FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA MAKASSAR 2013
PARAPARESE INFERIOR LESI UPPER MOTOR NEURON
DEFINISI Paraparese inferior lesi Upper Motor Neuron adalah kelemahan kedua anggota gerak bawah yang disebabkan oleh gangguan pada proyeksi korteks ke V neuron korteks serebri yang mengatur gerakan volunter melalui jaras piramidal dan ekstrapiramidal. 1
KLASIFIKASI Klasifikasi berdasarkan onset paraparese inferior lesi tipe UMN: 1 - Akut : Infeksi non spesifik (ex.myelitis transversa) Trauma (ex:kontusio, whisplash injury) Tumor (tumor ganas dan metastasis) - Kronik : infeksi spesifik (TB) Tumor (tumor jinak) Penyakit Degeneratif
SPONDILITIS TUBERKULOSIS
DEFINISI Spondilitis tuberkulosis disebut juga penyakit pott adalah infeksi granulomatosis dan bersifat kronis destruktif yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosa yang mengenai tulang vertebra. 2
EPIDEMIOLOGI Di Amerika, spondilitis tuberkulosis merupakan manifestasi paling banyak pada tuberculosis musculoskeletal (40-50% kasus). Spondilitis tuberculosis merupakan bentuk paling berbahaya dari tuberkulosis muskuloskeletal karena dapat menyebabkan destruksi tulang, deformitas dan paraplegia. Kondisi umumnya melibatkan vertebra thorakal dan lumbosakral. Vertebra torakal bawah merupakan daerah paling banyak terlibat (40-50%). Sekitar 10% kasus melibatkan vertebra servikal. 4
ETIOLOGI Infeksi secara spesifik disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosa. Abses pada vertebra yang terbentuk dapat merupakan fokus primer atau penyebaran hematogen pada paru atau organ lain. Spesies Mycobacterium yang lain dapat juga sebagai penyebabnya, seperti Mycobacterium africanum (diAfrika Barat), bovine tubercle baccilus, ataupun non-tuberculous mycobacterium (penderita HIV). 3
PATOGENESIS Basil tuberkulosis masuk melalui traktus respiratorius. Kuman dapat bersarang di korpus vertebra (dormant). Bila keadaan umum buruk, dapat terjadi reaktivasi bila ada factor pemicu (trauma, defisiensi imun dll). Penyakit ini paling sering menyerang korpus vertebra terutama torakal tengah-bawah dan menyebabkan korpus vertebra rusak sehingga diskus intervertebralis mengalami sekuesterasi. Dapat terbentuk abses paravertebralis disekitar korpus vertebra. Abses ini mengandung fragmen tulang, diskus, jaringan granulasi, dan febris. Rusaknya korpus vertebra menyebabkan kolumna anterior tulang belakang kolaps sehingga terbentuklah kifosis yang khas di sebut gibus. Penyakit ini akan merusak vertebra disekitarnya. 2
MANIFESTASI KLINIS Terdapat gejala klasik tuberculosis berupa penurunan berat badan, keringat malam, semam subfebris, kakeksia. Gejala ini sering tidak menonjol. Nyeri veretbra atau local pada lokasi infeksi sering dijumpai dan menghilang bila istirahat. Gejala dan tanda kompresi radiks atau medulla spinalis terjadi pada 20% kasus. Onset penyakit dapat gradual atau mendadak (akibat kolaps vertebra dan kifosis yang khas disebut gibus). Pada awalnya terjadi nyeri radikuler yang mengelilingi dada atau perut, kemudian diikuti paraparesis yang lambat laun makin memberat, spastisitas, klonus, hiperrefleksia dan refleks babinsky bilateral. Dapat di temukan deformitas dan nyeri ketok tulang vertebra. Penekanan mulai dari bagian anterior senhingga gejala klinis yang muncul terutama gangguan motorik. 2
PENATALAKSANAAN 1. Terapi konservatif : Medikamentosa : - Rifampisin 10-20 mg/kgBB, maksimum 600 mg/hari - Etambutol 15 mg/kgBB, maksimum 1200 mg/hari - Piridoksin 25 mg/kgBB - INH 5-10 mg/kgBB, maksimum 300 mg/hari Etambutol diberikan dalam 3 bulan, sedangkan yang lain diberikan dalam 1 tahun. Semua obat diberikan sekali dalam sehari. Imobilisasi Pencegahan komplikasi imobilisasi lama - turning tiap 2 jam untuk menghindari ulkus dekubitus - latihan luas gerak sendi untuk mencegah kontraktur - latihan pernapasan untuk memperkuat otot-otot pernapasan dan mencegah terjadinya orthostatik pneumonia - latihan penguatan otot - bladder training dan bowel training bila ada gangguan - mobilisasi bertahap sesuai dengan perkembangan penyakit Program aktivitas hidup sehari-hari sesuai perkembangan penyakit
2. Operasi Indikasi operasi : - adanya abses paravertebra - deformitas yang progresif - gejala penekanan pada sumsum tulang belakang - gangguan fungsi paru yang progresif - kegagalan terapi konservatif dalam 3 bulan - terjadi paraplegia dan spastisitas hebat yang tidak dapat dikontrol
Kontra-indikasi operasi : - kegagalan pernapasan dengan kelainan jantung yang membahayakan operasi Secara garis besar tindakan operatif dibagi menjadi : a. Debridement Dilakukan evaluasi pus, bahan kaseous dan sekuestra tanpa melakukan tindakan apapun pada tulangnya. b. Operasi radikal Eksisi dilakukan dari atas sampai ke bawah meliputi seluruh tulang belakang yang rusak, hingga mencapai daerah yang sehat dan posterior mencapai duramater. Dilanjutkan dengan grafting yang diambil dari kosta atau tibia. Pada umumnya meliputi anterior radical focal debridement dan stabilisasi dengan instrumentasi. 4
PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Foto thoraks dan foto vertebra AP-lateral. 2. Tes tuberculin. 3. MRI bila ada kompresi medulla spinalis. 2
DAFTAR PUSTAKA
1. Mardjono, Mahar, Prof, dr. 2004. Neurologi klinis dasar. Jakarta : Dian Rakyat. 2. Mansjoer, Arif. 2000. Kapita Selekta Kedokteran Edisi ketiga Jilid kedua. Jakarta: Media Aesculapius Fakultas Kedokteran UI. Hal 58 3. Winn HR. Youmans Neurological Surgery. 5th ed. USA : Saunders.1994 4. Hidalgo JA. Pott Disease (Tuberculous Spondylitis). http://www.eMedicine.com
Pembedahan Skoliosis Lengkap Buku Panduan bagi Para Pasien: Melihat Secara Mendalam dan Tak Memihak ke dalam Apa yang Diharapkan Sebelum dan Selama Pembedahan Skoliosis