Sunteți pe pagina 1din 8

S A P

CRIOCOTHYROTOMI dan TRACHEOSTOMI





Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Kritis I





Disusun Oleh :
Dina Ayu R. (7309008)


PRODI S1-KEPERAWATAN
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS PESANTREN TINGGI DARUL ULUM
JOMBANG
2012



PERALATAN YANG DIPAKAI


A. Criocothyrotomi
1. Betadin
2. Kasa penyerap
3. Kemasan kasa
4. Jarum katetert no.12 dan no.14
5. Peralatan jet insuflasi : Konektor berbentuk Y dan tabung O2.
Sumber O2 di flow meter
6. Spuit (5 atau 10 ml)
7. Hemostats
8. Tube trakeostomi n0.4 dan no.5
9. Endotrakeal tube (ET) 3,0mm
10. Lidokain (tanpa epineprin) 10 ml
11. Perban
12. Retractor, hok trakeal, spreder trakea (peregang)
13. Masker, sarung tangan, gaun
14. Elektrokauter
15. Sumber cahaya
B. Tracheostomi
1. Spuit yang berisi analgesia.
2. Pisau bedah.
3. Pinset anatomi.
4. Gunting panjang tumpul.
5. Sepasang pengait tumpul.
6. Benang bedah.
7. Klem arteri, gunting kecil yang tajam.
8. Kanul trakea dengan ukuran yang sesuai.
9. Bengkok


TINDAKAN YANG DILAKUKAN

A. Criocothyrotomi
a. Needle krikotirodomi
Persiapan pasien.
Persetujuan operasi yang ditanda tangani pasien atau keluarga (informed
consent) prosedur operasi, hilangnya suara, komplikasi, penjelasan
perawatan paska bedah. Dikerjakan dimanapun dengan penerangan yang
baik, alat penghisap yang memadai, ada asisten.
Antibiotika profilaksis, Cefazolin atau Clindamycin kombinasi dengan
Garamycin, dosis menyesuaikan untuk profilaksis.
Dapat dilakukan dengan anestesi lokal atau tanpa anestesi. Pada anestesi
lokal diperlukan lidokain dengan dosis maksimal 7 mg/ kg BB.
Tahap Operasi.
Kaji jalan nafas pasien, pernafasan, dan sirkulasi (ABC) dan
pertahankan untuk melindungi serta memberikan jalan nafas yang
mantap.
Ingatkan dokter terdapat kemungkinan adanya bahaya jalan nafas.
Kaji pernafasan secara adekuat ; benda asing dalam rongga mulut.
Lakukan analisa gas darah.
Pasang peralatan, stop kontak pada elektrokauter.
Berikan sedative jika diperlukan.
Baringkan pasien dalam posisi dengan leher sejajar.
Bantu dokter dalam menyiapkan daerah leher.
Arahkan sumber cahaya pada daerah leher.
Gunakan sarung tangan, masker, dan gaun.
Bantu dokter dalam membatasi daerah yang steril.
Buka jarum kateter arahkan pada daerah yang steril.
Buka endotrakeal tube.
Hubungkan Y konektor ke tabung tabung oksigen dengan flow meter
menunjukkan angka 15 L/menit.
Bantu dokter dalam memasukkan jarum 45 kedalam bagian tengah
bawah dari membrane krikotiroid.
Observasi terhadap adanya aspirasi udara.
Bantu dalam mengontrol perdarahan bila terlihat.
Kaji ekspansi paru dalam dengan cara auskultasi.
Amankan peralatan pada leher.
b. Bedah krikotiroidotomi
Langkah pertama sampai kesebelas sama dengan langkah needle
krikotiroidotomi.
Jika pasien sadar, bantu dokter dalam melakukan anastesi local.
Buka ET atau tube trakeostomi seperti yang dimaksud, arahkan pada
daerah steril.
Bantu dalam menyiapkan ventilator, atau persediaan oksigen dengan
adaptor.
Bantu dokter dengan mengarahkan cahaya pada leher, pertahankanleher
dalam posisi netral, pastikan spuit siap untuk mengemabngkan manset
trakeostomi.
Bantu dalam mengatasi perdarahan jika terlihat.
Observasi ekspansi dada setelah manset dikembangkan.
Lakukan auskultasi dada secara bilateral untuk mengetahui ventilasi
yang adekuat.
Bantu dokter dalam melakukan fiksasi tube.
B. Trakeostomi
1. Persiapan pasien.
1. Posisikan pasien berbaring terlentang dengan bagian kaki lebih rendah
30 untuk menurunkan tekanan vena sentral pada vena-vena leher.
2. Bahu diganjal dengan bantalan kecil sehingga memudahkan kepala
untuk diekstensikan pada persendian atalanto oksipital. Dengan posisi
seperti ini leher akan lurus dan trakea akan terletak di garis median
dekat permukaan leher.
3. Kulit leher dibersihkan sesuai dengan prinsip aseptik dan antiseptik
dan ditutup dengan kain steril. Obat anestetikum disuntikkan di
pertengahan krikoid dengan fossa suprasternal secara infiltrasi.
Prosedur inti.
1. Sayatan kulit 5 sentimeter, vertikal di garis tengah leher mulai dari
bawah krikoid sampai fosa suprasternal, sedangkan sayatan horizontal
di pertengahan jarak antara kartilago krikoid dengan fosa suprasternal
atau kira-kira dua jari dari bawah krikoid orang dewasa.
2. Dengan gunting panjang yang tumpul, kulit serta jaringan di bawahnya
dipisahkan lapis demi lapis dan ditarik ke lateral dengan pengait
tumpul sampai tampak trakea yang berupa pipa dengan susunan cincin
tulang rawan yang berwarna putih. Bila lapisan ini dan jaringan di
bawahnya dibuka tepat di tengah maka trakea ini mudah ditemukan.
Pembuluh darah vena jugularis anterior yang tampak ditarik ke lateral.
Ismuth tiroid yang ditemukan ditarik ke atas supaya cincin trakea jelas
terlihat. Jika tidak mungkin, ismuth tiroid diklem pada dua tempat dan
dipotong ditengahnya. Sebelum klem ini dilepaskan ismuth tiroid
diikat kedua tepinya dan disisihkan ke lateral. Perdarahan dihentikan
dan jika perlu diikat.
a. Prosedur perawatan selang trakeostomi
Jelaskan prosedur pada pasien sebelum memulai dan berikan
ketenangan selama penghisap, karena pasien mungkin gelisah
berkenaan dengan tersedak dan ketidakmampuan untuk berkomunikasi.
Mulai dengan mencuci tangan secra menyeluruh.
Hidupkan sumber mesin penghisap / suvtion (tekanan tidak boleh
melebihi 120 mmHg).
Buka kit kateter penghisap.
Isi kom dengan normal salin steril.
Ventilasi pasien dengan bagian resusitasi manual dan aliran oksigen
yang tinggi.
Kenakan sarung tangan pada tangan yang dominan.
Ambil kateter penghisap dengan tangan non dominan dan hubungkan
ke penghisap.
Hiperinflasi atau hiperoksigenasikan paru paru pasien selama
beberapa kali nafas dalam dengan kantung yang dapat mengembang
sendiri.
Masukkan kateter sejauh mungkin sampai ujung selang tanpa
memberikan isapan, cukup untuk menstimulasi refleks batuk.
Beri isapan sambil menarik kateter, memutar kateter dengan perlahan
360 ( tidak lebih dari 10 detik sampai 15 detik, karena pasien dapat
menjadi hipoksik dan mengalami disritmia, yang dapat mengarah pada
henti jantung )
Reoksigenasikan dan inflasikan paru paru pasien selama beberapa
kali nafas.
Masukkan 3 sampai 5 ml normal salin ke dalam jalan nafas hanya jika
reflek batuk tertekan.
Ulangi empat langkah sebelumnya sampai jalan nafas bersih.
Bilas kateter dalam kom dengan normal salin steril antara tindakan
penghisapan bila perlu.
Hisap kavitas orofaring setelah menyelesaikan penghisapan trakeal.
Bilas selang penghisap.
Buang kateter, sarung tangankedalam tempat kotor.










EVALUASI TINDAKAN

A. Criocothyrotomi
Kaji masukan dan haluaran.
Periksa nadi.
Kaji jalan nafas, sudah efektif atau belum.
Observasi kembali ABC.
Lakukan pemeriksaan ulang analisa gas darah.
Observasi tanda tanda vital serta tingkat kesadaran pasien.

B. Trakeostomi
Kaji masukan dan haluaran.
Berat jenis urine.
Jumlah dan kateter sekresi.
Pemberian pelembaban
Catat perkembangan.
Pantau suction selang trakeostomi setiap jam yg bertujuan penghisapan
teratur menghilangkan sekresi yg menumpuk.
Mempertahankan teknik steril untuk memberi perlindungan infeksi.
Kaji batas stoma terhadap edema, tanda keruasakan kulit, drainase,
perdarahan, bau, eritema, lesi, dan krepitus udara. Drainase abnormal
dapat menunjukkan infeksi (purulen, bau).
Ganti balitan trakeostomi sesuai kebutuhan untuk mempertahankan batas
stoma tetap kering dan bebas mukus.








DAFTAR PUSTAKA


Brunner dan Suddart. 1994. Keperawatan Medikal Bedah I, edisi 8, vol 1. EGC :
Jakarta
Mancini, Mary E. 1994. Pedoman praktis prosedur keperawatan darurat (pocket
manual of emergency nursing procedures), alih bahas/editor, Ni Luh
Gede Yasmin Asih. EGC : Jakarta.
http://dc255.4shared.com/doc/jqjJ4pXX/preview.html diakses pada tanggal 29
september 2012 pukul 11.48 WIB.
http://bedahumum.wordpress.com/tag/obstruksi-jalan-nafas/ diakses pada tanggal
29 september 2012 pukul 11.50 WIB

S-ar putea să vă placă și