Documente Academic
Documente Profesional
Documente Cultură
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, karena berkat rahmat dan
karunia-Nya kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini. Kami juga bersyukur atas berkat
rezeki dan kesehatan yang diberikan kepada kami sehingga kami dapat mengumpulkan bahan
bahan materi makalah ini dari berbagai buku. kami telah berusaha semampu kami untuk
mengumpulkan referensi dari buku maupun internet sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah ini
kami sadar bahwa makalah yang kami buat ini masih jauh dari sempurna, karena itu kami
mengharapkan saran dan kritik yang membangun untuk menyempurnakan makalah ini
menjadi lebih baik lagisemoga makalah ini dapat bermanfaat dan menambah wawasan baik
bagi si pembaca maupun penulis.
Demikianlah makalah ini kami buat, apabila ada kesalahan dalam penulisan,kami mohon
maaf yang sebesar-besarnya dan sebelumnya saya mengucapkan banyak terima kasih.
Hormat kami
Penulis
BAB I
A. Pendahuluan
Asuransi sebagai lembaga keuangan non bank, terorganisir secara rapi dalam bentuk sebuah
perusahaan yang berorientasi pada aspek bisnis kelihatan secara nyata pada era modern.
Bersamaan dengan booming-nya semangat revolusi industri dikalangan masyarakat Barat,
banyak tuntutan untuk mengadakan sebuah langkah proteksi terhadap kegiatan atau aktivitas
ekonomi. Buruh pabrik misalnya, yang menjadi instrument dalam pertumbuhan industri
merasa bahwa aktivitas di pabrik tidak hanya sekedar untuk kepentingan ekonomi tanpa
risiko. Tetapi, sebaliknya mereka merasakan bahwa selama melakukan aktivitas di pabrik,
keselamatan jiwanya benar-benar membutuhkan sebuah lembaga yang bisa memberikan
proteksi terhadap jiwanya. Sehingga secara psikologi, ketenangan dan ketentraman dapat
dinikmati selama melakukan aktivitas ekonominya, disamping risiko yang selama ini
dikhawatirkan dapat dihindari atau paling tidak diminimalisir menjadi sesuatu yang tidak
memberatkan jika suatu hari nantinya mendapatkan kerugian dalam aktivitas ekonomi. Maka
pilihan yang tepat terdapat pada institusi yang bernama asuransi.
Fungsi asuransi dewasa ini tidak dibatasi sebagai instrument untuk melindungi harta (sektor
usaha) dan keluarga (jiwa), melainkan juga mengandung investasi (asuransi dwiguna).
Selama ini asuransi konvensional meninvestasikan dana yang didapatnya tanpa
mempertimbangkan etika halal-haram, sehingga uang hasil investasi yang diterima nasabah
juga tidak terjaga kehalalannya. Ketidakhalalan tersebut mencakup unsur-unsur maysir
(perjudian, untung-untungan), gharar (ketidakjelasan, ketidakpastian) dan riba (bunga) baik
pada akad maupun operasionalnya. Kehadiran asuransi syariah yang di desain untuk
menghapuskan unsur maysir, gharar dan riba tersebut diharapkan menjadi salah satu
alternative yang cukup menarik bagi umat muslim khususnya dan umat manusia seluruhnya
dalam menginvestasikan dananya dan melindungi harta dan keluarganya secara aman dan
halal.
BAB II
PEMBAHASAN
1. Pengrtian Asuransi Syariah
Asuransi syariah menurut definisi Dewan Syariah Nasional adalah usaha untuk saling
melindungi dan tolong-menolong diantara sejumlah orang melalui investasi dalam bentuk
asset dan atau tabaru yang memberikan pola pengembalian untuk menghadapi resiko/
Meningkatkan efisiensi, karena tidak perlu secara khusus mengadakan pengamanan dan
pengawasan untuk memberikan perlindungan yang memakan banyak tenaga, waktu dan
biaya.
Pemerataan biaya, yaitu cukup hanya dengan mengeluarkan biaya yang jumlahnya tertentu
dan tidak perlu mengganti/membayar sendiri kerugian yang timbul yang jumlahnya tidak
tentu dan tidak pasti.
Dasar bagi pihak bank untuk memberikan kredit karena bank memerlukan jaminan
perlindungan atas agunan yang diberikan oleh peminjam uang.
Sebagai tabungan, karena jumlah yang dibayar kepada pihak asuransi akan dikembalikan
dalam jumlah yang lebih besar. Hal ini khusus berlaku untuk asuransi jiwa.
Menutup Loss of Earning Power seseorang atau badan usaha pada saat ia tidak dapat
berfungsi (bekerja)
5. Perbedaan Asuransi Syariah Dengan Asuransi Konvensional
Perbedaan asuransi syariah dan asuransi konvensional
Prinsip asuransi konvensional asuransi syariah
Konsep Perjanjian antara dua pihak atau lebih, dimana pihak penanggung mengikat diri
kepada pihak tertanggung, dengan menerima premi asuransi, untuk memberikan pergantian
kepada tertanggung. Sekumpulan orang yang saling membantu, saling menjamin dan bekerja
sama dengan cara masing-masing mengeluarkan dana tabarru.
Asal Usul Dari masyarakat Babilonia 4000-3000 SM yang dikenal dengan perjanjian
Hammurabi. Dan tahun 1668 M di Coffe House London berdirilah Liyod of London sebagai
cikal bakal asuransi konvensional. Dari al-Aqilah (kebiasaan suku Arab jauh sebelum Islam
datang). Kemudian disahkan oleh Rasulullah menjadi hukum Islam, bahkan telah tertuang
dalam konstitusi pertama di dunia (Konstitusi Madinah) yang dibuat langsung oleh
Rasulullah
Sumber Hukum Bersumber dari pikiran manusia dan kebudayaan. Berdasarkan hukum
positif, hukum alami dan contoh peristiwa. Bersumber dari wahyu Ilahi. Sumber hukum
dalam syariah Islam adalah al-Quran, Sunnah atau kebiasaan Rasul, Ijma, Urf atu tradisi
dan Maslahah Mursalah.
Maghrib (Maysir, Gharar dan Riba) Tidak selaras dengan Syariah Islam karena adanya
unsur Maisir, Gharar dan Riba. Dan itu semua merupakan hal yang diharamkan dalam
muamalah. Bersih dari adanya praktik Maisir, Gharar dan Riba.
Pengawasan
Hanya diawasi oleh Departemen Keuangan. Tidak ada DPS (Dewan Pengawas Syariah),
sehingga dalam praktiknya bertentangan dengan kaidah-kaidah Syara Selain diawasi oleh
Departemen Keuangan, juga ada DPS yang berfungsi untuk mengawasi pelaksanaan
operasional perusahaan agar terbebas dari praktik-praktik muamalah yang bertentangan
dengan prisnsip-prinsip Syariah.
Akad/ Perjanjian Akad jual beli atau tadabbuli (akad muawadhah, akad idzaan akad gharar
dan akad mulzim). Akad tabarru dan akad tijarah (mudharabah, wakalah, wadiah, syirkah
dan sebagainya
Jaminan/Risk (Risiko) Transfer of Risk, dimana terjadi transfer risiko dari tertanggung
kepada penanggung. Sharing of Risk, dimana terjadi proses saling menanggung antara satu
peserta dengan peserta yang lainnya (tawun).
Pengelola-an Dana Tidak ada pemisahan dana yang berakibat pada terjadinya dana hangus
(untuk produk saving-life). Pada produk-produk saving life terjadi pemisahan dana yaitu dana
tabarru atau derma dan dana peserta sehingga tidak mengenal istilah dana hangus.
Sedangkan untuk term insurance semuanya bersifat tabarru.
Investasi Dana Premi Bebas melakukan investasi dalam batas-batas tertentu yang sesuai
dengan perundang-undangan dan tidak terbatasi pada halal dan haramnya objek atau sistem
investasi yang digunakan. Dengan demikian, dana premi bisa diinvestasikan diluar skim
syariah. Dapat melakukan investasi sesuai dengan ketentuan perundang-undangan sepanjang
tidak bertentanggan dengan prinsip-prinsip Syariah Islam. Bebas dari riba dan tempat-tempat
investasi terlarang. Dengan demikian dana premi harus dinvestasikan dalam skim Syariah
dengan mendapatkan fee pengelola.
Kepemilik-an Dana Dana yang terkumpul dari premi peserta seluruhnya menjadi milik
perusahaan. Perusahaan bebas menggunakan dan menginvestasikan kemana saja. Dana yang
terkumpul dari peserta dalam bentuk iuran atau kontribusi, merupakan milik peserta (shohibul
mal), asuransi syariah hanya sebagai pemegang amanah (mudharib) dalam mengelola dana
tersebut.
Unsur Premi Unsur premi terdiri dari tabel mortalia (mortality tables), bunga (interest), biayabiaya asuransi (cost of insurance). Iuran atau kontribusi terdiri dari unsur tabarru dan
tabungan (yang tidak mengandung unsur riba). Tabarru juga dihitung dari tabel mortalia,
tetapi tanpa perhitungan bunga teknik.
Loading (komisi agen) Loading pada asuransi konvensional cukup besar terutama
diperuntukan untuk komisi agen, bisa menyerap premi tahun pertama dan kedua. Karena itu,
nilai tunai pada tahun pertama dan kedua biasanya belum ada (masih hangus). Pada sebagian
asuransi syariah, loading tidak dibebankan pada peserta tetapi dari dana pemegang saham,
tapi sebagian yang lainnya mengambil dari sekitar 20-30% saja dari premi.
Sumber Pembayaran Klaim Sumber biaya klaim adalah dari rekening atau kas perusahaan,
sebagai konsekuensi penanggung terhadap tertanggung. Murni bisnis dan tidak ada nuansa
spiritual. Sumber pembayaran klaim diperoleh dari rekening tabarru atau dana tabungan
bersama dimana peserta saling menanggung. Jika salah satu peserta mendapat musibah, maka
peserta lainnya ikut menanggung.
Sistem Akuntansi Menganut konsep akuntansi accrual basis, yaitu proses akuntansi yang
mengakui terjadinya peristiwa, atau keadaan non-kas. Dan juga mengakui pendapataan,
peningkatan asset, expenses, liabilities dalam jumlah tertentu yang baru akan diterima dalam
waktu yang akan datang. Menganut konsep akuntansi cash basis, mengakui apa yang benarbenar telah ada, sedang accrual basis dianggap bertentangan dengan syariah karena
mengakui adanya pendapatan harta, beban atau utang yang akan terjadi di masa yang akan
datang. Sementara apakah itu benar-benar dapat terjadi hanya Allah yang tahu .
Keuntungan (Profit) Keuntungan yang diperoleh dari surplus underwriting, komisi reasuransi
dan hasil investasi seluruhnya adalah keuntungan perusahaan. Profit yang diperoleh dari
surplus underwriting, komisi reasuransi dan hasil investasi bukan seluruhnya milik
perusahaan tetapi dilakukan bagi hasil (mudharabah) dengan peserta.
Dana Zakat, Infaq dan Shadaqah Tak ada zakat, infaq dan shadaqah. Perusahaan wajib
mengeluarkan zakat dari keuntungannya. Juga dianjurkan untuk mengeluarkan infaq dan
shadaqah.
Misi dan Visi Secara garis besar misi utama dari asuransi konvensinal adalah misi ekonomi
dan misi sosial. Misi yang diemban dalam asuransi syariah adalah misi akidah, misi ibadah
(tawun), misi ekonomi (iqtishod) dan misi pemberdayaan umat (sosial).
6. Produk dan Mekanisme Operasional
Produk unggulan Asuransi Syariah agak berbeda dengan Asuransi Konvensional, produk
UnitLink (gabungan Asuransi dan Investasi) menjadi trend sementara pada Asuransi Syariah
Takaful pada setiap perusahaan memiliki produk unggulan yang berbeda sesuai dengan
permintaan nasabah. Di dalam pengelolaaan dana Asuransi Syariah, yang sebenarnya terjadi
adalah Takaful Umum
Takaful Umum
Fokus utamanya memberikan layanan dan bantuan menyangkut asuransi di bidang kerugian
seperti perlindungan dari kebakaran, pengangkutan, niaga, dan kendaraan bermotor, dengan
harapan bisa tercapainya masyarakat Indonesia yang sejahtera dengan perlindungan asuransi
yang sesuai Muamalah Syariah Islam.h saling bertanggung jawab, bantu-membantu dan
melindungi para peserta Asuransi.
Takaful Keluarga
Fokus utamanya memberikan layanan dan bantuan menyangkut asuransi jiwa dan keluarga,
dengan harapan bisa tercapainya masyarakat Indonesia yang sejahtera dengan perlindungan
asuransi yang sesuai Muamalah Syariah Islam.
Takaful lainnya
a) Fulnadi (Asuransi Pendidikan)
Adalah program asuransi perorangan yang bermaksud menyediakan dana pendidikan, dalam
mata uang Rupiah dan US Dolar untuk putra-putrinya sampai sarjana. * Dana Tunai Harian
Pemberian Dana Tunai Harian selama Peserta menjalani rawat inap di rumah sakit. Karena
sakit atau kecelakaa
b) Santunan Kematian
Pemberian santunan bila Peserta meninggal karena sakit atau kecelakaan
c) Santunan Cacat Tetap Total
Pemberian santunan bila Peserta mengalami Cacat Tetap Total karena sakit atau kecelakaan
sehingga tidak dapat melaksanakan pekerjaan, memegang jabatan atau profesi apapun untuk
memperoleh penghasilan.
Perusahaan Asuransi diberi kepercayaan (amanah) oleh para peserta untuk mengelola premi,
mengembangkan dengan jalan yang halal, memberikan santunan kepada yang mengalami
musibah sesuai hasil kesepakatan berdasarkan perjanjian jenis akad.
Kumpulan dana peserta yang diinvestasikan sesuai dengan prinsip syariah. Selain itu tiap
keuntungan dari investasi setelah dikurangi dengan beban Asuransi (klaim dan premi
reasuransi) akan dibagikan menurut sistem bagi hasil (mudharabah), misalnya 60% peserta
dan 40% perusahaan.
7. Peraturan Hukum Yang Terkait Dengan Asuransi
Adapun landasan hukum yang telah dikeluarkan oleh pemerintah yang berkaitan Asuransi
Syariah yaitu :
Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia No.426/KMK.06/2003 tentang perizinan
usaha dan kelembagaan perusahaan Asuransi dan perusahan Reasuransi.
Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia No.424/KMK.06/2003 tentang
Kesehatan Keuangan perusahan Asuransi dan perusahan Reasuransi.
Keputusan Direktur Jenderal Lembaga Keuangan No.Kep 4499/LK/2000 tentang jenis
penilaian dan pembatasan investasi perusahaan Asuransi dan perusahaan Reasuransi dengan
sistim Syariah.
8. Perkembangan Dan Pertumbuhan Asuransi Syariah Di Indonesia
Keuntungan perusahaan Asuransi Syariah diperoleh dari berbagai keuntungan dana dari
peserta, yang dikembangkan dengan prinsip sistem bagi hasil (mudharabah). Keuntungan
yang diperoleh dari pengembangan dana itu dibagi antara para peserta dan perusahaan sesuai
ketentuan yang telah disepakati oleh nasabah dengan perusahaan Asuransi.
Data Departemen Keuangan menunjukkan market share asuransi syariah pada tahun 2001
baru mencapai 0.3% dari total premi asuransi nasional. Dibidang aturan hukum saat ini
sedang digodog aturan khusus mengenai asuransi syariah yang diharapkan dapat memberi
dampak yang signifikan sebagaimana dampak dari UU Perbankan tahun 1998.
Alternatif pilihan proteksi bagi pemeluk agama Islam yang menginginkan produk yang sesuai
dengan hukum Islam. Perkembangan Perbankan Islam menuntut peranan asuransi syariah
untuk pengamanan aset dan transaksi perbankan. Perkembangan bisnis asuransi syariah yang
saat ini berkembang di Indonesia, dimulai sejak awal 1990-an. Sampai saat ini berkembang
dengan sangat menjanjikan. Dari sisi populasi kita tahu, jumlah penduduk Indonesia itu
asset dan atau tabaru yang memberikan pola pengembalian untuk menghadapi resiko/
bahaya tertentu melalui akad yang sesuai dengan syariah.
Tujuan berdirinya Asuransi Syariah
Memberikan jaminan perlindungan dari risiko-risiko kerugian yang diderita satu pihak.
Meningkatkan efisiensi, karena tidak perlu secara khusus mengadakan pengamanan dan
pengawasan untuk memberikan perlindungan yang memakan banyak tenaga, waktu dan
biaya.
Pemerataan biaya, yaitu cukup hanya dengan mengeluarkan biaya yang jumlahnya tertentu
dan tidak perlu mengganti/membayar sendiri kerugian yang timbul yang jumlahnya tidak
tentu dan tidak pasti.
Dasar bagi pihak bank untuk memberikan kredit karena bank memerlukan jaminan
perlindungan atas agunan yang diberikan oleh peminjam uang.
Sebagai tabungan, karena jumlah yang dibayar kepada pihak asuransi akan dikembalikan
dalam jumlah yang lebih besar. Hal ini khusus berlaku untuk asuransi jiwa.
Menutup Loss of Earning Power seseorang atau badan usaha pada saat ia tidak dapat
berfungsi (bekerja)
Ada tujuh perbedaan mendasar antara asuransi syariah dengan asuransi konvensional.
Perbedaan tersebut adalah:
Asuransi syariah memiliki Dewan Pengawas Syariah (DPS) yang betugas mengawasi
produk yang dipasarkan dan pengelolaan investasi dananya. Dewan Pengawas Syariah ini
tidak ditemukan dalam asuransi konvensional.
Akad yang dilaksanakan pada asuransi syariah berdasarkan tolong menolong. Sedangkan
asuransi konvensional berdasarkan jual beli
Investasi dana pada asuransi syariah berdasarkan bagi hasil (mudharabah). Sedangkan pada
asuransi konvensional memakai bunga (riba) sebagai landasan perhitungan investasinya
Kepemilikan dana pada asuransi syariah merupakan hak peserta. Perusahaan hanya sebagai
pemegang amanah untuk mengelolanya. Pada asuransi konvensional, dana yang terkumpul
dari nasabah (premi) menjadi milik perusahaan. Sehingga, perusahaan bebas menentukan
alokasi investasinya.
Dalam mekanismenya, asuransi syariah tidak mengenal dana hangus seperti yang terdapat
pada asuransi konvensional. Jika pada masa kontrak peserta tidak dapat melanjutkan
pembayaran premi dan ingin mengundurkan diri sebelum masa reversing period, maka dana
yang dimasukan dapat diambil kembali, kecuali sebagian dana kecil yang telah diniatkan
untuk tabarru.
Pembayaran klaim pada asuransi syariah diambil dari dana tabarru (dana kebajikan)
seluruh peserta yang sejak awal telah diikhlaskan bahwa ada penyisihan dana yang akan
dipakai sebagai dana tolong menolong di antara peserta bila terjadi musibah. Sedangkan pada
asuransi konvensional pembayaran klaim diambilkan dari rekening dana perusahaan.
Pembagian keuntungan pada asuransi syariah dibagi antara perusahaan dengan peserta
sesuai prinsip bagi hasil dengan proporsi yang telah ditentukan. Sedangkan pada asuransi
konvensional seluruh keuntungan menjadi hak milik perusahaan.
Daftar Pustaka
http://www.asuransisyariah.net/
http://www.sinarharapan.co.id/
www.swaberita.com/
www.sebi.ac.id