Sunteți pe pagina 1din 17

1

PEMBUATAN DAN PENCIRIAN POLIPADUAN GABUS

POLISTIRENAPATI

3
4

Tetty Kemala*, Muhammad Syaeful Fahmi, dan Suminar S. Achmadi

Departemen Kimia, FMIPA, Institut Pertanian Bogor

Kampus IPB Darmaga, Gedung Fakultas Peternakan, Bogor 16680

*Telpon/Faks 0251 862 4567; email bu Tetty?

8
9
10

ABSTRAK
PEMBUATAN

DAN

PENCIRIAN

POLIPADUAN

GABUS

11

POLISTIRENAPATI. Gabus polistirena (PS) merupakan polimer yang banyak

12

digunakan namun sulit terdegradasi. Oleh karena itu, telah dikembangkan polipaduan

13

gabus PSpati. Pengaruh tambahan gliserol sebagai pemlastis juga diamati melalui

14

analisis mekanik dan termal. Polipaduan gabus PSpati dihasilkan dengan

15

mencampurkan larutan gabus PS dan larutan pati dengan nisbah komposisi 60:40, 65:35,

16

70:30, 75:25, dan 80:20 persen berdasarkan bobot. Sebanyak 20% poli(asam laktat)

17

ditambahkan sebagai bahan pengkompatibel. Polipaduan dianalisis dengan pengujian

18

kuat tarik, bobot jenis, dan sifat termal. Polipaduan gabus PSpati yang dihasilkan

19

berwarna putih keruh dan rapuh. Kuat tarik dan bobot jenis polipaduan berada pada

20

kisaran kuat tarik dan bobot jenis gabus PS sehingga dapat dijadikan sebagai bahan

21

pembuat gabus PS. Kuat tarik meningkat seiring dengan meningkatnya nisbah gabus PS

22

dengan komposisi gabus PSpati terbaik adalah 80:20. Pengaruh tambahan gliserol

23

tidak teramati pada analisis termal, tetapi sedikit menyebabkan penurunan kuat tarik dan

24

bobot jenis.

25

26

Kata kunci: Gabus polistirena, pati, polipaduan

27

ABSTRACT

28

PREPARATION AND CHARACTERIZATION OF POLYSTYRENE

29

FOAM-STARCH POLYBLEND. Polystyrene (PS) foam is a polymer that is widely

30

used but not considered biodegradable. Therefore, PS foam-starch polyblend was

31

developed. The effect of glycerol as plasticizer was evaluated based on mechanical and

32

thermal analyses. PS foam-starch polyblends were produced by mixing PS foam and

33

starch solution with composition ratios of 60:40, 65:35, 70:30, 75:25, and 80:20 percent

34

by weight. Polylactic acid (20%) was added as compatibilizer. The polyblends were

35

characterized based on tensile strength test, thermal properties, and density. The PS

36

foamstarch polyblends were white opaque in color and fragile. The properties of

37

tensile strength and density of the polyblends were in the range of that of pure PS foam,

38

indicating that these materials can be used for PS foam. The tensile strength increases as

39

increasing of PS foam constituents with the best ratio of 80 PS foam to 20 of starch. The

40

PS foamstarch polyblends tensile strength and density increase with the increasing PS

41

foam. Additional amount of glycerol did not affect the thermal property, but has caused

42

a slight decrease in tensile strength and density.

43
44

Key word: Polystyrene foam, starch, polyblends

45
46

PENDAHULUAN

47

Maraknya penggunaan gabus polistirena (PS) saat ini mengakibatkan perlu ada

48

upaya untuk menjadikannya biodegradabel. Oleh karena itu, mulai banyak

49

dikembangkan produk polimer biodegradabel, salah satunya adalah dengan membuat

50

polipaduan berbasis pati. Telah banyak penelitian yang melaporkan pembuatan

51

polipaduan pati, di antaranya dengan polipropilena [1], polietilena [2], monmorilonit [3],

52

dan PS melalui teknik polimerisasi suspensi [4].

53

mampu terbiodegradasi telah dirintis [5].

Polipaduan gabus PSpati yang

54

Perbedaan sifat PS (hidrofobik) dengan pati (hidrofilik) memerlukan bahan

55

pengkompatibel agar dihasilkan polipaduan yang homogen. Bahan pengkompatibel

56

yang dapat digunakan adalah asam akrilat, anhidrida maleat, dan vinil alkohol [6].

57

Bahan pengkompatibel lain yang juga dapat digunakan adalah poli(asam laktat) dengan

58

tambahan optimum sebesar 20%b/b [5]. Selain itu, bahan pemlastis juga sering

59

ditambahkan pada pembuatan polipaduan agar dihasilkan produk yang homogen dan

60

memiliki sifat mekanik yang baik. Bahan pemlastis yang dapat digunakan antara lain air,

61

gliserol, dan sorbitol [7].

62

Penelitian ini bertujuan membuat polipaduan gabus PSpati, menganalisis sifat

63

mekanik dan termal polipaduan yang dihasilkan, mempelajari pengaruh nisbah gabus,

64

dan mempelajari pengaruh tambahan gliserol pada film yang dihasilkan.

65
66

METODE PERCOBAAN

67
68
69
70

Bahan dan Alat


Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah gabus PS wadah
makanan (komersial), pati singkong, dan poli(asam laktat) (Toyota, Mw 60.000).

71

Alat-alat analisis yang digunakan adalah viskometer Ostwald, piknometer, alat

72

uji kuat tarik Torsee PA-104-30, dan alat kalorimetri pemayaran diferensial (DSC)

73

Perkin Elmer.

74
75

Penentuan Bobot Molekul Gabus PS

76

Bobot molekul gabus PS ditentukan dengan metode viskometri seperti yang

77

dilaporkan [8]. Dibuat larutan gabus PS dalam toluena dengan ragam konsentrasi 0,1;

78

0,2; 0,3, dan 0,4%b/v. Kemudian dilakukan pengukuran waktu alir pelarut murni (t0),

79

yaitu toluena dan setiap konsentrasi larutan polimer menggunakan viskometer Ostwald,

80

hingga diperoleh t0, t1, t2, t3, dan t4. Selanjutnya nilai viskositas spesifik (sp) dihitung

81

dan dibuat kurva hubungan viskositas tereduksi (sp/C) dengan konsentrasi (C). Grafik

82

tersebut diekstrapolasi ke konsentrasi nol sehingga diperoleh viskositas intrinsik ().

83

Bobot molekul diperoleh melalui Persamaan 1 yang dikemukakan oleh Mark-Houwink-

84

Sakurada [9]:

85

[] = KMva

86

dengan:

87

= viskositas intrinsik

88

K = tetapan 11 10-5 (ml/g)

89

a = 0,725

90

Mv = massa molekul relatif

91

Preparasi Polipaduan Gabus PSPati

(1)

92

Polipaduan gabus PS-pati dibuat melalui modifikasi metode yang telah

93

dikembangkan [10]. Gabus PS dipotong-potong dengan ukuran 2 cm2, dilarutkan dalam

94

diklorometana, dan diaduk hingga homogen dengan pengaduk magnet sehingga

95

dihasilkan larutan gabus PS. Pati yang telah dikeringkan di dalam oven pada suhu 80C

96

selama 24 jam sampai kadar airnya tetap dilarutkan dalam diklorometana kemudian

97

diaduk hingga homogen dengan pengaduk magnet. Ke dalam larutan pati ditambahkan

98

sebanyak 2 gram (20%b/v) poli(asam laktat) dan pengadukan dilanjutkan hingga

99

homogen. Bobot gabus PS dan pati diragamkan berdasarkan nisbah gabus PS:pati

100

(Tabel 1). Setelah larutan gabus PS dan pati-poli(asam laktat) homogen, keduanya

101

dicampurkan dan diaduk dengan laju pengadukan 300 rpm selama 3 jam. Dibuat ragam

102

perlakuan pada saat pencampuran, yaitu dengan tambahan gliserol dan tanpa tambahan

103

gliserol.

104
105

Tabel 1. Formulasi pembuatan polipaduan


Komposisi
Gabus

Bobot sampel (g)

Bobot gliserol

Gabus PS

Pati

(g)

60:40

5,00

3,00

65:35

5,50

2,50

70:30

6,00

2,00

75:25

6,50

1,50

80:20

7,00

1,00

60:40

4,75

2,75

0,50

65:35

5,25

2,25

0,50

70:30

5,75

1,75

0,50

75:25

6,25

1,25

0,50

80:20

2,75

0,75

0,50

PS:Pati (%)

106
107

Setelah diaduk selama 3 jam campuran polipaduan dicetak di atas pelat kaca

108

kemudian dikeringudarakan selama 10 menit. Tambahan poli(asam laktat) (20%) dan

109

gliserol (5%) akan mengurangi komposisi gabus PS dan pati secara merata. Film yang

110

dihasilkan dipindahkan untuk dianalisis bobot jenis, sifat mekanik, dan sifat termalnya.

111
112

Analisis Kuat Tarik (TAPPI T404-CM-92)

113

Analisis mengacu pada Technical Association of the Pulp and Paper Industry

114

(TAPPI) No. T404. Film dipotong dengan ukuran panjang 18 cm dan lebar 1 cm.

115

Kemudian spesimen dijepitkan pada alat uji tarik universal dan ditarik dengan

116

kecepatan konstan dan beban maksimum 5 kgf. Dari nilai yang diperoleh dapat

117

ditentukan besarnya kuat tarik dan persentase perpanjangan dengan menggunakan

118

Persamaan 2 dan Persamaan 3.

119

120

Keterangan:

121

= kuat tarik (MPa)

122

Fmaks

= tegangan maksimum (N)

123

= luas penampang lintang (mm2)

124

%E

L
100%
Lo

125

Keterangan:

126

%E

= perpanjangan (%)

127

= pertambahan panjang spesimen (mm)

128

= panjang spesimen awal (mm)

Fmaks
A

(2)

(3)

129
130

Analisis Sifat Termal

131

Sifat termal dianalisis dengan alat DSC. Sampel ditempatkan di atas wadah yang

132

terbuat dari kuarsa yang terletak di dalam tungku pemanas (furnace) pada alat DSC.

133

Pengukuran dilakukan pada rentang suhu 50200 C dengan kecepatan 20 C/menit.

134

Data yang dihasilkan dalam bentuk termogram.

135
136

Penentuan Bobot Jenis

137

Polimer dianalisis menggunakan piknometer dengan metode penentuan bobot

138

jenis padatan [11]. Sampel dipotong dengan ukuran yang seragam, kemudian

139

dimasukkan ke dalam piknometer yang telah diketahui bobot kosongnya (W0). Bobot

140

piknometer dan sampel dicatat sebagai W1. Ke dalam piknometer yang berisi potongan

141

sampel ditambahkan akuades hingga tidak terdapat gelembung udara, kemudian

142

ditimbang bobotnya (W2).

143

Bobot piknometer berisi air juga ditimbang dan bobotnya dicatat sebagai W3.

144

Suhu air dan suhu udara dicatat untuk menentukan faktor koreksi suhu. Bobot jenis

145

sampel dihitung menggunakan Persamaan 4:

146

W1 W0
D
DI Da Da
W3 W0 W2 W1

147

Keterangan:

148

149

DI = bobot jenis air (g/ml)

150

Da = bobot jenis udara (g/ml)

(4)

= bobot jenis sampel (g/ml)

151
152
153

HASIL DAN PEMBAHASAN

154
155

Polipaduan Gabus PSPati

156

Bobot molekul relatif (Mv) sampel gabus PS (Gambar 1) yang ditentukan dengan

157

viskometer Ostwald menghasilkan Mv sebesar 4461 g/mol. Hasil pembuatan film

158

polipaduan gabus menunjukkan ciri film yang berwarna putih keruh dan cukup rapuh.

159

Tidak ada perbedaan yang mencolok pada warna film yang dihasilkan pada setiap

160

perlakuan. Hasil foto dengan menggunakan kamera ditunjukkan pada Gambar 2. Selain

161

itu, dapat diamati bahwa dengan tambahan gliserol sebagai pemlastis terbentuk granula-

162

granula kecil berwarna putih yang muncul sesaat setelah tambahan gliserol, sehingga

163

film yang dihasilkan tanpa tambahan gliserol tampak lebih homogen. Tambahan gliserol

164

secara fisik mengurangi kerapuhan film yang dihasilkan.

165

166
167

Gambar 1. Gabus polistirena.

168
169
170
171
172
173

Gambar 2. Lembaran film polipaduan tanpa pemlastis (kiri) dan dengan pemlastis

174

(kanan).

175

Film polipaduan gabus PSpati yang dihasilkan berwarna keruh tetapi tampak

176

homogen. Film dikatakan homogen jika tidak terlihat lagi perbedaan antara komponen-

177

komponen penyusunnya, baik dalam bentuk, ukuran, maupun warna karena semua

178

komponennya telah tercampur secara merata [12]. Hal ini menunjukkan bahwa

179

poli(asam laktat) yang ditambahkan ke dalam campuran pati mampu menjadi bahan

180

pengkompatibel antara gabus PS dan pati.

181

Gabus PS secara alamiah memiliki sifat nonpolar dan hidrofobik mampu

182

bercampur dengan pati yang bersifat hidrofilik melalui bantuan poli(asam laktat)

183

sebagai bahan pengkompatibel. Poli(asam laktat) merupakan suatu polimer yang

184

memiliki struktur dengan gugus hidrofilik maupun hidrofobik (Gambar 3). Dengan

185

demikian, poli(asam laktat) mampu mengatasi perbedaan sifat antara gabus PS dan pati

186

melalui interaksi secara fisik [5].

O
187
188

CH3

CH

C
n

Gambar 3. Struktur kimia poli(asam laktat).

189
190

Film polipaduan yang dihasilkan bersifat rapuh. Hal ini dapat disebabkan oleh

191

rendahnya bobot molekul bahan baku gabus PS yang digunakan. Bobot molekul rerata

192

gabus PS yang digunakan pada penelitian ini adalah 4461 g/mol. Secara umum bobot

193

molekul sangat berpengaruh pada kekuatan mekanik suatu polimer [13]. Polimer

194

dengan bobot molekul yang rendah akan memiliki kekuatan mekanik yang rendah pula.

195

Dengan demikian, pemanfaatan polipaduan gabus PSpati

196

dijadikan sebagai produk berupa lembaran atau film, melainkan produk yang memiliki

197

ketebalan yang cukup untuk menutupi sifatnya yang rapuh.

kurang cocok untuk

198
199

Sifat Mekanik (Kuat Tarik)

200

Uji tarik suatu bahan dapat memberikan informasi mengenai sifat mekanik

201

bahan seperti kuat tarik dan perpanjangan Hasil pengukuran kuat tarik menunjukkan

202

bahwa terjadi peningkatan kuat tarik dengan meningkatnya nisbah gabus PS. Pengaruh

203

tambahan pemlastis juga terlihat menurunkan kuat tarik polipaduan gabus PSpati

204

(Gambar 4). Namun, persentase perpanjangan menunjukkan hasil yang seragam, yaitu

205

5,56% untuk semua komposisi polipaduan.

6.0000

Kuat tarik (MPa)

5.0000
4.0000
3.0000
2.0000
1.0000
0.0000
60:40

206
207

65:35

70:30

75:25

80:20

Nisbah gabus PS:Pati

Gambar 4. Data analisis kuat tarik: () tanpa pemlastis, () dengan pemlastis.

208
209

Berdasarkan hasil analisis kuat tarik, peningkatan nilai kuat tarik terjadi seiring

210

dengan meningkatnya nisbah gabus PS. Tambahan pati menyebabkan polipaduan

211

semakin rapuh dan memiliki kuat tarik yang rendah. Hal ini juga sesuai dengan laporan

212

[6, 14] yang mengamati pengaruh tambahan pati pada komposit polietilenapati.

213

Menurunnya kuat tarik ini dapat disebabkan oleh amilopektin yang merupakan salah

214

satu komponen penyusun pati. Amilopektin adalah komponen penyusun pati yang

215

memiliki struktur bercabang dan tidak teratur sehingga bersifat amorf. Semakin besar

216

nisbah pati dalam polipaduan semakin meningkat sifat amorf pada polipaduan tersebut.

217

Kuat tarik polipaduan yang dihasilkan berada pada kisaran 4,04,8 MPa (tanpa

218

pemlastis) dan 2,94,5 MPa (dengan pemlastis). Hasil tersebut tidak berbeda jauh

219

dengan kuat tarik gabus PS berada pada kisaran 2,19,1 MPa dan memiliki persentase

220

perpanjangan 28% [15]. Besarnya kuat tarik dipengaruhi oleh bobot molekul dan jenis

221

polistirena yang digunakan. Polistirena yang tidak berbentuk gabus dapat memiliki kuat

222

tarik hingga 30 MPa [16]. Faktor lain yang juga dapat menyebabkan penurunan kuat

223

tarik polipaduan ini adalah jenis interaksi yang terjadi. Interaksi yang terjadi pada

224

polipaduan gabus PSpati adalah interaksi secara fisik [5]. Dengan demikian, interaksi

225

yang hanya terjadi secara fisik dari dua bahan yang memiliki sifat yang berbeda

226

menyebabkan semakin lemahnya interaksi yang terjadi.

227

Uji kuat tarik juga bertujuan mengevaluasi pengaruh tambahan gliserol pada

228

campuran polipaduan gabus PSpati. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa

229

tambahan gliserol berpengaruh pada penurunan kuat tarik. Nilai kuat tarik produk

230

dengan tambahan gliserol masih berada pada kisaran kuat tarik gabus PS. Hasil ini

231

sesuai dengan prinsip kerja gliserol yang berfungsi sebagai bahan pemlastis. Tambahan

232

pemlastis menyebabkan gaya kohesi antarrantai akan berkurang dan akan menurunkan

233

kuat tarik [11].

234
235

Sifat Termal

236

Hasil pencirian dengan penggunakan alat DSC pada sampel dengan nisbah

237

gabus PSpati 60:40 dan 80:20 (dengan tambahan pemlastis dan tanpa tambahan

238

pemlastis) ditunjukkan pada Gambar 6. Berdasarkan termogram DSC yang dihasilkan,

239

diperoleh suhu transisi kaca (Tg) film 100% gabus PS adalah 100,15 C. Polipaduan

240

dengan nisbah gabus PSpati 60:40 tidak menunjukkan Tg di daerah gabus PS. Pada

241

nisbah tersebut hanya teramati puncak pelelehan polipaduan pada suhu 162165 C.

242

Polipaduan dengan nisbah gabus PSpati 80:20 menunjukkan Tg pada 97,49 C (dengan

243

pemlastis) dan 97,19 C (tanpa pemlastis). Puncak pelelehan polipaduan teramati pada

244

kisaran suhu yang sama dengan gabus PS.

245
246
247
248
249

250
251
252

Gambar 5. Termogram DSC pada nisbah gabus PSpati: (a) 80:20 dengan pemlastis,

253

(b) 80:20 tanpa pemlastis, (c) 60:40 dengan pemlastis, (d) 60:40 tanpa pemlastis, dan (e)

254

100% gabus PS.

255
256

Analisis sifat termal pada polipaduan gabus PSpati menunjukkan puncak

257

pelelehan polipaduan pada kisaran 162165 C. Hal ini menunjukkan bahwa polipaduan

258

yang terbentuk telah homogen. Hal ini didukung oleh suhu pelelehan yang lebih tinggi

259

dari suhu pelelehan pati, yaitu 160 C dan lebih rendah dari suhu pelelehan gabus PS,

260

yaitu 200 C [16]. Pola puncak pelelehan lain juga teramati pada polipaduan dengan

261

nisbah gabus PSpati 60:40. Puncak pelelehan teramati memiliki dua puncak yang

262

tergabung. Hal ini disebabkan oleh meningkatnya nisbah pati sehingga muncul dua

263

puncak pelelehan yang saling berimpit.

264

Polipaduan dengan nisbah gabus PS yang besar (80%) teramati memiliki Tg pada

265

kisaran 97,097,5 C. Nilai Tg tersebut berada pada kisaran Tg gabus PS. Sampel

266

dengan 100% gabus PS teramati memiliki Tg pada 100,15 C. Nilai Tg yang sedikit lebih

267

rendah tersebut dapat disebabkan oleh adanya pati (20%) pada polipaduan. Hal ini

268

didukung oleh penelitian sebelumnya [17] yang menyatakan bahwa kandungan pati

269

pada polipaduan gabus PSpati dapat menurunkan Tg. Meningkatnya nisbah gabus PS

270

pada polipaduan menyebabkan teramatinya Tg polipaduan pada kisaran Tg gabus PS.

271

Pengaruh pemlastis pada penurunan Tg tidak teramati. Pemlastis dapat

272

menurunkan interaksi antarmolekul pada rantai polimer sehingga derajat kebebasan

273

rantai polimer meningkat dan entropi sistem bertambah [11]. Oleh karena itu, polimer

274

akan lebih mudah berubah dari keadaan kaku ke keadaan lentur dan nilai Tg menurun.

275

Dengan demikian, tidak terjadi perubahan sifat termal yang berarti pada polipaduan

276

gabus PSpati dibandingkan dengan gabus PS.

277
278

Bobot Jenis

279

Pencirian bobot jenis pada produk polipaduan yang dihasilkan menunjukkan

280

adanya kecenderungan peningkatan bobot jenis dengan meningkatnya nisbah gabus PS.

281

Selain itu, dapat diamati pula bahwa tambahan gliserol sedikit menurunkan bobot jenis

282

polipaduan yang dihasilkan. Bobot jenis polipaduan berkisar pada 1,07281,4555 g/ml.

283

Gambar 7 menunjukkan pola peningkatan bobot jenis polipaduan gabus PSpati.

284

1.6

Bobot jenis (g/ml)

1.4
1.2
1
0.8
0.6
0.4
0.2
0
100% PS

60:40

65:35

70:30

Nisbah gabus PS-pati

75:25

80:20

) gabus PS 100%, polipaduan gabus PSpati: ( ) tanpa

286

Gambar 6. Bobot jenis (

287

pemlastis, ( ) dengan pemlastis.

288
289

Peningkatan bobot jenis terjadi dengan meningkatnya nisbah gabus PS.

290

Peningkatan bobot jenis polipaduan juga terjadi seiring dengan peningkatan kuat tarik.

291

Hal ini didukung oleh temuan sebelumnya [11] yang melaporkan bahwa bobot jenis

292

suatu polimer akan meningkat apabila kuat tarik, kekerasan, dan kekakuannya

293

meningkat.

294

Bobot jenis polipaduan berada pada kisaran bobot jenis gabus PS, yaitu

295

1,07281,4555 g/ml. Laporan terdahulu [16] menyatakan bahwa bobot jenis PS sebesar

296

1,1 g/ml. Bobot jenis polipaduan meningkat sejalan dengan peningkatan nisbah PS. Hal

297

ini dapat disebabkan oleh meningkatnya keteraturan molekul dalam polipaduan dengan

298

meningkatnya nisbah gabus PS. Peningkatan bobot jenis ini adalah karena dominasi

299

gabus PS yang bersifat linear sehingga penyusunan molekul dalam polipaduan yang

300

dihasilkan menjadi teratur. Selain itu, tambahan pati yang memiliki komponen

301

amilopektin juga menyebabkan turunnya keteraturan molekul polipaduan. Oleh karena

302

itu, peningkatan nisbah pati menyebabkan turunnya bobot jenis polipaduan.

303

Pengaruh pemlastis juga dapat diamati dengan mengukur perubahan bobot jenis

304

pada polipaduan yang dihasilkan. Dengan tambahan pemlastis, keteraturan molekul di

305

dalam polipaduan akan menurun sehingga bobot jenis polipaduan juga akan menurun.

306

Hal ini ditunjukkan dengan hasil yang diperoleh bahwa terjadi penurunan bobot jenis

307

dengan tambahan pemlastis (Gambar 7). Bobot jenis tidak menurun secara signifikan

308

akibat tambahan gliserol. Dengan demikian, penggunaan polipaduan gabus PSpati

309

dapat digunakan sebagai bahan pembentuk gabus. Perbedaan kepolaraan diduga

310

menjadi faktor penyebab gliserol tidak menurunkan bobot jenis secara nyata pada

311

polipaduan gabus PSpati. Hal ini juga didukung oleh terbentuknya granula-granula

312

yang terbentuk pada polipaduan dengan tambahan gliserol.

313
314

KESIMPULAN

315
316

Polipaduan gabus PSpati berhasil dibuat dengan tambahan 20% poli(asam

317

laktat) sebagai bahan pengkompatibel. Kuat tarik polipaduan berada pada kisaran kuat

318

tarik gabus PS sehingga dapat digunakan sebagai bahan pembentuk gabus. Nisbah

319

gabus PSpati 80:20 memiliki kuat tarik terbaik. Analisis sifat termal menunjukkan

320

polipaduan yang dihasilkan telah homogen. Tambahan gliserol sebagai pemlastis sedikit

321

menurunkan kuat tarik dan bobot jenis polipaduan, serta tidak mengubah sifat termal.

322
323

DAFTAR ACUAN

324
325
326
327
328
329
330

[1]. C.H. Azhari and S.F. Wong, Pakistan Journal of Biological Sciences, 4 (2001)
693695
[2]. B. Raj, U. Sankar K., and Siddaramaiah, Advanced Polymer Technology, 23 (2004)
32-45
[3]. P. Kampeerapappun, D. Aht-ong, D. Pentrakoon, and K. Srikulkit, Carbohydrate
Polymers, 67 (2007) 155164

331

[4]. K. Kaewtatip and V.Tanrattanakul, Carbohydrate Polymers, 73 (2008) 647655

332

[5]. B.A.S. Siregar,Pencirian dan Biodegradasi Polipaduan (Styrofoam-Pati) dengan

333
334
335

Poli(asam laktat) sebagai Bahan Biokompatibel, Skripsi, FMIPA, IPB (2009)


[6]. W. Shujun, Y. Jiugao, and Y. Jinglin, Polymer Degradation and Stability, 87 (2005)
395401.

336

[7].

Calorimetry, 87 (2007) 635638

337
338

D. Schlemmer, E.R. Oliveira, and M.J.A. Sales, Journal of Thermal Analysis and

[8]. M. Chanda and S.K. Roy, Plastics, Fundamentals, Properties, dan Testing, CRC
Press, Florida (2009)

339
340

[9]. H.H. Chuah,D. Lin-Vien, and U. Soni, Polymer, 42 (2001) 71377139

341

[10]. N. Felani, Sifat mekanis polipaduan polistirena-pati menggunakan zat pemlastis


epoksida minyak jarak pagar, Skripsi, FMIPA, IPB (2010)

342
343

[11]. T. Kemala, Pengaruh Zat Pemlastis Dibutil Ftalat pada Polyblend Polistirena-Pati,
Tesis,Pascasarjana, ITB (1998)

344
345

[12]. A. Rosida, Pencirian Polipaduan Poli(asam laktat) dengan Polikaprolakton, Skripsi,


FMIPA, IPB (2007)

346
347
348
349
350
351
352

[13].

C.E. Carraher,Polymer Chemistry: An Introduction 4th Edition, Marcel Dekker,


New York (2003)

[14]. R. Nawang, I.D. Danjaji, U.S. Ishiaku, H. Ismail, and Z.A.M. Ishak, Polymer
Testing 20 (2001) 167172.
[15]. J. Agranoff, Guide to Plastics: Property and Specification Charts, McGraw-Hill,
New York (1977)

353

[16]. J.E. Mark JE, Polymer Data Handbook,Oxford University, New York (1999)

354

[17]. T.A.P.F. Pimentel, J.A. Dures, A.L. Drummond, D. Schlemmer, R. Falco, M.J.A.

355
356

Sales, Journal of Material Sciences, 42 (2007) 75307536.

S-ar putea să vă placă și