Sunteți pe pagina 1din 18

Pemeriksaan Forensik Mayat Bayi

Renoir Victor
10-2011-111
Fakultas Kedokteran
Universitas Kristen Krida Wacana (UKRIDA)
Jln. Terusan Arjuna Utara No. 6
Jakarta 11510
Tel. (021) 56942061
E-mail: renoirvictor@yahoo.com

kasus :
Sesosok mayat bayi lahir ditemukan di suatu tempat sampah. Masyrakat
melaporkannya kepada polisi. Mereka juga melaporkan bahwa semalam melihat seorang
perempuan yang mengehentikan mobilnya didekat sampah tersebut dan berada disana cukup
lama. Seorang dari anggota masyarakat sempat mencatat nomor mobil perempuan tersebut.
Polisi mengambil mayat bayi tersebut dan menyerahkannya kepada anda sebagai
dokter direktur rumah sakit. Polisi juga mengatakan bahwa sebentar lagi si perempuan yang
dicurigai sebagai pelakunya akan dibawa ke rumah sakit untuk diperiksa. Anda harus
mengatur segalanya agar semua pemeriksaan dapat berjalan dengan baik dan akan
membriefing para dokter yang akan menjadi pemeriksa.

Pendahuluan
Pembunuhan Anak Sendiri (PAS) adalah merupakan suatu bentuk kejahatan terhadap
nyawa yang unik sifatnya. Unik dalam arti si pelaku pembunuhan haruslah ibu kandungnya
sendiri, dan alasan atau motivasi untuk melakukan kejahatan tersebut adalahkarena si ibu
takut ketahuan bahwa ia telah melahirkan anak.1
Pembunuhan Anak sendiri (PAS) menurut

undang-undang

di

Indonesia

adalah pembunuhan yang dilakukan oleh seorang ibu atas anaknya pada ketika dilahirkan
atau tidak berapa lama setelah dilahirkan, karena takut ketahuan bahwa ia melahirkan anak.
Pada Tindak pidana pembunuhan anak, faktor psikologik ibu yang baru melahirkan
diperhitungkan sebagai faktor yang meringankan, keadaan tersebut menyebabkan si ibu
1

melakukan pembunuhan tidak dalam keadaan sadar yang penuh, dan belum sempat timbul
rasa kasih sayang.

Pembahasan
Pembunuhan Anak Sendiri.1
Menurut undang-undang di Indonesia, pembunuhan anak sendiri adalah pembunuhan
yang dilakukan oleh seorang ibu atas anaknya pada ketika dilahirkan atau tidak berapa saat
setelah dilahirkan karne atkut ketahuan bahwa ia melahirkan anak.
Aspek Hukum dan Medikolegal1,2
Pembunuhan Anak Sendiri dan Penelantaran Anak
Pasal 341 KUHP
Seorang ibu yang dengan sengaja menghilangkan jiwa anaknya pada ketikea
dilahirkan atau tidak berapa lama sesudah dilahirkan, karena takut ketahuan bahwa ia
sudah melahirkan anak, dihukum, karena makar mati terhadap anak, dengan hukuman
penjara selama lamanya 7 tahun.
Pasal 342 KUHP
Seorang ibu yang dengan sengaja akan menjalankan keputusan yang diambilnya
sebab takut ketahuan bahwa ia tidak lama lagi akan melahirkan anak, menghilangkan
jiwa anaknya itu pada ketika dilahirkan atau tidak lama kemudian dari pada itu,
dihukum karena pembunuhan anak yang direncanakan dengan hukuman penjara
selama lamanya 9 tahun.
Pasal 343 KUHP
Bagi orang lain yang turut campur dalam kejahatan yang diterangkan dalam pasal 341
dan 342 dianggap kejahatan itu sebagai makar mati atau pembunuhan.
Pasal 181 KUHP
Barang siapa mengubur, menyembunyikan, mengangkut, atau menghilangkan mayat,
dengan maksud hendak menyembunyikan kematian dan kelahiran orang itu, dihukum
penjara selama lamanya 9 bulan atau denda sebanyak banyaknya 4500 rupiah.
Pasal 304 KUHP
2

Barang siapa dengan sengaja menyebabkan atau membiarkan orang dalam


kesengsaraan, sedang ia wajib memberi kehidupan perawatan atau pemeliharaan pada
orang itu karena hokum yang berlaku atasnya atau karena menurut perjanjian,
dihukum penjara selama 2 tahun 8 bulan atau denda sebanyak banyaknya empat ribu
lima ratus rupiah.
Pasal 305 KUHP
Barang siapa menaruh anak yang dibawah umur 7 tahun disuatu tempat supaya
dipungut oleh orang lain, atau dengan maksud akan terbebas dari pada pemeiharaan
ana itu, meninggalkannya, dihukum penjara sebanyak banyaknya 5 tahun 6 bulan.
Pasal 306 KUHP
1) Kalau salah satu perbuatan yang diterangkan dalam pasal 304 dan 305 itu enyebabkan
luka berat, maka si tersalah dihukum penjara selama lamanya 7 tahun 6 bulan.
2) Kalau salah satu perbuatan ini menyebabkan orang lain mati, si tersalah itu dihukum
penjara selama lamanya 9 tahun.
Pasal 307 KUHP
Kalau si tersalah karena kejahatan yang diterangkan dalam pasal 305 adalah bapa atau
ibu dari anak itu, maka baginya hukuman yang ditentukan dalam pasal 305 dan 306
ditambah dengan sepertiganya.
Pasal 308 KUHP
Kalau ibu menaruh anaknya disuatu tempat supaya dipungut oleh orang lain tidak
lama sesudah anak itu dilahirkan oleh karena takut akan diketahui orang ia melahirkan
anaka

atau

dengan

maksud

akan

terbebas

dari

pemeliharaan

anak

itu,

meninggalkannya, maka hukuman maksimum yang terebut dalam pasal 305 dan 306
dikurangi seperduanya.1
Faktor penting dalam kasus pembunuhan.3
Ada 3 faktor penting dalam kasus pembunuhan anak sendiri yaitu :
1. Ibu : hanya ibu kandung yang dapat dihukum karena melakukan pembunuhan anak
sendiri, sedangkan jika orang lain yang melakukan atau turut ikut melakukan,
hukumannya lebih berat yaitu penjara 15tahun (pasal 338 : tanpa rencana) atau 20
tahun, seumur hidup atau hukuman mati (pasal 339 dan 340 : dengan rencana).
2. Waktu
3

3. Psikis : biasanya ibu yang membunuh anaknya karena ada dorongan rasa takut akan
diketahui orang lain bahwa ia telah melahirkan dan biasanya anak yang dibunuh
adalah hasil dari hubungan yang tidak sah.
Pada pemeriksaan, yang perlu didiperhatikan beberapa hal yaitu:
1. Apakah bayi tersebut dilahirkan mati atau hidup
Untuk melihat apakah bayi dilahirkan mati atau hidup dapat dilihat seperti :
Tanda-tanda maserasi atau aseptic decomposition (8-10hari kematian) : adalah
proses pembusukan intrauterine yang berlangsung dari luar kedalam. Ditandai
dengan adanya bau ketuban, dada datar, tulang tengkorak overlapping, adanya
bula atau vesikel pada kulit (3-4hari), organ dalam keadaan basah, tidak
membusuk, sendi dan tungkai lunak sehingga adanya hiperekstensi, akan

terbentuk litopedion.
Lihat pengembangan dada : bila ia lahir mati, dada belum mengembang atau
masih datar dan letak diafrgma masih setinggi iga ke 3-4. Bila lahir hidup,

diafragnma sudah turun sampai sela iga 4-5.


Pemeriksaan makroskopik paru : bila bayi lahir mati, paru-paru mungkin
masih tersembunyi dibelakang kandung jantung atau telah mengisi rongga
dada, peru-paru berwarna kelabu unggu merata seperti hati, konsistensi padat,
tidak teraba derik udara dan pleura yang longgar, berat paru 1/70xBB. Bila
lahir hidup, paru sudah mengisi rongga dada dan menutupi sebagian kandung
jantung, paru-paru berwarba merah muda dengan pleura yang tengang,
konsistensi seperti spons, teraba derik udara berat paru bertambah 2x atau

kira-kira 1/35xBB
Uji apung paru : bila bayi lahir hidup, uji apung paru mendapatkan hasil

positif, bila negative maka diperlukan pemerikasaan mikroskopik paru.


Pemerikasaan mikroskopik paru : pada bayi lahir hidup, alveoli paru
mengembang sempurna dan pada pewarnaan gomori atau ladewig, serabut
retikulin akan tampak menegang, kadang-kadang ditemukan edema yang luas
dalam jaringan paru, membrane duktus alveolaris yang tersebar dalam jaringan

paru atau atelektasis paru akibat adanya obstruksi.


Adanya udara dalam saluran cerna : bila ada udara dalam duodenum atau
saluran cerna menunjukkan telah hidup 6-12 jam, bila dalam usus berarti telah
hidup 12-24 jam, tetapi dapat menjadi positif palsu karena ada kemungkinan

adanya pernapasan buatan atau gas pembusukan.


2. Berapakah umur bayi tersebut(intra dan ekstrauterin).
3. Apakah bayi cukup bulan, premature atau nonviable.
4

4. Apakah ada tanda-tanda kekerasan : tanda-tanda kekerasan seperti tanda pembekapan


disekitar mulut dan hidung, memar pada mukosa bibir dan pipi, jejas jerat pada leher
atau pada tengkuk.
5. Apakah penyebab kematiannya
Penyebab tersering adalah karena adanya asfiksia atau mati lemas akibat pembekapan,
penyumbatan salruran nafas, pencekikan, penjeratan, penekanan pada dada,
pengenggelaman, kekerasan tumpul ataupun tajam. Jika disebabkan karena asfiksia
maka pada pemeriksaan bisa didapatkan adanya tardieu spot atau bintik perdarahan.
Selain itu dapat dikarenakan adanya trauma saat persalinan seperrti fraktur tulang
tengkorak, perdarahan subdural, perdarahan intracranial ataupun perdarahan epidural.
6. Apakah Golongan darahnya
7. Apakah bayi sudah dirawat atau belum
Tali pusat : bila bayi telah dirawat biasanya tali pusat yang digunting atau
dipisau akan telihat ujung yang terpotong rata, sedang bila belum dirawat atau
jika terjadi kematian akibat terjadinya partus presipitatus maka akan terputus
dekat perlekatannya pada uri atau pusat bayi dengan ujung tali pusatnya yg

terlihat tidak rata


Verniks kaseosa (lemak bayi) : pada bayi yang telah dirawat biasanya telah
bersih dari lemak bayi dan bekas-bekas darah, bila bayi belum dirawat maka

akan masih dapat ditemukan didaerah lipatan kulit.


Pakaian.

Pemeriksaan Forensik pada Bayi


Pada pemeriksaan mayat bayi baru lahir, harus dibedakan apakah ia lahir mati atau
lahir hiudp. Bila bayi lahir mati, maka kasus tersebut bukan merupakan kasus pembunuhan,
atau penelantaran anak hingga menimbulkan kematian. Pada kasus seperti ini, si ibu hanya
dapat dikenakan tuntutan menyembunyikan kelahiran dan kematian orang.1
Lahir Mati
Lahir mati (still birth) adalah kematian hasil konsepsi sebelum keluar atau
dikeluarkan dari ibunya tanpa mempersoalkan usia kehamilan. Kematian ditandai oleh janin
yang tidak bernafas atau tidak menunjukkan tanda kehidupan lain, seperti denyut jantung,
denyut nadi, tali pusat, atau gerakan otot rangka.1

Tanda-tanda maserasi (aseptic decomposition) merupakan proses pembusukan


intrauterine dari luar ke dalam, berlainan dengan proses pembusukan yang berlangsung dari
dalam ke luar. Tanda maserasi baru terlihat setelah 8-10 hari kematian intrautero. Bila
kematian baru terjadi 3 atau 4 hari, hanya terihat perubahan pada kulit saja berupa vesikel
atau bula yang berisi cairan kemerahan, yang bila pecah akan terlihat kulit berwarna merah
kecoklatan. Tanda lain adalah epidermis berwarna putih dan keriput, bau tengik, tubuh
mengalami perlunakan sehingga dada terlihat mendatar, sendi lengan dan tungkai lunak
sehingga dapat hiperekstensi, otot atau tendon terlepas dari tulang. Jika janin telah lama
sekali meninggal dalam kandungan, akan terbentuk litopedion.1
Dada belum mengembang. Iga masih datar dan diafragma masih setinggi iga ke 3-4.
Sering sukar dinilai bila mayat telah membusuk. Paru-paru mungkin masih tersembunyi
dibelakang kandung jantung atau telah mengisi rongga dada. Paru-paru berwarna kelabu ungu
merata seperti hati, konsistensi padat, tidak teraba derik udara, dan pelura yang longgar (sick
pleura). Berat paru kira-kira 1/70 kali berat badan. Uji apung paru harus dilakukan dengan
teknik tanpa sentuh (no touch technique) untuk meghindari kemungkian timbulnya artefak
pada sediaan histopatologik jaringan paru akibat manipulasi berlebihan. Paru bayi lahir mati
masih dapat mengapung oleh karena kemungkinan adanya gas pembusukan. Bila setelah gas
pembusukan dikeluarkan, paru masih tetap mengapung, berarti paru tersebut berisi udara
residu yang tidak akan keluar. Hasil negative belum berarti pasti lahir mati. Pemeriksaan
histopatologik paru harus dilakukan untuk memastikan. Hasil uji positif berarti pasti lahir
hidup.1
Lahir Hidup
Lahir hidup (live birth) adalah keluar atua dikeluarkannya hasil konsepsi yang
lengkap, yang setelah pemisahan, bernafas atau menunjukkan tanda kehidupan lain, tanpa
mempersoalkan usia gestasi, sudah atau belumnya tali pusat dipotong dan uri dilahirkan.1
Pada pemeriksaan dada ditemukan dada sudah mengembang dan daifragma sudah
turun sampai sela iga 4-5, terutama pada bayi yang telah lama hidup. Paru sudah mengisi
rongga dada dan menutupi sebagian kandung jantung. Paru berwarna merah muda tidak
merata dengan pleura yang tegang (taut pleura) dan menunjukkan gambaran mozaik karena
aveoli sudah terisi udara. Konsistensi seperti spons, teraba derik udara. Berat paru kira-kira
1/35 kali berat badan. Uji apung paru memberikan hasil positif.1
6

Pada bayi yang sudah dirawat dapat ditemukan hal-hal berikut:1

Tali pusat
Tali pusat telah terikat, diputuskan dengan gunting atau pisau lebih kurang 5cm dari
pusat bayi dan diberi obat antiseptic. Bila tali pusat dimasukkan dalam air akan
terlihat ujungnya terpotong rata. Kadan ibu menyangkal melakukan pembunuhan
dengan mengatakan telah terjadi partus presipitatus. Pada keadaan ini tali pusat akan
terputus dekat perlekatannya pada uri atau pusat bayi dengan ujung yang tidak rata.

Verniks kaseosa (lemak bayi)


Lemak bayi telah dibersihkan, demikian pula bekas-bekas darah. Pada bayi yang
dibuang ke dalam air, verniks tidak hilang seluruhnya dan masih dapat ditemukan di
daerah lipatan kulit.

Pakaian
Perawatan terhadap bayi antar lain adalah memberi pakaian atau penutup tubuh pada
bayi.

Pemeriksaan Autopsi Forensik


Pemeriksaan mayat bayi pada prinsipnya sama seperti pada orang dewasa, hanya saja
harus lebih memperhatikan hal-hal berikut. Pada pemeriksaan luar perhatikan:1

Bayi cukup bulan, premature, atau nonviable.


Kulit sudah dibersihkan atau belum, keadaan verniks kaseosa, warna, berkeriput atau

tidak.
Mulut adakah benda asing yang menyumbat.
Tali pusat sudah terputus atau masih melekat pada uri. Bila terputus periksa apakah
terpotong rata atau tidak, apakah sudah terikat dan diberi obat antiseptic, adakah tanda
kekerasan pada tali pusat, hematon atau Whartons Jelly berpindah tempat. Apakah

teputusnya dekat uri atau pusat bayi.


Kepala apakah terdapat kaput suksadenum, molase tulang-tulang tengkorak.
Perhatikan tanda pembekapan disekitar mulut dan hidung, serta memar pada mukosa
bibir dan pipi, tanda pencekikan atau jerat pada leher, memar atau lecet pada tengkuk,
dan lain-lain.

Pada pembedahan jenasah perhatikan:1

Mulut apakah terdapat benda asing dan perhatikan palatum mole apakah terdapat

robekan.
Pengeluaran organ rongga mulut, leher, dan dada dilakukan dengan teknik tanpa
sentuhan. Perhatikan makroskopik paru dan setelah itu sebaiknya satu paru difiksasi
dalam larutan formalin 10% untuk pemeriksaan histopatologik dan pada paru yang

lain dilakukan uji apung paru.


Tanda asfiksia berupa Tardieus spots pada permukaan paru, jantung, timus, dan

epiglottis.
Tuang belakang apakah terdapat kelainan kongenital dan tanda kekerasan.
Periksa pusat penulangan pada femur, tibia, kalkaneus, talus, dan kuboid.
Pada pemeriksaan kepala, perhatikan apakah terdapat perdarahan subdural dan
subaraknoid. Perhatikan keadaan falks serebri dan tentorium serebeli terutama pada
perbatasannya (sinus rektus dan tranversus) apakah ada robekan. Selanjutnya lakukan
pengukuran otak.
Penyebab kematian tersering pada pembunuhan anak sendiri adalah mati lemas

(asfiksia). Kematian dapat pula diakibatkan oleh proses persalinan (trauma lahir), kecelakaan
(misalnya jatuh, partus prsipitatus), pembunuhan, atau alamiah (penyakit). Trauma lahir dapat
menyebabkan timbulnya tanda-tanda kekerasan seperti:1

Kaput suksadaneum
Semakin lama persalinan berlangsung, timbul kaput suksadaneum yang main hebat.

Sefalhematom
Perdarahan setempat di antara periosteum dan permukaan luar tulang atap tengkorak
dan tidak melampaui sutura tulang tengkorak akibat molase yang hebat.

Fraktur tulang tengkorak


Jarang terjadi pada trauma lahir, biasanya hanya berupa cekungan tulang saja pada
tulang ubun-ubun (celluloid ball fracture). Penggunaan forseps dapat menyebabkan
fraktur tengkorak dengan robekan otak.

Perdarahan intrakranial
Perdarahan ini timbul pada molase lepala yang hebat atau kompresi kepala yang cepat
dan mendadak oleh jalan lahit yang belum melemas (pada partus presipitatus).

Perdarahan subarakhnoid atau interventrikuler


8

Umumnya terjadi pada bayi-bayi prematur akibat belum sempurna berkembangnya


jaringan-jaringan otak.

Perdarahan epidural
Sangat jarang karena duramater melekat dengan erat pad tulang tengkorak bayi.

Penentuan Umur Bayi Intra dan Ekstrauterin


Penenruan umur janin atau embrio dalam kandungan dapat dilakukan dengan
menggunakan rumus De Haas. Untuk 5 bulan pertama, panjang kepala-tumit (cm adalah
kuadrat umur gestasi (bulan), dan selanjutnya umur gestas (bulan) dikali lima.1

Tabel 1: Perkiraan Umur Janin dengan Melihat Pusat Penulangan (Ossification Centers)1
Pusat penulangan

Umur (bulan)

Klavikulas

1,5

Tulang panjang (diafisis)

Iskium

Pubis

Kalkaneus

5-6

Manubrium sterni

Talus

Akhir 7

Sternum bawah

Akhir 8

Distal femur

Akhir 9/ setelah lahir

Proksimal tibia

Akhir 9/ setelah lahir

Kuboid

Akhir 9/ setelah lahir,


bayi wanita lebih cepat

Pemeriksaan pusat penulangan dapat dilakukan secara radiologis atau pada saat autopsy.
Walaupun dalam undang-undang tidak dipersoalkan umur bayi, tetapi kita harus
menentukan apakah bayi tersebut cukup bulan atau belum cukup bulan (premature), ataukah
nonviable. Karena pada keadaan premature dan nonviable, kemungkinan bayi meninggal
9

akibat proses alamiah besar sekali. Sedangkan kemungkinan mati akibat pembunuhan anak
sendiri kecil.1
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan pada Tersangka yang Diduga Ibu Kandung Korban
Pemeriksaan obstetrik pada tersangka yang diduga ibu kandung korban dapat
ditemukan tanda-tanda melahirkan, antar lain:4,5
1. Cardiac output
Penurunan cardiac output menyebabkan bradikardi (50-70x/menit) pada hari pertama
setelah persalinan
2. Volume dan konsentrasi darah
Pada 72 jam pertama setelah persalinan banyak kehilangan plasma dari pada sel
darah.
3. Payudara
Keadaan payudara pada dua hari pertama post partum sama dengan keadaan dalam
masa kehamilan. Pada hari ketiga dan keempat buah dada membesar, keras dan nyeri
ditandai dengan sekresi air susu sehingga akan terjadi proses laktasi.
4. Uterus
Proses involusi uterus terjadi secara progressive dan teratur yaitu 1-2 cm setiap hari
dari 24 jam pertama post partum sampai akhir minggu pertama saat tinggi fundus
sejajar dengan tulang pubis. Pada minggu keenam uterus kembali normal seperti
keadaan sebelum hamil kurang lebih 50-60 gram. Pada seksio sesarea fundus uterus
dapat diraba pada pinggir perut.Ukuran uterus pada masa nifas akan mengecil seperti
sebelum hamil.
Tabel 2: Perubahan pada Uterus Setelah Melahirkan4
Involusi Uteri

Tinggi Fundus Uteri

Berat Uterus

Diameter Uterus

Plasenta lahir

Setinggi pusat

1000 gram

12,5 cm

7 hari (minggu 1)

Pertengahan

pusat

dan500 gram

7,5 cm

simpisis
10

14 hari (minggu 2) Tidak teraba

350 gram

5 cm

6 minggu

60 gram

2,5 cm

Normal

5. Cerviks, vagina, vulva, perineum


Pada persalinan dengan seksio sesarea tidak terdapat peregangan pada serviks dan
vagina kecuali bila sebelumnya dilakukan partus percobaan serviks akan mengalami
peregangan dan kembali normal sama seperti post partum normal.
6. Lochea
a. Lochea rubra
Keluar pada hari pertama sampai hari ketiga post partum. Warna merah terdiri
dari darah, sel-sel desidua, vernik caseosa, rambut lanugo, sisa mekonium dan
sisa-sisa selaput ketuban.
b. Lochea serosa
Mengandung sel darah tua, serum, leukosit dan sisa-sisa jaringan dengan
warna kuning kecoklatan, berlangsung hari keempat dan kesembilan post
partum.
c. Lochea alba
Berwarna putih kekuningan, tidak mengandung darah, berisi sel leukosit, selsel epitel dan mukosa serviks. Dimulai pada hari ke-10 sampai minggu ke 2-6
post partum
7. Sistem musculoskeletal
Pada dinding abdomen sering tampak lembek dan kendur.
8. Pemeriksaan laboratorium
Kadar HCG dalam darah jika positif tinggi, dapat menegakkan diagnosis bahwa
wanita tersebut baru selesai melahirkan.5
Bila diduga ibu tersebut mengalami gangguan kejiwaan, maka perlu dilakukan
penilaian lebih lanjut, salah satunya bisa dilakukan anamnesis mengenai:1,2
1.
2.
3.
4.
5.

Umur
Riwayat kesehatan dahulu dan sekarang
Riwayat kesehatan psikis keluarga
Trauma lampau
Pertumbuhan fisik dan psikis
11

6.
7.
8.
9.

Riwayat penggunaan zat narkotika atau alkohol


Sering merasa bersalah,konsentrasi kurang,penurunan nafsu makan (depresi)
Mendengar suara yang menyuruh membunuh anaknya
Riwayat kehamilan,persalinan dan keadaan setelah melahirkan sebelum ini (jika
pernah melahirkan sebelum ini).

Pemeriksaan Untuk Menentukan Hubungan Korban (Bayi) dengan Tersangka Ibu


Kandung
Pemeriksaan DNA (Tes Maternitas)
Tes maternitas adalah tes DNA untuk menentukan apakah seorang wanita adalah ibu
biologis dari seorang anak. Tes ini membandingkan pola DNA anak dengan terduga ibu untuk
menentukan kecocokan DNA anak yang diwariskan dari terduga ibu. Setiap orang memiliki
DNA yang unik. DNA adalah materi genetik yang membawa informasi yang dapat
diturunkan. Di dalam sel manusia DNA dapat ditemukan di dalam inti sel dan di dalam
mitokondria. Di dalam inti sel, DNA membentuk satu kesatuan untaian yang disebut
kromosom. Setiap sel manusia yang normal memiliki 46 kromosom yang terdiri dari 22
pasang kromosom somatik dan 1 pasang kromosom sex. Setiap anak akan menerima setengah
pasang kromosom dari ayah dan setengah pasang kromosom lainnya dari ibu sehingga setiap
individu membawa sifat yang diturunkan baik dari ibu maupun ayah. Sedangkan DNA yang
berada pada mitokondria hanya diturunkan dari ibu kepada anak-anaknya. Keunikan pola
pewarisan DNA mitokondria menyebabkan DNA mitokondria dapat digunakan sebagai
marka untuk mengidentifikasi hubungan kekerabatan secara maternal.. Hampir semua sampel
biologis dapat dipakai untuk tes DNA, seperti buccal swab (usapan mulut pada pipi sebelah
dalam), darah, rambut beserta akarnya, walaupun lebih dipilih penggunaan darah dalam
tabung (sebanyak 2ml) sebagai sumber DNA.Cara pengambilan sampel: Sampel darah
diambil sebanyak 2 ml dengan menggunakan tabung EDTA kemudian diberi label yang jelas,
dan tanggal pengambilan sampel. Sampel disimpan pada suhu 4C.5
Pemeriksaan Golongan Darah
Penentuan golongan darah dapat dilakukan dengan meneteskan 1 tetes antiserum ke atas 1
tetes darah dan dilihat terjadinya aglutinasi. Aglutinasi yang terjadi pada suatu antiserum
merupakan golongan darah bercak yang diperiksa.5
Asfiksia Mekanik.1
12

Asfiksia mekanik adalah mati lemas yang terjadi bila udara pernapasan terhalang
memasuki saluran pernapasan oleh berbagai kekerasan (yang bersifat mekanik), misalnya : 1
Penutupan lubang saluran pernapasan bagian atas :
Pembekapan (smothering)
Penyumbatan (Gagging dan choking)
Penekanan dinding saluran pernapasan :
Penjeratan (strangulation)
Pencekikan (manual strangulation, throttling)
Gantung (hanging)
Penekanan dinding dada dari luar (asfiksia traumatik)
Saluran pernapasan terisi air (tenggelam, drowning)
Karena mekanisme kematian pada kasus tenggelam bukan murni disebabkan oleh
asfiksia, maka ada sementara ahli yang tidak lagi memasukkan tenggelam ke dalam
kelompok asfiksia mekanik, tetapi dibicarakan tersendiri.
Pada orang yang mengalami asfiksia akan timbul gejala yang dapat dibedakan dalam
4 fase, yaitu :
1.

Fase dispnea
Penurunan kadar oksigen sel darah merah dan penimbunan CO2 dalam plasma akan

merangsang pusat pernapasan di medula oblongata, sehingga amplitudo dan frekuensi


pernapasan akan meningkat, nadi cepat, tekanan darah meninggi dan mulai tampak tandatanda sianosis terutama pada muka dan tangan.
2.
Fase konvulsi
Akibat kadar CO2 yang naik maka akan timbul rangsangan terhadap susunan saraf
pusat sehingga terjadi konvulsi (kejang), yang mula-mula berupa kejang klonik tetapi
kemudian menjadi kejang tonik, dan akhirnya timbul spasme opistotonik. Pupil mengalami
dilatasi, denyut jantung menurun, tekanan darah juga menurun. Efek ini berkaitan dengan
paralisis pusat yang lebih tinggi dalam otak akibat kekurangan O2.
3.
Fase apnea
Depresi pusat pernapasan menjadi lebih hebat, pernapasan melemah dan dapat
berhenti. Kesadaran menurun dan akibat relaksasi sfingter dapat terjadi pengeluaran cairan
sperma, urin dan tinja.
4.
Fase akhir
Terjadi paralisis pusat pernapasan yang lengkap. Pernapasan berhenti setelah
kontraksi otomatis otot pernapasan kecil pada leher. Jantung masih berdenyut beberapa saat
setelah pernapasan berhenti.
Masa dari saat asfiksia timbul sampai terjadinya kematian sangat bervariasi.
Umumnya berkisar antara 4-5 menit. Fase 1 dan 2 berlangsung lebih kurang 3-4 menit,
13

tergantung dari tingkat penghalangan oksigen, bila tidak 100% maka waktu kematian akan
lebih lama dan tanda-tanda asfiksia akan lebih jelas dan lengkap.
Pemeriksaan Jenazah.6
Pada pemeriksaan luar jenazah dapat ditemukan sianosis pada bibir, ujung-ujung jari
dan kuku. Perbendungan sistemik maupun pulmoner dan dilatasi jantung kanan merupakan
tanda klasik pada kematian akibat asfiksia.
Warna lebam mayat merah-kebiruan gelap dan terbentuk lebih cepat. Distribusi lebam
lebih luas akibat kadar CO2 yang tinggi dan aktivitas fibrinolisin dalam darah sehingga darah
sukar membeku dan mudah mengalir. Tingginya fibrinolisin ini sangat berhubungan dengan
cepatnya proses kematian.
Terdapat busa halus pada hidung dan mulut yang timbul akibat peningkatan aktivitas
pernapasan pada fase 1 yang disertai sekresi selaput lendir saluran napas bagian atas. Keluar
masuknya udara yang cepat dalam saluran sempit akan menimbulkan busa yang kadangkadang bercampur darah akibat pecahnya kapiler.
Gambaran perbendungan pada mata berupa pelebaran pembuluh darah konjungtiva
bulbi dan palpebra yang terjadi pada fase 2. Akibatnya tekanan hidrostatik dalam pembuluh
darah meningkat terutama dalam vena, venula dan kapiler. Selain itu, hipoksia dapat merusak
endotel kapiler sehingga dinding kapiler yang terdiri dari selapis sel akan pecah dan timbul
bintik-bintik perdarahanyang dinamakan sebagai Tardieus spot.
Kapiler yang lebih mudah pecah adalah kapiler pada jaringan ikat longgar, misalnya
pada konjungtiva bulbi, palpebra dan subserosa lain. Kadang-kadang dijumpai pula di kulit
wajah.
Pemeriksaan Bedah Jenazah.6
Kelainan yang umum ditemukan pada pembedahan jenazah korban mati asfiksia
adalah:
1. Darah berwarna lebih gelap dan encer, karena fibrinolisin darah yang meningkat pasca
mati.
2. Busa halus di dalam saluran pernapasan.
3. Perbendungan sirkulasi pada seluruh organ dalam tubuh sehingga menjadi lebih berat,
berwarna lebih gelap dan pada pengirisan banyak mengeluarkan darah.
4. Petekie dapat ditemukan pada mukosa usus halus, epikardium pada bagian belakang
jantung daerah aurikuloventrikular, subpleura viseralis paru terutama di lobus bawah
pars diafragmatika dan fisura interlobaris, kulit kepala sebelah dalam terutama daerah
otot temporal, mukosa epiglotis dan daerah sub-glotis.
5. Edema paru sering terjadi pada kematian yang berhubungan dengan hipoksia.

14

6. Kelainan-kelainan yang berhubungan dengan kekerasan, seperti fraktur laring langsung


atau tidak langsung, perdarahan faring terutama bagian belakang rawan krikoid (pleksus
vena submukosa dengan dinding tipis).
Visum et Repertum.2
Visum et repertum adalah keterangan tertulis yang dibuat oleh dokter atas permintaan
penyidik yang berwenang mengenai hasil pemeriksaan medik terhadap manusia, baik hidup
atau mati ataupun bagian atau diduga bagian tubuh manusia, berdasarkan keilmuannya dan di
bawah sumpah, untuk kepentingan peradilan.
Visum et repertum terdiri dari 5 bagian yang tetap, yaitu :
1.

Kata Pro justitia yang diletakkan di bagian atas. Kata ini menjelaskan bahwa visum et
repertum khusus dibuat untuk tujuan peradilan. Visum et repertum tidak membutuhkan
materai untuk dapat dijadikan sebagai alat bukti di depan sidang pengadilan yang

2.

mempunyai kekuatan hukum.


Bagian Pendahuluan. Kata Pendahuluan sendiri tidak ditulis di dalam visum et
repertum, melainkan langsung dituliskan berupa kalimat-kalimat di bawah judul. Bagian
ini menerangkan nama dokter pembuat visum et repertum dan institusi kesehatannya,
instansi penyidikpemintanya berikut nomor dan tanggal surat permintaannya, tempat dan

3.

waktu pemeriksaan, serta identitas korban yang diperiksa.


Bagian Pemberitaan, Bagian ini berjudul Hasil pemeriksaan: dan berisi hasil
pemeriksaan medik tentang keadaan kesehatan atau sakit atau luka korban yang berkaitan
dengan perkaranya, tindakan medik yang dilakukan serta keadaannya selesai
pengobatan/perawatan. Bila korban meninggal dan dilakukan autopsi, maka diuraikan

4.

keadaan seluruh alat-dalam yang berkaitan dengan perkara dan matinya orang tersebut.
Bagian Kesimpulan. Bagian ini berjudul Kesimpulan dan berisi pendapat dokter
berdasarkan keilmuannya, mengenai jenis perlukaan/cedera yang ditemukan dan jenis

5.

kekerasan atau zat penyebabnya, serta derajat perlukaan atau sebab kematiannya.
Bagian Penutup. Bagian ini tidak berjudul dan berisikan kalimat baku Demikianlah
visum et repertum ini saya buat dengan sesungguhnya berdasarkan keilmuan saya dan
dengan mengingat sumpah sesuai dengan Kitab Undang-undang Hukum Acara Pidana. 1

Pembahasan kasus
A.

Pemeriksaan Terhadap Mayat Bayi dan Interpretasi Temuan


Bayi ditemukan pagi hari dalam keadaan meninggal, di tempat pembuangan sampah,

di dalam kardus, ditutupi kain panjang berwarna coklat.


15

Pemeriksaan luar
o
Ukur panjang bayi
Dengan menggunakan rumus De Haase dapat memperkirakan usia bayi dalam
kandungan.
Diukur Panjang Bayi = 51 cm. (Panjang Bayi/5) x 4 minggu = (51 cm/5) x 4

o
o
o
o
o
o
o
o
o

minggu = 40 minggu. Bayi sudah cukup bulan dalam kandungan.


Berat Badan bayi
2800 gram. Bayi lahir dengan berat badan normal.
Panjang kepalatumit 49 cm
Lingkar kepala frontooccipital 33 cm.
Batas rambut depan dan belakang sudah terbentuk.
Rawan telinga sudah terbentuk sempurna.
Puting susu sudah berbatas tegas dengan diameter 7 mm.
Kuku jari tangan sudah melewati ujung jari.
Garis tapak tangan dan kaki sudah melebihi 2/3 bagian.
Testis sudah turun sempurna.
Rambut kepala, masingmasing helai terpisah satu sama lain dan tampak

o
o
o

mengkilat.
Jaringan lemak bawah kulit cukup tebal dengan ketebalan 2 cm.
Processus xyphoideus membengkok ke dorsal.
Alis mata sudah lengkap, bagian lateralnya sudah jelas.

Kesimpulannya bahwa mayat bayi ini lahir viable (keadaan bayi yang dapat hidup di
luar kandungan lepas dari ibunya) dengan cukup bulan dan matur.
o
o
o

Bayi tidak berpakaian, hanya ditutupi dengan kain panjang berwarna coklat.
Berlumuran darah dan lendir.
Terdapat vernix caseosa/lemak bayi pada lipat leher, ketiak, lipat lengan dan

o
o

paha, belakang telinga.


Tali pusat masih berhubungan dengan plasenta.
Terdapat meconium.

Kesimpulannya mayat bayi ini setelah dilahirkan tidak ada terdapat tandatanda
perawatan.
o
o
o

Mayat bayi ditemukan sianosis pada bibir, ujungujung jari, dan kuku.
Terdapat busa halus pada hidung dan mulut.
Terdapat memar pada mukosa bibir dan pipi.

Kesimpulannya mekanisme kematian pada bayi ini adalah asfiksia (mati lemas)
dengan sebab kematian pembekapan.

Pemeriksaan dalam
o
Ditemukan dada sudah mengembang dan diafragma sudah turun sampai sela iga 5.

16

Pemeriksaan makroskopik paru ditemukan paru sudah mengisi rongga dada dan
menutupi sebagian kandung jantung. Terdapat petekiae/ Tardieus spot di

o
o

subpleura viseralis paru terutama di lobus bawah pars diafragmatika.


Uji apung paru memberikan hasil positif.
Pemeriksaan mikroskopik paru menunjukkan alveoli paru yang mengembang

sempurna.
Udara dalam saluran cerna terdapat di dalam usus halus.

Kesimpulannya mayat bayi ini lahir hidup.


Pemeriksaan Terhadap Wanita yang Dicurigai Sebagai Pelaku Pembunuhan Anak
Sendiri dan Interpretasi Temuan.5
Pemeriksaan yang membuktikan bahwa wanita ini memang baru saja melahirkan.
o
o
o
o
o

Buah dada wanita membesar.


Rahim masih membesar.
Keluar cairan kemerahan dari vagina (lochia).
Adanya tandatanda nifas.
Dipemeriksaan laboratorium, hCG masih diatas normal sampai 4 minggu setelah

melahirkan.
Pemeriksaan Untuk Membuktikan Ada atau Tidaknya Hubungan Antara Mayat Bayi
Dengan Wanita
Pemeriksaan yang membuktikan adanya hubungan antara wanita tersebut dengan mayat
bayi yang diketemukan.
o Pemeriksaan golongan darah mayat bayi: didapatkan hasil golongan darah B
o Pemeriksaan golongan darah wanita tersangka: didapatkan hasil golongan darah O
Pemeriksaan golongan darah ini tidak bermakna bila tidak diperiksa juga golongan
darah dari lakilaki yang menyebabkan kehamilan pada wanita ini.

Pemeriksaan DNA.
Dari hasil DNA didapatkan bahwa mayat bayi ini memiliki kecocokan pita dengan

pita DNA wanita yang dicurigai sebagai pelakunya.

Kesimpulan
Dari pembahasan dan interpretasi temuan diatas, diduga bayi terebut merupakan bayi
yang lahir hidup yang dibunuh oleh ibu kandungnya sendiri dengan cara membekap daerah
mulut dan hidung bayi tersebut sehingga terjadi asfiksia yang menyebabkan kematian pada
bayi terebut. Setelah bayi mati, pelaku yang adalah ibu kandung dari korban membuang
korban ke tempat sampah.

17

Daftar Pustaka
1. Budiyanto A, Widiatmaka W, Sudiono S, Munim TWA, Sidhi, Hertian S, et all. Ilmu
Kedokteran Forensik. 1st ed. Jakarta: Balai Penerbit FKUI; 1997. p. 1, 8-11, 25-36,5570,165-76.
2. Bagian Kedokteran Forensik FKUI. Peraturan Perundang-Undangan Bidang
Kedokteran. 1st ed. Jakarta: Bagian Kedokteran Forensik Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia; 1994. p. 11-25, 40.
3. Afandi D, Swasti D, dkk. Pembunuhan Anak Sendiri (PAS) dengan Kekerasan
Multipel. Maj Kedokt Indon 2008, Vol 5, No.9.p.25
4. Wiknjosastro H, Ilmu kandungan. Jakarta: PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo,
2009.
5. Wiknjosastro GH. Ilmu kebidanan sarwono prawirohardjo. Jakarta: PT Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo, 2008.
6. Bagian Kedokteran Forensik FKUI. Teknik Autopsi Forensik. Jakarta: Bagian
Kedokteran Forensik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 2000. p. 55.

18

S-ar putea să vă placă și