Documente Academic
Documente Profesional
Documente Cultură
POLISTIRENAPATI
3
4
8
9
10
ABSTRAK
PEMBUATAN
DAN
PENCIRIAN
POLIPADUAN
GABUS
11
12
digunakan namun sulit terdegradasi. Oleh karena itu, telah dikembangkan polipaduan
13
gabus PSpati. Pengaruh tambahan gliserol sebagai pemlastis juga diamati melalui
14
15
mencampurkan larutan gabus PS dan larutan pati dengan nisbah komposisi 60:40, 65:35,
16
70:30, 75:25, dan 80:20 persen berdasarkan bobot. Sebanyak 20% poli(asam laktat)
17
18
kuat tarik, bobot jenis, dan sifat termal. Polipaduan gabus PSpati yang dihasilkan
19
berwarna putih keruh dan rapuh. Kuat tarik dan bobot jenis polipaduan berada pada
20
kisaran kuat tarik dan bobot jenis gabus PS sehingga dapat dijadikan sebagai bahan
21
pembuat gabus PS. Kuat tarik meningkat seiring dengan meningkatnya nisbah gabus PS
22
dengan komposisi gabus PSpati terbaik adalah 80:20. Pengaruh tambahan gliserol
23
tidak teramati pada analisis termal, tetapi sedikit menyebabkan penurunan kuat tarik dan
24
bobot jenis.
25
26
27
ABSTRACT
28
29
30
31
developed. The effect of glycerol as plasticizer was evaluated based on mechanical and
32
33
starch solution with composition ratios of 60:40, 65:35, 70:30, 75:25, and 80:20 percent
34
by weight. Polylactic acid (20%) was added as compatibilizer. The polyblends were
35
characterized based on tensile strength test, thermal properties, and density. The PS
36
foamstarch polyblends were white opaque in color and fragile. The properties of
37
tensile strength and density of the polyblends were in the range of that of pure PS foam,
38
indicating that these materials can be used for PS foam. The tensile strength increases as
39
increasing of PS foam constituents with the best ratio of 80 PS foam to 20 of starch. The
40
PS foamstarch polyblends tensile strength and density increase with the increasing PS
41
foam. Additional amount of glycerol did not affect the thermal property, but has caused
42
43
44
45
46
PENDAHULUAN
47
Maraknya penggunaan gabus polistirena (PS) saat ini mengakibatkan perlu ada
48
49
50
51
polipaduan pati, di antaranya dengan polipropilena [1], polietilena [2], monmorilonit [3],
52
53
54
55
56
yang dapat digunakan adalah asam akrilat, anhidrida maleat, dan vinil alkohol [6].
57
Bahan pengkompatibel lain yang juga dapat digunakan adalah poli(asam laktat) dengan
58
tambahan optimum sebesar 20%b/b [5]. Selain itu, bahan pemlastis juga sering
59
ditambahkan pada pembuatan polipaduan agar dihasilkan produk yang homogen dan
60
memiliki sifat mekanik yang baik. Bahan pemlastis yang dapat digunakan antara lain air,
61
62
63
mekanik dan termal polipaduan yang dihasilkan, mempelajari pengaruh nisbah gabus,
64
65
66
METODE PERCOBAAN
67
68
69
70
71
72
uji kuat tarik Torsee PA-104-30, dan alat kalorimetri pemayaran diferensial (DSC)
73
Perkin Elmer.
74
75
76
77
dilaporkan [8]. Dibuat larutan gabus PS dalam toluena dengan ragam konsentrasi 0,1;
78
0,2; 0,3, dan 0,4%b/v. Kemudian dilakukan pengukuran waktu alir pelarut murni (t0),
79
yaitu toluena dan setiap konsentrasi larutan polimer menggunakan viskometer Ostwald,
80
hingga diperoleh t0, t1, t2, t3, dan t4. Selanjutnya nilai viskositas spesifik (sp) dihitung
81
dan dibuat kurva hubungan viskositas tereduksi (sp/C) dengan konsentrasi (C). Grafik
82
83
84
Sakurada [9]:
85
[] = KMva
86
dengan:
87
= viskositas intrinsik
88
89
a = 0,725
90
91
(1)
92
93
94
95
dihasilkan larutan gabus PS. Pati yang telah dikeringkan di dalam oven pada suhu 80C
96
selama 24 jam sampai kadar airnya tetap dilarutkan dalam diklorometana kemudian
97
diaduk hingga homogen dengan pengaduk magnet. Ke dalam larutan pati ditambahkan
98
99
homogen. Bobot gabus PS dan pati diragamkan berdasarkan nisbah gabus PS:pati
100
(Tabel 1). Setelah larutan gabus PS dan pati-poli(asam laktat) homogen, keduanya
101
dicampurkan dan diaduk dengan laju pengadukan 300 rpm selama 3 jam. Dibuat ragam
102
perlakuan pada saat pencampuran, yaitu dengan tambahan gliserol dan tanpa tambahan
103
gliserol.
104
105
Bobot gliserol
Gabus PS
Pati
(g)
60:40
5,00
3,00
65:35
5,50
2,50
70:30
6,00
2,00
75:25
6,50
1,50
80:20
7,00
1,00
60:40
4,75
2,75
0,50
65:35
5,25
2,25
0,50
70:30
5,75
1,75
0,50
75:25
6,25
1,25
0,50
80:20
2,75
0,75
0,50
PS:Pati (%)
106
107
Setelah diaduk selama 3 jam campuran polipaduan dicetak di atas pelat kaca
108
109
gliserol (5%) akan mengurangi komposisi gabus PS dan pati secara merata. Film yang
110
dihasilkan dipindahkan untuk dianalisis bobot jenis, sifat mekanik, dan sifat termalnya.
111
112
113
Analisis mengacu pada Technical Association of the Pulp and Paper Industry
114
(TAPPI) No. T404. Film dipotong dengan ukuran panjang 18 cm dan lebar 1 cm.
115
Kemudian spesimen dijepitkan pada alat uji tarik universal dan ditarik dengan
116
kecepatan konstan dan beban maksimum 5 kgf. Dari nilai yang diperoleh dapat
117
118
119
120
Keterangan:
121
122
Fmaks
123
124
%E
L
100%
Lo
125
Keterangan:
126
%E
= perpanjangan (%)
127
128
Fmaks
A
(2)
(3)
129
130
131
Sifat termal dianalisis dengan alat DSC. Sampel ditempatkan di atas wadah yang
132
terbuat dari kuarsa yang terletak di dalam tungku pemanas (furnace) pada alat DSC.
133
134
135
136
137
138
jenis padatan [11]. Sampel dipotong dengan ukuran yang seragam, kemudian
139
dimasukkan ke dalam piknometer yang telah diketahui bobot kosongnya (W0). Bobot
140
piknometer dan sampel dicatat sebagai W1. Ke dalam piknometer yang berisi potongan
141
142
143
Bobot piknometer berisi air juga ditimbang dan bobotnya dicatat sebagai W3.
144
Suhu air dan suhu udara dicatat untuk menentukan faktor koreksi suhu. Bobot jenis
145
146
W1 W0
D
DI Da Da
W3 W0 W2 W1
147
Keterangan:
148
149
150
(4)
151
152
153
154
155
156
Bobot molekul relatif (Mv) sampel gabus PS (Gambar 1) yang ditentukan dengan
157
158
polipaduan gabus menunjukkan ciri film yang berwarna putih keruh dan cukup rapuh.
159
Tidak ada perbedaan yang mencolok pada warna film yang dihasilkan pada setiap
160
perlakuan. Hasil foto dengan menggunakan kamera ditunjukkan pada Gambar 2. Selain
161
itu, dapat diamati bahwa dengan tambahan gliserol sebagai pemlastis terbentuk granula-
162
granula kecil berwarna putih yang muncul sesaat setelah tambahan gliserol, sehingga
163
film yang dihasilkan tanpa tambahan gliserol tampak lebih homogen. Tambahan gliserol
164
165
166
167
168
169
170
171
172
173
Gambar 2. Lembaran film polipaduan tanpa pemlastis (kiri) dan dengan pemlastis
174
(kanan).
175
Film polipaduan gabus PSpati yang dihasilkan berwarna keruh tetapi tampak
176
homogen. Film dikatakan homogen jika tidak terlihat lagi perbedaan antara komponen-
177
komponen penyusunnya, baik dalam bentuk, ukuran, maupun warna karena semua
178
komponennya telah tercampur secara merata [12]. Hal ini menunjukkan bahwa
179
poli(asam laktat) yang ditambahkan ke dalam campuran pati mampu menjadi bahan
180
181
182
bercampur dengan pati yang bersifat hidrofilik melalui bantuan poli(asam laktat)
183
184
memiliki struktur dengan gugus hidrofilik maupun hidrofobik (Gambar 3). Dengan
185
demikian, poli(asam laktat) mampu mengatasi perbedaan sifat antara gabus PS dan pati
186
O
187
188
CH3
CH
C
n
189
190
Film polipaduan yang dihasilkan bersifat rapuh. Hal ini dapat disebabkan oleh
191
rendahnya bobot molekul bahan baku gabus PS yang digunakan. Bobot molekul rerata
192
gabus PS yang digunakan pada penelitian ini adalah 4461 g/mol. Secara umum bobot
193
molekul sangat berpengaruh pada kekuatan mekanik suatu polimer [13]. Polimer
194
dengan bobot molekul yang rendah akan memiliki kekuatan mekanik yang rendah pula.
195
196
dijadikan sebagai produk berupa lembaran atau film, melainkan produk yang memiliki
197
198
199
200
Uji tarik suatu bahan dapat memberikan informasi mengenai sifat mekanik
201
bahan seperti kuat tarik dan perpanjangan Hasil pengukuran kuat tarik menunjukkan
202
bahwa terjadi peningkatan kuat tarik dengan meningkatnya nisbah gabus PS. Pengaruh
203
tambahan pemlastis juga terlihat menurunkan kuat tarik polipaduan gabus PSpati
204
(Gambar 4). Namun, persentase perpanjangan menunjukkan hasil yang seragam, yaitu
205
6.0000
5.0000
4.0000
3.0000
2.0000
1.0000
0.0000
60:40
206
207
65:35
70:30
75:25
80:20
208
209
Berdasarkan hasil analisis kuat tarik, peningkatan nilai kuat tarik terjadi seiring
210
211
semakin rapuh dan memiliki kuat tarik yang rendah. Hal ini juga sesuai dengan laporan
212
[6, 14] yang mengamati pengaruh tambahan pati pada komposit polietilenapati.
213
Menurunnya kuat tarik ini dapat disebabkan oleh amilopektin yang merupakan salah
214
satu komponen penyusun pati. Amilopektin adalah komponen penyusun pati yang
215
memiliki struktur bercabang dan tidak teratur sehingga bersifat amorf. Semakin besar
216
nisbah pati dalam polipaduan semakin meningkat sifat amorf pada polipaduan tersebut.
217
Kuat tarik polipaduan yang dihasilkan berada pada kisaran 4,04,8 MPa (tanpa
218
pemlastis) dan 2,94,5 MPa (dengan pemlastis). Hasil tersebut tidak berbeda jauh
219
dengan kuat tarik gabus PS berada pada kisaran 2,19,1 MPa dan memiliki persentase
220
perpanjangan 28% [15]. Besarnya kuat tarik dipengaruhi oleh bobot molekul dan jenis
221
polistirena yang digunakan. Polistirena yang tidak berbentuk gabus dapat memiliki kuat
222
tarik hingga 30 MPa [16]. Faktor lain yang juga dapat menyebabkan penurunan kuat
223
tarik polipaduan ini adalah jenis interaksi yang terjadi. Interaksi yang terjadi pada
224
polipaduan gabus PSpati adalah interaksi secara fisik [5]. Dengan demikian, interaksi
225
yang hanya terjadi secara fisik dari dua bahan yang memiliki sifat yang berbeda
226
227
Uji kuat tarik juga bertujuan mengevaluasi pengaruh tambahan gliserol pada
228
229
tambahan gliserol berpengaruh pada penurunan kuat tarik. Nilai kuat tarik produk
230
dengan tambahan gliserol masih berada pada kisaran kuat tarik gabus PS. Hasil ini
231
sesuai dengan prinsip kerja gliserol yang berfungsi sebagai bahan pemlastis. Tambahan
232
pemlastis menyebabkan gaya kohesi antarrantai akan berkurang dan akan menurunkan
233
234
235
Sifat Termal
236
Hasil pencirian dengan penggunakan alat DSC pada sampel dengan nisbah
237
gabus PSpati 60:40 dan 80:20 (dengan tambahan pemlastis dan tanpa tambahan
238
239
diperoleh suhu transisi kaca (Tg) film 100% gabus PS adalah 100,15 C. Polipaduan
240
dengan nisbah gabus PSpati 60:40 tidak menunjukkan Tg di daerah gabus PS. Pada
241
nisbah tersebut hanya teramati puncak pelelehan polipaduan pada suhu 162165 C.
242
Polipaduan dengan nisbah gabus PSpati 80:20 menunjukkan Tg pada 97,49 C (dengan
243
pemlastis) dan 97,19 C (tanpa pemlastis). Puncak pelelehan polipaduan teramati pada
244
245
246
247
248
249
250
251
252
Gambar 5. Termogram DSC pada nisbah gabus PSpati: (a) 80:20 dengan pemlastis,
253
(b) 80:20 tanpa pemlastis, (c) 60:40 dengan pemlastis, (d) 60:40 tanpa pemlastis, dan (e)
254
255
256
257
pelelehan polipaduan pada kisaran 162165 C. Hal ini menunjukkan bahwa polipaduan
258
yang terbentuk telah homogen. Hal ini didukung oleh suhu pelelehan yang lebih tinggi
259
dari suhu pelelehan pati, yaitu 160 C dan lebih rendah dari suhu pelelehan gabus PS,
260
yaitu 200 C [16]. Pola puncak pelelehan lain juga teramati pada polipaduan dengan
261
nisbah gabus PSpati 60:40. Puncak pelelehan teramati memiliki dua puncak yang
262
tergabung. Hal ini disebabkan oleh meningkatnya nisbah pati sehingga muncul dua
263
264
Polipaduan dengan nisbah gabus PS yang besar (80%) teramati memiliki Tg pada
265
kisaran 97,097,5 C. Nilai Tg tersebut berada pada kisaran Tg gabus PS. Sampel
266
dengan 100% gabus PS teramati memiliki Tg pada 100,15 C. Nilai Tg yang sedikit lebih
267
rendah tersebut dapat disebabkan oleh adanya pati (20%) pada polipaduan. Hal ini
268
didukung oleh penelitian sebelumnya [17] yang menyatakan bahwa kandungan pati
269
pada polipaduan gabus PSpati dapat menurunkan Tg. Meningkatnya nisbah gabus PS
270
271
272
273
rantai polimer meningkat dan entropi sistem bertambah [11]. Oleh karena itu, polimer
274
akan lebih mudah berubah dari keadaan kaku ke keadaan lentur dan nilai Tg menurun.
275
Dengan demikian, tidak terjadi perubahan sifat termal yang berarti pada polipaduan
276
277
278
Bobot Jenis
279
280
adanya kecenderungan peningkatan bobot jenis dengan meningkatnya nisbah gabus PS.
281
Selain itu, dapat diamati pula bahwa tambahan gliserol sedikit menurunkan bobot jenis
282
polipaduan yang dihasilkan. Bobot jenis polipaduan berkisar pada 1,07281,4555 g/ml.
283
284
1.6
1.4
1.2
1
0.8
0.6
0.4
0.2
0
100% PS
60:40
65:35
70:30
75:25
80:20
286
287
288
289
290
Peningkatan bobot jenis polipaduan juga terjadi seiring dengan peningkatan kuat tarik.
291
Hal ini didukung oleh temuan sebelumnya [11] yang melaporkan bahwa bobot jenis
292
suatu polimer akan meningkat apabila kuat tarik, kekerasan, dan kekakuannya
293
meningkat.
294
Bobot jenis polipaduan berada pada kisaran bobot jenis gabus PS, yaitu
295
1,07281,4555 g/ml. Laporan terdahulu [16] menyatakan bahwa bobot jenis PS sebesar
296
1,1 g/ml. Bobot jenis polipaduan meningkat sejalan dengan peningkatan nisbah PS. Hal
297
ini dapat disebabkan oleh meningkatnya keteraturan molekul dalam polipaduan dengan
298
meningkatnya nisbah gabus PS. Peningkatan bobot jenis ini adalah karena dominasi
299
gabus PS yang bersifat linear sehingga penyusunan molekul dalam polipaduan yang
300
dihasilkan menjadi teratur. Selain itu, tambahan pati yang memiliki komponen
301
302
303
Pengaruh pemlastis juga dapat diamati dengan mengukur perubahan bobot jenis
304
305
dalam polipaduan akan menurun sehingga bobot jenis polipaduan juga akan menurun.
306
Hal ini ditunjukkan dengan hasil yang diperoleh bahwa terjadi penurunan bobot jenis
307
dengan tambahan pemlastis (Gambar 7). Bobot jenis tidak menurun secara signifikan
308
309
310
menjadi faktor penyebab gliserol tidak menurunkan bobot jenis secara nyata pada
311
polipaduan gabus PSpati. Hal ini juga didukung oleh terbentuknya granula-granula
312
313
314
KESIMPULAN
315
316
317
laktat) sebagai bahan pengkompatibel. Kuat tarik polipaduan berada pada kisaran kuat
318
tarik gabus PS sehingga dapat digunakan sebagai bahan pembentuk gabus. Nisbah
319
gabus PSpati 80:20 memiliki kuat tarik terbaik. Analisis sifat termal menunjukkan
320
polipaduan yang dihasilkan telah homogen. Tambahan gliserol sebagai pemlastis sedikit
321
menurunkan kuat tarik dan bobot jenis polipaduan, serta tidak mengubah sifat termal.
322
323
DAFTAR ACUAN
324
325
326
327
328
329
330
[1]. C.H. Azhari and S.F. Wong, Pakistan Journal of Biological Sciences, 4 (2001)
693695
[2]. B. Raj, U. Sankar K., and Siddaramaiah, Advanced Polymer Technology, 23 (2004)
32-45
[3]. P. Kampeerapappun, D. Aht-ong, D. Pentrakoon, and K. Srikulkit, Carbohydrate
Polymers, 67 (2007) 155164
331
332
333
334
335
336
[7].
337
338
D. Schlemmer, E.R. Oliveira, and M.J.A. Sales, Journal of Thermal Analysis and
[8]. M. Chanda and S.K. Roy, Plastics, Fundamentals, Properties, dan Testing, CRC
Press, Florida (2009)
339
340
341
342
343
[11]. T. Kemala, Pengaruh Zat Pemlastis Dibutil Ftalat pada Polyblend Polistirena-Pati,
Tesis,Pascasarjana, ITB (1998)
344
345
346
347
348
349
350
351
352
[13].
[14]. R. Nawang, I.D. Danjaji, U.S. Ishiaku, H. Ismail, and Z.A.M. Ishak, Polymer
Testing 20 (2001) 167172.
[15]. J. Agranoff, Guide to Plastics: Property and Specification Charts, McGraw-Hill,
New York (1977)
353
[16]. J.E. Mark JE, Polymer Data Handbook,Oxford University, New York (1999)
354
[17]. T.A.P.F. Pimentel, J.A. Dures, A.L. Drummond, D. Schlemmer, R. Falco, M.J.A.
355
356