Sunteți pe pagina 1din 11

3

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Filsafat Yunani pada masa Pra-Socrates.
Filsafat Pra Socrates Bangsa Yunani merupakan bangsa yang pertama kali
berusaha menggunakan akal untuk berpikir. Kegemaran bangsa Yunani merantau secara
tidak langsung menjadi sebab meluasnya tradisi berpikir bebas yang dimiliki bangsa
Yunani. Menurut Barthelemy, kebebasan berpikir bangsa Yunani disebabkan karna di
Yunani sebelumnya tidak pernah ada agama yang didasarkan pada kitab suci. Keadaan
tersebut jelas berbeda dengan Mesir, Persia, dan India. Sedangkan Livingstone
berpendapat bahwa adanya kebebasan berpikir bangsa Yunani dikarenakan kebebasan
mereka dari agama dan politik secara bersamaan1[1].
Lahirnya filsafat pra socrates juga disebabkan karena kemenangan akal atas
dongeng atau mitos yang diterima dari agama yang memberitahukan tentang asal muasal
segala sesuatu. Para pemikir atau ahli filsafat ini mencoba untuk mencari-cari jawaban
tentang akibat terjadinya alam semesta beserta isinya.
Filsafat Pra Socrates juga dapat dikatakan sebagai filsafat alam, karena para ahli
filsafat dimasa tersebut menjadikan alam semesta sebagai objek pemikirannya. Tujuan
filosofi mereka dalam memikirkan soal alam semesta yaitu untuk mengetahui darimana
terjadinya alam atau darimana alam ini berasal, hal inilah yang menjadi sentral persoalan
bagi mereka. Pemikiran yang demikian itu merupakan pemikiran yang sangat maju,
rasional dan radikal. Sebab pada waktu itu kebanyakan orang menerima begitu saja
keadaan alam seperti apa yang dapat ditangkap dengan indranya, tanpa
mempersoalkannya lebih jauh. Sedang di lain pihak orang cukup puas menerima
keterangan tentang kejadian alam dari cerita nenek moyang.
Filosuf yang hidup pada masa pra Socrates disebut para filosuf alam karena objek
yang mereka jadikan pokok persoalan adalah alam. Yang dimaksud dengan alam (fusis)
adalah kenyataan hidup dan kenyataan badaniah. Jadi, perhatian mereka mengarah
kepada apa yang dapat diamati
2[2]
.

1[1] http://kevinevolution.wordpress.com/2011/11/02/filsafat-pra-socrates/
2[2] Harun Hadiwijono, Sari Sejarah Filsafat Barat 1,Kanisus : Yogyakarta, 1980, 16.

4

Ada beberapa filosof pada masa pra socrates, yaitu :
1. Thales
Thales adalah ahli filsafat pertama yang hidup pada abad ke-6 sebelum masehi.
Thales adalah seorang saudagar yang sering berlayar ke Mesir. Ia menemukan ilmu ukur
dari Mesir dan membawanya ke Yunani. Ia juga dikenal sebagai seorang yang ahli dalam
bidang astronomi dan metafisika.
Thales memberikan jawaban bahwa segala sesuatu berasal dari air, ia juga
menyatakan bahwa bumi ini berasal dari air. Air adalah pusat dan sumber segala yang
ada atau pokok dari segala sesuatu. Segala sesuatu berasal dari air dan kembali ke air.
Dari air itu terjadilah tumbuh-tumbuhan dan binatang, bahkan tanah pun mengandung
air. Argumen Thales merupakan argument yang bukan hanya rasional, tetapi juga
observatif.Pandangan Thales merupakan cara berpikir yang sangat tinggi, karena
sebelumnya, orang-orang Yunani lebih banyak mengambil jawaban-jawaban tentang
alam dengan kepercayaan dan mitos-mitos yang dipenuhi dengan ketakhayulan. Thales
telah membuka alam pikiran dan keyakinan tentang alam dan asal muasalnya tanpa
menunggu dalil-dalil yang agamis. Selain itu, ia juga mengemukakan pandangan bahwa
bumi terletak di atas air. Bumi dipandang sebagai bahan yang satu kali keluar dari laut
dan kemudian terapung-apung di atasnya.
Thales berpendapat bahwa segala sesuatu di jagat raya memiliki jiwa. Jiwa tidak
hanya terdapat di dalam benda hidup tetapi juga benda mati. Teori tentang materi yang
berjiwa ini disebut hylezoisme. Argumentasi Thales didasarkan pada magnet yang
dikatakan memiliki jiwa karena mampu menggerakkan besi.

2. Anaximandros
Anaximandros adalah salah satu murid Thales. Anaximandros adalah seorang ahli
astronomi dan ilmu bumi. Meskipun dia murid Thales namun ia mempunyai prinsip
dasar alam satu akan tetapi bukanlah dari jenis benda alam seperti air sebagai mana yang
dikatakan oleh gurunya.
Prinsip dasar alam haruslah dari jenis yang tak terhitung dan tak terbatas yang oleh
dia disebut Apeiron yaitu zat yang tak terhingga dan tak terbatas serta tidak dapat
dirupakan dan tidak ada persamaannnya dengan apapun. Meskipun tentang teori asal



5

kejadian alam tidak begitu jelas namun dia adalah seorang yang cakap dan cerdas.
Pendapatnya yang lain yaitu, bumi seperti silinder, lebarnya tiga kali lebih besar dari
tingginya. Sedangkan bumi tidak terletak atau bersandar pada sesuatu pun
3[3]
.

3. Anaximenes
Anaximenes berpendapat bahwa udara merupakan asal usul segala sesuatu. Udara
melahirkan semua benda dalam alam semesta ini karena suatu proses pemadatan dan
pengeceran, kalau udara semakin bertambah maka muncullah berturut-turut angin, air,
tanah dan akhirnya batu. Sebaliknya kalau udara itu menjadi encer yang timbul adalah
api.
Pandangan Anaximenes tentang susunan jagat raya bertolak belakang dengan
Anaximandros. Menurut Anaximenes bumi ini seperti meja bundar dan melayang di atas
udara. Demikian pula matahari, bulan dan bintang. Benda-benda yang ada dijagad raya
itu tidak terbenam di bawah bumi sebagaimana yang dipikirkan Anaximandros tetapi
mengelilingi bumi yang datar itu, matahari lenyap pada waktu malam tertutup di
belakang bagian-bagian tinggi
4[4]
.

4. Pythagoras
Pythagoras lahir dipulau Samos yang termasuk daerah Ionia. Dalam kota ini
Pythagoras mendirikan suatu tarekat beragama yang bersifat religious, mereka
menghomati dewa Apollo.
Menurut kepercayaan Pythagoras, jiwa manusia asalnya dari Tuhan, jiwa itu adalah
penjelmaan dari tuhan yang jatuh kedunia karena berdosa dan dia akan kembali kelangit
kedalam lingkungan tuhan semula apabila dosanya itu sudah habis dicuci, hidup didunia
ini adalah persediaan buat akhirat. Sebab itu dari sekarang dikerjakan hidup untuk hari
kemudian.
Pythagoras tersebut juga sebagai ahli pikir. Terutama dalam ilmu matematik dan
ilmu berhitung. Falsafah pemikirannya banyak diilhami oleh rahasia angka-angka. Dunia
angka adalah dunia kepastian dan dunia ini erat hubungannya dengan dunia bentuk. Dari
sini dapat dilihat kecakapannya dia dalam matematik mempengaruhi terhadap pemikiran

3[3] Muzairi, Filsafat Umum, Yogyakarta : Teras, 2009, h. 46
4[4]http://cahayaibnuadam.blogspot.com/2012/02/filsafat-yunani-kuno-pra-socrates.html
6

filsafatnya sehingga pada segala keadaan ia melihat dari angka-angka dan merupakan
paduan dari unsur angka.

5. Heraclitos
Heraclitos lahir dikota Ephesos diasi minor, ia mempunyai pendangan yang
berbeda dengan filosof-filosof sebelumnya. Ia menyatakan bahwa asal segala suatu
hanyalah satu yakni api. Ia memandang bahwa api sebagai unsur yang asal
pandangannya semata-mata tidak terikat pada alam luaran, alam besar, seperti pandangan
filosof-filosof Miletos.
Segala kejadian didunia ini serupa dengan api yang tidak putusnya dengan
berganti-ganti memakan dan menghidupi dirinya sendiri segala permulaan adalah mula
dari akhirnya. Segala hidup mula dari pada matinya. Didunia ini tidak ada yang tetap
semuanya mengalir. Tidak sulit untuk mengerti apa sebab Heraklitos memilih api. Nyala
api senantiasa memakan bahan bakar yang baru dan bahan bakar itu dan berubah menjadi
abu dan asap. Oleh karena itu api cocok sekali untuk melambangkan suatu kesatuan
dalam perubahan.
Api mempunyai sifat memusnahkan segala yang ada, dan mengubah segala sesuatu
itu menjadi abu dan asap. Walaupun sesuatu itu apabila dibakar menjadi abu dan asap,
toh adanya api tetap ada. Segala sesuatunya berasal dari api, dan akan kembali menjadi
api
5[5]
.
Pernyataan itu mengandung pengertian bahwa kebenaran selalu berubah, tidak
tetap. Pengertian adil pada hari ini belum tentu masih benar besok. Hari ini 2 x 2 = 4
besok dapat saja bukan empat. Pandangan ini merupakan warna dasar filsafat sofisme
6[6]
.

2.2 Filsafat yunani pada Masa Socrates.
Filsafat pada masa Socrates sering juga di sebut dengan filsafat periode klasik.
Akan tetapi, Socrates belum sampai pada suatu sistem filosofi, yang memberikan nama
klasik kepada filosofi itu. Ia baru membuka jalan. Ia baru mencari kebenaran. Ia belum
sampai menegakkan suatu sistem pandangan. Tujuannya terbatas hingga mencari dasar
yang baru dan kuat bagi kebenaran dan moral.

5[5] Muzairi, Op.Cit., 49
6[6] Ahmad Tafsir, Filsafat Umum, Bandung : Remaja Rosdakarya, 2010, h. 49
7

Sistem ajaran filsafat klasik baru dibangun oleh Plato dan Aristoteles, berdasarkan ajaran
Socrates tentang pengetahuan dan etika beserta filosofi alam yang berkembang sebelum
Socrates.
Socrates lahir di Athena pada tahun 470 SM dan meninggal pada tahun 399 SM.
Bapaknya adalah tukang pembuat patung, sedangkan ibunya seorang bidan. Socrates
terkenal sebagai orang yang berbudi baik, jujur, dan adil. Cara penyampaian
pemikirannya kepada para pemuda mengunakan metode tanya jawab. Socrates juga
dikenal sebagai seorang berpakaian sederhana, tanpa alas kaki dan berkeliling
mendatangi masyarakat Athena untuk berdiskusi soal filsafat. Dia melakukan ini pada
awalnya didasari satu motif religius untuk membenarkan suara gaib yang didengar
seorang kawannya dari Oracle Delphi yang mengatakan bahwa tidak ada orang yang
lebih bijak dari Socrates. Merasa diri tidak bijak dia berkeliling membuktikan kekeliruan
suara tersebut, dia datangi satu demi satu orang-orang yang dianggap bijak oleh
masyarakat pada saat itu dan dia ajak diskusi tentang berbagai masalah kebijaksanaan.
Metode berfilsafatnya inilah yang dia sebut sebagai metode kebidanan. Dia memakai
analogi seorang bidan yang membantu kelahiran seorang bayi dengan caranya berfilsafat
yang membantu lahirnya pengetahuan melalui diskusi panjang dan mendalam. Dia selalu
mengejar definisi absolut tentang satu masalah kepada orang-orang yang dianggapnya
bijak tersebut meskipun kerap kali orang yang diberi pertanyaan gagal melahirkan
definisi tersebut. Pada akhirnya Socrates membenarkan suara gaib tersebut berdasar satu
pengertian bahwa dirinya adalah yang paling bijak karena dirinya tahu bahwa dia tidak
bijaksana sedangkan mereka yang merasa bijak pada dasarnya adalah tidak bijak karena
mereka tidak tahu kalau mereka tidak bijaksana.
Cara berfilsafatnya inilah yang memunculkan rasa sakit hati para kaum sofis
terhadap Socrates karena setelah penyelidikan itu maka akan tampak bahwa mereka yang
dianggap bijak oleh masyarakat ternyata tidak mengetahui apa yang sesungguhnya
mereka duga mereka ketahui. Rasa sakit hati inilah yang nantinya akan berujung pada
kematian Socrates melalui peradilan dengan tuduhan resmi merusak generasi muda,
sebuah tuduhan yang sebenarnya dengan gampang dipatahkan melalui pembelaannya
sebagaimana tertulis dalam Apologi karya Plato. Socrates pada akhirnya wafat pada usia
tujuh puluh tahun dengan cara meminum racun sebagaimana keputusan yang diterimanya
dari pengadilan dengan hasil voting 280 mendukung hukuman mati dan 220 menolaknya.
Adapun filsafah pemikiran Socrates, diantaranya adalah pernyataan adanya
kebenaran objektif, yaitu yang tidak bergantung kepada aku dan kita, dalam
8

membenarkan kebenaran yang objektif, ia menggunakan metode tertentu yang terkenal
dengan metode dialektika. Dialektika berasal dari kata Yunani yang berarti bercakap-
cakap atau dialog. Didalam berdialog, ia akan menganalisis pendapat-pendapat. Setiap
orang mempunyai pendapat mengenai salah dan benar. Ia bertanya kepada negarawan,
hakim, tukang, pedagang, dan sebagainya. Menurut Xenophon, ia bertanya tentang
benar-salah, adil-zalim, berani-pengecut, dan lain-lain kepada siapapun yang menurutnya
patut ditanya. Socrates selalu menganggap jawaban pertama sebagai hipotesis, dan
dengan jawaban yang lebih lanjut, menarik konsekuensi yang dapat disimpulkan dari
jawaban tersebut. Jika tenyata hipotesis pertama tidak dapat dipertahankan, karena
menghasilkan konsekuensi yang mustahil, hipotesis itu diganti dengan hipotesis lain, lalu
hipotesis kedua ini diselidiki dengan jawaban-jawaban lain, dan begitu seterusnya.
Sering terjadi, percakapan itu berkhir dengan kebingungan. Akan tetapi, tidak jarang,
dialog itu menghasilkan suatu definisi yang dianggap berguna.
Dari metode dialektikanya, ia menemukan dua penemuan metode yang lain, yaitu
induksi dan definisi. Ia menggunakan istilah induksi manakala pemikiran betolak dari
pengetahuan yang khusus, lalu ia menyimpulkannya dengan pengertian umum.
Pengertian umum diperoleh dari mengambil sifat-sifat yang sama (umum) dari masing-
masing kasus khusus dan ciri-ciri khusus yang tidak disetujui bersama disisihkan. Ciri
umum tersebut dinamakan ciri esensi dan semua ciri khusus itu dinamakan ciri-ciri
eksistensi. Suatu definisi dibuat dengan menyebutkan semua ciri esensi suatu objek
dengan menyisihkan semua ciri eksestensinya. Demikianlah jalan untuk memperoleh
definisi tentang suatu persoalan.
Begitulah cara Socrates mencapai pengertian. Melalui induksi sampai definisi.
Definisi, yaitu pembentukan pengertian yang berlaku universal. Pengertian menurut
paham Socrates sama dengan apa yang disebut Kant: prinsip regulative dan dasar
menyusun. Dengan jalan begitu, hasil yang dicapai tidak lagi takluk kepada paham
subjektif, seperti yang diajarkan kaum Sofis, melainkan umum sifatnya, berlaku untuk
selama-lamanya.Induksi dan definisi menuju pengetahuan yang berdasarkan pengertian.
Dengan cara itu, Socrates membangun jiwa lawannya berdialog tentang keyakinan
bahwa kebenaran tidak diperoleh begitu saja sebagai ayam panggang terlompat ke dalam
mulut yang ternganga, melainkan dicari dengan perjuangan seperti memperoleh segala
barang yang tertinggi nilainya. Dengan cara mencari kebenaran seperti itu, terlaksana
pula tujuan yang lain, yaitu membentuk karakter.
9

Selain memiliki metode dialektika yang digunakan untuk mencari suatu kebenaran,
Socrates juga memiliki suatu falsafah tentang etika. Socrates tentang etika bermula dari
definisinya tentang budi. Menurut Socrates, budi adalah tau. Inilah inti dari etikanya,
orang yang berpengatahuan dengan sendirinya akan berbudi baik. Paham etikanya
merupakan kelanjutan dari metodenya. Induksi dan definisi menuju pada pengetahuan
yang berdasarkan pengertian.
Selanjutnya, peninggalan pemikiran Socrates yang paling penting ada pada cara dia
berfilsafat dengan mengejar satu definisi absolut atas satu permasalahan melalui satu
dialektika. Pengejaran pengetahuan hakiki melalui penalaran dialektika menjadi
pembuka jalan bagi para filsuf selanjutnya. Perubahan fokus filsafat dari memikirkan
alam menjadi manusia juga dikatakan sebagai jasa dari Socrates. Manusia menjadi objek
filsafat yang penting setelah sebelumnya dilupakan oleh para pemikir hakikat alam
semesta. Pemikiran tentang manusia ini menjadi landasan bagi perkembangan filsafat
etika dan epistemologis di kemudian hari. Filsafat Socrates yang terpenting bagi
pemikiran Barat adalah metode penyelidikannya, yang dikenal sebagai metode elenchos,
yang banyak diterapkan untuk menguji konsep moral yang pokok. Karena itu, Socrates
dikenal sebagai bapak dan sumber etika atau filsafat moral, dan juga filsafat secara
umum7[7].

2.3 Filsafat Yunani Sesudah Masa Socretes.
Membicarakan filsafat Yunani sesudah masa Socrates sama artinya membicarakan
mengenai pemikiran filosof-filosof sesudahnya. Disini pemakalah membatasi untuk
membahas mengenai pemikiran Plato dan Aristoteles saja.
1. Plato
Plato adalah seorang filosof Barat yang paling populer dan dihormati di antara
filosof lainnya. Karya-karyanya menjadi rujukan awal bagi perkembangan filsafat dunia.
Plato dilahirkan di Athena sekitar tahun 427 SM, pada masa akhir zaman keemasan
Athena setelah setahun kekuasaan Pericles berakhir, atau tiga tahun sejak perang Athena
dengan Sparta. Keluarganya paling terpandang di Athena.
Ayahnya, Ariston adalah keturunan raja terakhir Athena. Ibunya, Perictione adalah
keturunan Solon, seorang aristokrat reformis yang menulis undang-undang tentang

7[7] http://pendulangan.wordpress.com/2012/09/26/sejarah-perkembangan-filsafat-yunani-kuno/

10

demokrasi Athena. Kehidupan Plato dalam lingkungan aristokrat membuatnya cukup
dikenal di kalangan pejabat tinggi Athena, walau ia seorang yang pendiam dan dingin.
Pemikiran filsafatnya sangat dipengaruhi oleh gurunya, Socrates, yang telah
mengajarinya selama 8 tahun. Pemikiran Plato pun banyak dipengaruhi oleh Socrates.
Plato adalah guru dari Aristoteles. Karyanya yang paling terkenal ialah Republik (dalam
bahasa Yunani atau Politeia, "negeri") yang di dalamnya berisi uraian garis
besar pandangannya pada keadaan "ideal". Dia juga menulis 'Hukum' dan banyak dialog
di mana Socrates adalah peserta utama. Salah satu perumpamaan Plato yang termasyhur
adalah perumpaan tentang orang di gua. Cicero mengatakan Plato scribend est mortuus
(Plato meninggal ketika sedang menulis).
Ciri-ciri Karya-karya Plato yang pertama adalah Bersifat Sokratik yang dalam
Karya-karya yang ditulis pada masa mudanya, Plato selalu menampilkan kepribadian dan
karangan Socrates sebagai topik utama karangannya. ciri yang kedua adalah Berbentuk
dialog Hampir semua karya Plato ditulis dalam nada dialog. Dalam Surat VII, Plato
berpendapat bahwa pena dan tinta membekukan pemikiran sejati yang ditulis dalam
huruf-huruf yang membisu. Oleh karena itu, menurutnya, jika pemikiran itu perlu
dituliskan, maka yang paling cocok adalah tulisan yang berbentuk dialog. sedangkan ciri
yang ketiga adalah Adanya mite-mite Plato menggunakan mite-mite untuk menjelaskan
ajarannya yang abstrak dan adiduniawi. Verhaak menggolongkan tulisan Plato ke dalam
karya sastra bukan ke dalam karya ilmiah yang sistematis karena dua ciri yang terakhir,
yakni dalam tulisannya terkandung mite-mite dan berbentuk dialog.
Sumbangsih Plato yang terpenting adalah pandangannya mengenai idea.
Pandangan Plato terhadap idea-idea dipengaruhi oleh pandangan Socrates tentang
definisi. Idea yang dimaksud oleh Plato bukanlah ide yang dimaksud oleh orang modern.
Orang-orang modern berpendapat ide adalah gagasan atau tanggapan yang ada di dalam
pemikiran saja.Menurut Plato idea tidak diciptakan oleh pemikiran manusia. Idea tidak
tergantung pada pemikiran manusia, melainkan pikiran manusia yang tergantung pada
idea. Idea adalah citra pokok dan perdana dari realitas, nonmaterial, abadi, dan tidak
berubah. Idea sudah ada dan berdiri sendiri di luar pemikiran kita. Idea-idea ini saling
berkaitan satu dengan yang lainnya. Misalnya, idea tentang dua buah lukisan tidak dapat
terlepas dari idea dua, idea dua itu sendiri tidak dapat terpisah dengan idea
genap.Namun, pada akhirnya terdapat puncak yang paling tinggi di antara hubungan
idea-idea tersebut.

Puncak inilah yang disebut idea yang indah. Idea ini melampaui
segala idea yang ada.
11

Dunia indrawi adalah dunia yang mencakup benda-benda jasmani yang konkret,
yang dapat dirasakan oleh panca indera kita Dunia indrawi ini tiada lain hanyalah
refleksi atau bayangan daripada dunia ideal. Selalu terjadi perubahan dalam dunia
indrawi ini. Segala sesuatu yang terdapat dalam dunia jasmani ini fana, dapat rusak, dan
dapat mati.
Dunia idea adalah dunia yang hanya terbuka bagi rasio kita. Dalam dunia ini tidak
ada perubahan, semua idea bersifat abadi dan tidak dapat diubah. Hanya ada satu idea
yang bagus, yang indah. Di dunia idea semuanya sangat sempurna. Hal ini tidak
hanya merujuk kepada barang-barang kasar yang bisa dipegang saja, tetapi juga
mengenai konsep-konsep pikiran, hasil buah intelektual. Misalkan saja konsep mengenai
"kebajikan" dan "kebenaran".
Pandangan Plato tentang karya seni dipengaruhi oleh pandangannya tentang ide
Sikapnya terhadap karya seni sangat jelas dalam bukunya Politeia (Republik). Plato
memandang negatif karya seni. Ia menilai karya seni sebagai mimesis mimesos. Menurut
Plato, karya seni hanyalah tiruan dari realita yang ada. Realita yang ada adalah tiruan
(mimesis) dari yang asli. Yang asli itu adalah yang terdapat dalam ide. Ide jauh lebih
unggul, lebih baik, dan lebih indah daripada yang nyata ini.


Pemahaman Plato tentang keindahan yang dipengaruhi pemahamannya tentang
dunia indrawi, yang terdapat dalam Philebus. Plato berpendapat bahwa keindahan yang
sesungguhnya terletak pada dunia ide. Ia berpendapat bahwa kesederhanaan adalah ciri
khas dari keindahan, baik dalam alam semesta maupun dalam karya seni. Namun, tetap
saja, keindahan yang ada di dalam alam semesta ini hanyalah keindahan semu dan
merupakan keindahan pada tingkatan yang lebih rendah.

2. Aristoteles
Aristoteles lahir di Stagira, kota di wilayah Chalcidice, Thracia, Yunani
(dahulunya termasuk wilayah Makedonia tengah) tahun 384 SM. Ayahnya adalah tabib
pribadi Raja Amyntas dari Makedonia. Pada usia 17 tahun, Aristoteles menjadi murid
Plato. Belakangan ia meningkat menjadi guru di Akademi Plato di Athena selama 20
tahun. Aristoteles meninggalkan akademi tersebut setelah Plato meninggal, dan menjadi
guru bagi Alexander dari Makedonia. Saat Alexander berkuasa di tahun 336 SM, ia
kembali ke Athena. Dengan dukungan dan bantuan dari Alexander, ia kemudian
mendirikan akademinya sendiri yang diberi nama Lyceum, yang dipimpinnya sampai
tahun 323 SM. Perubahan politik seiring jatuhnya Alexander menjadikan dirinya harus
12

kembali kabur dari Athena guna menghindari nasib naas sebagaimana dulu dialami
Socrates. Aristoteles meninggal tak lama setelah pengungsian tersebut. Aristoteles sangat
menekankan empirisme untuk menekankan pengetahuan.
Dalam bidang ilmu alam, ia merupakan orang pertama yang mengumpulkan dan
mengklasifikasikan spesies-spesies biologi secara sistematis. Karyanya ini
menggambarkan kecenderungannya akan analisa kritis, dan pencarian terhadap hukum
alam dan keseimbangan pada alam
Berlawanan dengan Plato yang menyatakan teori tentang bentuk-bentuk ideal
benda, Aristoteles menjelaskan bahwa materi tidak mungkin tanpa bentuk karena ia ada
(eksis). Pemikiran lainnya adalah tentang gerak dimana dikatakan semua benda bergerak
menuju satu tujuan, sebuah pendapat yang dikatakan bercorak teleologis.

Karena benda
tidak dapat bergerak dengan sendirinya maka harus ada penggerak dimana penggerak itu
harus mempunyai penggerak lainnya hingga tiba pada penggerak pertama yang tak
bergerak yang kemudian disebut dengan theos, yaitu yang dalam pengertian Bahasa
Yunani sekarang dianggap berarti Tuhan. Logika Aristoteles adalah suatu sistem berpikir
deduktif (deductive reasoning), yang bahkan sampai saat ini masih dianggap sebagai
dasar dari setiap pelajaran tentang logika formal. Meskipun demikian, dalam penelitian
ilmiahnya ia menyadari pula pentingnya observasi, eksperimen dan berpikir induktif
(inductive thinking).
Hal lain dalam kerangka berpikir yang menjadi sumbangan penting Aristoteles
adalah silogisme yang dapat digunakan dalam menarik kesimpulan yang baru yang tepat
dari dua kebenaran yang telah ada. Misalkan ada dua pernyataan (premis):
Setiap manusia pasti akan mati (premis mayor).
Sokrates adalah manusa (premis minor)
maka dapat ditarik kesimpulan bahwa Sokrates pasti akan mati

Di bidang politik, Aristoteles percaya bahwa bentuk politik yang ideal adalah
gabungan dari bentuk demokrasi dan monarki. Karena luasnya lingkup karya-karya dari
Aristoteles, maka dapatlah ia dianggap berkontribusi dengan skala ensiklopedis, dimana
kontribusinya melingkupi bidang-bidang yang sangat beragam sekali seperti Fisika,
Astronomi, Biologi, Psikologi, Metafisika (misalnya studi tentang prisip-prinsip awal
mula dan ide-ide dasar tentang alam), logika formal, etika, politik, dan bahkan teori
retorika dan puisi.
13

Di bidang seni, Aristoteles memuat pandangannya tentang keindahan dalam buku
Poetike. Aristoteles sangat menekankan empirisme untuk menekankan pengetahuan. Ia
mengatakan bahwa pengetahuan dibangun atas dasar pengamatan dan penglihatan.
Menurut Aristoteles keindahan menyangkut keseimbangan ukuran yakni ukuran
material. Menurut Aristoteles sebuah karya seni adalah sebuah perwujudan artistik yang
merupakan hasil chatarsis disertai dengan estetika. Chatarsis adalah pengungkapan
kumpulan perasaan yang dicurahkan ke luar. Kumpulan perasaan itu disertai dorongan
normatif. Dorongan normatif yang dimaksud adalah dorongan yang akhirnya memberi
wujud khusus pada perasaan tersebut. Wujud itu ditiru dari apa yang ada di dalam
kenyataan. Aristoteles juga mendefinisikan pengertian sejarah yaitu Sejarah merupakan
satu sistem yang meneliti suatu kejadian sejak awal dan tersusun dalam bentuk
kronologi. Pada masa yang sama, menurut beliau juga Sejarah adalah peristiwa-peristiwa
masa lalu yang mempunyai catatan, rekod-rekod atau bukti-bukti yang konkrit.
Pada masanya, pemikiran Aristoteles sangat berpengaruh pada pemikiran Barat
dan pemikiran keagamaan lain pada umumnya. Penyelarasan pemikiran Aristoteles
dengan teologi Kristiani dilakukan oleh Santo Thomas Aquinas di abad ke-13, dengan
teologi Yahudi oleh Maimonides (1135 1204), dan dengan teologi Islam oleh Ibnu
Rusyid (1126 1198). Bagi manusia abad pertengahan, Aristoteles tidak saja dianggap
sebagai sumber yang otoritatif terhadap logika dan metafisika, melainkan juga dianggap
sebagai sumber utama dari ilmu pengetahuan, atau "the master of those who know"8[8].



8[8] http://khairuddinhsb.wordpress.com/2009/07/19/filsafat-sesudah-masa-socrates-2/

S-ar putea să vă placă și