Documente Academic
Documente Profesional
Documente Cultură
Disusun Oleh :
Sandhy Hapsari Andamari
H2A010046
Pembimbing :
dr. Hascaryo Nugroho, SpPD
LEMBAR PENGESAHAN
Referat ini telah dipresentasikan dan disetujui oleh dokter pembimbing dari :
Nama
NIM
: H2A010046
Fakultas
: Kedokteran
Universitas
Judul kasus
Ambarawa,
Desember 2014
Dokter Pembimbing
BAB I
LAPORAN KASUS
I.
II.
IDENTITAS PASIEN
Nama
: NY. Y
Umur
: 19 tahun
Agama
: Islam
Alamat
Suku bangsa
: Jawa
Tanggal masuk
: 12-12-2014
No RM
: 056499
ANAMNESIS
A. Keluhan utama
Demam
B. Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien datang ke IGD rumah sakit dengan keluhan demam sejak 1 hari SMRS.
Demam dirasakan mendadak dan terus menerus, pusing (+) disertai mual (+)
muntah (-). 2 hari sebelumnya pasien mengeluh nyeri perut bagian kanan dan
kiri bawah. Nyeri terasa terus menerus dan mangkel. Pasien juga mengeluh nyeri
saat kencing (+), terasa perih dan panas, anyang anyangan (+), hematuria (+) 1x,
kencing batu (-), kencing pasir (-), keputihan (+). Pasien pernah mengalami sakit
yang sama 2 bulan yang lalu, namun sembuh setelah periksa ke dokter. BAB
tidak ada keluhan.
2. Riwayat hipertensi
: disangkal
: disangkal
: disangkal
: disangkal
6. Riwayat alergi
: disangkal
: disangkal
3. Riwayat diabetes
: disangkal
: disangkal
E. Riwayat pribadi :
1. Kebiasaan minum air putih
: sedikit
: 3 4x sehari
: diakui
G. Anamnesis sistem
1. Keluhan utama
: demam
2. Kulit
3. Kepala
4. Mata
5. Hidung
6. Telinga
: pendengaran berkurang (-), keluar cairan atau darah (), pendengaran berdenging (-).
7. Mulut
8. Tenggorokan
9. Sistem respirasi
10. Sistem kardiovaskuler : nyeri dada (-), terasa ada yang menekan (-), berdebardebar (-), keringat dingin (-), ulu hati terasa panas (-)
11. Sistem gastrointestinal : mual (+), muntah (-), kembung (-), nafsu makan
menurun (-), perut penuh (-), perut membesar (-) sulit
BAB (-), BAB warna hitam (-), BAB berdarah (-).
12. Sistem musculoskeletal: lemas (+), pegal-pegal (-),kaku sendi (-), kejang (-),
nyeri otot (-), bengkak sendi (-), nyeri sendi (-)
13. Sistem genitourinaria
14. Ekstremitas
a. Atas
b. Bawah
III.
PEMERIKSAAN FISIK
Pemeriksaan fisik dilakukan tanggal 12 Desember 2014
a. Keadaan umum
b. Tanda Vital
c.
: 130/80
1. Tekanan Darah
2. Nadi
: 20x/menit
3. Pernapasan
: 370C, axiler
4. Suhu
d. Kulit
e. Kepala
f. Wajah
g. Mata
h. Telinga
i. Hidung
(-)
j. Mulut
k. Leher
l. Thorax
: normochest, simetris
1. Paru
Dextra
Sinistra
Bentuk dada
AP < Lateral
AP < Lateral
Hemithorak
Simetris
Simetris
Stem fremitus
Melemah
Melemah
Nyeri tekan
(-)
(-)
Pelebaran ICS
(-)
(-)
Depan
1. Inspeksi
2. Palpasi
3. Perkusi
Sonor
seluruh Sonor
seluruh
lapangan paru
lapangan paru
Vesikuler
Vesikuler
Tidak Dilakukan
Tidak Dilakukan
Tidak Dilakukan
Tidak Dilakukan
4. Auskultasi
Suara dasar
Suara tambahan
Belakang
1. Inspeksi
Bentuk dada
Hemitorak
2. Palpasi
Stem fremitus
Nyeritekan
Pelebaran ICS
3. Perkusi
Tidak Dilakukan
Tidak Dilakukan
4. Auskultasi
Tidak Dilakukan
Tidak Dilakukan
Suara dasar
Suara tambahan
ki
ka
ki
2. Jantung
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
m. Abdomen
Inspeksi
: perut terlihat membesar, ikterik (-), sikatrik (-), caput medusa (-)
Palpasi
: nyeri tekan pada lumbal dextra et sinistra (+), distensi (-), defans muskular
(-), hepar tidak teraba
n. Ekstremitas
Atas
: luka (-/-), kesemutan (-/-), bergetar (-/-), ujung jari terasa dingin (-/-), bengkak
6
RESUME
Pasien perempuan berusia 19 tahun, datang ke rumah sakit dengan keluhan demam
sejak 1 hari SMRS. Demam dirasakan mendadak dan terus menerus, pusing (+) disertai
mual (+). 2 hari sebelumnya pasien mengeluh nyeri perut bagian kanan dan kiri bawah.
Nyeri terasa terus menerus dan mangkel. Pasien juga mengeluh disuria (+), terasa panas,
anyang anyangan (+), hematuria (+) 1x, kencing batu (-), kencing pasir (-), leukorhea
(+). Pasien pernah juga mengalami sakit yang sama 2 bulan yang lalu, namun sembuh
setelah periksa ke dokter. BAB tidak ada keluhan.
Pemeriksaan fisik ditemukan tekanan darah : 130/80 mmHg, Nadi : 83x/menit, isi
dan tegangan cukup, Frekuensi Respirasi : 20 x/menit, Suhu : 37 0C, pada pemeriksaan
abdomen didapatkan nyeri tekan pada epigastrium, lumbal dextra et sinistra
dan
suprapubik (+).
IV.
ASSESSMENT
Observasi febris dd/ ISK
Dispepsia
V.
PLANNING
1. Darah rutin
2. Urin rutin
3. USG abdomen
VI.
TERAPI
Non farmakologi
1. Istirahat
2. Minum banyak
3. Menjaga higienitas sekitar alat kelamin
Farmakologi
1. Inf RL 20 Tpm
2. Inj. Ceftriaxon 2 x 1
3. Paracetamol 3 x 1 tab (j/p)
4. Inj. Ranitidin 2 x 1amp
5. Inj ondansetron 2 x 1amp
VII.PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan Laboratorium
a. Laboratorium Darah (Tanggal 13-12-2014)
Hematologi
Pemeriksaan
Hasil
Nilai Rujukan
Satuan
Hemoglobin
11.4
12.5-15.5
g/dl
Lekosit
5.1
4 10
Ribu
Eritrosit
4.46
3.8 5.4
Juta
Hematokrit
38.1
35-47
Trombosit
279
150 - 400
Ribu
MCV
85.4
82 98
Mikro m3
MCH
25.6
>= 27
Pg
MCHC
29.9
32 36
g/dl
RDW
13.7
10 -16
MPV
7.7
7 11
Mikro m3
Limfosit
2.3
1.0 4.5
10^3/mikroL
Monosit
0.4
0.2 1.0
10^3/mikroL
Limfosit %
44.2
25 40
Monosit %
7.2
28
PCT
0.215
0.2-0.5
PDW
14.0
10-18
Darah rutin
Kimia Klinik
SGPT
14
0-35
Mg/dl
SGOT
10
0-35
Mg/dl
Hasil
Nilai Rujukan
Satuan
Warna
Kuning
Kekeruhan
Agak keruh
Protein Urine
Negatif
Negatif
g/dl
Glucose urin
Negatif
Negatif
mmol/L
PH
5.0
5-9
Bilirubine urine
Negatif
Umol/l
Urobilinogen
Negatif
Umol/L
1020
1000 1030
Keton Urine
Negatif
Negatif
Mmol/L
Lekosit
Negatif
Negatif
Sel/mL
Erirosit
Negatif
Negatif
Sel/mL
Nitrit
Negatif
Negatif
Epitel
Bergerombol 5-20
<4
/LPB
Eritrosit
0-3
<5
/LPB
Lekosit
<5
/LPB
Silinder
Bergerombol
>30
Negatif
Negatif
/LPK
Kristal
Negatif
Negatif
/LPB
Lain-lain
Bakteri +
Urin Rutin
Sedimen
Follow Up
Tanggal
12-12-
Pasien
KU
2014
mengeluh
sakit
A
tampak Observasi
Inf RL 20 Tpm
sedang, febris
Inj. Ceftriaxon 2 x 1
demam sejak 1 CM
hari
dd/ISK
Paracetamol 3 x 1 tab
Demam
(j/p)
SI -/-
mendadak
Inj. Ranitidin 2 x 1
dan Thorax :
Inj. Ondansetron 2 x 1
perut
bagian
BJ I-II reguler
mual
muntah
(-), NT (+)
BAK anyang
anyangan
(+),
(+)
darah
keputihan
Ekstremitas
(+)
oedem (-)
13-12-
Demam
Ku
2014,
menurun,
ringan, CM
sakit Observasi
febris
pusing
mual
muntah
Terapi lanjut
hari
Pusing
(+) Ku
2014
sakit Observasi
febris
Terapi lanjut
hari
BAK
& epigastrium
BAB lancar
suprapubik
& Dispepsia
Eks : dbn
15-12-
Bebas
2014
(+),
demam
menurun,
Terapi lanjut
(+) ISK
Dispepsia
semalam,
demam
(-),
Demam
(+), KU : Baik, CM
ISK
2014
pusing
(+), TD : 104/67
Dispepsia
Terapi lanjut
N : 67x
RR : 24x
Abd : BU (+) n,
NT
(+)
epigastrium.
11
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Ginjal memiliki tiga bagian penting yaitu korteks, medulla dan pelvis renal.
Bagian paling superfisial adalah korteks renal, yang tampak bergranula. Di sebelah
dalamnya terdapat bagian lebih gelap, yaitu medulla renal. Ujung ureter yang
berpangkal di ginjal, berbentuk corong lebar disebut pelvis renal. Pelvis renal
bercabang dua atau tiga, disebut kaliks mayor yang masing-masing bercabang
membentuk beberapa kaliks minor. Dari kaliks minor, urin masuk ke kaliks mayor, ke
12
13
Gambar 3. Vesika Urinaria dan Uretra pada perempuan & laki laki
th
2. Definisi
Beberapa istilah yang perlu dipahami:
menunjukkan bakteriuria patogen dengan colony forming units per mL CFU/ ml urin
> 101, dan lekositouria >10 per lapangan pandang besar, disertai manifestasi klinik3.
ISK akhir-akhir ini juga didefinisikan sebagai suatu respon inflamasi tubuh
terhadap invasi mikroorganisme pada urothelium4,5.
3. Epidemilogi
Infeksi saluran kemih merupakan salah satu penyakit yang paling sering
ditemukan di praktik umum. Kejadian ISK dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti
usia, gender, prevalensi bakteriuria, dan faktor predisposisi yang mengakibatkan
perubahan struktur saluran kemih termasuk ginjal. ISK cenderung terjadi pada
14
4. Etiologi
Pada umumnya ISK disebabkan oleh mikroorganisme (MO) tunggal seperti:2
Eschericia coli merupakan MO yang paling sering diisolasi dari pasien dengan
ISK simtomatik maupun asimtomatik
Mikroorganisme lainnya yang sering ditemukan seperti Proteus spp (33% ISK
anak laki-laki berusia 5 tahun), Klebsiella spp dan Stafilokokus dengan koagulase
negatif
15
5. Patogenesis
Patogenesis bakteriuri asimtomatik menjadi bakteriuri simtomatik tergantung
dari patogenitas bakteri sebagai agent, status pasien sebagai host dan cara bakteri
masuk ke saluran kemih (bacterial entry) 2,4.
16
17
Penentu virulensi
Fimbriae
Alur
Adhesi
Pembentuk jaringan ikat (scarring)
Kapsul antigen K
Lipid A (endotoksin)
Kelasi besi
Antibiotika resisten
Kemungkinan perlengketan
Hemolysin
Sumber: Sumber: Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II Edisi V, 2009, hal.1010
Bakteri patogen dari urin dapat menyebabkan manifestasi klinis bergantung pada
perlengketan mukosa oleh bakteri, faktor virulensi, dan variasi faktor virulensi2.
uroepithelial, eritrosit (antigen terhadap P blood group) dan sel-sel tubulus renalis.
Sedangkan fimbriae tipe 1 berikatan dengan sisa mannoside pada sel uroepithelial4.
Berdasarkan penelitian P fimbriae terdapat pada 90% bakteri E.coli yang
menyebabkan pyelonefritis dan hanya < 20% strain E.coli yang menyebabkan ISK
bawah. Sedangkan fimbriae tipe 1 lebih berperan dalam membantu bakteri untuk
melekat pada mukosa vesika urinaria4.
19
(eksaserbasi) bila sudah terdapat kelainan struktur anatomi saluran kemih. Dilatasi
saluran kemih termasuk pelvis ginjal
menyebabkan gangguan proses klirens normal dan sangat peka terhadap infeksi2.
Selain itu urin juga memiliki karakter spesifik (osmolalitas urin, konsentrasi urin,
konsentrasi asam organik dan pH) yang dapat menghambat pertumbuhan dan
kolonisasi bakteri pada mukosa saluran kemih. Menurut penelitian urin juga
mengandung faktor penghambat perlekatan bakteri yakni Tamm-Horsfall glycoprotein,
dikatakan bahwa bakteriuria dan tingkat inflamasi di saluran kemih meningkat pada
defisit THG. THG membantu mengeliminasi infeksi bakteri pada saluran kemih dan
berperan sebagai salah satu mekanisme pertahanan tubuh4.
Retensi urin, stasis, dan refluks urin ke saluran cerna bagian atas juga dapat
meningkatkan pertumbuhan bakteri dan infeksi. Selain itu, abnormalitas anatomi dan
fungsional saluran kemih yang dapat menganggu aliran urin dapat meningkatkan
kerentanan host terhadap ISK2,4. Keberadaan benda asing seperti adanya batu, kateter,
stent dapat membantu bakteri untuk bersembunyi dari mekanisme pertahanan host4,8
like receptors (TLRs) yang dapat mengikat komponen spesifik dari bakteri sehingga
menghasilkan mediator inflamasi. Respon tubuh dengan mengsekresikan kemotraktan
seperti interleukin-8 untuk merekrut neutrofil ke area jaringan yang terinvasi. Selain
itu, ginjal juga memproduksi antibodi untuk opsonisasi dan fagositosis bakteri serta
untuk mencegah perlekatan bakteri. Mekanisme imunitas seluler dan humoral ini
berperan dalam pencegahan ISK, oleh karena itu imunitas host berperan penting
dalam kejadian ISK4,5
Penelitian laboratorium mengungkapkan bahwa golongan darah dan status
secretor mempunyai kontribusi untuk kepekaan terhadap ISK. Prevalensi ISK juga
meningkat terkait dengan golongan darah AB, B dan PI (antigen terhadap tipe
fimbriae bakteri) dan dengan fenotipe golongan darah lewis2.
21
6. Klasifikasi
Berdasarkan letak anatomi, ISK digolongkan menjadi:
22
Sistitis terbagi menjadi sistitis akut dan sistitis kronik. Sistitis akut adalah
radang selaput mukosa kandung kemih (vesika urinaria) yang timbulnya mendadak,
biasanya ringan dan sembuh spontan (self-limited disease) atau berat disertai penyulit
ISKA (pielonefritis akut). Sistitis akut termasuk ISK tipe sederhana (uncomplicated
type). Sebaliknya sistitis akut yang sering kambuh (recurrent urinary tract infection)
termasuk ISK tipe berkomplikasi (complicated type), ISK jenis ini perlu perhatian
khusus dalam pengelolaannya5.
Sistitis kronik adalah radang kandung kemih yang menyerang berulang-ulang
(recurrent attact of cystitis) dan dapat menyebabkan kelainan-kelainan atau penyulit
dari saluran kemih bagian atas dan ginjal. Sistitis kronik merupakan ISKB tipe
berkomplikas, dan memerlukan pemeriksaan lanjutan untuk mencari faktor
predisposisi5.
Sindrom uretra akut (SUA) adalah presentasi klinis sistitis tanpa ditemukan
mikroorganisme (steril), sering dinamakan sistitis abakterialis karena tidak dapat
diisolasi mikroorganisme penyebabnya. Penelitian terkini menunjukkan bahwa SUA
disebabkan oleh MO anaerobik2,5.
7. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis ISK (simtomatologi ISK) dibagi menjagi gejala-gejala
lokal, sistemik dan perubahan urinalisis. Dalam praktik sehari-hari gejala cardinal
seperti disuria, polakisuria, dan urgensi sering ditemukan pada hampir 90% pasien
rawat jalan dengan ISK akut5.
Tabel 5. Simtomatologi ISK
Lokal
Disuria
Polakisuria
Stranguria
Sistemik
Panas
badan
sampai
menggigil
Septicemia dan syok
Tenesmus
Nokturia
Enuresis nocturnal
Perubahan urinalisis
Prostatismus
Hematuria
Inkontinesia
Piuria
Nyeri uretra
Chylusuria
23
Pneumaturia
Nyeri kolik
Nyeri ginjal
Manifestasi klinik pada infeksi saluran kemih atas dan infeksi saluran kemih bawah
pada pasien dewasa dapat dilihat pada gambar berikut:
bakteriemia
dan
syok,
kesadaran
menurun,
gelisah,
hipotensi
pemeriksaan urin rutin. Presentasi klinik PNK dapat berupa proteinuria asimtomatik,
infeksi eksaserbasi akut, hipertensi, dan gagal ginjal kronik (GGK)5.
Manifestasi klinik pada sistitis akut dapat berupa keluhan-keluhan klasik
seperti polakisuria, nokturia, disuria, nyeri suprapubik, stranguria dan tidak jarang
dengan hematuria. Keluhan sistemik seperti panas menggigil jarang ditemukan,
kecuali bila disertai penyulit PNA. Pada wanita, keluhan biasanya terjadi 36-48 jam
setelah melakukan senggama, dinamakan honeymoon cystitis. Pada laki-laki,
prostatitis yang terselubung setelah senggama atau minum alkohol dapat
menyebabkan sistitis sekunder2,5.
Pada sistitis kronik, biasanya tanpa keluhan atau keluhan ringan karena
rangsangan yang berulang-ulang dan menetap. Pada pemeriksaan fisik mungkin
ditemukan nyeri tekan di daerah pinggang, atau teraba suatu massa tumor dari
hidronefrosis dan distensi vesika urinaria5.
Manifestasi klinis sindrom uretra akut (SUA) sulit dibedakan dengan sistitis.
Gejalanya sangat miskin, biasanya hanya disuri dan sering kencing2.
Tes dipstick pada piuria untuk deteksi sel darah putih. Sensitivitas
100% untuk >50 leukosit per HPF, 90% untuk 21-50 leukosit, 60% untuk 1220 leukosit, 44 % untuk 6-12 leukosit. Selain itu pada pemeriksaan urin yang
tidak disentrifuge dapat dilakukan pemeriksaan mikroskopik secara langsung
untuk melihat bakteri gram negatif dan gram positif. Sensitivitas sebesar 85 %
dan spesifisitas sebesar 60 % untuk 1 PMN atau mikroorganisme per HPF.
Namun pemeriksaan ini juga dapat mendapatkan hasil positif palsu sebesar
10%11.
b. Uji Biokimia5
Uji biokimia didasari oleh pemakaian glukosa dan reduksi nitrat menjadi nitrit
dari bakteriuria terutama golongan Enterobacteriaceae. Uji biokimia ini hanya
sebagai uji saring (skrinning) karena tidak sensitif, tidak spesifik dan tidak
dapat menentukan tipe bakteriuria.
c. Mikrobiologi5
Pemeriksaan mikrobiologi yaitu dengan Colony Forming Unit (CFU)
ml urin. Indikasi CFU per ml antara lain pasien-pasien dengan gejala ISK,
tindak lanjut selama pemberian antimikroba untuk ISK, pasca kateterisasi, uji
saring bakteriuria asimtomatik selama kehamilan, dan instrumentasi. Bahan
contoh urin harus dibiakan lurang dari 2 jam pada suhu kamar atau disimpan
pada lemari pendingin. Bahan contoh urin dapat berupa urin tengah kencing
(UTK), aspirasi suprapubik selektif.
Interpretasi sesuai dengan kriteria bakteriura patogen yakni CFU per
ml >105 (2x) berturut-turut dari UTK, CFU per ml >105 (1x) dari UTK disertai
lekositouria > 10 per ml tanpa putar, CFU per ml >105 (1x) dari UTK disertai
gejala klinis ISK, atau CFU per ml >105 dari aspirasi supra pubik. Menurut
kriteria Kunin yakni CFU per ml >105 (3x) berturut-turut dari UTK
d. Renal Imaging Procedures2
Renal imaging procedures digunakan untuk mengidentifikasi faktor
predisposisi ISK, yang biasa digunakan adalah USG, foto polos abdomen,
pielografi intravena, micturating cystogram dan isotop scanning. Investigasi
lanjutan tidak boleh rutin tetapi harus sesuai indikasi antara lain ISK kambuh,
pasien laki-laki, gejala urologik (kolik ginjal, piuria, hematuria), hematuria
persisten, mikroorganisme jarang (Pseudomonas spp dan Proteus spp), serta
ISK berulang dengan interval 6 minggu.
26
9. Terapi
a. Infeksi saluran kemih atas (ISKA) 2
Pada umumnya pasien dengan pielonefritis akut (PNA) memerlukan
rawat inap untuk memelihara status hidrasi dan terapi antibiotik parenteral
minimal 48 jam. Indikasi rawat inap pada PNA antara lain kegagalan dalam
mempertahankan hidrasi normal atau toleransi terhadap antibiotik oral, pasien
sakit berat, kegagalan terapi antibiotik saat rawat jalan, diperlukan investigasi
lanjutan, faktor predisposisi ISK berkomplikasi, serta komorbiditas seperti
kehamilan, diabetes mellitus dan usia lanjut.
The Infectious Disease Society of America menganjurkan satu dari tiga
alternative terapi antibiotic IV sebagai terapi awal selama 48-72 jam, sebelum
adanya hasil kepekaan biakan yakni fluorokuinolon, amiglikosida dengan atau
tanpa ampisilin dan sefalosporin spektrum luas dengan atau tanpa
aminoglikosida.
b. Infeksi saluran kemih bawah (ISKB)
Prinsip manajemen ISKB adalah dengan meningkatkan intake cairan,
pemberian antibiotik yang adekuat, dan kalau perlu terapi simtomatik untuk
alkanisasi urin dengan natrium bikarbonat 16-20 gram per hari2,5
Pada sistitis akut, antibiotika pilihan pertama antara lain nitrofurantoin,
ampisilin, penisilin G, asam nalidiksik dan tetrasiklin. Golongan sulfonamid
cukup efektif tetapi tidak ekspansif. Pada sistitis kronik dapat diberikan
nitrofurantoin dan sulfonamid sebagai pengobatan permulaan sebelum
diketahui hasil bakteriogram5.
10. Komplikasi2
Komplikasi ISK bergantung dari tipe yaitu ISK tipe sederhana (uncomplicated) dan
ISK tipe berkomplikasi (complicated).
a. ISK sederhana (uncomplicated)
ISK akut tipe sederhana yaitu non-obstruksi dan bukan pada perempuan
hamil pada umumnya merupakan penyakit ringan (self limited disease) dan
tidak menyebablan akibat lanjut jangka lama.
b. ISK tipe berkomplikasi (complicated)
ISK tipe berkomplikasi biasanya terjadi pada perempuan hamil dan
pasien dengan diabetes mellitus. Selain itu basiluria asimtomatik (BAS)
27
Kondisi
BAS tidak diobati
Risiko Potensial
Pielonefritis
Bayi prematur
Anemia
Pregnancy-induced hypertension
Bayi mengalami retardasi mental
Sumber: Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II, 2009, hal. 1012
11. Prognosis5
Prognosis pasien dengan pielonefritis akut, pada umumnya baik dengan
penyembuhan 100% secara klinik maupun bakteriologi bila terapi antibiotika yang
diberikan sesuai. Bila terdapat faktor predisposisi yang tidak diketahui atau sulit
dikoreksi maka 40% pasien PNA dapat menjadi kronik atau PNK. Pada pasien
Pielonefritis kronik (PNK) yang didiagnosis terlambat dan kedua ginjal telah
mengisut, pengobatan konservatif hanya semata-mata untuk mempertahankan faal
jaringan ginjal yang masih utuh. Dialisis dan transplantasi dapat merupakan pilihan
utama.
28
Prognosis sistitis akut pada umumnya baik dan dapat sembuh sempurna,
kecuali bila terdapat faktor-faktor predisposisi yang lolos dari pengamatan. Bila
terdapat infeksi yang sering kambuh, harus dicari faktor-faktor predisposisi. Prognosis
sistitis kronik baik bila diberikan antibiotik yang intensif dan tepat serta faktor
predisposisi mudah dikenal dan diberantas.
29
BAB III
PEMBAHASAN
1. Demam sejak 1 hari SMRS. Demam dirasakan mendadak dan terus menerus, pusing
(+) disertai mual (+). 2 hari sebelumnya pasien mengeluh nyeri perut bagian kanan
dan kiri bawah. Nyeri terasa terus menerus dan mangkel. Pasien juga mengeluh
disuria (+), terasa panas, anyang anyangan (+), hematuria (+) 1x, kencing batu (-),
kencing pasir (-), leukorhea (+). Pasien pernah juga mengalami sakit yang sama 2
bulan yang lalu, namun sembuh setelah periksa ke dokter. BAB tidak ada keluhan.
Demam dapat disebabkan adanya proses peradangan atau inflamasi. Pada pasien ini
didapatkan keluhan pada BAKnya. Kedua keluhan tersebut berhubungan, adanya rasa
nyeri pada saat BAK dapat disebabkan oleh bakteri. Jika bakteri berkoloni dalam
jumlah yang banyak ditambah dari kebersihan sekitar alat kelamin kurang maka dapat
menyebabkan peradangan disekitar yang salah satunya dapat menyebabkan nyeri saat
BAK. Selain itu bakteri tersebut juga dapat menyebabkan timbulnya keputihan.
2. Pemeriksaan fisik ditemukan tekanan darah : 130/80 mmHg, Nadi : 83x/menit, isi
dan tegangan cukup, Frekuensi Respirasi : 20 x/menit, Suhu
: 37 0C, pada
pemeriksaan abdomen didapatkan nyeri tekan pada lumbal dextra et sinistra dan
suprapubik (+), CVA -/Nyeri pada suprapubik dan sekitarnya khas terjadi pada pasien dengan ISK. Pada
daerah yang mengalami peradangan akan terasa nyeri apalagi bila daerah tersebut di
tekan. Sedangkan pada pemeriksaan CVA tidak didapatkan hasil yang bermakna, hal
ini dapat menggambarkan bahwa ginjal tidak mengalami peradangan oleh karena batu
maupun penyebab lainnya.
3. Pemeriksaan urin rutin terdapat bakteri dan warna yang agak keruh.
Warna yang agak keruh tersebut berhubungan dengan adanya bakteri pada urin.
Banyaknya bakteri pada urin menyebabkan tubuh mengaktifkan sel darah putih yang
bercampur dengan urin dan bakteri bakteri, sehingga didapatkan urin berwarna agak
keruh.
30
DAFTAR PUSTAKA
1. Scanlon, V.C & Sanders, T. Essential of Anatomy and Physiology 5th edition.
Philadelpia: FA Davis Company. 2007: 420-432
2. Sukandar, E. Infeksi Saluran Kemih. In Sudoyo A.W, et all.ed. Buku Ajar Ilmu
Penyakit Dalam Jilid II Edisi V. Jakarta: Internal Publishing. 2009:1008-1014.
3. Sukandar, E. Infeksi (non spesifik dan spesifik) Saluran Kemih dan Ginjal. In
Sukandar E. Nefrologi Klinik Edisi III. Bandung: Pusat Informasi Ilmiah (PII) Bagian
Ilmu Penyakit Dalam FK UNPAD. 2006: 29-72
4. Nguyen, H.T. Bacterial Infections of The Genitourinary Tract. In Tanagho E. &
McAninch J.W. ed. Smiths General urology 17th edition. Newyork: Mc Graw Hill
Medical Publishing Division. 2008: 193-195
5. Macfarlane, M.T. Urinary Tract Infections. In, Brown B, et all ed. 4th Urology.
California: Lippincott Williams & Wilkins. 2006: 83-16
6. Ronald A.R & Nicoll L.E. Infections of the Upper Urinary Tract. In Schrier R.W,
ed. Diseases of the Kidney and Urinary Tract 7th edition Vol.1. Newyork: Lippincott
Williams & Wilkins Publishers. 2001: 1687
7. Weissman, S.J, et all. Host-Pathogen Interactions and Host Defense Mechanisms. In
In Schrier R.W, ed. Diseases of the Kidney and Urinary Tract 8th edition Vol.1.
Newyork: Lippincott Williams & Wilkins Publishers. 2007: 817-826
8. Abdelmalak, J.B, et all. Urinary Tract Infections in Adults. In Potts J.M, ed. Essential
Urology, A Guide to Clinical Practice. New Jersey: Humana Press. 2004:183-189
9. Anonim. Urinary Tract Infections (Acute Urinary Tract Infection: Urethritis, Cystitis,
and Pyelonephritis). In Kasper, et all ed. Harrisons Manual of Medicine16th Edition.
Newyork: Mc Graw Hill Medical Publishing Division. 2005:724
10. Anonim. Pyelonephritis Acute. In Williamson, M.A & Snyder L.M. Wallachs
Interpretation of Diagnostic Test 9th. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins a
Wolters Kluwer Publishers. 2011: 730-731
11. Meyrier,
A.
Urinary
Tract
Infection.
Available
from:
http://www.kidneyatlas.org/book2/adk2_07.pdf
31