Sunteți pe pagina 1din 47

Pembunuhan dengan Leher Terjerat dan Luka di

Ketiak Kiri
Boby Arisofian
102011312
Email: bobyarisofian@yahoo.com
Universitas Kristen Krida Wacana
Jl. Arjuna Utara No. 6, Jakarta 11510
Skenario
Seorang laki laki ditemukan disebuah sungai kering yang penuh batu- batuan dalam
keadaan mati tertelungkup. Ia mengenakan kaos dalam (oblong )dan celana panjang yang di
bagian bawahnya digulung hingga setengah tungkai bawahnya. Lehernya terikat lengan baju (
yang kemudian diketahui sebagai baju milik nya sendiri ) dan ujung lengan baju lainnya
terikat ke sebuah dahan pohon perdu setinggi 60 cm. Posisi tubuh relatif mendatar, namun
leher memang terjerat oleh baju tersebut. Tubuh mayat tersebut telah membusuk, namun
masih dijumpai adanya satu luka terbuka didaerah ketiak kiri yang memperlihatkan pembuluh
darah ketiak yang putus, dan beberapa luka terbuka di daerah tungkai bawah kanan dan kiri
yang memiliki ciri-ciri yang sesuai dengan akibat kekerasan tajam.
Perlu diketahui bahwa rumah terdekat dari TKP adalah sekitar 2 km. TKP adalah suatu
daerah perbukitan yang berhutan cukup berat.
Pendahuluan
Kematian adalah suatu proses yang dapat dikenal secara klinis pada seseorang melalui
pengamatan terhadap perubahan yang terjadi pada tubuh mayat. Perubahan itu akan tejadi
dengan mulai terhentinya suplai oksigen. Manifestasinya akan dapat dilihat setelah beberapa
menit atau beberapa jam. Dalam kasus tertentu, salah satu kewajiban dokter adalah
membantu penyidik menegakan keadilan. Untuk itu dokter sedapat mungkin membantu
menentukan beberapa hal seperti saat kematian dan penyebab kematian.
Saat kematian seseorang belum dapat ditunjukan secara tepat karena tanda-tanda dan
gejala setelah kematian sangat bervariasi karena dipengaruhi oleh beberapa hal diantarannya
umur, kondisi fisik pasien, penyakit fisik sebelumnya maupun penyebab kematian

itu

sendiri.
Salah satu penyebab kematian adalah terjadinya gangguan pertukaran udara pernafasan
yang mengakibatkan suplai oksigen berkurang. Hal ini sering dikenal dengan istilah asfiksia,
1

Korban kematian akibat asfiksia termasuk yang sering diperiksa oleh dokter, hal tersebut
menempati urutan ketiga setelah kecelakaan lalu lintas dan traumatik mekanik.
Pada berbagai kasus asfiksia, ditemukan tanda-tanda kematian yang berbeda. Hal ini
sangat tergantung dari penyebab kematian. Untuk itu kita perlu memahami lebih lanjut
tentang penyebab asfiksia tersebut.

I.

ASPEK HUKUM DAN MEDIKOLEGAL

Proses penyidikan perkara pidana


a. Menerima laporan/informasi dan atau melihat langsung terjadinya perkara, masuk Berita
Acara Pemeriksaan (BAP)
b. Mencari informasi/memeriksa TKP dan para saksi peristiwa serta pemeriksaan para saksi
c. Melakukan

konsultasi

terhadap

para

ahli

untuk

pemeriksaan

barang

bukti

korban/terdakwa atas dasar legalitas hukum


d. Penyidikan lebih lanjut atas informasi/keterangan para ahli
e. Pemberian label terhadap barang bukti mati dan surat permintaan pemeriksaan/ konsultasi
kepada yang lebih berwenang
f. Pengawalan langsung terhadap pengiriman/konsultasi Barang Bukti atau kasus
korban/terdakwa untuk pemeriksaan tertentu
g. Pendekatan dan penjelasan kepada keluarga korban atau korban untuk macam
pemeriksaan Kedokteran Forensik dan persetujuannya (Informed Consent)

PROSEDUR MEDIKOLEGAL
I.

KEWAJIBAN DOKTER MEMBANTU PERADILAN

Pasal 133 KUHAP


1) Dalam hal penyidik untuk kepentingan peradilan menangani seorang korban baik
luka, keracunan ataupun mati yang diduga karena peristiwa yang merupakan tindak
pidana, ia berwenang mengajukan permintaan keterangan ahli kepada ahli kedokteran
kehakiman atau dokter dan atau ahli lainnya.
2) Permintaan keterangan ahli sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dilakukan secara
tertulis, yang dalam surat itu disebutkan dengan tegas untuk pemeriksaan luka atau
pemeriksaan mayat dan atau pemeriksaan bedah mayat.
2

3) Mayat yang dikirim kepada ahli kedokteran kehakiman atau dokter pada rumah sakit
harus diperlakukan secara baik dengan penuh penghormatan terhadap mayat tersebut
dan diberi label yang memuat identitas mayat, dilak dengan cap jabatan yang
dilekatkan pada ibu jari kaki atau bagian lain badan mayat 1.
Penjelasan Pasal 133 KUHAP
2) Keterangan yang diberikan oleh ahli kedokteran kehakiman disebut keterangan ahli,
sedangkan keterangan yang diberikan oleh dokter bukan ahli kedokteran kehakiman
disebut keterangan1.
Pasal 179 KUHAP
1) Setiap orang yang diminta pendapatnya sebagai ahli kedokteran kehakiman atau
dokter atau ahli lainnya wajib memberikan keterangan ahli demi keadilan.
2) Semua ketentuan tersebut di atas untuk saksi berlaku juga bagi mereka yang
memberikan keterangan ahli, dengan ketentuan bahwa mereka mengucapkan sumpah
atau janji akan memberikan keterangan yang sebaik-baiknya dan sebenanr-benarnya
menurut pengetahuan dalam bidang keahliannya1.

II.

BENTUK BANTUAN DOKTER BAGI PERADILAN DAN MANFAATNYA


Pasal 183 KUHAP
Hakim tidak boleh menjatuhkan pidana kepada seorang kecuali apabila dengan
sekurang-kurangnya dua alat bukti yang sah ia memperoleh keyakinan bahwa
suatu tindak pidana benar-benar terjadi dan bahwa terdakwalah yang bersalah
melakukannnya1.
Pasal 184 KUHAP
1) Alat bukti yang sah adalah:
-

Keterangan saksi

Keterangan ahli

Surat

Pertunjuk

Keterangan terdakwa

2) Hal yang secara umum sudah diketahui tidak perlu dibuktikan1.


Pasal 186 KUHAP
3

Keterangan ahli ialah apa yang seorang ahli nyatakan di sidang pengadilan.
Pasal 180 KUHAP
1) Dalam hal diperlukan untuk menjernihkan duduknya persoalan yang timbul di
sidang pengadilan, Hakim ketua sidang dapat minta keterangan ahli dan dapat
pula minta agar diajukan bahan baru oleh yang berkepentingan.
2) Dalam hal timbul keberatan yang beralasan dari terdakwa atau penasihat
hukum terhadap hasil keterangan ahli sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)
Hakim memerintahkan agar hal itu dilakukan penelitian ulang.
3) Hakim karena jabatannya dapat memerintahkan untuk dilakukan penelitian
ulang sebagaimana tersebut pada ayat (2)1

III.

SANKSI BAGI PELANGGAR KEWAJIBAN DOKTER

Pasal 216 KUHP


1) Barangsiapa dengan sengaja tidak menuruti perintah atau permintaan yang dilakukan
menurut undang-undang oleh pejabat yang tugasnya mengawasi sesuatu, atau oleh
pejabat berdasarkan tugasnya. Demikian pula yang diberi kuasa untuk mengusut atau
memeriksa tindak pidana; demikian pula barangsiapa dengan sengaja mencegah,
menghalang-halangi atau menggagalkan tindakan guna menjalankan ketentuan,
diancam dengan pidana penjara paling lama empat bulan dua minggu atau denda
paling banyak sembilan ribu rupiah.
2) Disamakan dengan pejabat tersebut di atas, setiap orang yang menurut ketentuan
undang-undang terus-menerus atau

untuk

sementara

waktu

diserahi

tugas

menjalankan jabatan umum.


3) Jika pada waktu melakukan kejahatan belum lewat dua tahun sejak adanya
pemidanaan yang menjadi tetap karena kejahatan semacam itu juga, maka pidanya
dapat ditambah sepertiga1.
Pasal 222 KUHP
Barangsiapa dengan sengaja mencegah, menghalang-halangi atau menggagalkan
pemeriksaan mayat untuk pengadilan, diancam dengan pidana penjara paling lama
sembilan bulan atau pidana denda paling banyak empat ribu lima ratus rupiah1.

Pasal 224 KUHP


Barangsiapa yang dipanggil menurut undang-undang untuk menjadi saksi, ahli atau
jurubahasa, dengan sengaja tidak melakukan suatu kewajiban yang menurut undangundang ia harus melakukannnya:
1. Dalam perkara pidana dihukum dengan hukuman penjara selama-lamanya 9
bulan.
2. Dalam perkara lain, dihukum dengan hukuman penjara selama-lamanya 6 bulan1.
Pasal 522 KUHP
Barangsiapa menurut undang-undang dipanggil sebagai saksi, ahli atau jurubahasa,
tidak datang secara melawan hukum, diancam dengan pidana denda paling banyak
sembilan ratus rupiah.

IV.

RAHASIA JABATAN DAN PEMBUATAN SKA/ V et R

Peraturan Pemerintah No 26 tahun 1960 tentang lafaz sumpah dokter


Saya bersumpah/ berjanji bahwa:
Saya akan membaktikan hidup saya guna kepentingan perkemanusiaan
Saya akan menjalankan tugas saya dengan cara yang terhormat dan bersusila, sesuai
dengan martabat pekerjaan saya.
Saya akan memelihara dengan sekuat tenaga martabat dan tradisi luhur jabatan
kedokteran.
Saya akan merahasiakan segala sesuatu yang saya ketahui karena pekerjaan saya
dan karena keilmuan saya sebagai dokter.dst.
Peraturan Pemerintah no 10 tahun 1966 tentang wajib simpan rahasia Kedokteran.
Pasal 1 PP No 10/1966

Yang dimaksud dengan rahasia kedokteran ialah segala sesuatu yang diketahui oleh
orang-orang tersebut dalam pasal 3 pada waktu atau selama melakukan pekerjaannya
dalam lapangan kedokteran1.
Pasal 2 PP No 10/1966
Pengetahuan tersebut pasal 1 harus dirahasiakan oleh orang-orang yang tersebut
dalam pasal 3, kecuali apabila suatu peraturan lain yang sederajat atau lebih tinggi
daripada PP ini menentukan lain.
Pasal 3 PP No 10/1966
Yang diwajibkan menyimpan rahasia yang dimaksud dalam pasal 1 ialah:
a. Tenaga kesehatan menurut pasal 2 UU tentang tenaga kesehatan.
b. Mahasiswa kedokteran, murid yang bertugas dalam lapangan pemeriksaan,
pengobatan dan atau perawatan, dan orang lain yang ditetapkan oleh menteri
kesehatan1.
Pasal 4 PP No 10/1966
Terhadap pelanggaran ketentuan mengenai wajib simpan rahasia kedokteran yang
tidak atau tidak dapat dipidana menurut pasal 322 atau pasal 112 KUHP, menteri
kesehatan dapat melakukan tindakan administrative berdasarkan pasal UU tentang
tenaga kesehatan.
Pasal 5 PP No 10/1966
Apabila pelanggaran yang dimaksud dalam pasal 4 dilakukan oleh mereka yang
disebut dalam pasal 3 huruf b, maka menteri kesehatan dapat mengambil tindakantindakan berdasarkan wewenang dan kebijaksanaannya.
Pasal 322 KUHP
1) Barangsiapa dengan sengaja membuka rahasia yang wajib disimpannya karena
jabatan atau pencariannya baik yang sekarang maupun yang dahulu, diancam dengan
pidana penjara paling lama sembilan bulan atau pidana denda paling banyak sembilan
ribu rupiah.

2) Jika kejahatan dilakukan terhadap seorang tertentu, maka perbuatan itu hanya dapat
dituntut atas pengaduan orang itu1.
Pasal 48 KUHP
Barangsiapa melakukan perbuatan karena pengaruh daya paksa tidak dipidana.

V.

BEDAH MAYAT KLINIS, ANATOMIS DAN TRANSPLANTASI

Peraturan Pemerintah No 18 tahun 1981 tentang Bedah Mayat Klinis dan Bedah
Mayat Anatomis serta Transplantasi Alat dan atau Jaringan Tubuh Manusia.
Pasal 2 PP No 18/1981
Bedah mayat klinis hanya boleh dilakukan dalam keadaan sebagai berikut:
a. Dengan persetujuan tertulis penderita dan atau keluarganya yang terdekat setelah
penderita meninggal dunia, apabila sebab kematiannya belum dapat ditentukan
dengan pasti;
b. Tanpa persetujuan penderita atau keluarganya yang terdekat, apabila diduga penderita
menderita penyakit yang dapat membahayakan orang lain atau masyarakat sekitarnya.
c. Tanpa persetujuan penderita atau keluarganya terdekat, apabila dalam jangka waktu 2
x 24 jam tidak ada keluarga terdekat dari yang meninggal dunia dating ke rumah
sakit1.
Pasal 14 PP No 18/1981
Pengambilan alat atau jaringan tubuh manusia untuk keperluan transplantasi atau bank
mata dari korban kecelakaan yang meninggal dunia, dilakukan dengan persetujuan
tertulis keluarga yang terdekat.
Pasal 17 PP No 18/1981
Dilarang memperjual belikan alat dan atau jaringan tubuh manusia.
Pasal 18 PP No 18/1981
Dilarang mengirim dan menerima alat dan atau jaringan tubuh manusia dalam semua
bentuk ke dan dari luar negeri.
7

Pasal 19 PP No 18/1981
Larangan sebagaimana dimaksud dalam pasal 17 dan pasal 18 tidak berlaku untuk
keperluan penelitian ilmiah dan keperluan lain yang ditetapkan oleh Menteri
Kesehatan.
Pasal 70 UU Kesehatan
(2) Bedah mayat hanya dapat dilakukan oleh tenaga kesehatan yang mempunyai
keahlian dan kewenangan untuk itu dan dengan memperhatikan norma yang berlaku
dalam masyarakat1

ASPEK HUKUM
KEJAHATAN TERHADAP TUBUH DAN JIWA MANUSIA
Pasal 89 KUHP
Membuat orang pingsan atau tidak berdaya disamakan dengan menggunakan
kekerasan.
Pasal 90 KUHP
Luka berat berarti:
-jatuh sakit atau mendapat luka yang tidak memberi harapan akan sembuh sama
sekali, atau yang menimbulkan bahaya maut;
- tidak mampu terus menerus untuk menjalankan tugas jabatan atau pekerjaan
pencarian;
- kehilangan salah satu pancaindra;
- mendapat cacat berat;
- menderita sakit lumpuh;
-terganggunya daya piker selama empat minggu lebih;
-gugur atau matinya andungan seorang perempuan1.
Pasal 338 KUHP
Barangsiapa dengan sengaja merampas nyawa orang lain, diancam karena
pembunuhan, dengan pidana penjara paling lama lima belas tahun.
8

Pasal 339 KUHP


Pembunuhan yang diikuti, disertai atau didahului oleh suatu perbuatan pidana, yang
dilakukan dengan maksud untuk mempersiapkan atau mempermudah pelaksanaannya,
atau untuk melepaskan diri sendiri maupun peserta lainnya dari pidana dalam hal
tertangkap tangan, ataupun untuk memastikan penguasaan barang yang diperolehnya
secara melawan hukum, diancam dengan pidana penjara seumur hidup atau selama
waktu tertentu, paling lama dua puluh tahun1.
Pasal 340 KUHP
Barangsiapa dengan sengaja dan dengan rencana lebih dahulu merampas nyawa orang
lain, diancam, karena pembunuhan dengan rencana (moord), dengan pidana mati atau
pidana penjara seumur hidup atau selama waktu tertentu, paling lama dua puluh lima
tahun.
Pasal 351 KUHP
1) Penganiyaan diancam dengan pidana penjara paling lama dua tahun delapan bulan
atau pidana denda paling banyak 4500 rupiah.
2) Jika perbuatan mengakibatkan luka-luka berat, yang bersalah diancam dengan pidana
penjara paling lama 5 tahun.
3) Jika mengakibatkan mati, diancam dengan pidana penjara paling lama7 tahun.
4) Dengan penganiyaan disamakan sengaja merusak kesehatan.
5) Percobaan untuk melakukan kejahatan ini tidak dipidana.
Pasal 353 KUHP
(1) Penganiayaan dengan rencana terlebih dahulu, diancam dengan pidana penjara paling
lama 4 tahun.
(2) Jika perbuatan mengakibatkan luka-luka berat, yang bersalah dikenakan pidana
penjara paling lama tujuh tahun.
(3) Jika perbuatan mengakibatkan mati, dia dikenakan pidana penjara paling lama 9
tahun.
Pasal 354 KUHP

(1) Barangsiapa dengan sengaja melukai berat orang lain, diancam, karena melakukan
penganiayaan berat, dengan pidana penjara paling lama delapan tahun.
(2) Jika perbuatan mengakibatkan mati, yang bersalah dikenakan pidana penjara paling
lama sepuluh tahun.
Pasal 355 KUHP
(1) Penganiayaan berat yang dilakukan dengan rencana lebih dahulu, diancam dengan
pidana penjara paling lama 12 tahun.
(2) Jika perbuatan mengakibatkan mati, yang bersalah dikenakan pidana penjara paling
lama 15tahun1.

II. IDENTIFIKASI KORBAN


Definisi :

Identifikasi adalah penentuan atau pemastian identitas orang yang hidup maupun mati,
berdasarkan ciri khas yang terdapat pada orang tersebut.

Identifikasi forensik merupakan usaha untuk mengetahui identitas seseorang yang


ditujukan untuk kepentingan forensik, yaitu kepentingan proses peradilan.2

Tujuan Identifikasi forensik :


1.

Kebutuhan etis & kemanusiaan

2.

Pemastian kematian seseorang secara resmi & yuridis

3.

Pencatatan identitas untuk keperluan administratif & pemakaman

4.

Pengurusan klaim di bidang hukum publik dan perdata

5.

Pembuktian klaim asuransi, pensiun dll

6.

Upaya awal dalam suatu penyelidikan kriminal (bila ada)

Cara Identifikasi yang biasa dilakukan :


1.

Secara visual

keluarga/rekan memperhatikan korban (terutama wajah). Syarat :

korban dalam keadaan utuh. Kelemahan : sangat dipengaruhi faktor sugesti dan emosi
2.

Pengamatan pakaian catat: model, bahan, ukuran, inisial nama & tulisan pada
pakaian. Sebaiknya : simpan pakaian atau potongan pakaian (20x10 cm), foto pakaian
10

Pengamatan perhiasan catat : jenis (anting, kalung, gelang, cincin dll), bahan

3.

(emas,perak, kuningan dll), inisial nama. Sebaiknya : simpan perhiasan dengan baik
4.

Dokumen : KTP, SIM, kartu golongan darah, dll

5.

Medis pemeriksaan fisik : tinggi & berat badan, warna tirai mata, adanya luka
bekas operasi, tato
Odontologi bentuk gigi & rahang : khas, sangat penting bila jenazah dalam keadaan

6.

rusak/membusuk,

perlu diingat : dental record di Indonesia masih sangat terbatas

7.

Sidik jari tidak ada dua orang yang memiliki sidik jari yang sama mudah dan murah

8.

Serologi menentukan golongan darah (memeriksa darah dan cairan tubuh korban)
Ada 2 tipe orang dalam menentukan golongan darah
- Sekretor: gol.darah dapat ditentukan dari px. darah, air mani, dan cairan tubuh lain
- Non sekretor: gol.darah hanya dapat ditentukan dari px. darah

9.

DNA sangat akurat,t tapi mahal

10.

Ekslusi biasanya digunakan pada korban kecelakaan masal, menggunakan


data/daftar penumpang

Metode pemeriksaan terbagi menjadi dua macam, yaitu :


1.

Identifikasi primer :
Merupakan identifikasi yang dapat berdiri sendiri tanpa perlu dibantu oleh kriteria
identifikasi lain.

DNA : memerlukan keahlian dan kondisi khusus.

Sidik Jari : sukar dilakukan pada kondisi jenazah yg membusuk.

Odontologi : dental record di Indonesia masih terbatas.

Pada jenazah yang rusak/busuk untuk menjamin keakuratan dilakukan 2-3 metode
pemeriksaan dengan hasil (+).
1.

Identifikasi sekunder
Tidak dapat berdiri sendiri, perlu didukung kriteria identifikasi yang lain.
Cara sederhana : melihat langsung ciri seseorang dengan memperhatikan perhiasan,
pakaian dan kartu identitas yang ditemukan.
Cara Ilmiah : melalui teknik keilmuan tertentu seperti medis dll.

11

Pada jenazah yang telah membusuk ditentukan :

Ras

Jenis Kelamin

Perkiraan umur

Tinggi badan
Autopsi berasal dari kata auto = sendiri dan opsis= melihat. Autopsi adalah

pemeriksaan terhadap tubuh mayat meliputi pemeriksaan terhadap bagian luar maupun
bagian dalam dengan tujuan menemukan proses penyakit dan atau adanya cedera, melakukan
interpretasi atas penemuan-penemuan tersebut, menerangkan penyebabnya serta mencari
hubungan sebab akibat antara kelainan-kelainan yang ditemukan dengan penyebab kematian2.
Bedasarkan tujuan, dikenal dua jenis autopsy yaitu Autopsi Klinik dan Autopsi
Forensik/Medikolegal. Autopsi klinik dilakukan terhadap mayat seseorang yang menderita
penyakit, dirawat di Rumah Sakit tetapi kemudian meninggal. Pemeriksaan ini mutlak
memerlukan izin dari keluarga terdekat mayat.
Autopsi forensik dilakukan terhadap mayat berdasarkan peraturan undang-undang dan
diperlukan suatu Surat Permintaan Pemeriksaan/Pembuatan visum et repertum.dari pihak
penyidik. Dalam autopsi forensik mutlak dilakukan pemeriksaan lengkap meliputi tubuh
bagian luar dan pembukaan semua rongga tengkorak, dada dan perut/panggul. Pemeriksaan
ini dilakukan dengan tujuan:
a) Membantu dalam hal penetuan identitas mayat
b) Menetukan sebab pasti kematian, cara kematian dan memperkirakan saat kematian.
c) Mengumpulkan dan mengenali benda-benda bukti untuk penentuan identitas benda
penyebab serta identitas pelaku kejahatan.
d) Membuat laporan tertulis dalam bentuk visum et repertum.
e) Melindungi orang yang tidak bersalah dan membantu penentuan serta penuntutan
terhadap orang yang bersalah3.

PEMERIKSAAN LUAR
Pemeriksaan harus dilakukan dengan cermat, meliputi segala sesuatu yang terlihat,
tercium maupun teraba. Diperiksa semua baik benda yang menyertai mayat, pakaian,
12

perhiasan, sepatu dan lain-lain juga terhadap tubuh mayat itu sendiri. Pemeriksaan harus
mengikuti suatu sistematika yang telah ditentukan.
Semua bagian yang diperiksa harus dilakukan dengan teliti dengan memperhatikan
jenis/bahan, warna, kotoran, dan lain-lain. Langkah-langkah yang dilakukan pada
pemeriksaan luar jenazah adalah seperti berikut:
a) Label mayat
-

Terdapat dua label pada mayat, satu dari pihak kepolisian yang perlu dicatat
selengkapnya isi dari label tersebut. Disamping itu dapat ditemukan label
identifikasi dari Instalasi Kamar Jenazah Rumah Sakit yang harus tetap ada pada
tubuh mayat.4

b) Tutup mayat
c) Bungkus mayat
-

Sekiranya mayat dibungkus dan diikit dengan tali, catatkan secara rinci sifat tali
dan bungkus mayat.

d) Pakaian
-

Diperiksa pakaian dari bagian atas ke bagian bawah dan dari lapisan terluar
sampai lapisan yang terdalam. Periksa saku pada pakaian dan catatkan temuan.

e) Perhiasan
f) Benda di samping mayat
-

Seperti tas atau bungkusan

g) Tanda kematian (sangat penting untuk mencatat waktu dilakukan pemeriksaan


terhadap tanda kematian ini)
-

Lebam mayat : letak, distribusi, warna dan intensitas lebam

Kaku mayat : derajat kekakuan pada sendi, spasme kadaverik

Suhu tubuh mayat : diambil dengan thermometer rectal dan suhu ruangan turut
dicatat

Pembusukan : pertama sekali dilihat di daerah perut kanan bawah dengan


perubahan warna kehijau-hijauan. Ditentukan derajat pembusukan.

Lain-lain : perubahan tanatologi lain seperti mummifikasi atau adipocera.

h) Identifikasi umum
-

Dicatat jenis kelamin, bangsa/ras, umur, warna kulit, keadaan gizi, tinggi dan
berat badan, keadaan zakar, adanya striae albicans pada dinding perut.

i) Identifikasi khusus
13

Rajah/tattoo : dilakukan dokumentasi foto

Jaringan parut

Kapalan (callus) : dapat menentukan pekerjaan mayat semasa hidupnya

Kelainan kuli

Anomali dan cacat pada tubuh

j) Pemeriksaan rambut
-

Dilakukan untuk membantu identifikasi. Sekiranya ditemukan rambut yang


sifatnya berlainan dari rambut mayat, harus diambil, disimpan dan diberi label.

k) Pemeriksaan mata
-

Dilihat kelopak mata, selaput lendir kelopak mata, bola mata, selaput lendir bola
mata, kornea, iris dan pupil.

l) Pemeriksaan daun telinga dan hidung


-

Lihat apakah ada kemungkinan trauma dan perdarahan

m) Pemeriksaan mulut dan rongga mulut


-

Meliputi bibir, lidah, rongga mulut dan gigi geligi.

n) Pemeriksaan alat kelamin dan lubang pelepasan


-

Pada mayat laki-laki diperiksa apakah telah disirkumsisi, pada wanita diperiksa
selaput dara dan komisura posterior. Lubang pelepasan diperiksa untuk melihat
ada atau tidak kekerasan.

o) Lain-lain
-

Dilihat apakah ada tanda bendungan, ikterus, warna kebiru-biruan, edema/sembab,


bekas pengobatan atau sebarang pengotoran.

p) Pemeriksaan terhadap tanda-tanda kekerasan/luka


-

Letak luka dengan menggunakan koordinat terhadap garis/titik anatomi terdekat

Jenis luka : lecet, memar atau terbuka

Arah luka : melintang, membujur atau miring

Tepi luka : rata, teratur, atau tidak beraturan

Sudut luka : runcing, membulat atau bentuk lain

Dasar luka

Sekitar luka : pengotoran atau tanda kekerasan lain

Ukuran luka : pada luka terbuka dilakukan setelah luka dirapatkan

Saluran luka

Lain-lain : pola penumpukan kulit

q) Pemeriksaan terhadap patah tulang5


14

PEMBEDAHAN MAYAT
Terdapat empat teknik autopsi dasar yaitu teknik Virchow, teknik Rokistansky, teknik
Letulle dan teknik Ghon. Teknik Virchow merupakan teknik tertua dan kurang baik untuk
autopsi forensik karena hubungan anatomik antar organ dapat hilang. Teknik Rokistansky
dilakukan dengan membuat irisan organ in situ kemudian baru dikeluarkan. Teknik Letulle
mengeluarkan organ leher, dada, diafrgama dan perut sekaligus (en masse) dan merugikan
karena memerlukan pembantu untuk dilakukan. Teknik Ghon mengangkat organ sebagai tiga
kumpulan yaitu organ leher dan dada, organ pencernaan bersama hati dan limpa, serta organ
urogenital4.
Pemeriksaan dalam bisa dilakukan dengan beberapa cara seperti insisi I, insisi Y dan
insisi melalui lekukan suprasternal menuju simphisis pubis. Insisi I dimulai di bawah tulang
rawan krikoid di garis tengah sampai prosesus xifoideus kemudian 2 jari paramedian kiri dari
puat sampai simfisis, dengan demikian tidak perlu melingkari pusat. Insisi Y pula merupakan
salah satu tehnik khusus otopsi. Pada pemeriksaan dalam, organ tubuh diambil satu persatu
dengan hati-hati dan dicatat4:
a) Ukuran
-

Pengukuran secara langsung adalah dengan menggunakan pita pengukur. Secara


tidak langsung dilihat adanya penumpulan pada batas inferior organ. Organ hati
yang mengeras juga menunjukkan adanya pembesaran.

b) Bentuk
c) Permukaan
d) Konsistensi
-

Diperkirakan dengan cara menekan jari ke organ tubuh tersebut.

e) Kohesi
-

Merupakan kekuatan daya regang antar jaringan pada organ.

f) Potongan penampang melintang

15

Dicatat warna dan struktur permukaan penampang organ yang dipotong.


Pemeriksaan khusus juga bisa dilakukan terhadap sistem organ tertentu,
tergantung dari dugaan penyebab kematian.

Pemeriksaan khusus bisa dilakukan terhadap sistem organ tertentu, tergantung dari
dugaan penyebab kematian. Insisi pada masing-masing bagian-bagian tubuh yaitu :
a) Dada :
-

Dilakukan seksi jantung dan paru-paru

b) Perut
-

Dilihat esofagus, lambung, duodenum dan hati yang dikeluarkan sebagai satu unit

Ginjal, ureter, rektum, dan kandung urine juga dilihat dan dikeluarkan sebagai
satu unit. Pada perempuan kantung kemih dilepaskan dari uterus dan vagina.

c) Leher :
-

Lidah, laring, trakea, esofagus, palatum molle, faring dan tonsil dikeluarkan
sebagai satu unit. Perhatikan obstruksi di saluran nafas, kelenjar gondok dan
tonsil. Pada kasus pencekikan tulang lidah harus dibersihkan dan diperiksa adanya
patah tulang.

d) Kepala :
-

Pada trauma kepala perhatikan adanya edema, kontusio, laserasi serebri.

AUTOPSI PADA KASUS DENGAN KELAINAN PADA LEHER


Untuk melihat kelainan pada leher dengan baik, dipastikan agar daerah leher bersih
dari kemungkinan genangan darah dengan diusahakan pembuluh darah leher dapat dialirkan
ke tempat lain. Dengan mengalirkan darah dari pembuluh darah leher ke arah kepala dan
dada, lapangan leher menjadi bersih sehingga kelainan berupa resapan darah yang kecil pun
dapat dilihat. Setelah pemeriksaan leher selesai, alat leher diangkat dan diperiksa seperti
autopsi biasa6.

16

AUTOPSI PADA KASUS KEMATIAN AKIBAT KEKERASAN


Pada kematian akibat kekerasan, pemeriksaan terhadap luka harus mengungkapkan
hal-hal seperti:
a) Penyebab luka
-

Memeperhatikan morfologi luka yang sringkali member petunjuk tentang benda


yang mengenai tubuh

b) Arah kekerasan
-

Luka lecet dan luka robek dapat menentukan arah kekerasan sehingga penting
untuk rekonstruksi terjadinya perkara. Pada luka yang menembus kedalam tubuh,
perlu ditentukan arah serta jalannya saluran luka dalam tubuh mayat.

c) Cara terjadinya luka


-

Dilihat apakah luka akibat dari pembunuhan, kecelakaan atau bunuh diri. Luka
akibat pembunuhan biasanya tersebar di seluruh tubuh sama ada daerah terbuka
atau daerah tertutup seperti leher, ketiak, lipat siku dan sebagainya. Seringkali
juga ditemukan luka tangkis pada korban pembunuhan. Pada kecelakaan luka
lebih ditemukan di daerah yang terbuka disbanding daerah tertutup. Pada korban
bunuh diri pula, luka menunjukkan sifat luka percobaan atau tentative wounds
yang mengelompok dan berjalan kurang lebih sejajar.

d) Hubungan antara luka yang ditemukan dengan sebab mati


-

Pada korban kekerasan harus dibuktikan bahwa kematian terjadi semata-mata


akibat kekerasan yang menyebabkan luka. Harus juga dipastikan luka yang
ditemukan adalah luka intravital yaitu yang terjadi sewaktu korban masih hidup.
Tanda intravitalitas luka berupa reaksi jaringan terhadap luka seperti resapan
darah, proses penyembuhan luka, sebukan sel radang dan lain-lain perlu
diperhatikan4.

Kematian Akibat Pembunuhan Menggunakan Kekerasan


Pada kasus pembunuhan dengan menggunakan kekerasan tajam, luka harus dilukis
dengan baik dan diperhatikan bentuk luka, tepi luka, sudut luka, keadaan sekitar luka dan
17

lokasi luka. Dilihat juga kemungkinan terdapatnya luka tangkis di daerah ekstensor lengan
bawah serta telapak tangan. Biasanya terdapat beberapa buah luka yang distribusinya tidak
teratur pada kasus pembunuhan dengan kekerasan tajam.
Pembunuhan dengan menggunakan kekerasan tumpul dapat menimbulkan luka
berbentuk luka memar, luka lecet maupun luka robek. Perlu juga diperhatikan adanya atau
luka tangkis. Pada pembunuhan dengan senjata api pula dapat ditemukan luka tembak masuk
jarak dekat, sangat dekat atau luka tembak masuk jarak jauh dan luka tembak temple.
Bunuh diri dengan kekerasan
Seseorang yang bunuh diri dengan benda tajam seringkali ditemukan luka bunuh diri
yang mengelompok pada tempat tertentu seperti pergelangan tangan, leher atau daerah
prekordial. Luka-luka sering berupa beberapa buah luka percobaan dengan satu luka yang
mematikan4,5.
PEMERIKSAAN TRAUMATOLOGI
Trauma atau kecelakaan merupakan hal yang biasa dijumpai dalam kasus forensik.
Hasil dari trauma atau kecelakaan adalah luka, perdarahan dan atau skar atau hambatan dalam
fungsi organ. Agen penyebab trauma diklasifikasikan dalam beberapa cara, antara lain
kekuatan mekanik, aksi suhu, agen kimia, agen elektromagnet, asfiksia dan trauma emboli.
Dalam prakteknya nanti seringkali terdapat kombinasi trauma yang disebabkan oleh satu
jenis penyebab, sehingga klasifikasi trauma ditentukan oleh alat penyebab dan usaha yang
menyebabkan trauma7.
Luka akibat kekerasan tajam dapat disebabakan oleh benda-benda yang memiliki sisi
tajam, baik berupa garis maupun runcing, yang bervariasi dari alat-alat seperti pisau, golok,
keping kaca, pemecah es, kapak dan sebagainya. Terjadinya persentuhan dengan benda tajam
akan berakibatkan luka yang membawa maksud putusnya atau rusaknya continuitas
jaringan karena trauma akibat alat atau senjata yang bermata tajam dan atau berujung
runcing. Ciri Luka Akibat Benda Tajam:

Tepi luka rata

Sudut luka tajam

Rambut ikut terpotong

Tiada jembatan jaringan


18

Tiada memar atau lecet di sekitarnya

Ciri-ciri luka akibat kasus bunuh diri, pembunuhan dan kekerasan akibat kekerasan
benda tajam adalah seperti berikut7:
Table 1. Ciri- ciri Luka
Pembunuhan

Bunuh diri

Kecelakaan

Lokasi luka

Sembarang

Terpilih

Terpapar

Jumlah luka

Banyak

Banyak

Tunggal/ banyak

Pakaian

Terkena

Tidak terkena

Terkena

Ada

Tidak ada

Tidak ada

Luka percobaan

Tidak ada

Ada

Tidak ada

Cedera sekunder

Mungkin ada

Tidak ada

Mungkin ada

Luka tangkis

Luka akibat kekerasan terbagi kepada tiga yaitu luka iris atau sayat, luka tusuk dan luka
bacok.2
Table 2. Pembagian Jenis Luka Akibat Kekerasan
Luka iris

Luka tusuk

Luka bacok

Luka karena alat yang

Luka akibat alat yang berujung

Luka akibat benda atau

tepinya tajam dan

runcing dan bermata tajam atau

alat yang berat dengan

timbulnya luka oleh karena

tumpul yang terjadi dengan suatu

mata tajam atau agak

alat ditekan pada kulit

tekanan tegak lurus atau serong

tumpul yang terjadi

dengan kekuatan relatif

pada permukaan tubuh.

dengan suatu ayunan

ringan kemudian

Contohnya belati, bayonet, keris,

disertai tenaga yang

digeserkan sepanjang kulit.

clurit, kikir dan tanduk kerbau.

cukup besar Contohnya


pedang, clurit, kapak,
baling-baling kapal

Ciri-ciri luka iris:

Ciri-ciri luka tusuk (misalnya

o Pinggir luka rata

senjata pisau / bayonet):

o Sudut luka tajam

o Tepi luka rata

o Rambut ikut

o Dalam luka lebih besar

terpotong
o Jembatan jaringan

dari panjang luka


o Sudut luka tajam
19

Ciri-ciri luka bacok:


o Luka biasanya
besar
o Pinggir luka rata
o Sudut luka tajam
o Hampir selalu

o Biasanya mengenai

o Sisi tumpul pisau

menimbulkan

kulit, otot,

menyebabkan sudut luka

kerusakan pada

pembuluh darah,

kurang tajam

tulang, dapat

tidak sampai tulang

o Sering ada memar atau

memutuskan

echymosis disekitarnya

bagian tubuh

Identifikasi Senjata pada

yang terkena

luka tusuk:

bacokan

o Panjang luka: ukuran

o Kadang-kadang

maksimal dari lebar

pada tepi luka

senjata

terdapat memar,

o Dalam luka: ukuran

aberasi.

minimal dari panjang


senjata
o Sudut luka lancip dan yang
lain tumpul maka
penyebabnya adalah benda
tajam bermata satu.
o Kedua sudut lancip, luka
akibat benda tajam
bermata dua.
DADA (Stabil): Untuk luka tusuk
di perut tidak dapat
diambil kesimpulan panjang
senjatanya karena perut sangat
elastis.
Luka Iris pada BUNUH

Luka Tusuk pada BUNUH

Cara kematian pada luka

DIRI:

DIRI:

bacok:

o Lokalisasi pada daerah

o Pembunuhan

daerah tubuh yang

tubuh yang mudah

o Kecelakaan

dapat dicapai korban

dicapai tubuh korban

sendiri yaitu leher,

(dada, perut)

o Lokalisasi luka pada

pergelangan tangan,
lekuk siku, lekuk

o Jumlah luka yang


mematikan biasanya satu

20

lutut dan pelipatan


paha
o Ditemukan Luka
Iris Percobaan
o Tidak ditemukan
Luka Tangkisan
o Pakaian disingkirkan

o Ditemukan Luka Tusuk


Percobaan
o Tidak ditemukan Luka
Tangkisan
o Bila pada daerah yang
ada pakaian, maka
pakaian disingkirkan

dahulu/tidak ikut

lebih dahulu, sehingga

robek

tidak ikut terkoyak

Luka Iris pada


PEMBUNUHAN :
o Pembunuh seseorang

o Kadang-kadang tangan
mengalami
CADAVERIC SPASM

dengan irisan adalah

Luka Tusuk pada

sukar, kecuali kalau

PEMBUNUHAN:

fisik korban jauh

o Lokalisasi di sembarang

lebih

tempat, juga di daerah

lemah dari pelaku

tubuh yang tak mungkin

atau korban dalam

dicapai tangan korban

keadaan atau dibuat


tidak berdaya.
o Luka di sembarang

o Jumlah luka dapat


satu/lebih
o Didapatkan tanda

tempat, juga pada

perlawanan dari korban

daerah tubuh yang

yang menyebabkan luka

tidak mungkin

tangkisan

dicapai tangan

o Pakaian ikut terkoyak

korban sendiri
o Ditemukan luka
tangkisan atau tanda
perlawanan.
o Pakaian ikut koyak
akibat senjata tajam
tersebut.

21

PEMERIKSAAN MEDIS PADA BIDANG TANATOLOGI


Ilmu yang mempelajari tentang kematian dan perubahan yang terjadi setelah kematian
serta faktor yang mempengaruhi perubahan tersebut adalah tanatologi.

Tanda Pasti Kematian


Dahulu kematian ditandai dengan tidak berfungsinya lagi jantung. Konsep baru
sekarang ini mengenai kematian mencakup berhentinya fungsi pernafasan, jantung dan otak.
Dimana saat kematian ditentukan berdasarkan saat otak berhenti berfungsi. Pada saat itulah
jika diperiksa dengan elektro-ensefalo-grafi (EEG) diperoleh garis yang datar. Berdasarkan
waktunya tanda kematian dibagi menjadi 3, yaitu3:

1. Tanda yang segera dikenali setelah kematian.


Berhentinya sirkulasi darah.
Berhentinya pernafasan.

2. Tanda-tanda kematian setelah beberapa saat kemudian:


A. Perubahan temperatur tubuh (algor mortis)
B. Lebam mayat (livor mortis)
C. Kaku mayat (rigor mortis)

A. Penurunan Temperatur Tubuh (algor Mortis)


Suhu tubuh pada orang yang sudah meninggal perlahan-lahan akan sama dengan suhu
lingkungannya karena mayat tersebut akan melepaskan panas dan suhunya menurun.
Kecepatan penurunan suhu pada mayat bergantung kepada suhu lingkungan dan suhu mayat
tu sendiri. Pada iklim yang dingin maka penurunan suhu mayat berlangsung cepat.2,3
Faktor Faktor yang Mempengaruhi Suhu Mayat :
1.

Usia. Penurunan suhu lebih cepat pada anak-anak dan orang tua dibandingkan orang
dewasa.

2. Jenis kelamin. Wanita mengalami penurunan suhu tubuh yang lebih lambat dibandingkan
pria karena jaringan lemaknya lebih banyak.
3. Lingkungan sekitar mayat. Jika mayat berada pada ruangan kecil tertutup tanpa ventilasi,
kecepatan penurunan suhu mayat akan lebih lambat dibandingkan jika mayat berada pada
tempat terbuka dengan ventilasi yang cukup.

22

4. Pakaian. Tergantung pakaian yang di pakai tebal atau nipis atau tidak berpakaian.
5. Bentuk tubuh. Mayat yang berbadan kurus akan mengalami penurunan suhu badan yang
lebih cepat.
6. Posisi tubuh. Mayat dalam posisi terlentang mengalami penurunan suhu yang lebih cepat.

B. Lebam Mayat (Livor Mortis)


Lebam mayat terjadi akibat terkumpulnya darah pada jaringan kulit dan subkutan
disertai pelebaran pembuluh kapiler pada bagian tubuh yang letaknya rendah atau bagian
tubuh yang tergantung. Keadaan ini memberi gambaran berupa warna ungu kemerahan.
Setelah seseorang meninggal, mayatnya menjadi suatu benda mati sehingga darah akan
berkumpul sesuai dengan hukum gravitasi. Lebam mayat pada awalnya berupa barcak.
Dalam waktu sekitar 6 jam, bercak ini semakin meluas yang pada akhirnya akan membuat
warna kulit menjadi gelap.
Pembekuan darah terjadi dalam waktu 6-10 jam setelah kematian. Lebam mayat ini bisa
berubah baik ukuran maupun letaknya tergantung dari perubahan posisi mayat. Karena itu
penting sekali untuk memastikan bahwa mayat belum disentuh oleh orang lain. Posisi mayat
ini juga penting untuk menentukan apakah kematian disebabkan karena pembunuhan atau
bunuh diri2,3.
Ada 5 warna lebam mayat yang dapat kita gunakan untuk memperkirakan penyebab
kematian :
Merah kebiruan merupakan warna normal lebam
Merah terang menandakan keracunan CO, keracunan CN atau suhu dingin
Merah gelap menunjukkan asfiksia
Biru menunjukkan keracunan nitrit
Coklat menandakan keracunan aniline

C. Kaku Mayat (Rigor Mortis)


Perubahan otot yang terjadi setelah kematian bisa dibagi dalam 3 tahap :
1. Periode relaksasi primer (flaksiditas primer)
Hal ini terjadi segera setelah kematian. Biasanya berlangsung selama 2-3 jam. Seluruh
otot tubuh mengalami relaksasi,dan bisa digerakkan ke segala arah. Iritabilitas otot masih
ada tetapi tonus otot menghilang. Pada kasus di mana mayat letaknya berbaring rahang
bawah akan jatuh dan kelopak mata juga akan turun dan lemas.
2. Kaku Mayat
23

Kaku mayat akan terjadi setelah tahap relaksasi primer. Keadaan ini berlangsung
setelah terjadinya kematian tingkat sel, dimana aktivitas listrik otot tidak ada lagi. Otot
menjadi kaku. Fenomena kaku mayat ini pertama sekali terjadi pada otot-otot mata,
bagian belakang leher, rahang bawah, wajah, bagian depan leher, dada, abdomen bagian
atas dan terakhir pada otot tungkai.
Akibat kaku mayat ini seluruh mayat menjadi kaku, otot memendek dan persendian
pada mayat akan terlihat dalam posisi sedikit fleksi.
Keadaan ini berlangsung selama 24 - 48 jam pada musim dingin dan 18 - 36 jam pada
musim panas.
Penyebabnya adalah otot tetap dalam keadaan hidrasi oleh karena adanya ATP. Jika
tidak ada oksigen, maka ATP akan terurai dan akhirnya habis, sehingga menyebabkan
penumpukan asam laktat dan penggabungan aktinomiosin (protein otot).
3. Periode Relaksasi Sekunder
Otot menjadi relak (lemas) dan mudah digerakkan. Hal ini terjadi karena pemecahan
protein, dan tidak mengalami reaksi secara fisik maupun kimia. Proses pembusukan juga
mulai terjadi. Pada beberapa kasus, kaku mayat sangat cepat berlangsung sehingga sulit
membedakan antara relaksasi primer dengan relaksasi sekunder.2,3

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kaku Mayat


1. Keadaan Lingkungan. Pada keadaan yang kering dan dingin, kaku mayat lebih lambat
terjadi dan berlangsung lebih lama dibandingkan pada lingkungan yang panas dan
lembab. Pada kasus di mana mayat dimasukkan ke dalam air dingin, kaku mayat akan
cepat terjadi dan berlangsung lebih lama.
2. Usia. Pada anak-anak dan orangtua, kaku mayat lebih cepat terjadi dan berlangsung tidak
lama. Pada bayi prematur biasanya tidak ada kaku mayat. Kaku mayat baru tampat pada
bayi yang lahir mati tetapi cukup usia (tidak prematur)
3. Cara kematian. Pada pasien dengan penyakit kronis, dan sangat kurus, kaku mayat cepat
terjadi dan berlangsung tidak lama. Pada pasien yang mati mendadak, kaku mayat lambat
terjadi dan berlangsung lebih lama.
4. Kondisi otot. Terjadi kaku mayat lebih lambat dan berlangsung lebih lama pada kasus di
mana otot dalam keadaan sehat sebelum meninggal, dibandingkan jika sebelum
meninggal keadaan otot sudah lemah.

24

3. Tanda-tanda kematian setelah selang waktu yang lama:


Proses Pembusukan
Perubahan warna. Perubahan ini pertama kali tampat pada fossa iliaka kanan dan kiri
berupa warna hijau kekuningan, disebabkan oleh perubahan hemoglobin menjadi
sulfmethemoglobin.
Perubahan warna ini juga tampak pada seluruh abdomen, bagian depan genitalia eksterna,
dada, wajah dan leher. Dengan semakin berlalunya waktu maka warnanya menjadi semakin
ungu.
Jangka waktu mulai terjadinya perubahan warna ini adalah 6-12 jam pada musim panas
dan 1-3 hari pada musin dingin. Perubahan warna tersebut juga diikuti dengan pembengkakan
mayat. Otot sfingter mengalami relaksasi sehingga urin dan faeses keluar. Lidah juga terjulur.
Bibir menebal, mulut membuka dan busa kemerahan bisa terlihat keluar dari rongga mulut.
Mayat berbau tidak enak disebabkan oleh adanya gas pembusukan. Gas ini bisa
terkumpul pada suatu rongga sehingga mayat menjadi tidak mirip dengan korban sewaktu
masih hidup. Gas ini selanjutnya juga bisa membentuk lepuhan kulit.2

Lepuhan Kulit (blister)


Mulai tampak 36 jam setelah meninggal. Kulit ari dapat dengan cukup mudah dikelupas.
Di mana akan tampak cairan berwarna kemerahan yang sedikit mengandung albumin
Jika pembusukan terus berlangsung, maka bau busuk yang timbul akan menarik lalat
untuk hinggap pada mayat. Lalat menempatkan telurnya pada mayat, di mana dalam waktu 824 jam telur akan menetas menghasilkan larva-yang sering disebut belatung. Dalam waktu 45 hari, belatung ini lalu menjadi pupa, dimana setelah 4-5 hari kemudian akan menjadi lalat
dewasa. Pada tahap ini bagian dari tulang tengkorak mulai tampak. Rektum dan uterus juga
tampak dan uterus gravid juga bisa mengeluarkan isinya Rambut dan kuku dengan mudah
dapat dicabut. Bagian perut dan dada bisa pecah berhubung besarnya tekanan gas yang di
kandungnya. Jika pembusukan terus berlangsung, maka jaringan jaringan menjadi lunak,
rapuh dan berwarna kecoklatan.2

Organ Tubuh Bagian Dalam


Organ tubuh bagian dalam juga mengalami perubahan. Bentuk perubahan sama seperti
diatas, jaringan-jaringan menjadi berwarna kecoklatan. Ada yang cepat membusuk dan ada
yang lambat.
Jaringan yang cepat membusuk :
25

Laring

Trakea

Otak terutama pada anak-anak

Lambung

Usus halus

Hati

Limpa

Jaringan yang lambat membusuk :

Jantung

Paru-paru

Ginjal Prostat

Uterus non gravid

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kecepatan Pembusukan.


a) Temperatur. Temperatur yang paling cocok untuk proses pembusukan adalah antara 700F
sampai 1000F. Pembusukan akan melambat diatas temperatur 1000F dan dibawah 700F,
dan berhenti dibawah 320 F atau diatas 2120F .
b) Udara. Udara yang mempercepat pembusukan. Kecepatan pembusukan lebih lambat
didalam

air dan dalam tanah dibandingkan di udara terbuka.

c) Kelembaban. Keadaan lembab mempercepat proses pembusukan.


d) Penyebab kematian. Bagian tubuh yang terluka biasanya lebih cepat membusuk.
Beberapa jenis racun bisa memperlambat pembusukan, misalnya arsen, zinc (seng) dan
golongan logam antimon. Mayat penderita yang meninggal karena penyakit kronis lebih
cepat membusuk dibandingkan mayat orang sehat.

Adiposera
Fenomena ini terjadi pada mayat yang tidak mengalami proses pembusukan yang biasa.
Melainkan mengalami pembentukan adiposera. Adiposera merupakan subtansi yang mirip
seperti lilin yang lunak, licin dan warnanya bervariasi mulai dari putih keruh sampai coklat
tua. Adiposera mengandung asam lemak bebas, yang dibentuk melalui proses hidrolisa dan
hidrogenasi setelah kematian. Adanya enzim bakteri dan air sangat penting untuk
berlangsungnya proses tersebut. Dengan demikian, maka adiposera biasanya terbentuk pada
mayat yang terbenam dalam air atau rawa-rawa. Lama pembentukan adiposera ini juga
26

bervariasi, mulai dari 1 minggu sampai 10 minggu. Kepentingan medikolegal dari adiposere
adalah dapat menunjukkan tempat kematian (kering, panas atau tempat basah).2
Mummifikasi
Mayat mengalami pengawetan akibat proses pengeringan dan penyusutan bagianbagian tubuh. Kulit menjadi kering, keras dan menempel pada tulang kerangka. Mayat
menjadi lebih tahan dari pembusukan sehingga masih jelas menunjukkan ciri-ciri
seseorang.
Fenomena ini terjadi pada daerah yang panas dan lembab, di mana mayat dikuburkan
tidak begitu dalam dan angin yang panas selalu bertiup sehingga mempercepat penguapan
cairan tubuh.
Lama terjadinya mummifikasi adalah antara 4 bulan sampai beberapa tahun.
Kepentingan medikolegal dari mummfikasi adalah dapat menunjukkan tempat kematian
(kering, panas atau tempat basah).6

CARA DAN SEBAB KEMATIAN


Penyebab kematian
Dengan adanya perlukaan atau penyakit yang menimbulkan kekacauan fisik pada
tubuh yang menghasilkan kematian pada seseorang. Berikut ini adalah penyebab kematian:
luka tembak pada kepala, luka tusuk pada dada, adenokarsinoma pada paru-paru, dan
aterosklerosis koronaria.2,3
Mekanisme kematian
Merupakan kekacauan fisik yang dihasilkan oleh penyebab kematian yang
menghasilkan kematian. Contoh dari mekanisme kematian dapat berupa perdarahan,
septikemia, dan aritmia jantung. Ada yang dipikirkan adalah bahwa suatu keterangan tentang
mekanime kematian dapat diperoleh dari beberapa penyebab kematian dan sebaliknya. Jadi,
jika seseorang meninggal karena perdarahan masif, itu dapat dihasilkan dari luka tembak,
luka tusuk, tumor ganas dari paru yang masuk ke pembuluh darah dan seterusnya.
Kebalikannya adalah bahwa penyebab kematian, sebagai contoh, luka tembak pada abdomen,
dapat menghasilkan banyak kemungkinan mekanisme kematian yang terjadi, contohnya
perdarahan atau peritonitis.

27

Cara kematian
Cara kematian secara umum dapat dikategorikan sebagai wajar, pembunuhan, bunuh
diri, kecelakaan, dan yang tidak dapat dijelaskan (pada mekanisme kematian yang dapat
memiliki banyak penyebab dan penyebab yang memiliki banyak mekanisme, penyebab
kematian dapat memiliki banyak cara). Seseorang dapat meninggal karena perdarahan masif
(mekanisme kematian) dikarenakan luka tembak pada jantung (penyebab kematian), dengan
cara kematian secara pembunuhan (seseorang menembaknya), bunuh diri (menembak dirinya
sendiri), kecelakaan (senjata jatuh), atau tidak dapat dijelaskan (tidak dapat diketahui apa
yang terjadi).
Berdasarkan sifat serta penyebabnya, kekerasan dapat dibedakan atas kekerasan yang
bersifat:
1. Mekanik

Kekerasan oleh benda tajam

Kekerasan oleh benda tumpul

Tembakan senjata api2

2. Fisika

3.

Suhu

Listrik dan petir

Perubahan tekanan udara

Akustik

Radiasi

Kimia

Pada

Asam atau basa kuat

kematian

akibat

kekerasan,

pemeriksaan

mengungkapkan berbagai hal tersebut di bawah ini.

terhadap

luka

harus

dapat

1. Penyebab luka.
Dengan memperhatikan morfologi luka, kekerasan penyebab luka dapat ditentukan. Pada
kasus tertentu, gambaran luka seringkali dapat memberi petunjuk mengenai bentuk benda
yang mengenai tubuh, misalnya luka yang disebabkan oleh benda tumpul berbentuk bulat
panjang akan meninggalkannegative imprint oleh timbulnya marginal haemorrhage.
Luka lecet jenis tekan memberikan gambaran bentuk benda penyebab luka.
28

2. Arah kekerasan.
Pada luka lecet jenis geser dan luka robek, arah kekerasan dapat ditentukan. Hal ini
sangat
membantu pihak yang berwajib dalam melakukan rekonstruksi terjadinya perkara.
3. Cara terjadinya luka.
Yang dimaksudkan dengan cara terjadinya luka adalah apakah luka yang ditemukan terjadi
sebagai akibat kecelakaan, pembunuhan atau bunuh diri.
Luka-luka akibat kecelakaan biasanya terdapat pada bagian tubuh yang terbuka. Bagian
tubuh yang biasanya terlindung jarang mendapat luka pada suatu kecelakaan. Daerah
terlindung ini misalnya adalah daerah sisi depan leher, daerah lipat siku, dan sebagainya.
Luka akibat pembunuhan dapat ditemukan tersebar pada seluruh bagian tubuh. Pada
korban pembunuhan yang sempat mengadakan perlawanan, dapat ditemukan luka tangkis
yang biasanya terdapat pada daerah ekstensor lengan bawah atau telapak tangan.
Pada korban bunuh diri, luka biasanya menunjukkan sifat luka percobaan (tentative
wounds) yang mengelompok dan berjalan kurang lebih sejajar.
4. Hubungan antara luka yang ditemukan dengan sebab mati.
Harus dapat dibuktikan bahwa terjadinya kematian semata-mata disebabkan oleh
kekerasan yang menyebabkan luka. Untuk itu pertama-tama harus dapat dibuktikan bahwa
luka yang ditemukan adalah benar-benar luka yang terjadi semasa korban masih hidup
(luka intravital). Untuk ini, tanda intravitalitas luka berupa reaksi jaringan terhadap luka
perlu mendapat perhatian. Tanda intravitalitas luka dapat bervariasi dari ditemukannya
resapan darah, terdapatnya proses penyembuhan luka, sebukan sel radang, pemeriksaan
histo-enzimatik, sampai pemeriksaan kadar histamin bebas dan serotonin jaringan.2

INTERPRETASI TEMUAN
Interpretasi temuan meliputi aspek :
PENJERATAN (STRANGULATION BY LIGATURE)
A. Definisi
Penjeratan adalah penekanan benda asing berupa tali, ikat pinggang, rantai, stagen,
kawat, kabel, kaos kaki dan sebagainya, melingkari atau mengikat leher yang makin lama
makin kuat, sehingga saluran nafas tertutup. Berbeda dengan gantung diri yang biasanya
merupakan kasus bunuh diri, maka penjeratan biasanya adalah kasus pembunuhan.
29

Pada peristiwa gantung, kekuatan jeratnya berasal dari berat tubuhnya, maka pada jeratan
dengan tali kekuatan jeratnya berasal dari tarikan pada kedua ujungnya. Dengan kekuatan
tersebut, pembuluh darah balik atau jalan nafas dapat tersumbat. Tali yang dipakai sering
disilangkan dan sering dijumpai adanya simpul. Jeratan pada bagian depan leher hampir
selalu melewati membran yang menghubungkan tulang rawan hyoid dan tulang rawan
thyroid.

B. Mekanisme kematian
Ada 3 mekanisme kematian pada jerat , yaitu :
1. Asfiksia
Terjadi akibat terhambatnya aliran udara pernafasan. Merupakan penyebab kematian
yang paling sering.
2. Iskemia Serebral
Iskemia serebral disebabkan oleh penekanan dan hambatan pembuluh darah arteri
(oklusi arteri) yang menyebabkan terhambatnya aliran darah ke otak. Gambar dibawah
menunjukkan gambaran rontgen pada wanita yang berupaya bunuh diri dengan gantung.
3. Syok Vasovagal
Perangsangan pada sinus caroticus menyebabkan refleks vagal yang menyebabkan henti
jantung.

C. Cara kematian pada kasus jerat


1. Pembunuhan (paling sering).
Pembunuhan pada kasus jeratan (strangulation by ligature) dapat kita jumpai pada
kejadian dengan menggunakan tali pusat, psikopat yang saling menjerat, dan
hukuman mati
2. Kecelakaan
Kecelakaan pada kasus jeratan (strangulation by ligature) dapat kita temukan pada
bayi yangterjerat oleh tali pakaian, orang yang bersenda gurau dan pemabuk. Vagal
reflex menjadi penyebab kematian pada orang yang bersenda gurau
3. Bunuh diri.
Bunuh diri pada kasus jeratan (strangulation by ligature) mereka lakukan dengan cara
melilitkan tali secara berulang dimana satu ujung difiksasi dan ujung lainnya ditarik.
Antara jeratan dan leher mereka masukkan tongkat lalu mereka memutar tongkat
tersebut
30

D. Gambaran Post Mortem Penjeratan


1. Pemeriksaan Luar Jenazah
Pada pemeriksaan luar hasil gantung diri didapatkan:
a. Tanda Penjeratan Pada Leher
- Tanda penjeratan jelas dan dalamSemakin kecil tali maka tanda penjeratan
semakin jelas dan dalam
- Tanda penjeratan berwarna coklat gelap dan kulit tampak kering, keras dan
mengkilat
b. Pada tempat dimana terdapat simpul tali yaitu pada kulit bagian bawah
telinga,tampak daerah segitiga pada kulit dibawah telingae.Pinggiran jejas jerat
berbatas

tegas

dan

tidak

terdapat

tanda-tanda

abrasif.Jumlah

tanda

penjeratanTerkadang pada leher terlihat dua buah atau lebih bekas penjeratan.
Tanda-tanda Asfiksia
Tanda-tanda umum asfiksia diantaranya adalah sianosis, kongesti vena dan
edema. Sering ditemukan adanya buih halus pada jalan nafas.
c. Lebam Mayat
Lokasi timbulnya lebam mayat tergantung dari posisi tubuh korban setelah mati.

2. Pemeriksaan Dalam Jenazah


Pada pemeriksaan dalam akibat peristiwa jerat didapatkan :
a. Lapisan dalam dan bagian tengah pembuluh darah mengalami laserasi ataupun
ruptur.
b. Tanda-tanda Asfiksia
Terdapat bintik perdarahan pada pelebaran pembuluh darah,
Terdapat buih halus di mulut
Didapatkan darah lebih gelap dan encer akibat kadar CO2 yang meninggi.
c. Terdapat resapan darah pada jaringan dibawah kulit dan otot
a. Terdapat memar atau ruptur pada beberapa keadaan. Kerusakan otot ini
lebih sering dihubungkan dengan tindak kekerasan.
d. Jarang terdapat patah tulang hyoid atau kartilago cricoid.

E. Aspek Medikolegal
31

Table 3. Perbedaan Kasus Gantung dan Jerat


Kasus Gantung

Kasus Jerat

(bunuh diri)

(pembunuhan)

Simpul hidup

Simpul

Simpul

dapat

Simpul mati
dikeluarkan Simpul sulit dikeluarkan melalui

melalui kepala(tidak terikat kepala (terikat kuat)


kuat)
Jumlah lilitan penjerat

Bisa lebih dari 1 lilitan

Biasanya 1 buah lilitan

Arah

Serong ke atas

Mendatar/horizontal

Jarak

titik

tumpu- Jauh

simpul

Dekat

Berbentuk

(lingkaran Berbentuk lingkaran penuh

terputus)
Lokasi jejas

Lebih tinggi

Lebih rendah

Jejas jerat

Meninggi ke arah simpul

Mendatar

Luka perlawanan

Luka lain-lain

Biasanya

ada,

mungkin Ada, sering di daerah leher

terdapat luka percobaan lain


Karakteristik simpul

Jejas simpul jarang terlihat

Terlihat jejas simpul

Simpul hidup

Simpul

Simpul

dapat

dikeluarkan Simpul sulit dikeluarkan melalui

melalui kepala(tidak terikat kepala (terikat kuat)


kuat)

Lebam mayat

Pada bagian bawah tubuh

Tergantung posisi tubuh korban

Lokasi

Tersembunyi

Bervariasi

Kondisi

Teratur

Tidak teratur

Pakaian

Rapi dan baik

Tidak teratur, robek

Ruangan

Terkunci dari dalam

Tidak teratur, terkunci dari luar

A. Gambaran Post Mortem


1. Pemeriksaan Luar Pada Jenazah
32

a. Tanda Penjeratan Pada Leher


Tanda penjeratan jelas dan dalam. Semakin kecil tali maka tanda penjeratan
semakin jelas dan dalam
Bentuk jeratan berjalan miring.
Bentuk jeratan pada kasus gantung diri cenderung berjalan kiring (oblique)
pada bagian depan leher, dimulai pada leher bagian atas antara kartilago tiroid
dengandagu, lalu berjalan miring sejajar dengan garis rahang bawah menuju
belakang telinga Alur jeratan pada leher korban penggantungan (hanging)
berbentuk lingkaran (V shape). Ciri-ciri jejas sebagai berikut :

Alur jeratan pucat.

Tepi alur jerat coklat kemerahan.

Kulit sekitar alur jerat terdapat bendungan.

Tanda penjeratan berwarna coklat gelap dan kulit tampak kering, keras dan
mengkilat
b. Kedalaman Bekas Jeratan
Kedalaman bekas jeratan menujukan lamanya tubuh tergantung.
c. Tanda-tanda Asfiksia
Sering ditemukan adanya buih halus pada jalan nafas. Pada kasus
penggantungan tanda-tanda asfiksia berupa mata menonjol keluar, perdarahan berupa
petekia pada bagian wajah dan subkonjungtiva. Jika didapatkan lidah terjulur maka
menunjukan adanya penekanan pada bagian bawah leher yaitu bagian bawah kartilago
thyroida.
d. Lebam Mayat
Jika penggantungan setelah kematian berlangsung lama maka lebam mayat
terlihat pada bagian tubuh bawah, anggota badan distal serta alat genitalia distal

e. Sekresi Urin dan Feses


Sekresi urin dan feses terjadi pada fase apneu pada kejadian asfiksia. Pada
stadium apneu pusat pernapasan mengalami depresi sehingga gerak napas menjadi
sangat lemah dan berhenti. Penderita menjadi tidak sadar dan karena kontrol spingter
fungsieksresi hilang akibat kerusakan otak maka terjadi pengeluaran urin dan feses.

2. Pemeriksaan Dalam Pada Jenazah

33

a. Lapisan dalam dan bagian tengah pembuluh darah mengalami laserasi ataupun
ruptur.
b. Tanda-tanda Asfiksia
Terdapat bintik perdarahan pada pelebaran pembuluh darah
Kongesti pada bagian atas yaitu daerah kepala, leher dan otak
Ditemukan darah lebih gelap dan encer akibat kadar CO2 yang meninggi.
c. Terdapat resapan darah pada jaringan dibawah kulit dan otot
d. Terdapat memar atau ruptur pada beberapa keadaan. Kerusakan otot ini lebih
banyak terjadi pada kasus pengantungan yang disertai dengan tindak kekerasan.
e. Pada pemeriksaan paru-paru serig ditemui edema paru.
f. Mungkin terdapat patah tulang hyoid atau kartilago cricoid.

B. Aspek Medikolegal
Table 4. Perbedaan Penggantungan Bunuh Diri dengan Penggantungan Pembunuhan
Perbedaan
1.

Usia

Penggantungan Bunuh Diri

Penggantungan Pembunuhan

Lebih sering terjadi pada remaja Tidak mengenal batasan usia


dan dewasa

2.

Jejas Jerat

Bentuk miring berupa lingkaran Lingkaran


terputus

3.

Simpul Tali

tidak

terputus,

mendatar, letak di tengah leher

Biasanya satu simpul pada bagian Simpul tali lebih dari satu dan
samping leher. Simpul biasanya terikat kuat
simpul hidup

4.

5.

Riwayat

Korban

mempunyai

Korban

bunuh diri dengan cara lain

Cedera

Tidak

terdapat

riwayat Korban tidak mempunyai riwayat

luka

upaya bunuh diri


yang Terdapat

luka-luka

yang

menyebabkan kematian dan tidak mengarah ke pembunuhan


terdapat tanda-tanda perlawanan
Dapat ditemukan racun dalam
6.

Racun

lambung korban, seperti arsen, Dapat

terdapat

racun

berupa

sublimat, korosif. Rasa nyeri opium, kalium sianida. Racun ini


mendorong korban melakukan tidak menyebabkan efek kemauan

7.

Tangan

gantung diri

bunuh diri

Tidak dalam keadaan terikat

Tangan terikat mengarah k kasus

34

pembunuhan
8.

Kemudahan

Tempat

kejadian

mudah Korban biasa digantung di tempat

ditemukan
9.

yang sulit ditemukan

Tempat

Jika tempat kejadian merupakan Bila

kejadian

tempat

yang

tertutup,

sebaliknya

atau terkunci

dari

ditemukan
luar

maka

didapatkan ruangan dengan pintu penggantungan biasanya kasus


terkunci makan dugaan bunih diri pembunuhan
adalah kuat
10.

Lingkar tali

Jika lingkar tali dapat keluar Jika lingkar tali tidak dapat keluar
melewati kepala, maka dicurigain melewati kepala, maka dicurigai
bunuh diri

peristiwa pembunuhan

C. Perbedaan Penggantungan Antemortem dengan Postmortem

Table 5. Perbedaan Penggantungan Antemortem dengan Postmortem


No
1.

Penggantungan Antemortem

Penggantungan Postmortem

Tanda jejas jerat berupa lingkaran Tanda jejas jerat biasanya berbentuk utuh
terputus (non continous) dan letaknya (continous), agak sirkuler dan letaknya pada
pada leher bagian atas

2.

bagian leher tidak begitu tinggi

Simpul tali biasanya tunggal, terdapat Simpul tali lebih dari satu biasanya lebih
pada sisi leher

dari satu, diikatkan dengan kuat dan


diletakan pada bagian depan leher

3.

Ekimosis tampak jelas pada salah satu Ekimosis


sisi dari jejas penjeratan.

4.

pada

salah

satu

sisi

jejas

penjeratan tidak ada atau tidak jelas.

Lebam mayat tampak diatas jejas jerat Lebam mayat terdapat pada bagian tubuh
dan pada tungkai bawah

yang menggantung sesuai dengan posisi


mayat setelah meninggal

5.

Pada kulit ditempat jejas penjeratan Tanda parchmentisasi tidak ada atau tidak
teraba seperti kertas perkamen yaitu jelas
tanda parchmentisasi

6.

Sianosis pada wajah, bibir, telinga, dll Sianosis pada bagian wajah, bibir, telinga,
sangat

jelas

terlihat

terutama

jika dll, tergantung dari penyebab kematian

kematian karena asfiksia


35

7.

Wajah

membengkak

dan

mata Sianosis pada bagian wajah, bibir, telinga,

mengalami kongesti dan agak menonjol, dll, tergantung dari penyebab kematian
disertai dengan gambaran pembuluh
darah vena yang jelas pada bagian
kening dan dahi
8.

Lidah bisa terjulur atau tidak sama Lidah tidak terjulur kecuali pada kasus
sekali

9.

pencekikan

Ereksi penis disertai dengan keluarnya Ereksi penis dan cairan sperma tidak ada.
cairan
korban

sperma
pria.

sering

terjadi

Sering

pada Pengeluaran feses juga tidak ada

ditemukan

keluarnya feses
10.

Air liur ditemukan menetes dari sudut Air liur tidak ditemukan yang menetes pada
mulut,

dengan

arah

yang

vertikal kasus selain kasus penggantungan

menuju dada.

Luka
Benda yang dapat mengakibatkan luka seperti ini memiliki sisi tajam baik berupa
garis maupun runcing yang bervariasi dari alat seperti pisau,golok dan sebaainua sehingga
keping kaca,gelas,logam,sembilu bahkan tepi kertas atau rumput.2
Gambaran luka adalah tepi dan dinding luka yang rata,berbentuk garis,tidak terdapat
jembatan jaringan dan dasar luka berbentuk garis atau titik
Luka akibat benda tajam dapat berupa luka iris atau sayat,luka tusuk dan luka
bacok.Pada luka tusuk,sudut luka dapat menunjukkan perkiraan benda penyebabnya,apakah
berupa pisau bermata satu atau bermata dua.Bila satu sudut luka lancip dan yang lain
tumpul,bererti benda penyebabnya adalah benda tajam bermata satu.Bila kedua sudut luka
lancip,luka tersebut dapat diakibatkan oleh benda tajam bermata dua.Benda tajam bermata
satu sapat menimbulkan luka tusuk dengan kedua luka lancip apabila hanya bagian ujung
benda saja yang menyentuh kulit,sehingga sudut luka dibentuk oleh ujung dan sisi tajamnya.2
Kulit di sekitar luka akibat kekerasan benda ajam biasanya tidak menunjukkan adanya
luka lecet atau memar kecuali bila bagian gagang turut membentur kulit.

36

Pada luka turuk,panjang luka biasanya tidak mencerminkan lebar benda tajam
penyebabnya,demikian pula panjang saluran luka biasanya tidak menunjukkan panjang benda
tajam tersebut.Hal ini disebabkan oleh faktor elastisitas jaringan dan gerakan korban.
Luka tangkis merupakan luka yang trjadi akibat perlawanan korban dan umumnya
ditemukan pada telapak dan punggung tangan,jari tangan,punggung lengan bawah dan
tungkai.5
Pemeriksaan pada kain (baju)yang terkena pisau bertujuan melihat interaksi antara
pidau-kain tubuh,yaitu melihat letak kelainan,bentuk rokeban,adanya pastikel besi,serat kain
dan pemeriksaan terhadap bercak darahnya.
Luka percobaan khas ditemukan pada kasus bunuh diri yang menggunakan senjata
tajam, sehubungan dengan kondisi kejiwaan korban. Luka percobaan dapar berupa luka sayat
atau luka tusuk yang dilakukan berulang dan sejajar.2
VISUM ET REPERTUM
Di hadapan dokter, seorang korban hidup dapat berstatus sebagai korban untuk
dibuatkan visum et repertum, sekaligus berstatus sebagai pasien untuk diobati dan dirawat.
Sebagai pasien mempunyai hak dan kewajiban akibat hubungan dokter-pasien (kontra
terapeutik). Berbagai hak yang dimiliki pasien, seperti hak atas informasi, hak
menolak/memilih alternatif cara pemeriksaan/terapi, hak atas rahasia kedokteran dan lain-lain
harus dipatuhi oleh dokter. Sebagai korban, berlaku ketentuan-ketentuan seperti yang diatur
dalam hukum acara pidana sehingga tidak dapat begitu saja menolak pemeriksaan forensik
yang akan dilakukan terhadap dirinya.
Visum et repertum berasal dari kata latin yang diterjemahkan kedalam bahasa Inggris
yaitu something seen atau appearance (visum) dan inventions atau find out (repertum). Visum
et repertum adalah keterangan tertulis yang dibuat oleh dokter atas permintaan tertulis
penyidik yang berwenang mengenai hasil pemeriksaan medik terhadap manusia baik hidup
atau mati ataupun bagian atau diduga bagian dari tubuh manusia, berdasarkan keilmuannya
dan di bawah sumpah, untuk kepentingan peradilan.
Peranan dan fungsi visum et repertum adalah untuk proses pembuktian suatu
perkara pidana terhadap kesehatan dan jiwa manusia. Visum et repertum menguraikan segala
sesuatu tentang hasil pemeriksaan medik yang tertuang di dalam bagian pemberitaan, yang
37

karenanya dapat dianggap sebagai pengganti barang bukti. Visum et repertum juga memuat
keterangan atau pendapat dokter mengenai hasil pemeriksaan medik tersebut yang tertuang di
dalam bagian kesimpulan.
Maksud pembuatan visum et repertum yakni sebagai salah satu barang bukti
(corpus delicti) yang sah di pengadilan karena barang buktinya sendiri telah berubah pada
saat persidangan berlangsung.
Ada 3 tujuan pembuatan visum et repertum, yaitu :
1. Memberikan kenyataan (barang bukti) pada hakim.
2. Menyimpulkan berdasarkan hubungan sebab akibat.
3. Memungkinkan hakim memanggil dokter ahli lainnya untuk membuat kesimpulan visum et
repertum yang lebih baru.
Perbedaan Visum Et Repertum dengan catatan medik dan surat keterangan
medik lainnya. Catatan medik adalah catatan tentang seluruh hasil pemeriksaan medik
beserta tindakan pengobatan/perawatannya, yang merupakan milik pasien, meskipun
dipegang oleh dokter/institusi kesehatan. Catatan medik ini terikat pada rahasia pekerjaan
dokter yang diatur dalam Peraturan Pemerintah no 10 tahun 1966 dengan sanksi hukum
seperti dalam pasal 322 KUHP. Dokter boleh membuka isi catatan medik kepada pihak
ketiga, hanya setelah memperoleh izin dari pasien, baik izin langsung mauun perjanjian yang
dibuat sebelumnya antara pasien dengan pihak ketiga tertentu. Visum et repertum dibuat atas
kehendak undang-undang, maka dokter tidak dapat dituntut karena membuka rahasia
pekerjaan sebagaimana diatur dalam pasal 322 KUHP, meskipun dokter membuatnya tanpa
seizin pasien. Pasal 50 KUHP mengatakan bahwa barangsiapa melakukan perbuatan untuk
melaksanakan ketentuan undang-undang, tidak dipidana, sepanjang visum et repertum
tersebut hanya diberikan kepada instansi penyidik yang memintanya, untuk selanjutnya
dipergunakan dalam proses peradilan.
Jenis dan Bentuk Visum Et Repertum. Dikenal beberapa jenis visum et repertum,
yaitu:
a. Visum et repertum perlukaan (termasuk keracunan)
b. Visum et repertum kejahatan susila
c. Visum et repertum jenazah
38

d. Visum et repertum psikiatrik


Jenis a,b dan c adalah visum et repertum mengenai tubuh/raga manusia yang dalam hal ini
berstatus sebagai korban tindak pidana, sedangkan jenis d adalah mengenai jiwa/mental
tersangka atau terdakwa tindak pidana. Visum et repertum dibuat secara tertulis, sebaiknya
dengan mesin ketik, di atas sebuah kertas putih dengan kepala surat institusi kesehatan yang
merupakan pemeriksaan, dalam bahasa Indonesia, tanpa memuat singkatan, dan sedapat
mungkin tanpa istilah asing, bila terpaksa digunakan agar diberi penjelasan bahasa Indonesia.
Ada 3 jenis visum et repertum, yaitu :
1. Visum et repertum orang hidup
2. Visum et repertum jenasah
3. Expertise
Ada 3 jenis visum et repertum orang hidup, yaitu :
1. Visum et repertum luka / visum et repertum seketika / visum et repertum defenitif
2. Visum et repertum sementara
3. Visum et repertum lanjutan
Visum et repertum seketika tidak membutuhkan perawatan dan pemeriksaan lanjut
sehingga tidak menghalangi pekerjaan korban. Kualifikasi luka yang dokter tulis pada bagian
kesimpulan visum et repertum yakni luka derajat I atau luka golongan C. Dokter tidak
diperkenankan menulis luka penganiayaan ringan karena ini istilah hukum.
Visum et repertum sementara membutuhkan perawatan dan pemeriksaan lanjut sehingga
menghalangi pekerjaan korban. Kualifikasi lukanya tidak ditentukan dan tidak ditulis oleh
dokter pada bagian kesimpulan visum et repertum.
Ada 5 kegunaan visum et repertum sementara, yaitu :
1. Menentukan apakah ada tindak pidana atau tidak.
2. Mengarahkan penyelidikan.
3. Berpengaruh terhadap putusan untuk melakukan penahanan sementara terhadap terdakwa.
4. Menentukan tuntutan jaksa.
5. Medical record.
39

Dokter membuat visum et repertum lanjutan bilamana luka korban telah dinyatakan
sembuh. Alasan lain pembuatannya yaitu korban pindah rumah sakit, korban pindah dokter
atau korban pulang paksa.
Jika korban meninggal dunia maka dokter membuat visum et repertum jenasah. Dokter
menulis kualifikasi luka pada bagian kesimpulan visum et repertum kecuali luka korban
belum sembuh atau korban pindah dokter.
Ada 2 tujuan pembuatan visum et repertum jenasah, yaitu :
1. Menentukan sebab kematian korban.
2. Menentukan cara kematian korban.
Expertise merupakan visum et repertum khusus yang melaporkan keadaan benda atau bagian
tubuh korban. Misalnya darah, mani, liur, jaringan tubuh, rambut, tulang, dan lain-lain. Ada
pihak yang mengatakan bahwa expertise bukan termasuk visum et repertum.
Visum et repertum terdiri dari 5 bagian yang tetap, yaitu:
1.

Kata Pro Justitia yang diletakkan di bagian atas. Khusus dibuat untuk tujuan peradilan
dan tidak membutuhkan meterai.

2. Bagian pendahuluan langsung dituliskan berupa kalimat-kalimat di bawah judul. Bagian


ini menerangkan nama dokter pembuat visum et repertum dan institusi kesehatannya,
instansi penyidik berikut nomor dan tanggal surat permintaannya, tempat dan waktu
pemeriksaan, serta identitas korban yang diperiksa.
3. Bagian pemberitaan diberi judul Hasil pemeriksaan dan berisi hasil pemeriksaan medik
tentang keadaan kesehatan atau sakit atau luka korban yang berkaitan dengan perkaranya,
tindakan medik yang dilakukan serta keadaannya selesai pengobatan/perawatan. Bila
dilakukan autopsi, maka diuraikan keadaan seluruh alat dalam yang berkaitan. Yang
diuraikan merupakan pengganti barang bukti, berupa perlukaan/keadaan kesehatan/sebab
kematian yang berkaitan dengan perkaranya. Temuan hasil pemeriksaan medik yang
bersifat rahasia dan tidak berhubungan dengan perkaranya tidak dituangkan ke dalam
pemberitaan dan dianggap sebagai rahasia kedokteran.
Ada 5 hal yang harus diperhatikan oleh dokter saat membuat bagian pemberitaan visum
et repertum, yaitu :
1. Tidak mencatat keluhan subjektif korban.
40

2. Tidak menggunakan istilah medis.


3. Menulis angka kedalam huruf.
4. Tidak menggunakan singkatan.
5. Tidak membuat diagnosa tapi hanya menulis ciri-ciri, sifat-sifat dan keadaan luka korban.
Bagian kesimpulan diberi judul kesimpulan dan berisi pendapat pribadi dokter tentang
hubungan sebab akibat antara apa yang dilihat dan ditemukan dokter dengan penyebabnya.
Misalnya luka iris yang disebabkan oleh kekerasan dengan menggunakan benda tajam. Selain
jenis luka (misalnya luka iris) dan jenis kekerasan (misalnya kekerasan benda tajam), bagian
ini juga memuat pendapat dokter tentang kualifikasi luka. Hal ini berlaku pada korban hidup.
Jika korbannya mati maka dokter menulis sebab kematiannya.
Bagian penutup tidak berjudul dan berisi tanda tangan,nama terang dokter yang
membuatnya, dan sumpah atau janji dokter yang dibuat sesuai dengan sumpah jabatan atau
pekerjaan dokter berisi kalimat baku demikianlah visum et repertum ini saya buat dengan
sesungguhnya berdasarkan keilmuan saya dan dengan mengingat sumpah sesuai dengan
Kitab Undang-undang Hukum Acara Pidana
IDENTITAS KORBAN
Nama

Tuan Y

Jenis kelamin

Laki-laki

Umur

38 tahun

Bangsa

Indonesia

Pekerjaan

Agama

Alamat

No. register forensik :

1068/SK.II/07/2013

No. register RSCM

908/ML

RIWAYAT
Mayat diterima di Bagian Forensik Rumah Sakit UKRIDA Jakarta pada tanggal 03
Desember 2013,pukul 24.00 WIB dengan kondisi ditemukan di sebuah sungai kering,luka
terbuka di daerah ketiak kiri,bekas jeratan di leher serta beberapa luka di daerah tungkai
kanan dan kiri. Mayat ditemukan telah membusuk.Mayat diserahkan beserta : Surat
Permintaan Visum No. 161/VER/VII/2013/.

41

BAGIAN ILMU KEDOKTERAN FORENSIK


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KRIDA WACANA
Jl. Terusan Arjuna Utara 6 telp. 3106976 Jakarta 10430

Nomor

: 1068/ SK II /07/ 2014

Jakarta, 03 Desember 2014

Lampiran

: -.-

Perihal

: hasil bedah jenazah atas tuan Y

PROJUSTITIA
Visum Et Repertum

Yang bertanda tangan di bawah ini, Boby Arisofian , dokter pada Bagian Ilmu
Kedokteran Forensik, Fakultas Kedokteran Universitas Krida Wacana, menerangkan bahwa
atas permintaan tertulis dari Kepolisian Sektor Tanjung Duren tertanggal 03 Desember 2014,
Nomor : 161/VER/VII/2014/Sek.Tjgdrn, maka pada tanggal tiga Desember tahun dua ribu
tiga belas, pukul sepuluh malam Waktu Indonesia Barat, bertempat di ruang bedah jenazah
Bagian Forensik Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana telah melakukan
pemeriksaan bedah jenazah atas jenazah yang menurut surat tersebut adalah:
Nama

: Tuan Y----------------------------------------------------------------

Jenis kelamin

: laki-laki -------------------------------------------------------------

Umur

: 38 tahun -------------------------------------------------------------

Bangsa

: Indonesia.------------------------------------------------------------

Pekerjaan

: --------------------------------------------------------------------------

Alamat

: ------------------------------------------------------------------------

------------------------------------------------Hasil Pemeriksaan -------------------------------------I.

Pemeriksaan luar ----------------------------------------------------------------------------1. Label mayat : adanya label dari pihak kepolisian pada ibu jari kaki kanan mayat.
Warna label coklat, bahan dari karton, isi label Tn. Y usia 38 tahun.-----------------2. Tutup mayat: Kain, biru, polos, kotor di bagian dada karena darah.-------------------

3. Pakaian mayat-----------

42

Lanjutan Visum Nomor : 1068/ SK II /07/ 2006


Halaman ke 2 dari 5 halaman.

3. Pakaian mayat :-------------------------------------------------------------------------------a. Kaos dalam (oblong) berwarna dasar putih dan polos berukuran L. Kaos
oblong berlumuran darah pada bagian dada sebelah kiri. Pada daerah dada
sebelah kiri, dua puluh lima sentimeter di bawah jahitan bahu dan sepuluh
sentimeter dari garis pertengahan terdapat robekan berbentuk sayatan
dengan panjang duabelas sentimeter.---------------------------------------------b. Celana panjang bewarna hitam,dengan dua buah saku pada bagian
belakang dan depan pada sisi kanan dan kiri dan digulung dibagian
bawahnya..---------------------------------------------------------------------------c. Celana dalam dari kaus warna abu-abu dengan karet bewarna merah pada
pinggang dengan tulisan Rider bewarna hitam.---------------------------------4. Benda disamping mayat : tidak ada.-------------------------------------------------------5. Kaku mayat terdapat pada seluruh tubuh, kaku mayat sukar dilawan, lebam mayat
di daerah dada. Lebam mayat terdapat pada seluruh bagian dada, warna merah
kebiruan, pucat bila ditekan.----------------------------------------------------------------6. Mayat adalah seorang laki-laki bangsa Indonesia, umur tiga puluh delapan tahun,
kulit berwarna coklat, gizi baik, panjang badan seratus tujuh puluh lima sentimeter
dan berat tujuh puluh kilogram dan zakar disunat.--------------------------------------7. Identifikasi khusus : -------------------------------------------------------------------------8. Rambut botak plontos. Alis mata berwarna hitam, tumbuhnya cukup tebal,
panjang satu sentimeter.Bulu mata berwarna hitam, tumbuhnya lentik, panjang
lima milimeter.-------------------------------------------------------------------------------9. Kelopak mata tertutup, selaput mata jernih, selaput bola mata dan selaput kelopak
mata kanan dan kiri berwarna putih, tidak terdapat perdarahan maupun pelebaran
pembuluh darah------------------------------------------------------------------------------10. Hidung berbentuk pesek. Telinga berbentuk oval biasa. Mulut tertutup, kedua
bibir tebal -------------------------------------------------------------------------------------11.Gigi-geligi-----------------

43

Lanjutan Visum Nomor : 1068/ SK II /07/ 2006


Halaman ke 3 dari 5 halaman.

11. Gigi- geligi lengkap.-------------------------------------------------------------------------12. Alat kelamin tidak menunjukkan kelainan.-----------------------------------------------13. Dari lubang mulut tidak keluar darah.-----------------------------------------------------Dari lubang hidung tidak keluar bekuan darah.------------------------------------------Dari lubang telinga tidak keluar darah.----------------------------------------------------Dari lubang kemaluan tidak keluar cairan jernih.----------------------------------------Dari lubang pelepasan tidak keluar apa-apa.---------------------------------------------14. Luka-luka:-------------------------------------------------------------------------------------a. Luka terbuka dengan bentuk tidak beraturan,tepi yang tidak rata di daerah
axila kiri sepanjang dua belas sentimeter
b. Luka terbuka dengan robekan dalam terdapat di beberapa tempat di
tungkai bawah kiri dan kanan.
15. Patah tulang :---------------------------------------------------------------------------------a. Tidak terdapat adanya tulang yang patah.---------------------------------------16. Lain-lain:--------------------------------------------------------------------------------------II.

Pemeriksaan Dalam ( Bedah Jenazah ). ---------------------------------------------17. Jaringan lemak bawah kulit daerah dada dan perut berwarna kuning . Tebal di
daerah dada sepuluh milimeter dan di daerah perut empat puluh milimeter. Otototot berwarna merah segar, cukup tebal.

Sekat rongga badan sebelah kanan

setinggi sela iga keempat dan yang kiri setinggi sela iga kelima. Tulang dada dan
iga-iga utuh. Rongga dada sebelah kiri terdapat darah dan bekuan darah sebanyak
empat ratus dua puluh lima mililiter, paru kanan cukup mengembang dan paru kiri
tampak agak menguncup.-------------------------------------------------------------------18. Pada dinding depan bilik jantung kiri, satu sentimeter sebelah kiri sekat jantung
terdapat luka menembus sepanjang dua sentimeter, dan peluru sepanjang satu
sentimeter dengan diameter enam milimeter. Katup jantung tidak menunjukan
kelainan. Lingkaran katup serambi bilik kanan sebelas sentimeter sedangkan yang
kiri sepuluh sentimeter. ---------------------------------------------------------------------19.Lingkaran katup-------------

44

Lanjutan Visum Nomor : 1068/ SK II /07/ 2006


Halaman ke 4 dari 5 halaman.

19. Lingkaran katup nadi paru sepanjang enam setengah sentimeter fan katup batang
nadi sepanjang enam sentimeter. Tebal otot bilik jantung kanan empat milimeter
dan yang kiri dua belas milimeter. Otot puting cukup tebal. Pembuluh nadi
jantung tidak tersumbat dan dindingnya tidak menebal. Sekat jantung tidak
menunjukan kelainan. Berat jantung tiga ratus gram.-----------------------------------20. Jantung tampak sebesar tinju kanan mayat. Selaput luar jantung tampak licin,
terdapat bintik perdarahan.------------------------------------------------------------------21. Paru kanan terdiri dari tiga baga, bewarna kelabu kemerahan dan perabaan seperti
karet busa. Penampangnya tampak agak pucat dan dari irisan keluar sedikit darah.
22. Paru kiri terdiri dari dua baga, bewarna kelabu kemerahan dan perabaan agak
kenyal, kurang mengandung udara. Paru kiri tampak agak menguncup. Berat paru
kiri tiga ratus gram dan yang kanan empat ratus gram.---------------------------------23. Jaringan ikat bawah kulit daerah leher dan otot leher terdapat bekas jeratan.-------24. Lidah bewarna kelabu, perabaan lemas, tidak terdapat bekas tergigit atau resapan
darah. Tonsil tidak membesar dan penampangannya tidak menunjukan kelainan.
Kelenjar gondok bewarna coklat merah, tidak membesar dan penampangannya
tidak menunjukan kelainan, berat dua puluh gram.--------------------------------------25. Hati berwarna coklat, permukaan rata, tepinya tajam dan perabaan kenyal padat.
Penampang hati bewarna merah coklat dan gambaran hati tampak jelas. Berat hati
seribu dua ratus gram.-----------------------------------------------------------------------26. Kandung empedu berisi cairan yang bewarna hijau seperti beludru. Saluran
mepedu tidak menunjukan penyumbatan.------------------------------------------------27. Limpa bewarna ungu kelabu, permukaannya keriput dan perabaan lembek.
Penampangannya bewarna merah hitam dengan gambaran limpa jelas. Berat limpa
seratus sepuluh gram.------------------------------------------------------------------------28. Kelenjar liur perut bewarna putih kekuningan, permukaan menunjukan belahbelah dan penanpangnya tidak menunjukan kelainan. Berat kelenjar liur perut
delapan puluh lima gram.-------------------------------------------------------------------29.Anak Ginjal---------------

45

Lanjutan Visum Nomor : 1068/ SK II /07/ 2006


Halaman ke 5 dari 5 halaman.

29. Anak ginjal kanan berbentuk trapesium dan yang kiri berbentuk bulan sabit.
Gambaran kulit dan sumsum jelas, tidak menunjukan kelainan. Berat anak ginjal
kanan delapan gram dan yang kiri sembilan gram.--------------------------------------30. Ginjal kanan dan kiri bersimpai lemak tipis. Simpai ginjal kanan dan kiri tampak
rata dan licin, bewarna coklat dan mudah dilepas. Berat ginjal kanan sembilan
puluh gram dan yang kiri seratus gram. Penampang ginjal menunjukan gambaran
yang jekasm ginajl dan saluran kemih tidak menunjuksn kelainan.-------------------31. Kandung kecing berisi cairan bewarna kekuningan dan selaput lendirnya bewarna
putih, tidak menunjukan kelainan.---------------------------------------------------------32. Kulit kepala bagian dalam bersih. Tulang tengkorak utuh. Selaput keras otak tidak
menunjukkan kelainan. Tidak terdapat perdarahan di atas maupun di bawah
selaput keras otak. Permukaan otak besar menunjukkan gambaran lekuk otak yang
biasa, tidak terdapat perdarahan. Penampang otak besar tidak menunjukkan
kelainan. Otak kecil dan batang otak tidak menunjukkan perdarahan baik pada
permukaan maupun penampangnya.------------------------------------------------------Kesimpulan :
Pada pemeriksaan mayat laki-laki berumur tiga puluh delapan tahun, ditemukan luka
terbuka pada dada kiri yang menurut pola dan sifat lukanya sesuai dengan luka akibat ruda
paksa benda tajam yang mengenai pembuluh darah di daerah axilla kiri juga ditemukan luka
akibat ruda paksa tajam di daerah tungkai bawah kanan dan kiri.---------------------------------Sebab mati orang ini akibat luka yang disebabkan ruda paksa tajam di daerah aksila
kiri, sehingga menyebabkan perdarahan yang hebat. Saat kematian diperkirakan sekitar 36-48
jam sebelum masuk rumah sakit.---------------------------------------------------------------------Demikian telah saya uraikan dengan sejujur-jujurnya dan menggunakan pengetahuan
saya yang sebaik-baiknya, mengingat sumpah jabatan, sesuai dengan Kitab Undang-undang
Hukum Acara Pidana (KUHP). -----------------------------------------------------------------------

Dokter pemeriksa,

dr. Boby Arisofian

46

KESIMPULAN
Sesuai dengan kasus 1 problem based learning yaitu Pada mayat seorang laki-laki
berumur dua puluh tujuh tahun ini ditemukan jejas jerat pada leher, berupa luka lecet tekan
yang berjalan mendatar dan luka lecet geser, ditemukan juga luka terbuka pada daerah ketiak
kiri dan pada kedua tungkai bawah akibat kekerasan tajam, selanjutnya ditemukan tandatanda mati lemas.
Sebab mati orang ini akibat perdarahan hebat pada pembuluh darah aksila kiri
Perkiraan mati lebih dari dua puluh empat jam. Hasil penyebab dan mekanisme kematian
pada visum et repertum disimpulkan berdasarkan hasil temuan pada pemeriksaan jenazah
yang dilakukan yaitu pemeriksaan luar meliputi identitas, luka dan bekas perlukaan, dan
sebagainya didukung dengan adanya pemeriksaan dalam untuk membantu diagnosis
mekanisme kematian serta menyingkirkan kemungkinan lainnya.
DAFTAR PUSTAKA
1. Idries AM, Tjiptomartono AL. Penerapan Ilmu Kedokteran Forensik dalam Proses
Penyidikan Cetakan Pertama Edisi Revisi bagian Pendahuluan. Jakarta : Sagung Seto,
2008.
2. Staf pengajar ilmu kedokteran forensik FKUI. Teknik Autopsi Forensik. Cetakan ke-4.
Jakarta : bagian kedokteran Forensik FKUI, 2000.
3. Staf pengajar ilmu kedokteran forensik FKUI. Peraturan perundang-undangan bidang
kedokteran. Cetakan kedua. Jakarta: bagian kedokteran ferensik FKUI. 1994.
4. Idries AM. Pedoman Ilmu Kedokteran Forensik bab Identifikasi. Jakarta : Binarupa
Aksara, 2002.
5. Budyanto A, Wibisana W, dan Sudiono S dkk. Ilmu Kedokteran Forensik. Cetakan
pertama dan edisi kesatu dan kedua. Tempat Kejadian Perkara. Jakarta: Bagian ilmu
kedokteran forensik FKUI. 1997. Pg 203-6.
6. Budyanto A, Wibisana W, dan Sudiono S dkk. Ilmu Kedokteran Forensik. Cetakan
pertama dan edisi kesatu dan kedua. Tanatologi. Jakarta: Bagian ilmu kedokteran forensik
FKUI. 1994&1997. Pg 25-36.
7. Budyanto A, Wibisana W, dan Sudiono S dkk. Ilmu Kedokteran Forensik. Cetakan
pertama dan edisi kesatu dan kedua. Traumatologi forensik. Jakarta: Bagian ilmu
kedokteran forensik FKUI. 1994&1997. Pg 37-54.

47

S-ar putea să vă placă și