Sunteți pe pagina 1din 16

Sindrom Kompartemen Akut Extremitas Atas

(Mark L. Prasam, MD and Elizabeth A. Quellette, MD)

Abstrak
Sindrom kompartemen akut terjadi ketika tekanan pada ruang fibroosseus
meningkat sehingga menyebabkan penurunan gradien perfusi melalui kapiler
jaringan. Sindrom kompartement pada tangan, lengan atas, dan lengan bawah
dapat menyebabkan nekrosis jaringan yang menyebabkan rusak atau hilangnya
fungsi. Etiologi sindrom kompartemen akut pada extremitas atas bermacammacam, dan index kecurigan yang tinggi harus diberlakukan. Nyeri yang tidak
proporsional dengan luka adalah gejala yang awal yang paling utama dari
kompertmen sindrom yang akan segera terjadi. Diagnosis khususnya sulit
ditegakkan pada pasien dengan penurunan kesadaran dan anak-anak. Pengenalan
awal dan penanganan bedah yang tepat penting untuk menghasilkan outcome
klinis yang baik dan mencegah disabilitas permanen.
Sindrom kompartemen dideskripsikan pertama kali pada 1881 oleh Richard
von Volkmann. Etiologi, patofisiologi, dan manajemen kompartemen sindrom
serta komplikasi yang mungkin terjadi telah dijabarkan secara luas. Sindrom
kompartemen akut (SKA) terjadi karena peningkatan tekanan interstisial pada
kompartemen fasia yang tertutup. Hal ini menyebabkan gradien perfusi menurun
di bawah nilai kritis menyebabkan iskemia jaringan pada ruangan ini,
menyebabkan kerusakan mikrovaskular. Pada extremitas atas, kompartemen
dorsal dan volar dari lengan bawah paling sering terkena. SKA extremitas atas
dapat menyebabkan hilangnya fungsi, termasuk kontraktur iskemik Volkmann,
defisit neurologis, amputasi, dan kematian. Beberapa penyebab SKA pada
extremitas atas telah dilaporkan, dan harus dilakukan kecurigaan yang tinggi.
Fraktur radius distal pada dewasa dan fraktur humerus suprakondilar pada anakanak adalah penyebab tersering sindrom kompartemen pada extremitas atas.
Sindrom kompartemen adalah diagnosis klinik, dan beberapa sulit ditegakkan
pada populasi pasien tertentu, seperti pada pasien dengan penurunan kesadaran
dan anak-anak. Penanganan bedah yang segera dibutuhkan; hal yang paling

menentukan outcome adalah pengenalan awal dan intervensi bedah yang tepat.
Prosedur rekonstruktif dapat dilakukan untuk memperbaiki fungsi yang terkena
pada extermitas atas misalnya kontraktur Volkmann; bagaimanapun kembalinya
fungsi menjadi normal tidak dapat diharapkan.

Anatomi
Extremitas atas memiliki 15 kompartemen. Lengan atas terdiri dari sebuah
kompartemen flexor (volar), dan sebuah kompartemen extensor (dorsal). Lengan
bawah terbagi menjadi 3 kompartemen; volar, dorsal, dan lateral. Tangan
memiliki 10 kompartemen; hipotenar, tenar, dan adduktor polisis dan empat
interosseus dorsal serta 3 interosseus volar.
Gambar 1

Potongan melintang pada batas sepertiga proximal dan tengah dari lengan bawah
menunjukkan kompartemen dan struktur neurovaskular. Kompartemen volar
terdiri dari otot flexor dari lengan dan jari, termasuk flexor digitorum superficialis

(FDS), flexor carpi radialis (FCR), flexor pollicis longus (FPL), flexor digitorum
profundus (FDP), and flexor carpi ulnaris (FCU), ulnar nerve (UN), ulnar artery
(UA), median nerve (MN), median artery (MA), radial artery (RA), superficial
branch of the radial nerve (RN), anterior interosseous artery (AIA), dan anterior
interosseous nerve (AIN). Kompartemen dorsal dan volar dipisahkan oleh
membran interosseus. Kompartemen dorsal terdiri dari extensor jari dan ibu jari
dan abduktor longus serta posterior interosseous artery (PIA), posterior
interosseous nerve (PIN), extensor carpi ulnaris (ECU), extensor pollicis longus
(EPL), dan extensor digitorum communis (EDC). mobile wad yang sering disebut
sebagai kompartemen ketiga, terdiri dari extensor carpi radialis brevis dan longus
muscles (ECR) dan brachioradialis (BR). (diproduksi ulang dengan izin dari
Ouellette EA: Compartment syndromes in obtunded patients. Hand Clin
1998;14[3]:431-450.)
Gambar 2

Potongan melintang pada shaft metakarpal menunjukkan 10 kompartemen pada


tangan; hipotenar, tenar, dan adduktor polisis serta empat interosseus dorsal, dan
tiga interosseus volar. (diproduksi ulang dengan izin dari

Ouellette EA:

Compartment syndromes in obtunded patients. Hand Clin 1998;14[3]:431-450.)

Volar lengan bawah adalah kompartemen yang paling sering terkena pada
extremitas atas. Sindrom kmpartmen pada area ini khususnya terjadi setelah
fraktur radius distal, humerus suprakondilar, atau diafisis radius atau ulna.
Bagaimana pun semua kompartemen dapat terkena. Fasiotomi jari dibutuhkan
pada beberapa kasus.

Dekompresi jari. A. Ilustrasi menunjukkan insisi midaxial dilakukan pada jari


kelima. Insisi ini dilakukan disamping ulna jari 2 melewati 4 dan sisi radial jari 1
dan 5. Neurovaskular diidentifikasi dan diretraksi ke volar, fasia di antaranya di
potong bersama flexor sheath. B dan C. Foto klinik setelah fasiotomi dan tangan
dan jari. (diproduksi ulang dengan izin dari

Ouellette EA: Compartment

syndromes in obtunded patients. Hand Clin 1998;14[3]:431-450.)

Pada lengan atas, septa intermuskular lateral dan medial memisahkan


kompartemen flexor dan extensor. Fasia brakhial adalah fibrous sheath yamg tebal

yang mengelilingi otot di setiap dua kompartemen. Pada lengan bawah, membran
interosseus yang kaku menghubungkan antara radius dan ulna.
Di anterior membran ini terletak otot flexor digitorum profundus, flexor
pollicis longus, dan pronator quadratus. Beberapa mengatakan bahwa pronator
teres tertelak pada kompartemen tambahan dari volar lengan bawah distal,
terpisah dari tendon flexor pada level ini. Otot volar yang dalam ini adalah otot
yang paling sering mengalami kerusakan pada sindrom kompartemen lengan
bawah. Sisanya, otot flexor superfisial lebih jarang mengalami iskemia dibanding
yang lebih dalam. Extensor lengan dan jari terletak pada aspek posterior dari
lengan bawah. Sindrom kompartemen terisolasi terinduksi aktivitas dari otot
extensor carpi ulnaris telah dicatat dalam laporan kasus. Mobile wad, yang terdiri
dari brachioradialis, flexor carpi radialis longus, dan tendon flexor carpi radialis
brevis, jarang terkena. Fasia antebrskhial, yang merupakan kelanjutan fasia
brakhial, menutupi kompartemen dan otot pada lengan bawah. Kompartemen
pada tangan dibagi menjadi tulang karpal, metakarpal, dan lapisan fasia individu
yang

tertanam. Tekanan pada tunnel karpal mungkin meningkat pada kasus

sindrom kompartemen tangan dan volar lengan bawah. Pembebasan ligamen


tranveersus karpal sering dibutuhkan untuk membebaskan kompartemen yang
terlibat.
Kompartemen fasia jari diikat oleh ligamen Cleland dan the Grayson, dan
peningkatan tekanan dapat terjadi pada satu jari. Sindrom kompartemen pada
tangan khususnya memerlukan pembebasan tunnel karpal dan interosseus dorsal
namun semua kompartemen dapat terkena dan membutuhkan pembebasan.
Keputusan mengenai jumlah dan lokasi insisi harus berdasarkan penemuan klinis
dan pengukuran tekanan intraoperatif.

Etiologi
SKA extremitas atas disebabkan oleh beragam faktor, termasuk fraktur,
gangguan perdarahan, gangguan arteri karena casting, exrtavasasi infus intravena
atau intraosseus, dan anesthesi regional. Segala yang meningkatkan volume pada
ruang fasia terkait (perdarahan, edema, purulen, cairan extraneus) atau yang

membatasi kompartemen (luka bakar, casting, dressing, turniket) dapat


menyebabkan SKA.
Sulit untuk memperkirakan insidens sindrom kompartemen extremitas atas,
tapi kebanyakan kasus terjadi pada keadaan fraktur. McQueen menganalisa 164
pasien dengan traumatik SKA. Pada 69% kasus sindrom kompartemen disebabkan
oleh ffraktur. Fraktur yang paling sering adalah tibial diaphysis (36%), distal
radius (9.8%),dan diaphysis lengan bawah (7.9%). Hanya 2.5% terjadi setelah
fraktur tangan dan insidesnya 0.6% untuk fraktur elbow dan fraktur humerus.
Luka jaringan lunak tanpa fraktur adalah penyebab kedua tersering (23.2%).
Insidens pada lengan bawah dan tangan adalah 5.5% dan 0.6%. pada subgrup ini,
10.3%

terjadi pada pasien dengan gangguan perdarahan yang mengonsumsi

antikoagulan. Grottkau et al mereview database truuma nasional menemukan


bahwa insidens sindrom kompartemen lengan bawah pada pediatrik adalah 1%.
Ouellette dan Kelly3 melaporkan 19 pasien dengan kompartemen pada tangan.
Kebanyakan kasus termasuk iatrogenik, hasil dari komplikasi pemakaian obat
melalui intravena dan intraarteri. Insiden kompartemen sindrom pada fraktur
unstable distal end radius lebih tinggi bersamaan dengan injury elbow ipsilateral
lebih tinggi dibanding dengan fraktur distal radius saja.

Patofisiologi
Kompartemen sindrom disebabkan oleh peningkatan tekanan dalam ruang
fibroosseus yang menyebabkan penurunan perfusi jaringan. Peningkatan awal
tekanan intrakompartemen menyebabkan peningkatan vena extravaskular. Karena
kurangnya otot pada dinding media, peningkatan tekanan yang relatif kecil ini
menyebabkan dinding vena kolaps. Penurunan gradien tekanan hidrostatik
menyebabkan penurunan tekanan perfusi lokal dan peningkatan tekanan
interstisial. Peningkatan tekanan interstisial ini menyebabkan edema dalam
kompartemen, hal ini terjadi terus menerus.
Vasospasme dan syok menyebabkan penurunan tekanan arteri dan mungkin
penutupan end arteriola, menyebabkan penurunan perfusi jaringan yang lebih lagi.
Iskemi terjadi ketika ambang kritis dicapai pada gradien arteri vena lokal dan

ketika sirkulasi terganggu sampai aliran darah tidak cukup untuk memenuhi
kebutuhan metabolik jaringan. Variabel kritis ditunjukkan oleh perbedaan absolut
tekanan darah dan intrakompartemen. Heppenstall lebih memilih membandingkan
dengan mean arterial pressure, tapi tekanan darah diastolik lebih mudah didapat
dan ditentukan. Data experimental dalam sebuah model anjing menunjukkan
bahwa tekanan arteri terminal sama dengan tekanan darah diastolik, sehingga
digunakan tekanan darah diastolik untuk menentukan ambang kritis. Pada studi
terhadap anjing, nekrosis otot terjadi ketika meningkat 20 mmHg di bawah
tekanan diastolik. Heckman et al 41 mendemonstrasikan bahwa perubahan yang
irreversibel pada otot dan saraf perifer terjadi 8 jam setelah iskemia lengkap.
Diikuti anoxia selular, sel yang terkena mulai mengalami metabolsme anaerobik
dan mungkin mati. Hilangnya fungsi terjadi ketika sejumlah besar jaringan otot
dan saraf pada extremitas atas. Iskemia otot dapat menyebabkan pelepasan
mioglobin

yang

menyebabkan

mioglobinuria,

metabolik

asidosis,

dan

hiperkalemia. Gagal ginjal, aritmia, gagal jantung, dan syok mungkin terjadi.
Besarnya efek sistemik bergantung pada durasi iskemia dan besarnya otot
kompartemen yang terlibat.

Algoritma menunjukkan patofisiologi kejadian sindrom kompartemen

Evaluasi klinis
Lima P (Pain, Pallor, Pulselessness, Paralysis, Paresthesia) dipikirkan sebagai
gejala kompartemen sindrom. Pulselessness jarang terjadi, hanya setelah luka
pada arteri. Kebanyakan gejala ini terjadi setelah waktu yang lama dari onset
kompartemen sindrom, dan outcome buruk bahkan dengan fasiotomi.
Pain out of proportion dan pain dengan rengangan pasif otot pada kompartemen
adalah indikator awal kompartemen sindrom. Kompartemen sindrom juga harus
dicuriga pada kompartemen yang tegang dan kompak. Pada pasien dengan
kompartemen sindrom pada tangan, Ouellette dan Kelly mendemonstasikan
bahwa gejala yang paling sering adalah bengkak, tegang pada tangan pada posisi
intrinsik minus (extensi sendi metacarpophalangeal dan flexi sendi intercarpal).
SKA didiagnosis berdasarkan klinis. Namun mungkin dibutuhkan pengukuran
tekanan kompartemen. Studi pada hewan menunjukkan sindrom kompartemen
diindikasikan dari adanya perbedaan antara tekanan darah diastolik adalah 20
mmHg atau perbedaan antara mean arterial pressure dan pengukuran
kompartemen 30 mmHg. Fasiotomi sering dilakukan pada pasien dengan
pengukuran tekanan absolut >30 mmHg. Perbedaan antata tekanan diastolik dan
kompartemen adalah 20 mmHg merupakan indikasi absolut untuk fasiotomi
darurat pada pasien dengan kompartemen yang bengkak dan nilai tekanan normal
(<30mm Hg tekanan absout). Sebaiknya diobservasi dan dilakukan penilaian
pengukuran tekanan berseri. Bertambahnya bengkak dan tekanan kompartemen
membutuhkan dekompresi jika perbedaan tekanan adalah 20 mmHg. Fasiotomi
darurat juga dilakukan untuk penilaian fisik dan peningkatan tekanan yang extrim,
bahkan dengan tekanan >20 mmHg. Tekanan kompartemen harus diukur pada
pasien yang dicurigai adalah pasien tidak kooperatif, dengan perubahan status
mental, pada umur yang muda yang membuat pengukuran tidak adekuat. Pada
anak-anak, Bae et al mendemonstrasikan bahwa peningkatan kebutuhan terhadap
analgetik adalah prediksi dari sindrom kompartemen.

Pengukuran
Kami mengukur tekanan kompartemen pada pasien dengan klinis yang samar
dan tidak dapat dinilai secara lengkap. Klinis yang samar adalah penilaian pada
sindrom kompartemen yang dicurigai dan terdapat ketidakpastian pada penilaian
klinis. Pengukuran juga sering dilakukan di kamar operasi untuk menilai
kompartemen yang terkena untuk memastikan semuanya telah didekompresi
setelah fasiotomi. Kompartemen yang secara klinis tampak dapat diukur dan
pengukuran dilakukan ketika kompartemen tampak paling bengkak dan tegang.
Pada kasus dengan fraktur, kateter dimasukkan pada fraktur tertutup. Jika tidak,
pengukuran dilakukan pada lokasi yang paling mudah dijanngkau terhadap
kompartemen. Secara khusus, pengukuran dilakukan pada setiap kompartemen
yang dicurigai, ketika ragu mengenai hasil pengukuran, pengukuran diulang pada
lokasi lain. Dua teknik pengukuran paling sering menggunakan kateter slit atau
jarum. Jarum yang lurus menunjukkan pengukuran yang kurang akurat. Kateter
mungkin dibiarkan in situ untuk mengulangi atau pengukuran yang berkelanjutan.
Dulu, digunakan artery line dan pressure transducer yang dideskripsikan Matsen
tapi tidak dgunakan pompa infus. Sekarang mulai menggunakan sistem monitor
intrakompartemen Stryker (Stryker, Kalamazoo, MI) yang lebih tepat dan mudah.
Boody dan Wongworawat mengevaluasi tiga modalitas yang biasa digunakan
untuk pengukuran tekanan intrakompartemen dan menemukan bahwa manometer

arteri adalah metode paling akurat diikuti sistem pengukuran tekanan intraarteri.
Mereka menyimpulkan bahwa manometer Whitesides kurang berguna.

Fasiotomi
Tujuan utama dari penanganan SKA extremitas atas adalah pembebasan
seluruh fasia dan esegel epimisial dan dekompresi pada seluruh kompartemen dan
saraf yang terkena. Kompartemen yang secara jelas terkena dibebaskan dan pada
yang tidak bisa dinilai secara adekuat diukur dengan sistem montor
intrakompartemen. Tekanan pada terowongan karpal dicurigai adanya kesertaan
pada area itu. Tekanan pengukuran 20 mm Hg dengan berkurangnya sensasi dan
atau berkurangnya kekuatan otot tenar adalah indikasi untuk pembebasan
teowongan karpal. Ronel et al juga mendeskripsikan sebuah teknik yang
memungkinkan dekompresi otot superfisial dari volar lengan bawah juga nervus
medianus pada lokasi yang tepat untuk dekompresi. Kami menggunakan
pendekatan ini karena menyebabkan luka yang paling sedikit terhadap otot
superfisial, arteri, dan saraf dibanding pendekatan lain pada volar lengan bawah.
Insisi kulit longitudinal dilakukan mulai pada lengan, flexor carpi ulnaris. Insisi
dilanjutkan ke proximal epikondilus medial, dan melengkung secara radial
melalui fossa antecubiti. Insisi mungkin diperluas sampai midline untuk
pembebasan terowongan karpal terbuka.
Lacertus fibrosus dan fasia flexor carpi ulnaris dibuka. Flexor carpi ulnaris
diretraksi untuk memungkinkan visualisasi dan pembukaan fasia pada otot yang
profunda

dari

lengan

bawah.

Pembebasan

kompartemen

volar

sering

menghasilkan dekompresi kompartemen dorsal dan mobile wad. Jika tekanan


tetap meningkat pada kompartemen dorsal atau mobile wad, fasiotomi kedua
dilakukan. Kami menggunakan insisi dorsal longitudinal meluas 2 cm dari distal
sampai ke lateral epikondilus humerus hingga midline pergelangan tangan.
Diseksi yang dalam dilakukan di antara extensor digitorum komunis dan extensor
carpi radialis brevis.ini mmungkinkan dekompresi otot pada kompartemen dorsal
dan mobile wad. Pembebasan kompartemen interosseus dorsal dan volar dan
kompartemen adduktor ibu jari dimulai dengan membuat insisi longitudinal pada

dorsal metakapal 2 dan 4. Fasia diinsisi melalui otot interosseus dorsal. Untuk
dekompresi interosseus volar pertana dan adductor pollicis, diseksi yang tumpul
dilakukan sepanjang metakarpal 2 sampai insisi yang lebih radial. Kompartemen
Interosseus volar 2 dan 3 dibebaskan dengan diseksi sepanjang aspek radial
metakarpal 4 dan 5 melewati insisi yang lebih ke sisi ulna. Untuk membebaskan
kompartemen tenar dan hipotenar, insisi longitudinal dilakukan pada batas kulit
glabrous dan nonglabrous melewati sisi radial metakarpal 1 dan sisi ulna dari
metakarpal 5. Sindrom kompartemen pada lengan atas jarang terjadi.
Kompartemen anterior dan posterior dapat dibebaskan dengan satu insisi medial
atau lateal. Maginn dan Elliot menyarankan bahwa dua insisi midline yang
terpisah langsung pada kompartemen anterior dan posterior menyebabkan lebih
sedikit perforasi pembuluh darah sehingga menyebabkan sedikitnya iskemia
iatrogenik pada otot dibandingkan insisi medial. Pada pengalaman kami, sindrom
kompartemen extremitas atas biasanya berhubungan dengan fraktur humerus,
yang membutuhkan reduksi terbuka dan fixasi internal. Hal ini tidak dapat
dilkaukan dengan pendekatan medial, jarang terjadi dimana kedua kopartemen
terkena. Jadi, kami membuat insisi longitudinal pada kompartemen yang terkena
melalui dekompresi. Kami menggunakan insisi yang sama untuk reduksi terbuka
fraktur humerus. Jika kompartemen lain juga terkena, fasiotomi kedua dilakukan
melalui itu.

Penutupan luka
Luka khususnya dibiarkan terbuka dan awalnya ditutup dengan dress steril
yang kering. Kulit tidak boleh ditutup setelah fasiotomi. Kami tidak rutin
menggunakan kateter karet untuk mencegah retraksi pada tepi luka. Pada luka
dengan tendon, tulang, atau struktur neurovaskular yang terbuka, dressing luka
matrix kolagen (Integraartificial dermis; Integra Life Sciences, Plainsboro, NJ)
digunakan untuk mencegah kekeringan setelah itu bisa dilakukan graft. Pasien
dikembalikan ke ruang operasi setelah 48 sampai 72 jam untuk irigasi dan
debridemen. Penutupan luka yang lambat juga dapat dilakukan pada saat ini.
Pada pasien dengan nekrosis otot, semua otot yang tidak viable didebridement.
Ketika viabilitas otot menjadi perhatian, ulangi debridement setiap 48 jam. Untuk
luka yang tidak dapat ditutup, sistem vacuum-assisted wound closure system
(VAC Therapy System; KCI, San Antonio, TX) digunakan, splitthickness skin
grafting dilakukan setelah beberapa lama. Manfaat dari vacuum-assisted closure

system adalah hospitalisasi yang lebih singkat, mengurangi kebutuhan skin graft,
dan infeksi nosokomial yang rendah

Hasil dan komplikasi


Outcome sindrom kompartemen tergantung keparahan luka, durasi iskemi, dan
status sebelum injury dan komorbiditas. Jumlah infark bervariasi sebagaimana
hasil akhir. Waktu dari diagnosis hingga ke fasiotomi adalah prediktor utama
outcome. Keterlambatan dari diagnosis hingga penanganan dilaporkan 6 sampai
24 jam. Kerusakan yang ireversibel terjadi setelah 8 jam pada sebuah model
penelitian anjing. Penyembuhan total dengan disfungsi residual yang minimal
dapat diharapkan dengan diagnosis yang tepat intervensi pada extremitas atas.
Keterlambatan 6 sampai 24 jam dapat menyebabkan kontraktur Volkmann, defisit
neurologis, amputasi, atau kematian.
Seberapa lama dikatakan terlambat untuk dekompresi? Pada beberapa kasus
onset yang tepat dari sindrom kompartemen sulit ditentukan, sehingga mustahil
untuk menentukan durasi. Untuk memudahkan, pemeriksaan klinis berdasarkan
derajat beratnya. Kontraksi otot voluntar pada kompresi adalah indikasi adanya
otot yang viabel, dab fasiotomi darurat harus dilakukan segera. Pada pasien tanpa
fungsi otot yang dapat ditunjukkan, penanganan terbaik adalah suportif untuk
mioglobinuria dan splinting agresif untuk mnjaga lengan dan tangan pada posisi
yang fungsional. Ouellette dan Kelly mencatat hasil yang buruk pada 9 dari 14
pasien dengan sindrom kompartemen. Keempat pasien mengalami penurunan
kesadaran pada saat onset, dan dua membutuhkan amputasi. Kecurigaan yang
tnggi sindrom kompartemen harus dijaga pada pasen yang sulit dinilai dan tidak
dapat berkomunikasi secara efektif. Gelberman melaporkan hasil dekompresi 10
pasien komprtemen sindrom pada lengan bawah. Tidak ada pasien mengalami
kontraktur Volkmann, tapi hanya dua pasien yang memiliki hasil post oprasi yang
normal. Enam pasien yang mengalami fasiotomi volar membutuhkan skin graft.
Hasil terburuk pada pasien dengan crush injuriey yang parah dan pada injury
arteri.

Kontraktur Volkmann
Iskemia

jaringan

ireversibel

menyebabkan

nekrosis

jaringan

yang

menyebabkan kontraktur. Pada lengan bawah, postur yang khususnya dapat

mnyebabkan adalah flexi elbow, pronasi lengan bawah, flexi pergelangan tangan,
dan adduksi ibu jari dengan extensi sendi metakarpofalangeal dan flexi
interfalang. Nervus medianus sering terkena lebih parah dibanding ulna karena
medianus terletak pada zona yang lebih dalam yang berbahaya karena iskemia.
Tsuge mengklasifikasikan kontraktur sebagai mild, moderate, dan severe. Mild
termasuk kontraktur iskemik ringan pada flexor digitorum profundus dan tidak
ada defisit neurologis. Pada modrate, flexor digitorum profundus, flexor pollicis
longus, dan pronator teres terkena, dan flexor digitorum superficialis dan flexor
carpi ulnaris terkena dengan derajat lebih ringan. Paralisis Otot intrinsik dan
neuropati sensoris medianus dan ulna juga terjadi. Tipe severe terjadi iskemia
pada semua otot flexor pada lngan bawah, extensor yang bervariasi, dan injury
neurologis yang berat. Tujuan utama dari kontraktur Volkmann adalah untuk
mengembalikan fungsi; namun, fungsi normal tidak dapat diharapkan. Otot yang
terkena terpapar, dan jaringan fibrotik dan neksross didebridemen. Neurolisis
medianus dan ulna harus dilakukan bersama tenolisis tendon yang terkena.
Pemanjang tendon yang terisolasi tidak direkomendasikan karena menyebabkan
kontraktur yang segera dan hilangnya kekuatan genggaman. Pada orang dengan
kontraktur ringan, flexor atau pronator slide mungkin dilakukan untuk
memperbaiki posisi tangan juga fungsi flexor lengan bawah. Transer tendon
mungkin dilakukan untuk memperbaiki disfungsi tendon spesifik pada organ
kontraktur moderat. Biasanya ini mengikuti transfer tendon, namun tendon flexor
dapat ditransfer pada dorsal kontraktur. Transfer otot bebas, khususnya
menggunakan otot grasilis, dibutuhkan untuk memperbaiki fungsi pada orang
dengan kontraktur yang berat.

Kesimpulan
SKA pada extremitas atas adalah kondisi yang potensial menyebabkan
hilangnya fungsi. Sindrom kompartemen memiliki banyak penyebab, dan
kecurigaan yang tinggi harus diberlakukan. Jalur akhir yang umum adalah siklus
dari meningkatnya tekanan jaringan dengan iskemia selular. Semua kompartemen
yang terkena pada extremitas atas harus diketahui, dan dekompresi harus

dilakukan,

sindrom kompartemen sulit dilakukan pada beberapa kasus, dan

dekompresi dilakukan dengan cara yang tepat. Sindrom kompartemen sulit


didiagnosis pada pasien penurunan kesadaran dan anak-anak. Diagnosis dan
dekompresi yang segera penting untuk mendapatkan outcome klnis yang baik dan
mencegah hasil yang buruk.

S-ar putea să vă placă și