan janin 1) Bunyi jantung janin tidak teratur 2) Gerakan janin melemah 4. Pemeriksaan Penunjang a. Pemeriksaan laboratorium a) Pemeriksaan darah lengkap dengan hapusan darah 1) Penurunan hemoglobin (nilai rujukan atau kadar normal hemoglobin untuk wanita hamil adalah 12-14 gr%) 2) Hematokrit meningkat (nila rujukan 37-43 vol%) 3) Trombosit menurun (nilai rujukan 150-450 ribu/mm3) b) Urinalisis Ditemukan protein dalam urine c) Pemeriksaan fungsi hati 1) Bilirubin meningkat (N= < 1 mg/dl) 2) LDH (laktat dehydrogenase) meningkat 3) Aspartat aminomtransferase (AST) < 60 ul 4) Serum glutamat pirufat transaminase (SGPT) meningkat (N= 14-45 u/ml) 5) Serum glutamat oxaloacetic transaminase (SGOT) meningkat (N= < 31 u/l) 6) Total protein serum menurun (N= 6,7 8,7 g/dl) d) Tes kimia darah Asam urat meningkat (N= 2,4 2,7 mg/dl) b. Radiologi a) Ultrasonografi Ditemukannya retardasi pertumbuhan janin intrauterus. Pernafasan intrauterus lambat, aktivitas janin lambat dan volume cairan ketuban sedikit b) Kardiotografi Diketahui denyut jantung bayi lemah c. Data sosial ekonomi Preklampsia berat lebih banyak terjadi pada wanita dan golongan ekonomi rendah, karena mereka kurang mengonsumsi makanan yang mengandung protein dan juga kurang melakukan perawatan antenatal yang teratur d. Data psikologis Biasanya ibu preeklampsia ini berada dalam kondisi yang labil dan mudah marah, ibu merasa khawatir akan keadaan dirinya dan keadaan janin dalam kandungannya, dia takut anaknya nanti lahir cacat atau meninggal dunia, sehingga ia takut untuk melahirkan.
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN Diagnosa keperawatan pada ibu hamil dengan preeklampsia adalah : 1. Kelebihan volume cairan interstisial yang berhubungan dengan penurunan tekanan osmotik, perubahan permeabilitas pembuluh darah. 2. Nyeri yang berhubungan dengan penumpukan ion hidrogen dan peningkatan HCl. 3. Ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan intake yang tidak adekuat. 4. Gangguan pertukaran gas yang berhubungan dengan penimbunan cairan pada paru. 5. Gangguan perfusi jaringan perifer yang berhubungan dengan penurunan cardiac output sekunder terhadap vasospasme pembuluh darah.
Mitayani. 2009. Asuhan Keperawatan Maternitas. Jakarta : Salemba Medika.
Sinsin, Iis. 2008. Seri Kesehatan Ibu dan Anak. Jakarta: Elex Media Komputindo.
Indriani, Nanien. 2012. Analisis Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Preeklampsia/Eklampsia pada Ibu Bersalin di Rumah Sakit Umum Daerah Kardinah Kota Tegal Tahun 2011. Universitas Indonesia : Fakultas Kesehatan Masyarakat.