Documente Academic
Documente Profesional
Documente Cultură
2.1 PENGKAJIAN
a. Mengkaji identitas klien yang meliputi : nama, umur, agama, suku bangsa, pendidikan,
pekerjaan, status perkawinan, perkawinan ke-, lamanya perkawinan dan alamat.
b. Keluhan Utama : Pusing, kelelahan dan sesak nafas.
c. Riwayat Kesehatan:
RKD ( Riwayat Kesehatan Dahulu)
Kemungkinan klien kurang mengkonsumsi makanan yang mengandung asam folat, Fe dan
vitamin B12.
RKK (Riwayat Kesehatan Keluarga).
RKS (Riwayat Kesehatan Sekarang):
a. Klien terlihat keletihan dan lemah.
b. Muka klien pucat.
c. Mengeluh nyeri mulut dan lidah.
d. Kebutuhan dasar Manusia :
1. Aktivitas / Istirahat
Gejala :
Letargi, menarik diri, apatis, lesu dan kurang tertarik pada sekitarnya.
Bahu menurun, postur lunglai, berjalan lambat dan tanda-tanda lain yang menunjukkan
keletih.
2. Sirkulasi
Gejala : Riwayat kehilangan darah kronis, misalnya: perdarahan GI kronis, menstruasi berat,
angina pektoris, dan riwayat endokarditis infektif kronis.
Tanda : palpitasi, takikardi, tekanan nadi lebar, disritmia, bunyi jantung murmur sistolik,
pucat pada kulit dan membran mukosa (konjungtiva, mulut, faring, bibir dan dasar kuku),
dispnea dan orthopnea.
as Ego
Tanda : Depresi
4. Eliminasi
Gejala : Sindrom malabsorpsi, gagal ginjal, hematemesisi, feses dengan darah segar, melena,
diare, konstipasi, penurunan haluaran urine.
Tanda : distensi abdomen.
an / cairan
Gejala : Penurunan masukan diet, nyeri mulut atau lidah, kesulitan menelan (ulkus pada
faring), anoreksi, mual, muntah, dispepsia, adanya penurunan berat badan.
Tanda : Membrane mukusa kering, pucat, turgor kulit buruk, kering, tidak elastis, stomatitis,
glositis dan inflamasi pada bibir.
ensori
Gejala : Sakit kepala, berdenyut, pusing, vertigo, tinnitus, ketidakmampuan berkonsentrasi,
insomnia, penurunan penglihatan dan bayangan pada mata, kelemahan, keseimbangan buruk.
Tanda : Peka rangsang, gelisah, depresi, apatis, tidak mampu berespon lambat dan dangkal,
gangguan koordinasi, epistaksis, hemoragis retina.
asan
Gejala : Napas pendek pada istirahat dan aktivitas, riwayat TBC dan abses paru
Tanda : Takipnea, ortopnea dan dispnea.
Integumen : kulit berminyak, pucat sampai kuning, sklera agak ikterik, bibir dan mukosa
sangat pucat.
e. Pemeriksaan Diagnostik
1. Jumlah darah lengkap : Hematokrit menurun dan Hb menurun 4 sampai 5 gr/100ml.
2.
Jumlah eritrosit menurun, SDM bervariasi, ukuran abnormal (anisositosis), SDM bentuk
abnormal bervariasi (poikilositosis).
5. Jumlah trombosit : Menurun ( Aplastik), meningkat (DB), normal atau tinggi (Hemolitik).
6. Tes Schiling : penurunan ekskresi vitamin B12 urine (aplastik).
7.
Folat serum dan vitamin B12 : membantu mendiagnosa anemia sehubungan dengan
defisiensi masuknya/absorbsi.
8.
Aspirasi sumsum tulang/biopsi : sel mungkin nampak berubah dalam jumlah, ukuran, dan
bentuk, membentuk membedakan tipe anemia, misalnya : peningkatan megaloblastik.
9. Analisa lambung : tidak ada asam klorida (HCL) bebeas setelah penyuntikan pengastrin atau
histamin.
f. Kemungkinan Komplikasi
Kardiomegali
GJK
Gastritis
Halusinasi
Infeksi
g. Penatalaksanaan medis
Terapi pemberian vitamin B12
Pemberian zat besi
Obat kumur antijamur, analgesik
Pemantauan TTV.
2.2 DIAGNOSA KEPERAWATAN
Diagnosa keperawatan yang muncul pada Anemia Megaloblastik, antara lain:
1)
Perubahan perfusi jaringan b.d penurunan komponen seluler yang diperlukan untuk
pengiriman oksigen/nutrisi ke sel.
2)
3)
Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d kegagalan untuk mencerna atau
ketidakmampuan mencerna makanan/absorpsi nutrisi yang diperlukan untuk pembentukan sel
darah merah.
4) Resiko tinggi terhadap kerusakan integritas kulit berhubungan dengan perubahan sirkulasi.
5)
Risiko tinggi terhadap infeksi b.d tidak adekuatnya pertahanan sekunder (penurunan
hemoglobin leukopenia, atau penurunan granulosit (respons inflamasi tertekan).
6)
Konstipasi atau diare berhubungan dengan penurunan masukan diet, perubahan proses
pencernaan, efek samping terapi obat.
7)
Kriteria Hasil : Klien menunjukkan perfusi adekuat, misalnya tanda vital stabil, membran mukosa berwarna
merah muda,haluaran urin adekuat.
Intervensi dan Rasional :
1.
Awasi tanda-tanda vital kaji pengisian kapiler, warna kulit/membrane mukosa, dasar kuku
dan CRT.
Rasional : hipotensi postural atau hipoksia serebral dapat menyebabkan pusing, dan
peningkatan resiko cidera.
3. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d kegagalan untuk mencerna atau
ketidakmampuan mencerna makanan /absorpsi nutrisi yang diperlukan untuk
pembentukan sel darah merah.
Rasional : Makanan sedikit dapat menurunkan kelemahan dan meningkatkan pemasukan dan
mencegah distensi.
4. Observasi dan catat kejadian mual atau muntah, flatus dan gejala lain yang berhubungan.
5. Berikan dan Bantu hygiene mulut yang baik sebelum dan sesudah makan,gunakan sikat gigi
halus untuk penyikatan yang lembut. Berikan pencuci mulut yang di encerkan bila mukosa
oral luka.
6. Berikan diet halus, jumlah serat, hindari makanan panas, pedas atau terlalu asam sesuai
indikasi.
Rasional : bila ada lesi oral, nyeri dapat membatasi tipe makanan yang dapat di toleransi
pasien.
Rasional : Membantu dalam membuat rencana diet untuk memenuhi kebutuhan individu.
8. Pantau pemerikasaan laboratorium misalnya Hb / Ht, albumin, protein, besi serum, B12,
asam folat, elektrolit serum.
Rasional : meningkatkan efektivitas program pengobatan termasuk sumber diet nutrisi yang
dibutuhkan.
9. Berika obat sesuai indikasi misalnya vitamin dan suplemen mineral (vitamin B12, asam
folat(flovite), asam askorbat(vit C), besi dextran (IM/IV)), tambahan besi oral, HCL, anti
jamur.
Rasional : kebutuhan penggantian tergantung pada tipe anemia atau adanya masukan oral
yang buruk dan defisiensi yang di identifikasi. Diberikan sampai defisit diperkrakan teratasi
dan di simpan untuk yang tak dapat di absorpsi atau terapi besi oral, atau bila kehilang darah
terlalu cepat untuk penggantian oral secara efektif. mempunyai sifat absorpsi vitamin B12
selama minggu pertama terapi.
Rasional : kondisi kulit dipengaruhi oleh sirkulasi, nutrisi, dan imobilisasi. Jaringan dapat
menjadi rapuh dan cenderung menjadi infeksi dan rusak.
2. Ubah posisi secara periodik dan pijat permukaan tulang bila pasien tidak bergerak atau
ditempat tidur.
Rasional : Meningkatkan sirkulasi ke semua area kulit dan membatasi iskemik jaringan atau
mempengaruhi hipoksia seluler.
Rasional : Area lembab, terkontaminasi memberikan media yang sangat baik untuk
pertumbuhan organisme patogenik.
5. Risiko tinggi terhadap infeksi b.d tidak adekuatnya pertahanan sekunder (penurunan
hemoglobin leukopenia, atau penurunan granulosit (respons inflamasi tertekan).
b. Meningkatkan penyembuhan luka, bebas drainase purulen atau eritema, dan demam.
Intervensi dan Rasional :
1. Tingkatkan cuci tangan yang baik, oleh pemberi perawatan dan pasien.
4. Motivasi perubahan posisi/ambulasi yang sering, latihan batuk dan napas dalam.
Rasional : meningkatkan ventilasi semua segmen paru dan membantu memobilisasi sekresi
untuk mencegah pneumonia.
5. Pantau suhu tubuh. Catat adanya menggigil dan takikardia dengan atau tanpa demam.
Rasional : indikator infeksi lokal. Catatan : pembentukan pus mungkin tidak ada bila
granulosit tertekan.
Rasional : mungkin digunakan secara propilaktik untuk menurunkan kolonisasi atau untuk
pengobatan proses infeksi local.
6.
Rasional : Membantu mengidentifikasi penyebab /factor pemberat dan intervensi yang tepat.
Rasional : bunyi usus secara umum meningkat pada diare dan menurun pada konstipasi.
3. Awasi intake dan output serta haluaran urin (makanan dan cairan).
5.
Kolaborasi ahli gizi untuk diet siembang dengan tinggi serat dan bulk serta Berikan obat
antidiare, misalnya defenoxilat hidroklorida dengan atropine (Lomotil) dan obat
mengabsorpsi air, misalnya Metamucil.
Rasional : menurunkan motilitas usus bila diare terjadi dan serat menahan enzim pencernaan
dan mengabsorpsi air dalam alirannya sepanjang traktus intestinal dan dengan demikian
menghasilkan bulk, yang bekerja sebagai perangsang untuk defekasi.
7.
Tujuan : Pasien mengerti dan memahami tentang penyakit, prosedur diagnostic dan rencana
pengobatan.
Kriteria Hasil :
Pasien menyatakan pemahamannya proses penyakit dan penatalaksanaan penyakit.
Mengidentifikasi factor penyebab.
Melakukan tiindakan yang perlu/perubahan pola hidup.
Intervensi dan Rasional :
1.
Berikan informasi tentang anemia spesifik. Diskusikan kenyataan bahwa terapi tergantung
pada tipe dan beratnya anemia.
Rasional : memberikan dasar pengetahuan sehingga pasien dapat membuat pilihan yang
tepat. Menurunkan ansietas dan dapat meningkatkan kerjasama dalam program terapi.
Rasional : megetahui seberapa jauh pengalaman dan pengetahuan klien dan keluarga tentang
penyakitnya.
Rasional : diet dan pola makan yang tepat membantu proses penyembuhan.
5.
Mengetahui seberapa jauh pemahaman klien dan keluarga serta menilai keberhasilan dari
tindakan yang dilakukan.
Rasional : Minta klien dan keluarga mengulangi kembali tentang materi yang telah
diberikan.
2.4 EVALUASI
1. S: Klien mengatakan kondisi membaik, pasien mengatakan tidak sesak nafas dan tidak pusing.
O: TD ( 120/80 mmHg), membran mukosa berwarna merah muda, haluaran urin adekuat
(kurang lebih 1500 ml/24 jam). RR (20x/menit), nadi 80x/menit,suhu 36C. Turgor kulit
dan CRT kembali 2 detik dan membaik serta konjungtiva merah muda. Hb dalam keadaan
normal.
A: Intervensi berhasil semua
P: Hentikan intervensi.
2. S: Pasien melaporkan peningkatan aktivitas (toleransi termasuk aktivitas sehari-hari), pasien
dapat melakukan aktivitas sendiri tanpa bantuan dari keluarga maupun perawat, dan pasien
tidak mengalami kesulitan dalam bergerak.
O: Kekuatan otot kaki ka/ki (5/5), tangan ka/ki (5/5), GCS : 15 (E:4,V:5,M:6), pasien dapat
melakukan aktivitas seperti biasa, dapat duduk dan bangun sendiri. Tanda-tanda vital dalam
rentang normal (Td :120/80, S: 37 C, RR: 21 x/mnt.
A: Masalah teratasi
P: Hentikan intervensi
3. S: Pasien mengatakan pola makan sudah baik dengan habis setiap porsi, mual dan muntah tidak
terjadi.
O: Makan 3x/hari, BB 50 kg, TB 160mm, tidak terdapat tanda-tanda kurang nutrisi separti:
Penurunan BB, pola makan pasien dalam pemenuhan kebutuhan nutrisi terpenuhi dengan
baik. Pasien terlihat bugar badannya dan tidak lemah.
A: Masalh teratasi
P: Hentikan Intervensi
4. S: -
BAB 3
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Anemia Megaloblastik adalah sekelompok anemia yang khas ditandai oleh
adanya eritoblas yang besar dalam sumsum tulang sebagai akibat dari maturasi inti sel-sel
tersebut adalah megaloblas. Sel megaloblas adalah sel precursor eritrosit dengan bentuk sel
yang besar dimana maturasi sitoplasma normal tetapi inti besar dengan susunan kromosom
yang longgar.Penyebab anemia megaloblastik adalah defisiensi vitamin B12 dan defisiensi
asam folat. Menurut penyebabnya anamia megaloblastik di bagi menjadi tiga yaitu anemia
megaloblastik karena defisiensi vitamin B12, anamia megaloblastik karena defisiensi asam
folat,dan anemia megaloblastik karena kombinasi defisiensi vitamin B12 dan asam folat.
Gejala klinis yang biasanya muncul pada anemia megaloblastik adalah sebagai berikut :
Tubuh lemah, tidak bertenaga dan pucat.
Anemia karena eritropoesis yang inefektif.
Ikterus ringan akibat pemecahan hemoglobinmeninggi karena usia eritrosit memendek.
Glositis dengan lidah berwarna merah, halus, seperti daging (buff tongue), stomatitis
angularis, anoreksia, diare,nyeri dan gejala sindrom malabsorbsi ringan.
Penurunan jumlah hematokrit dan Hb.
Selain mengurangai pembentukan sel darah merah, kekurangan vitamin B12 yang berat
juga mempengaruhi
Penurunan fungsi intelektual.
Gangguan keseimbangan dan terjadi perubahan sebral, demensia,dll.
Pemeriksaan yang dilakukan pada penderita anemia megaloblastik adala
pemeriksaan sel darah tepi dan pemeriksaan sumsum tulang. Penatalaksanaan pada penderita
anemia megaloblastik adalah terapi suportif, terapi untuk defisiensi vitamin B12, terapi untuk
defisiensi asamfolat,terapi untuk penyakit dasar.
3.2 SARAN
Pada penderita anemia megaloblastik harus dilakukan pemeriksaan sel darah tepi
dan sumsum tulang untuk mengetahui kondisi sel darah merah dan jenis dari anemia
megaloblastik itu sendiri. Terapi untuk penderita anemia megaloblastik di tentukan oleh jenis
anemianya, hal tersebut bertujuan agar dalam penyembuhan anemia tidak terjadi
kesalahan.contohnya pada penderita anamia megaloblastik defisiensi vitamin B12,
penatalaksanaanya adalah dengan terapi untuk defisiensi vitamin B12 bukan terapi untuk
dafisiensi asam folat sehingga bila pengobatan benar sesuai penyebab dapat mempercepat
proses penyembuhan pasien.
DAFTAR PUSTAKA
Arief, et.al. 2000. Kapita Selekta Kedokteran Edisi 3 Jilid 1. FKUI : Media Aesculapius.
Doenges, Marilynn. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan Edisi 3. Jakarta : EGC.
Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam. 2001. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam . Jakarta :
Balai Penerbit FKUI.
Price, Sylvia Anderson. 2005. Patofisiologi. Jakarta : EGC.
Susan, Martin Tuckler.et.al. 1998. Standar Keperawatan Pasien.Jakarta : EGC.