Sunteți pe pagina 1din 11

1

BAB I


1.1 Latar Belakang
Manusia adalah individu yang mempunyai sub-sub sistem. Sub-sub sistemtersebut adalah
sistem pernapasan, sistem kardiovaskular, sistem pencernaan,sistem muskuloskeletal, sistem
persyarafan, sistem perkemihan, dan sistem-sistem yang lainnya. Keseimbangan antara
semua sistem diatas itulah yangmenyebabkan manusia dikatakan sehat secara jasmani.Semua
sistem tersebutmelibatkan organ-organ dalam menjalankan tugasnya, seperti sistem
perkemihanyang melibatkan organ ginjal, ureter, kandung kemih, dan
uretra.Ginjal merupakan bagian utama dari saluran kemih yang terdiri dari organ-organtubuh
yang berfungsi memproduksi maupun menyalurkan air kemih (urin) keluar tubuh. Berbagai
penyakit dapat menyerang komponen-komponen ginjal, antara lain yaitu infeksi ginjal.
Infeksi ginjal atau pielonefritis merupakan peradangan pada jaringan ginjal. Untuk lebih
jelasnya, penulis akan membahas tentang bagaimana cara memberikan asuhan keperawatan
yang baik kepada pasien yang mengalami pielonefritis agar tidak berlanjut menjadi
pielonefritis kronis.
1.2 Rumusan Masalah
Masalah yang kami angakat pada makalah ini mengenai masalah keperawatan pada pasien
pielonefritis
1.3 Tujuan
Setelah menyelesaikan proses pembelajaran ini, diharapkan mahasiswa memahami tentang
konsep dasar dan asuhan keperawatan pasien dengan pielonefritis.











2

BAB II


2.1 Definisi
Pielonefritis adalah suatu bentuk infeksi ginjal yang menyebar keluar dari dalam pelvis
renis dan mengenai bagian korteks renal (Hinchliff. S, 1999).
Pielonefritis adalah inflamasi pada pelvis ginjal dan parenkim ginjal yang disebabkan
karena adanya infeksi oleh bakteri. Infeksi bakteri pada jaringan ginjal yang di mulai dari
saluran kemih bagian bawah terus naik ke ginjal.
Pielonefritis akut adalah infeksi yang paling berperan dalam menimbulkan morbiditas
tetapi jarang berakhir sebagai gagal ginjal progresif. Pada hampir 90% kasus adalah
perempuan. Pielonefritis kronis adalah cedera ginjal progresif yang menunjukkan
pembentukan jaringan parut parenkimal pada pemeriksaan IVP disebabkan oleh infeksi
berulang atau infeksi yang menetap pada ginjal (Price. S A, 2006).
2.2 Etiologi
Escherichia coli merupakan penyebab dari 90% infeksi ginjal di luar rumah sakit dan
penyebab dar 50% infeksi ginjal di rumah sakit. Infeksi biasanya berasal dari daerah kelamin
yang naik ke kandung kemih. Pada saluran kemih yang sehat, naiknya infeksi ini biasanya
bisa dicegah oleh aliran air kemih yang akan membersihkan organisme dan oleh penutup
ureter di tempat masuknya ke kandung kemih. Berbagai penyumbatan fisik pada aliran air
kemih (batu ginjal atau pembesaran prostat) atau arus balik air kemih dari kendung kemih ke
dalam ureter, akan meningkatkan kemungkinan terjadinya infeksi ginjal. Infeksi juga bisa
dibawa ke ginal dari bagian tubuh lainnya melalui aliran darah, misalnya kehamilan, diabetes
mellitus, dan keadaan-keadaan yang menyebabkan menurunnya sistem kekebalan tubuh
untuk melawan infeksi.
2.3 Tanda dan Gejala
Gejala yang paling umum dapat berupa demam tiba-tiba. Kemudiandapat disertai
menggigil, nyeri punggung bagian bawah, mual, dan muntah.Pada beberapa kasus juga
menunjukkan gejala ISK bagian bawah yang dapat berupa nyeri berkemih dan frekuensi
berkemih yang meningkat. Dapat terjadi kolik renalis, dimana penderita merasakan nyeri
hebatyang desebabkan oleh kejang ureter. Kejang dapat terjadi karena adanyairitasi akibat
infeksi atau karena lewatnya batu ginjal. Bisa terjadi pembesaran pada salah satu atau kedua
ginjal. Kadang juga disertai otot perut berkontraksi kuat.Pada anak-anak, gejala infeksi ginjal
seringkali sangat ringan dan lebihsulit untuk dikenali.
3

1. Pyelonefritis akut ditandai dengan :
a. pembengkakan ginjal atau pelebaran penampang ginjal
b. Pada pengkajian didapatkan adanya demam yang tinggi, menggigil, nausea
c. Nyeri pada pinggang, sakit kepala, nyeri otot dan adanya kelemahan fisik
d. Pada perkusi di daerah CVA ditandai adanya tenderness
e. Klien biasanya disertai disuria, frequency, urgency dalam beberapa hari.
f. Pada pemeriksaan urin didapat urin berwarna keruh atau hematuria dengan bau yang
tajam, selain itu juga adanya peningkatan sel darah putih.
2. Pielonefritis kronis
Pielonefritis kronis Terjadi akibat infeksi yang berulang-ulang, sehinggakedua ginjal
perlahan-lahan menjadi rusak. Tanda dan gejala:
a. Adanya serangan pielonefritis akut yang berulang-ulang biasanya tidak mempunyai
gejala yang spesifik.
b. Adanya keletihan.
c. Sakit kepala, nafsu makan rendah dan BB menurun.
d. Adanya poliuria, haus yang berlebihan, azotemia, anemia, asidosis, proteinuria,
pyuria dan kepekatan urin menurun.
e. Kesehatan pasien semakin menurun, pada akhirnya pasien mengalamigagal ginjal.
f. Ketidaknormalan kalik dan adanya luka pada daerah korteks.
g. Ginjal mengecil dan kemampuan nefron menurun dikarenakan luka pada jaringan.
h. Tiba-tiba ketika ditemukan adanya hipertensi.
2.4 Patofisiologi
Umumnya bakteri seperti Eschericia coli, Streptococus fecalis, Pseudomonas aeruginosa,
dan Staphilococus aureus yang menginfeksi ginjal berasal dari luar tubuh yang masuk melalui
saluran kemih bagian bawah (uretra), merambat ke kandung kemih, lalu ke ureter (saluran
kemih bagian atas yang menghubungkan kandung kemih dan ginjal) dan tibalah ke ginjal,
yang kemudian menyebar dan dapat membentuk koloni infeksi dalam waktu 24-48 jam.
Infeksi bakteri pada ginjal juga dapat disebarkan melalui alat-alat seperti kateter dan bedah
urologis. Bakteri lebih mudah menyerang ginjal bila terdapat hambatan atau obstruksi saluran
kemih yang mempersulit pengeluaran urin seperti adanya batu atau tumor.
Pada pielonefritis akut, inflamasi menyebabkan pembesaran ginjal yang tidak lazim.
Korteks dan medula mengembang dan multipel abses. Resolusi dari inflamasi menghasilkan
fibrosis dan scarring. Pielonefritis kronis muncul setelah periode berulang dari pielonefritis
4

akut. Ginjal mengalami perubahan degeneratif dan menjadi kecil serta atrophic. Jika destruksi
nefron meluas, dapat berkembang menjadi gagal ginjal.
2.5 Pemeriksaan Diagnostik
1. Urinalisis
Leukosuria atau piuria: merupakan salah satu petunjuk penting adanya ISK.
Leukosuria positif bila terdapat leih dari 5 leukosit/ lapang pandang besar (LPB) sediment
air kemih.
Hematuria: hematuria positif bila terdapat 5-10 eritrosit/LPB sediment air kemih.
Hematuria disebabkan oleh berbagai keadaan patologis baik berupa kerusakan glomerulus
atau urolitiasis.
2. Bakteriologis
a. Makroskopis : satu bakteri lapangan pandang minyak emersi. 102-103 organisme
koliform/ mL urin plus piuria.
b. Biakan bakteri
c. Tes kimiawi : tes reduksi griess nitrate berupa perubahan warna pada uji carik.
3. Kultur urine untuk mengidentifikasi adanya organisme spesifik
4. Hitung koloni: hitung koloni sekitar 1000 koloni permililiter urine dari urine tampung
aliran tengah atau dari spesimen dalam kateter dianggap sebagai kriteria adanya infeksi
5. Metode tes
a. Tes dipdtick multistrip untuk WBC (tes esterase leukosit) dan nitrit (tes griess untuk
pengurangan nitrit).
b. Tes esterase leukosit positif : maka pasien mengalami piuria
c. Tes pengurangan nitrat, griess positif jika terdapat bakteri yang mengurangi nitrat
urine nirmal menjadi nitrit.
6. Penyakit Menular Seksual
Uretritia akut akibat organisme menular secara seksual
7. Tes-tes tambahan
Pielonefritis akut: Suatu urogram intravena dan ultrasound dapat dilakukan untuk
mengetahui lokasi obstruksi di traktus urinarius. Kultur urine dan uji sensitivitas
dilakukan untuk menentukan organisme penyebab sehingga agens antimikrobial yang
tepat dapat diresepkan.
Pielonefritis kronik: Luasnya penyakit dikaji melalui urogram intravena dan
pengukuran BUN, kadar kreatinin dan klirens kreatinin.

5

2.6 Penatalaksanaan
1. Pasien pielonefritis akut beresiko terhadap bakterimia dan memerlukan terapi antimikroba
yang intensif. Terapi parenteral diberikan selama 24-48 jam sampai pasien tidak febris.
Pada waktu tersebut, agens oral dapat diberikan. Pasien dengan kondisi yang sedikit kritis
akan efektif apabila ditangani hanya dengan agens oral. Untuk mencegah
berkembangbiaknya bakteri yang tersisa, maka pengobatan pielonefritis akut biasanya
lebih lama daripada sistitis. Masalah yang mungkin timbul dalam penanganan adalah
infeksi kronik atau kambuhan yang muncul sampai beberapa bulan atau tahun tanpa
gejala. Setelah program antimikroba awal, pasien dipertahankan untuk terus dibawah
penanganan antimikroba sampai bukti adanya infeksi tidak terjadi, seluruh faktor
penyebab telah ditangani dan dikendalikan.
2. Pielonefritis kronik, agens antimikroba pilihan didasarkan pada identifikasi patogen
melalui kultur urine, nitrofurantion atau kombinasi sulfametoxazole dan trimethropim dan
digunakan untuk menekan pertumbuhan bakteri. Fungsi renal yang ketat, terutama jika
medikasi potensial toksik.
3. Penatalaksanaan medis
a. Mengurangi demam dan nyeri dan menentukan obat-obat antimikrobial seperti
trimethroprim-sulfamethoxazole (TMF-SMZ, Septra), gentamycin dengan atau tanpa
ampicilin, cephelosporin, atau ciprofloksasin (cipro) selama 14 hari.
b. Merilekskan otot halus pada ureter dan kandung kemih, meningkatkan rasa nyaman,
dan meningkatkan kapasitas kandung kemih menggunakan obat farmakologi
tambahan antispasmodic dan anticholinergic seperti oxybutinin (Ditropan) dan
propantheline (Pro-Banthine)
c. Pada kasus kronis, pengobatan difokuskan pada pencegahan kerusakan ginjal secara
progresif.
4. Penetalaksanaan keperawatan
a. Mengkaji riwayat medis, obat-obatan, dan alergi.
b. Monitor Vital Sign
c. Melakukan pemeriksaan fisik
d. Mengobservasi dan mendokumentasi karakteristik urine klien.
e. Mengumpulkan spesimen urin segar untuk urinalisis.
f. Memantau input dan output cairan.
g. Mengevaluasi hasil tes laboratorium (BUN, creatinin, serum electrolytes)
h. Memberikan dorongan semangat pada klien untuk mengikuti prosedur pengobatan.
6

2.7 Asuhan Keperawatan
Ny. Ina, 50 tahun seorang pegawai bank datang ke UGD RS dengan keluhan nyeri pinggang.
Nyeri hilang timbul dan menjalar ke perut, nyeri timbul tiba-tiba dan tidak dipengaruhi oleh
mobilitas fisik. Satu bulan yang lalu, Ny. Ina beberapa kali mengalami nyeri seperti ini dan
biasanya nyeri menghilang setelah diberi obat penghilang rasa nyeri. Tetapi sejak 2 hari ini
nyeri bertambah berat dan tidak menghilang dengan obat yang biasa diminum. Selain nyeri,
Ny. Ina juga mengeluhkan mual, badan terasa demam dan menggigil, dan urin berwarna
keruh.
1. Pengkajian
a. Identitas Klien
Nama : Ny. Ina
Umur : 50 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Suku/Bangsa : Jawa/Indonesia
Agama : Islam
Pekerjaan : Swasta
Pendidikan : S1
Alamat : Jl. Ahmad Yani 90 Kediri
Tanggal MRS : 23 September 2014 jam 10.30 WIB.
Diagnosa Medis : Pyelonefritis akut
Keluhan Utama : Nyeri pinggang bagian kiri
b. Riwayat Penyakit Sekarang
Klien datang dengan keluhan nyeri pinggang sejak 2 hari yang lalu. Nyeri timbul
tiba-tiba tanpa melakukan mobilitas fisik. Klien juga mengeluh demam, mual, dan
menggigil.
c. Riwayat Penyakit Dahulu
Klien pernah MRS sekitar 2 tahun yang lalu karena sakit ISK
d. Riwayat Penyakit Keluarga
Tidak ada keluarga yang mengalami penyakit seperti klien
e. Pemeriksaan Fisik
1) Keadaan Uum
Gelisah dan tampak kesakitan
2) Tanda-tanda Vital
TD : 130/90 mmhg
7

N : 104 x/menit
RR : 20 x/menit
S : 37, 8
o
C
3) Body Sistem
a) Breathing
Frekuensi 20 x/menit, Irama teratur, tidak terlihat gerakan cuping hidung,
tidak terlihat Cyanosis, tidak terdengar suara nafas tambahan ronkhi,
whizziing (-) bentuk dada simetris, pergerakkan asimetris kiri dan kanan,
fremitus raba sama pada kiri dan kanan dinding dada, adanya suara sonor
pada kedua paru, suara redup pada batas paru dan hepar, terdengar adanya
suara vesikuler dikedua lapisan paru.
b) Bleeding
Bentuk dada simetris kanan kiri, denyut jantung pada ictus cordis. Pulsasi
jantung tidak tampak, fremitus dada simeteris kanan dan kiri, frekuensi Nadi
104 X/menit kuat dan teratur, tekanan darah 140/80 mmHg, Suhu 37,8
0
C,
perfusi hangat, terdengar suara pekak, Cor S1 S2 tunggal,S3 S4 tidak ada.
irama reguler, ekstra sistole/murmur tidak ada.
c) Brain
Tingkat kesadaran (GCS) Membuka mata : Spontan (4), Verbal : Orientasi
baik (5), Motorik : Menurut perintah (6)
Compos Mentis : Pasien sadar baik
d) Bladder
Jumlah urine 900 ml/ 24 jam, warna urine keruh, hematuria (-), folley kateter
(-). Nyeri ketok pada CVA kiri. Teraba ginjal pada sisi yang sakit.
Pemeriksaan IVP tampak adanya radio opak ukuran 8x10 mm setinggi
vertebra lumbal IV, fungsi kedua ginjal masih baik.
e) Bowel
Mulut dan tenggorokan tampak kering, rasa tidak enak dan ingin mutah pada
abdomen, tidak terdapat obstipasi maupun diare, klien buang air besar 1
X/hari, nyeri tekan kuadran kiri atas, suara tympani (+) pada abdomen,
Peristaltik menurun
f) Bone
Tidak terdapat kontraktur maupun dikubitus

8

f. Pemeriksaan Penunjang
HB : 13 gr%
Leokosit : 15.000/mm3
Ureum : 24 mg/dl
Creatinin : 1,5 mg/dl
Urinalisa : leokosit penuh, RBC 50/LPB
IVP tampak adanya radio opak ukuran 8x10 mm setinggi vertebra lumbal IV, fungsi
kedua ginjal masih baik.
g. Analisa Data
Data etiologi masalah
S : klien mengatakan nyeri pada
pinggang, nyeri timbul secara
tiba-tiba, skala nyeri 6
O : klien nampak gelisah,
ekspresi klien menyeringai
Bakteri

Infeksi saluran kemih

Peradangan pada ginjal

nyeri
Nyeri
S : klien mengatakan badannya
panas
O : S = 37,8
o
C
N = 104 x/menit
Bakteri

Infeksi saluran kemih

Peradangan pada ginjal

hipertermi
Hipertermi

2. Diagnosa Keperawatan
a. Nyeri berhubungan dengan proses peradangan
b. Hipertermi berhubungan dengan proses peradangan
c. Gangguan pola tidur berhubungan dengan nyeri dan hipertermi
d. Intolenrasi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum
e. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan hipertermi,
nafsu makan menurun
f. Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan penguapan suhu/ intake tidak
adekuat
9

3. Intervensi Keperawatan
Hipertermia berhubungan proses peradangan
NOC : Thermoregulasi
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam masalah hipertermia teratasi
dengan indikator:
a. Suhu tubuh dalam batas normal 36 37 C
b. Nadi dan RR dalam rentang normal
c. Tidak ada perubahan warna kulit dan tidak ada pusing,
d. Merasa nyaman
NiC :
a. Fever treatment
Monitor suhu sesering mungkin
Monitor IWL
Monitor tekanan darah, nadi dan RR
Monitor WBC, Hb, dan Hct
Berikan anti piretik
Kompres pasien pada lipat paha dan aksila
Tingkatkan sirkulasi udara
b. Infection control
Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan klien
Lakukan universal precaution
Lakukan perawatan aseptik pada semua jalur IV
Tingkatkan asupan nutrisi
Anjurkan asupan cairan
Anjurkan istirahat
Berikan terapi antibiotik

Nyeri berhubungan dengan proses peradangan
NOC : Comfort level, pain control, pain level
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam masalah nyeri akut dapat
teratasi dengan indikator :
a. Melaporkan perasaan nyaman
b. Dapat mengurangi nyeri dengan tindakan non analgetik
10

c. Ekspresi wajah dan perilaku tidak menunjukkan gejala nyeri
d. Skala nyeri berkurang
NIC:
1) Analgesic administration
Tentukan lokasi nyeri, karakteristik, kualitas, dan berat nyeri sebelum memberikan
pengobatan
Cek catatan medis untuk jenis obat, dosis, dan frekuensi pemberian analgetik
Kaji adanya alergi obat
Berikan analgetik sesuai jam pemberian
a. Pain management
Kaji secara komphrehensif tentang nyeri, meliputi: lokasi, karakteristik dan onset,
durasi, frekuensi, kualitas, intensitas/beratnya nyeri, dan faktor-faktor presipitasi
Gunakan komunkiasi terapeutik agar pasien dapat mengekspresikan nyeri
Tentukan dampak dari ekspresi nyeri terhadap kualitas hidup: pola tidur, nafsu
makan, aktifitas kognisi, mood, relationship, pekerjaan, tanggung jawab peran
Berikan informasi tentang nyeri, seperti: penyebab, berapa lama terjadi, dan
tindakan pencegahan
Ajarkan penggunaan teknik non-farmakologi (ex: relaksasi, guided imagery, terapi
musik, distraksi, aplikasi panas-dingin, massase, TENS, hipnotis, terapi bermain,
terapi aktivitas, akupresusure)
4. Implementasi Keperawatan
Melakukan implementasi keperawatan sesuai dengan intervensi keperawatan
5. Evaluasi
Nyeri berhubungan dengan proses peradangan
a. Klien melaporkan lebih merasa nyaman
b. Ekspresi wajah klien nampak lebih tenang
c. Skala nyeri berkurang
Hipertermi berhubungan dengan proses peradangan
a. Suhu tubuh 37 C
b. Nadi 96x/menit RR 20x/menit




11

BAB III


3.1 Simpulan
Pielonefritis adalah inflamasi pada pelvis ginjal dan parenkim ginjal yang disebabkan
karena adanya infeksi oleh bakteri. Infeksi bakteri pada jaringan ginjal yang di mulai dari
saluran kemih bagian bawah terus naik ke ginjal. Escherichia coli merupakan penyebab dari
90% infeksi ginjal di luar rumah sakit dan penyebab dar 50% infeksi ginjal di rumah sakit.
Infeksi biasanya berasal dari daerah kelamin yang naik ke kandung kemih. Pada saluran
kemih yang sehat, naiknya infeksi ini biasanya bisa dicegah oleh aliran air kemih yang akan
membersihkan organisme dan oleh penutup ureter di tempat masuknya ke kandung kemih
3.2 Saran
Para pembaca bisa lebih memahami isi dari makalah ini dan dapat menerapkannya dalam
asuhan keperawatan serta membandingkan dengan referensi lainnya.

S-ar putea să vă placă și