Sunteți pe pagina 1din 7

Makalah Lembaga Keuangan Syariah Non Bank (Asuransi Syariah)

KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, karena berkat rahmat dan
karunia-Nya kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini. Kami juga bersyukur atas berkat
rezeki dan kesehatan yang diberikan kepada kami sehingga kami dapat mengumpulkan bahan
bahan materi makalah ini dari berbagai buku. kami telah berusaha semampu kami untuk
mengumpulkan referensi dari buku maupun internet sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah ini
kami sadar bahwa makalah yang kami buat ini masih jauh dari sempurna, karena itu kami
mengharapkan saran dan kritik yang membangun untuk menyempurnakan makalah ini
menjadi lebih baik lagisemoga makalah ini dapat bermanfaat dan menambah wawasan baik
bagi si pembaca maupun penulis.
Demikianlah makalah ini kami buat, apabila ada kesalahan dalam penulisan,kami mohon
maaf yang sebesar-besarnya dan sebelumnya saya mengucapkan banyak terima kasih.
Hormat kami
Penulis
BAB I
A. Pendahuluan
Asuransi sebagai lembaga keuangan non bank, terorganisir secara rapi dalam bentuk sebuah
perusahaan yang berorientasi pada aspek bisnis kelihatan secara nyata pada era modern.
Bersamaan dengan booming-nya semangat revolusi industri dikalangan masyarakat Barat,
banyak tuntutan untuk mengadakan sebuah langkah proteksi terhadap kegiatan atau aktivitas
ekonomi. Buruh pabrik misalnya, yang menjadi instrument dalam pertumbuhan industri
merasa bahwa aktivitas di pabrik tidak hanya sekedar untuk kepentingan ekonomi tanpa
risiko. Tetapi, sebaliknya mereka merasakan bahwa selama melakukan aktivitas di pabrik,
keselamatan jiwanya benar-benar membutuhkan sebuah lembaga yang bisa memberikan
proteksi terhadap jiwanya. Sehingga secara psikologi, ketenangan dan ketentraman dapat
dinikmati selama melakukan aktivitas ekonominya, disamping risiko yang selama ini
dikhawatirkan dapat dihindari atau paling tidak diminimalisir menjadi sesuatu yang tidak
memberatkan jika suatu hari nantinya mendapatkan kerugian dalam aktivitas ekonomi. Maka
pilihan yang tepat terdapat pada institusi yang bernama asuransi.
Fungsi asuransi dewasa ini tidak dibatasi sebagai instrument untuk melindungi harta (sektor
usaha) dan keluarga (jiwa), melainkan juga mengandung investasi (asuransi dwiguna).
Selama ini asuransi konvensional meninvestasikan dana yang didapatnya tanpa
mempertimbangkan etika halal-haram, sehingga uang hasil investasi yang diterima nasabah
juga tidak terjaga kehalalannya. Ketidakhalalan tersebut mencakup unsur-unsur maysir
(perjudian, untung-untungan), gharar (ketidakjelasan, ketidakpastian) dan riba (bunga) baik
pada akad maupun operasionalnya. Kehadiran asuransi syariah yang di desain untuk
menghapuskan unsur maysir, gharar dan riba tersebut diharapkan menjadi salah satu
alternative yang cukup menarik bagi umat muslim khususnya dan umat manusia seluruhnya
dalam menginvestasikan dananya dan melindungi harta dan keluarganya secara aman dan
halal.
BAB II
PEMBAHASAN
1. Pengrtian Asuransi Syariah
Asuransi syariah menurut definisi Dewan Syariah Nasional adalah usaha untuk saling
melindungi dan tolong-menolong diantara sejumlah orang melalui investasi dalam bentuk
asset dan atau tabaru yang memberikan pola pengembalian untuk menghadapi resiko/

bahaya tertentu melalui akad yang sesuai dengan syariah.


2. Dasar hukum
Landasan dasar asuransi syariah adalah sumber dari pengambilan hokum praktik asuransi
ayariah. Karena sejak awal asauransi syariah dimaknai sebagai wujud dari bisnis
pertanggungan yang didasarkan pada nilai-nilai yang ada dalam ajaran Islam, yaitu Al-Quran
dan sunnah Rasul, maka landasan yang dipakai dalam hal ini tidak jauh berbeda dengan
metodologi yang dipakai oleh sebagian ahli hokum Islam.
1. Al-Quran
Diantaranya ayat-ayat Al-Quran yang mempunyai muatan nilai yang ada dalam praktik
asuransi adalah:
a. Surah Al-Maidah ayat 2
.
Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan
tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan bertakwalah kamu kepada Allah,
sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya
Ayat ini memuat perintah (amr) tolong-menolong antar sesama manusia. Dalam bisnis
asuransi, nilai ini terlihat dalam praktik kerelaan anggota (nasabah) perusahaan asuransi
untuk menyisihkan dananya agar digunakan sebagai dana social (tabarru). Dana sosial ini
berbentuk rekening tabarru pada perusahaan asuransi dan difungsikan untuk menolong salah
satu anggota (nasabah) yang sedang mengalami musibah (peril).
b. Surah Al-Baqarah ayat 185
Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu.
Dalam konteks bisnis asuransi, ayat tersebut dapat dipahami bahwa dengan adanya lembaga
asuransi, seseorang dapat memudahkan untuk menyiapkan dan merencanakan kehidupannya
dimasa mendatang dan dapat melindungi kepentingan ekonominya dari sebuah kerugian yang
tidak disengaja
3. Sejarah
Perkembangan industri asuransi syariah di negeri ini diawali dengan kelahiran asuransi
syariah pertama Indonesia pada 1994. Saat itu, PT Syarikat Takaful Indonesia (STI) berdiri
pada 24 Februari 1994 yang dimotori oleh Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI)
melalui Yayasan Abdi Bangsa, Bank Muamalat Indonesia, PT Asuransi Jiwa Tugu Mandiri,
Departemen Keuangan RI, serta beberapa pengusaha Muslim Indonesia.
Selanjutnya, STI mendirikan dua anak perusahaan. Mereka adalah perusahaan asuransi jiwa
syariah bernama PT Asuransi Takaful Keluarga (ATK) pada 4 Agustus 1994 dan perusahaan
asuransi kerugian syariah bernama PT Asuransi Takaful Umum (ATU) pada 2 Juni 1995.
Setelah Asuransi Takaful dibuka, berbagai perusahaan asuransi pun menyadari cukup
besarnya potensi bisnis asuransi syariah di Indonesia.
Hal tersebut kemudian mendorong berbagai perusahaan ramai-ramai masuk bisnis asuransi
syariah, di antaranya dilakukan dengan langsung mendirikan perusahaan asuransi syariah
penuh maupun membuka divisi atau cabang asuransi syariah.
Asuransi syariah sudah mulai dikenal semenjak berdirinya Syarikat Takaful Indonesia pada
tahun 1994. Pada tahun 2015 diperkirakan bahwa potensi penerimaan premi syariah di
Indonesia akan mencapai US$ 1,20 miliar. Pencapaian posisi ini menempatkan pada posisi
terbesar kedua setelah Malaysia yang diperkirakan oleh penelitian Institute of Islamic
Banking and Insurance di London sebesar US$ 1,22 miliar. Tetapi jika dibandingkan dengan
asuransi konvensional jumlah premi ini sangatlah kecil.
4. Tujuan Berdiri
Memberikan jaminan perlindungan dari risiko-risiko kerugian yang diderita satu pihak.

Meningkatkan efisiensi, karena tidak perlu secara khusus mengadakan pengamanan dan
pengawasan untuk memberikan perlindungan yang memakan banyak tenaga, waktu dan
biaya.
Pemerataan biaya, yaitu cukup hanya dengan mengeluarkan biaya yang jumlahnya tertentu
dan tidak perlu mengganti/membayar sendiri kerugian yang timbul yang jumlahnya tidak
tentu dan tidak pasti.
Dasar bagi pihak bank untuk memberikan kredit karena bank memerlukan jaminan
perlindungan atas agunan yang diberikan oleh peminjam uang.
Sebagai tabungan, karena jumlah yang dibayar kepada pihak asuransi akan dikembalikan
dalam jumlah yang lebih besar. Hal ini khusus berlaku untuk asuransi jiwa.
Menutup Loss of Earning Power seseorang atau badan usaha pada saat ia tidak dapat
berfungsi (bekerja)
5. Perbedaan Asuransi Syariah Dengan Asuransi Konvensional
Perbedaan asuransi syariah dan asuransi konvensional
Prinsip asuransi konvensional asuransi syariah
Konsep Perjanjian antara dua pihak atau lebih, dimana pihak penanggung mengikat diri
kepada pihak tertanggung, dengan menerima premi asuransi, untuk memberikan pergantian
kepada tertanggung. Sekumpulan orang yang saling membantu, saling menjamin dan bekerja
sama dengan cara masing-masing mengeluarkan dana tabarru.
Asal Usul Dari masyarakat Babilonia 4000-3000 SM yang dikenal dengan perjanjian
Hammurabi. Dan tahun 1668 M di Coffe House London berdirilah Liyod of London sebagai
cikal bakal asuransi konvensional. Dari al-Aqilah (kebiasaan suku Arab jauh sebelum Islam
datang). Kemudian disahkan oleh Rasulullah menjadi hukum Islam, bahkan telah tertuang
dalam konstitusi pertama di dunia (Konstitusi Madinah) yang dibuat langsung oleh
Rasulullah
Sumber Hukum Bersumber dari pikiran manusia dan kebudayaan. Berdasarkan hukum
positif, hukum alami dan contoh peristiwa. Bersumber dari wahyu Ilahi. Sumber hukum
dalam syariah Islam adalah al-Quran, Sunnah atau kebiasaan Rasul, Ijma, Urf atu tradisi
dan Maslahah Mursalah.
Maghrib (Maysir, Gharar dan Riba) Tidak selaras dengan Syariah Islam karena adanya
unsur Maisir, Gharar dan Riba. Dan itu semua merupakan hal yang diharamkan dalam
muamalah. Bersih dari adanya praktik Maisir, Gharar dan Riba.
Pengawasan
Hanya diawasi oleh Departemen Keuangan. Tidak ada DPS (Dewan Pengawas Syariah),
sehingga dalam praktiknya bertentangan dengan kaidah-kaidah Syara Selain diawasi oleh
Departemen Keuangan, juga ada DPS yang berfungsi untuk mengawasi pelaksanaan
operasional perusahaan agar terbebas dari praktik-praktik muamalah yang bertentangan
dengan prisnsip-prinsip Syariah.
Akad/ Perjanjian Akad jual beli atau tadabbuli (akad muawadhah, akad idzaan akad gharar
dan akad mulzim). Akad tabarru dan akad tijarah (mudharabah, wakalah, wadiah, syirkah
dan sebagainya
Jaminan/Risk (Risiko) Transfer of Risk, dimana terjadi transfer risiko dari tertanggung
kepada penanggung. Sharing of Risk, dimana terjadi proses saling menanggung antara satu
peserta dengan peserta yang lainnya (tawun).
Pengelola-an Dana Tidak ada pemisahan dana yang berakibat pada terjadinya dana hangus
(untuk produk saving-life). Pada produk-produk saving life terjadi pemisahan dana yaitu dana
tabarru atau derma dan dana peserta sehingga tidak mengenal istilah dana hangus.
Sedangkan untuk term insurance semuanya bersifat tabarru.
Investasi Dana Premi Bebas melakukan investasi dalam batas-batas tertentu yang sesuai
dengan perundang-undangan dan tidak terbatasi pada halal dan haramnya objek atau sistem

investasi yang digunakan. Dengan demikian, dana premi bisa diinvestasikan diluar skim
syariah. Dapat melakukan investasi sesuai dengan ketentuan perundang-undangan sepanjang
tidak bertentanggan dengan prinsip-prinsip Syariah Islam. Bebas dari riba dan tempat-tempat
investasi terlarang. Dengan demikian dana premi harus dinvestasikan dalam skim Syariah
dengan mendapatkan fee pengelola.
Kepemilik-an Dana Dana yang terkumpul dari premi peserta seluruhnya menjadi milik
perusahaan. Perusahaan bebas menggunakan dan menginvestasikan kemana saja. Dana yang
terkumpul dari peserta dalam bentuk iuran atau kontribusi, merupakan milik peserta (shohibul
mal), asuransi syariah hanya sebagai pemegang amanah (mudharib) dalam mengelola dana
tersebut.
Unsur Premi Unsur premi terdiri dari tabel mortalia (mortality tables), bunga (interest), biayabiaya asuransi (cost of insurance). Iuran atau kontribusi terdiri dari unsur tabarru dan
tabungan (yang tidak mengandung unsur riba). Tabarru juga dihitung dari tabel mortalia,
tetapi tanpa perhitungan bunga teknik.
Loading (komisi agen) Loading pada asuransi konvensional cukup besar terutama
diperuntukan untuk komisi agen, bisa menyerap premi tahun pertama dan kedua. Karena itu,
nilai tunai pada tahun pertama dan kedua biasanya belum ada (masih hangus). Pada sebagian
asuransi syariah, loading tidak dibebankan pada peserta tetapi dari dana pemegang saham,
tapi sebagian yang lainnya mengambil dari sekitar 20-30% saja dari premi.
Sumber Pembayaran Klaim Sumber biaya klaim adalah dari rekening atau kas perusahaan,
sebagai konsekuensi penanggung terhadap tertanggung. Murni bisnis dan tidak ada nuansa
spiritual. Sumber pembayaran klaim diperoleh dari rekening tabarru atau dana tabungan
bersama dimana peserta saling menanggung. Jika salah satu peserta mendapat musibah, maka
peserta lainnya ikut menanggung.
Sistem Akuntansi Menganut konsep akuntansi accrual basis, yaitu proses akuntansi yang
mengakui terjadinya peristiwa, atau keadaan non-kas. Dan juga mengakui pendapataan,
peningkatan asset, expenses, liabilities dalam jumlah tertentu yang baru akan diterima dalam
waktu yang akan datang. Menganut konsep akuntansi cash basis, mengakui apa yang benarbenar telah ada, sedang accrual basis dianggap bertentangan dengan syariah karena
mengakui adanya pendapatan harta, beban atau utang yang akan terjadi di masa yang akan
datang. Sementara apakah itu benar-benar dapat terjadi hanya Allah yang tahu .
Keuntungan (Profit) Keuntungan yang diperoleh dari surplus underwriting, komisi reasuransi
dan hasil investasi seluruhnya adalah keuntungan perusahaan. Profit yang diperoleh dari
surplus underwriting, komisi reasuransi dan hasil investasi bukan seluruhnya milik
perusahaan tetapi dilakukan bagi hasil (mudharabah) dengan peserta.
Dana Zakat, Infaq dan Shadaqah Tak ada zakat, infaq dan shadaqah. Perusahaan wajib
mengeluarkan zakat dari keuntungannya. Juga dianjurkan untuk mengeluarkan infaq dan
shadaqah.
Misi dan Visi Secara garis besar misi utama dari asuransi konvensinal adalah misi ekonomi
dan misi sosial. Misi yang diemban dalam asuransi syariah adalah misi akidah, misi ibadah
(tawun), misi ekonomi (iqtishod) dan misi pemberdayaan umat (sosial).
6. Produk dan Mekanisme Operasional
Produk unggulan Asuransi Syariah agak berbeda dengan Asuransi Konvensional, produk
UnitLink (gabungan Asuransi dan Investasi) menjadi trend sementara pada Asuransi Syariah
Takaful pada setiap perusahaan memiliki produk unggulan yang berbeda sesuai dengan
permintaan nasabah. Di dalam pengelolaaan dana Asuransi Syariah, yang sebenarnya terjadi
adalah Takaful Umum
Takaful Umum
Fokus utamanya memberikan layanan dan bantuan menyangkut asuransi di bidang kerugian
seperti perlindungan dari kebakaran, pengangkutan, niaga, dan kendaraan bermotor, dengan

harapan bisa tercapainya masyarakat Indonesia yang sejahtera dengan perlindungan asuransi
yang sesuai Muamalah Syariah Islam.h saling bertanggung jawab, bantu-membantu dan
melindungi para peserta Asuransi.
Takaful Keluarga
Fokus utamanya memberikan layanan dan bantuan menyangkut asuransi jiwa dan keluarga,
dengan harapan bisa tercapainya masyarakat Indonesia yang sejahtera dengan perlindungan
asuransi yang sesuai Muamalah Syariah Islam.
Takaful lainnya
a) Fulnadi (Asuransi Pendidikan)
Adalah program asuransi perorangan yang bermaksud menyediakan dana pendidikan, dalam
mata uang Rupiah dan US Dolar untuk putra-putrinya sampai sarjana. * Dana Tunai Harian
Pemberian Dana Tunai Harian selama Peserta menjalani rawat inap di rumah sakit. Karena
sakit atau kecelakaa
b) Santunan Kematian
Pemberian santunan bila Peserta meninggal karena sakit atau kecelakaan
c) Santunan Cacat Tetap Total
Pemberian santunan bila Peserta mengalami Cacat Tetap Total karena sakit atau kecelakaan
sehingga tidak dapat melaksanakan pekerjaan, memegang jabatan atau profesi apapun untuk
memperoleh penghasilan.
Perusahaan Asuransi diberi kepercayaan (amanah) oleh para peserta untuk mengelola premi,
mengembangkan dengan jalan yang halal, memberikan santunan kepada yang mengalami
musibah sesuai hasil kesepakatan berdasarkan perjanjian jenis akad.
Kumpulan dana peserta yang diinvestasikan sesuai dengan prinsip syariah. Selain itu tiap
keuntungan dari investasi setelah dikurangi dengan beban Asuransi (klaim dan premi
reasuransi) akan dibagikan menurut sistem bagi hasil (mudharabah), misalnya 60% peserta
dan 40% perusahaan.
7. Peraturan Hukum Yang Terkait Dengan Asuransi
Adapun landasan hukum yang telah dikeluarkan oleh pemerintah yang berkaitan Asuransi
Syariah yaitu :
Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia No.426/KMK.06/2003 tentang perizinan
usaha dan kelembagaan perusahaan Asuransi dan perusahan Reasuransi.
Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia No.424/KMK.06/2003 tentang
Kesehatan Keuangan perusahan Asuransi dan perusahan Reasuransi.
Keputusan Direktur Jenderal Lembaga Keuangan No.Kep 4499/LK/2000 tentang jenis
penilaian dan pembatasan investasi perusahaan Asuransi dan perusahaan Reasuransi dengan
sistim Syariah.
8. Perkembangan Dan Pertumbuhan Asuransi Syariah Di Indonesia
Keuntungan perusahaan Asuransi Syariah diperoleh dari berbagai keuntungan dana dari
peserta, yang dikembangkan dengan prinsip sistem bagi hasil (mudharabah). Keuntungan
yang diperoleh dari pengembangan dana itu dibagi antara para peserta dan perusahaan sesuai
ketentuan yang telah disepakati oleh nasabah dengan perusahaan Asuransi.
Data Departemen Keuangan menunjukkan market share asuransi syariah pada tahun 2001
baru mencapai 0.3% dari total premi asuransi nasional. Dibidang aturan hukum saat ini
sedang digodog aturan khusus mengenai asuransi syariah yang diharapkan dapat memberi
dampak yang signifikan sebagaimana dampak dari UU Perbankan tahun 1998.
Alternatif pilihan proteksi bagi pemeluk agama Islam yang menginginkan produk yang sesuai
dengan hukum Islam. Perkembangan Perbankan Islam menuntut peranan asuransi syariah
untuk pengamanan aset dan transaksi perbankan. Perkembangan bisnis asuransi syariah yang
saat ini berkembang di Indonesia, dimulai sejak awal 1990-an. Sampai saat ini berkembang
dengan sangat menjanjikan. Dari sisi populasi kita tahu, jumlah penduduk Indonesia itu

kelima terbesar di dunia.


Selain itu, penduduk muslimnya sekitar 88 persen dari lebih dari 220 juta penduduk yang ada.
Jadi secara keseluruhan Indonesia memiliki potensi pengembangan bisnis asuransi syariah
cukup menjanjikan. Potensi pengembangan bisnis asuransi syariah masih sangat besar,
meskipun pasarnya belum matang. Kalaupun sudah matang, memang masih harus menggali
lagi. Apalagi, sekarang ini belum banyak juga ya ng mengakses layanan asuransi secara
nasional.
9. Dampak Perkembangan Dan Pertumbuhan Asuransi Syariah Di Indonesia
Keuntungan perusahaan Asuransi Syariah diperoleh dari berbagai keuntungan dana dari
peserta, yang dikembangkan dengan prinsip sistem bagi hasil (mudharabah). Keuntungan
yang diperoleh dari pengembangan dana itu dibagi antara para peserta dan perusahaan sesuai
ketentuan yang telah disepakati oleh nasabah dengan perusahaan Asuransi.
Adapun beberapa dampak perkembangan dan pertumbuhan asuransi syariah terhadap
perekonomian umat di Indonesia Yaitu:
Berkembangnya unit usaha kecil dan menengah, serta pembangunan karena adanya asupan
dana investasi dari perusahaan asuransi syariah yang terkait.
Secara otomatis akan mengurangi angka pengangguran, karena banyak perekrutan agen
asuransi.
Meningkatkan pendapatan setiap individu.
Bertambahnya kemampuan belanja setiap individu, yang berdampak pula pada
peningkatan pada angka pertumbuhan produksi.
Dengan perkembangan dan pertumbuhan tersebut, baik bagi individu maupun perusahaan,
akan berdampak pula penambahan pemasukan bagi Negara.
10. Prospek Dan Strategi Pembangunan
Di Indonesia sudah ada 3 perusahaan yang full asuransi syariah, 32 cabang asuransi syariah,
dan 3 cabang reasuransi syariah. Ini pertumbuhan premi industri bisa menembus Rp 1 trilun
tahun ini. Rencana masuknya asuransi raksasa di pasar asuransi syariah diharapkan
mendukung pencapaian target itu. Premi industri asuransi syariah tanah air diperkirakan
kembali mengulang prestasi tahun lalu dengan tumbuh sebesar 60%-70%. pada 2006, industri
asuransi syariah membukukan pertumbuhan premi sebesar 73% dengan nilai total Rp 475
miliar. Hingga akhir 2007,mencapai Rp 700 miliar. Kalau tahun depan tumbuh 50% saja,
sampai melebihi Rp 1 triliun.
Pada 2003, hanya ada 11 pemain dalam industri syariah. Jumlah itu meningkat menjadi 30
pemain pada 2006. Per juli 2007, terdapat 38 pemain asuransi syariah dengan rincian 2
perusahaan asuransi syariah, 1 asuransi umum, 12 asuransi jiwa syariah, 20 asuransi umum
syariah, dan 3 asuransi syariah. Sistem asuransi syariah menjanjikan sistem yang lebih adil,
transparan dan terhindar dari unsur perjudian. Oleh karena itu orang merasa lebih aman
dengan asuransi syariah.
Data dari Asosiasi Asuransi Syariah di Indonesia menyebutkan, tingkat pertumbuhan
ekonomi syariah selama 5 tahun terakhir mencapai 40 persen, sementara asuransi
konvensional hanya 22,7 persen. Perbankan dan asuransi, hanya salah satu dari industri
keuangan syariah yang kini sedang berkembang pesat. Pada akhirnya, sistem ekonomi
syariah akan membawa dampak lahirnya pelaku-pelaku bisnis yang bukan hanya berjiwa
wirausaha tapi juga berperilaku Islami, bersikap jujur, menetapkan upah yang adil dan
menjaga keharmonisan hubungan antara atasan dan bawahan.
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Asuransi syariah menurut definisi Dewan Syariah Nasional adalah usaha untuk saling
melindungi dan tolong-menolong diantara sejumlah orang melalui investasi dalam bentuk

asset dan atau tabaru yang memberikan pola pengembalian untuk menghadapi resiko/
bahaya tertentu melalui akad yang sesuai dengan syariah.
Tujuan berdirinya Asuransi Syariah
Memberikan jaminan perlindungan dari risiko-risiko kerugian yang diderita satu pihak.
Meningkatkan efisiensi, karena tidak perlu secara khusus mengadakan pengamanan dan
pengawasan untuk memberikan perlindungan yang memakan banyak tenaga, waktu dan
biaya.
Pemerataan biaya, yaitu cukup hanya dengan mengeluarkan biaya yang jumlahnya tertentu
dan tidak perlu mengganti/membayar sendiri kerugian yang timbul yang jumlahnya tidak
tentu dan tidak pasti.
Dasar bagi pihak bank untuk memberikan kredit karena bank memerlukan jaminan
perlindungan atas agunan yang diberikan oleh peminjam uang.
Sebagai tabungan, karena jumlah yang dibayar kepada pihak asuransi akan dikembalikan
dalam jumlah yang lebih besar. Hal ini khusus berlaku untuk asuransi jiwa.
Menutup Loss of Earning Power seseorang atau badan usaha pada saat ia tidak dapat
berfungsi (bekerja)
Ada tujuh perbedaan mendasar antara asuransi syariah dengan asuransi konvensional.
Perbedaan tersebut adalah:
Asuransi syariah memiliki Dewan Pengawas Syariah (DPS) yang betugas mengawasi
produk yang dipasarkan dan pengelolaan investasi dananya. Dewan Pengawas Syariah ini
tidak ditemukan dalam asuransi konvensional.
Akad yang dilaksanakan pada asuransi syariah berdasarkan tolong menolong. Sedangkan
asuransi konvensional berdasarkan jual beli
Investasi dana pada asuransi syariah berdasarkan bagi hasil (mudharabah). Sedangkan pada
asuransi konvensional memakai bunga (riba) sebagai landasan perhitungan investasinya
Kepemilikan dana pada asuransi syariah merupakan hak peserta. Perusahaan hanya sebagai
pemegang amanah untuk mengelolanya. Pada asuransi konvensional, dana yang terkumpul
dari nasabah (premi) menjadi milik perusahaan. Sehingga, perusahaan bebas menentukan
alokasi investasinya.
Dalam mekanismenya, asuransi syariah tidak mengenal dana hangus seperti yang terdapat
pada asuransi konvensional. Jika pada masa kontrak peserta tidak dapat melanjutkan
pembayaran premi dan ingin mengundurkan diri sebelum masa reversing period, maka dana
yang dimasukan dapat diambil kembali, kecuali sebagian dana kecil yang telah diniatkan
untuk tabarru.
Pembayaran klaim pada asuransi syariah diambil dari dana tabarru (dana kebajikan)
seluruh peserta yang sejak awal telah diikhlaskan bahwa ada penyisihan dana yang akan
dipakai sebagai dana tolong menolong di antara peserta bila terjadi musibah. Sedangkan pada
asuransi konvensional pembayaran klaim diambilkan dari rekening dana perusahaan.
Pembagian keuntungan pada asuransi syariah dibagi antara perusahaan dengan peserta
sesuai prinsip bagi hasil dengan proporsi yang telah ditentukan. Sedangkan pada asuransi
konvensional seluruh keuntungan menjadi hak milik perusahaan.
Daftar Pustaka
http://www.asuransisyariah.net/
http://www.sinarharapan.co.id/
www.swaberita.com/
www.sebi.ac.id

S-ar putea să vă placă și