Documente Academic
Documente Profesional
Documente Cultură
kasus :
Sesosok mayat bayi lahir ditemukan di suatu tempat sampah. Masyrakat
melaporkannya kepada polisi. Mereka juga melaporkan bahwa semalam melihat seorang
perempuan yang mengehentikan mobilnya didekat sampah tersebut dan berada disana cukup
lama. Seorang dari anggota masyarakat sempat mencatat nomor mobil perempuan tersebut.
Polisi mengambil mayat bayi tersebut dan menyerahkannya kepada anda sebagai
dokter direktur rumah sakit. Polisi juga mengatakan bahwa sebentar lagi si perempuan yang
dicurigai sebagai pelakunya akan dibawa ke rumah sakit untuk diperiksa. Anda harus
mengatur segalanya agar semua pemeriksaan dapat berjalan dengan baik dan akan
membriefing para dokter yang akan menjadi pemeriksa.
Pendahuluan
Pembunuhan Anak Sendiri (PAS) adalah merupakan suatu bentuk kejahatan terhadap
nyawa yang unik sifatnya. Unik dalam arti si pelaku pembunuhan haruslah ibu kandungnya
sendiri, dan alasan atau motivasi untuk melakukan kejahatan tersebut adalahkarena si ibu
takut ketahuan bahwa ia telah melahirkan anak.1
Pembunuhan Anak sendiri (PAS) menurut
undang-undang
di
Indonesia
adalah pembunuhan yang dilakukan oleh seorang ibu atas anaknya pada ketika dilahirkan
atau tidak berapa lama setelah dilahirkan, karena takut ketahuan bahwa ia melahirkan anak.
Pada Tindak pidana pembunuhan anak, faktor psikologik ibu yang baru melahirkan
diperhitungkan sebagai faktor yang meringankan, keadaan tersebut menyebabkan si ibu
melakukan pembunuhan tidak dalam keadaan sadar yang penuh, dan belum sempat timbul
rasa kasih sayang.
Pembahasan
Pembunuhan Anak Sendiri.1
Menurut undang-undang di Indonesia, pembunuhan anak sendiri adalah pembunuhan
yang dilakukan oleh seorang ibu atas anaknya pada ketika dilahirkan atau tidak berapa saat
setelah dilahirkan karne atkut ketahuan bahwa ia melahirkan anak.
Aspek Hukum dan Medikolegal1,2
Pembunuhan Anak Sendiri dan Penelantaran Anak
1
atau
dengan
maksud
akan
terbebas
dari
pemeliharaan
anak
itu,
meninggalkannya, maka hukuman maksimum yang terebut dalam pasal 305 dan 306
dikurangi seperduanya.1
Faktor penting dalam kasus pembunuhan.3
Ada 3 faktor penting dalam kasus pembunuhan anak sendiri yaitu :
1. Ibu : hanya ibu kandung yang dapat dihukum karena melakukan pembunuhan anak
sendiri, sedangkan jika orang lain yang melakukan atau turut ikut melakukan,
hukumannya lebih berat yaitu penjara 15tahun (pasal 338 : tanpa rencana) atau 20
tahun, seumur hidup atau hukuman mati (pasal 339 dan 340 : dengan rencana).
2. Waktu
3. Psikis : biasanya ibu yang membunuh anaknya karena ada dorongan rasa takut akan
diketahui orang lain bahwa ia telah melahirkan dan biasanya anak yang dibunuh
adalah hasil dari hubungan yang tidak sah.
Pada pemeriksaan, yang perlu didiperhatikan beberapa hal yaitu:
1. Apakah bayi tersebut dilahirkan mati atau hidup
Untuk melihat apakah bayi dilahirkan mati atau hidup dapat dilihat seperti :
Tanda-tanda maserasi atau aseptic decomposition (8-10hari kematian) : adalah
proses pembusukan intrauterine yang berlangsung dari luar kedalam. Ditandai
dengan adanya bau ketuban, dada datar, tulang tengkorak overlapping, adanya
bula atau vesikel pada kulit (3-4hari), organ dalam keadaan basah, tidak
terbentuk litopedion.
Lihat pengembangan dada : bila ia lahir mati, dada belum mengembang atau
masih datar dan letak diafrgma masih setinggi iga ke 3-4. Bila lahir hidup,
kira-kira 1/35xBB
Uji apung paru : bila bayi lahir hidup, uji apung paru mendapatkan hasil
dibelakang kandung jantung atau telah mengisi rongga dada. Paru-paru berwarna kelabu ungu
merata seperti hati, konsistensi padat, tidak teraba derik udara, dan pelura yang longgar (sick
pleura). Berat paru kira-kira 1/70 kali berat badan. Uji apung paru harus dilakukan dengan
teknik tanpa sentuh (no touch technique) untuk meghindari kemungkian timbulnya artefak
pada sediaan histopatologik jaringan paru akibat manipulasi berlebihan. Paru bayi lahir mati
masih dapat mengapung oleh karena kemungkinan adanya gas pembusukan. Bila setelah gas
pembusukan dikeluarkan, paru masih tetap mengapung, berarti paru tersebut berisi udara
residu yang tidak akan keluar. Hasil negative belum berarti pasti lahir mati. Pemeriksaan
histopatologik paru harus dilakukan untuk memastikan. Hasil uji positif berarti pasti lahir
hidup.1
Lahir Hidup
Lahir hidup (live birth) adalah keluar atua dikeluarkannya hasil konsepsi yang
lengkap, yang setelah pemisahan, bernafas atau menunjukkan tanda kehidupan lain, tanpa
mempersoalkan usia gestasi, sudah atau belumnya tali pusat dipotong dan uri dilahirkan.1
Pada pemeriksaan dada ditemukan dada sudah mengembang dan daifragma sudah
turun sampai sela iga 4-5, terutama pada bayi yang telah lama hidup. Paru sudah mengisi
rongga dada dan menutupi sebagian kandung jantung. Paru berwarna merah muda tidak
merata dengan pleura yang tegang (taut pleura) dan menunjukkan gambaran mozaik karena
aveoli sudah terisi udara. Konsistensi seperti spons, teraba derik udara. Berat paru kira-kira
1/35 kali berat badan. Uji apung paru memberikan hasil positif.1
Pada bayi yang sudah dirawat dapat ditemukan hal-hal berikut:1
Tali pusat
Tali pusat telah terikat, diputuskan dengan gunting atau pisau lebih kurang 5cm dari
pusat bayi dan diberi obat antiseptic. Bila tali pusat dimasukkan dalam air akan
terlihat ujungnya terpotong rata. Kadan ibu menyangkal melakukan pembunuhan
dengan mengatakan telah terjadi partus presipitatus. Pada keadaan ini tali pusat akan
terputus dekat perlekatannya pada uri atau pusat bayi dengan ujung yang tidak rata.
Lemak bayi telah dibersihkan, demikian pula bekas-bekas darah. Pada bayi yang
dibuang ke dalam air, verniks tidak hilang seluruhnya dan masih dapat ditemukan di
daerah lipatan kulit.
Pakaian
Perawatan terhadap bayi antar lain adalah memberi pakaian atau penutup tubuh pada
bayi.
tidak.
Mulut adakah benda asing yang menyumbat.
Tali pusat sudah terputus atau masih melekat pada uri. Bila terputus periksa apakah
terpotong rata atau tidak, apakah sudah terikat dan diberi obat antiseptic, adakah tanda
kekerasan pada tali pusat, hematon atau Whartons Jelly berpindah tempat. Apakah
Mulut apakah terdapat benda asing dan perhatikan palatum mole apakah terdapat
robekan.
Pengeluaran organ rongga mulut, leher, dan dada dilakukan dengan teknik tanpa
sentuhan. Perhatikan makroskopik paru dan setelah itu sebaiknya satu paru difiksasi
dalam larutan formalin 10% untuk pemeriksaan histopatologik dan pada paru yang
epiglottis.
Tuang belakang apakah terdapat kelainan kongenital dan tanda kekerasan.
Periksa pusat penulangan pada femur, tibia, kalkaneus, talus, dan kuboid.
(asfiksia). Kematian dapat pula diakibatkan oleh proses persalinan (trauma lahir), kecelakaan
(misalnya jatuh, partus prsipitatus), pembunuhan, atau alamiah (penyakit). Trauma lahir dapat
menyebabkan timbulnya tanda-tanda kekerasan seperti:1
Kaput suksadaneum
Semakin lama persalinan berlangsung, timbul kaput suksadaneum yang main hebat.
Sefalhematom
Perdarahan setempat di antara periosteum dan permukaan luar tulang atap tengkorak
dan tidak melampaui sutura tulang tengkorak akibat molase yang hebat.
Perdarahan intrakranial
Perdarahan ini timbul pada molase lepala yang hebat atau kompresi kepala yang cepat
dan mendadak oleh jalan lahit yang belum melemas (pada partus presipitatus).
Perdarahan epidural
Sangat jarang karena duramater melekat dengan erat pad tulang tengkorak bayi.
Tabel 1: Perkiraan Umur Janin dengan Melihat Pusat Penulangan (Ossification Centers)1
Pusat penulangan
Umur (bulan)
Klavikulas
1,5
Iskium
Pubis
Kalkaneus
5-6
Manubrium sterni
Talus
Akhir 7
Sternum bawah
Akhir 8
Distal femur
Proksimal tibia
Kuboid
Pemeriksaan pusat penulangan dapat dilakukan secara radiologis atau pada saat autopsy.
Walaupun dalam undang-undang tidak dipersoalkan umur bayi, tetapi kita harus
menentukan apakah bayi tersebut cukup bulan atau belum cukup bulan (premature), ataukah
nonviable. Karena pada keadaan premature dan nonviable, kemungkinan bayi meninggal
akibat proses alamiah besar sekali. Sedangkan kemungkinan mati akibat pembunuhan anak
sendiri kecil.1
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan pada Tersangka yang Diduga Ibu Kandung Korban
Pemeriksaan obstetrik pada tersangka yang diduga ibu kandung korban dapat
ditemukan tanda-tanda melahirkan, antar lain:4,5
1. Cardiac output
9
Berat Uterus
Diameter Uterus
Plasenta lahir
Setinggi pusat
1000 gram
12,5 cm
7 hari (minggu 1)
Pertengahan
pusat
dan500 gram
7,5 cm
simpisis
14 hari (minggu 2) Tidak teraba
350 gram
5 cm
6 minggu
60 gram
2,5 cm
Normal
Keluar pada hari pertama sampai hari ketiga post partum. Warna merah terdiri
dari darah, sel-sel desidua, vernik caseosa, rambut lanugo, sisa mekonium dan
sisa-sisa selaput ketuban.
b. Lochea serosa
Mengandung sel darah tua, serum, leukosit dan sisa-sisa jaringan dengan
warna kuning kecoklatan, berlangsung hari keempat dan kesembilan post
partum.
c. Lochea alba
Berwarna putih kekuningan, tidak mengandung darah, berisi sel leukosit, selsel epitel dan mukosa serviks. Dimulai pada hari ke-10 sampai minggu ke 2-6
post partum
7. Sistem musculoskeletal
Pada dinding abdomen sering tampak lembek dan kendur.
8. Pemeriksaan laboratorium
Kadar HCG dalam darah jika positif tinggi, dapat menegakkan diagnosis bahwa
wanita tersebut baru selesai melahirkan.5
Bila diduga ibu tersebut mengalami gangguan kejiwaan, maka perlu dilakukan
penilaian lebih lanjut, salah satunya bisa dilakukan anamnesis mengenai:1,2
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Umur
Riwayat kesehatan dahulu dan sekarang
Riwayat kesehatan psikis keluarga
Trauma lampau
Pertumbuhan fisik dan psikis
Riwayat penggunaan zat narkotika atau alkohol
Sering merasa bersalah,konsentrasi kurang,penurunan nafsu makan (depresi)
Mendengar suara yang menyuruh membunuh anaknya
9. Riwayat kehamilan,persalinan dan keadaan setelah melahirkan sebelum ini (jika
pernah melahirkan sebelum ini).
Tes maternitas adalah tes DNA untuk menentukan apakah seorang wanita adalah ibu
biologis dari seorang anak. Tes ini membandingkan pola DNA anak dengan terduga ibu untuk
menentukan kecocokan DNA anak yang diwariskan dari terduga ibu. Setiap orang memiliki
DNA yang unik. DNA adalah materi genetik yang membawa informasi yang dapat
diturunkan. Di dalam sel manusia DNA dapat ditemukan di dalam inti sel dan di dalam
mitokondria. Di dalam inti sel, DNA membentuk satu kesatuan untaian yang disebut
kromosom. Setiap sel manusia yang normal memiliki 46 kromosom yang terdiri dari 22
pasang kromosom somatik dan 1 pasang kromosom sex. Setiap anak akan menerima setengah
pasang kromosom dari ayah dan setengah pasang kromosom lainnya dari ibu sehingga setiap
individu membawa sifat yang diturunkan baik dari ibu maupun ayah. Sedangkan DNA yang
berada pada mitokondria hanya diturunkan dari ibu kepada anak-anaknya. Keunikan pola
pewarisan DNA mitokondria menyebabkan DNA mitokondria dapat digunakan sebagai
marka untuk mengidentifikasi hubungan kekerabatan secara maternal.. Hampir semua sampel
biologis dapat dipakai untuk tes DNA, seperti buccal swab (usapan mulut pada pipi sebelah
dalam), darah, rambut beserta akarnya, walaupun lebih dipilih penggunaan darah dalam
tabung (sebanyak 2ml) sebagai sumber DNA.Cara pengambilan sampel: Sampel darah
diambil sebanyak 2 ml dengan menggunakan tabung EDTA kemudian diberi label yang jelas,
dan tanggal pengambilan sampel. Sampel disimpan pada suhu 4C.5
Pemeriksaan Golongan Darah
Penentuan golongan darah dapat dilakukan dengan meneteskan 1 tetes antiserum ke atas 1
tetes darah dan dilihat terjadinya aglutinasi. Aglutinasi yang terjadi pada suatu antiserum
merupakan golongan darah bercak yang diperiksa.5
Asfiksia Mekanik.1
Asfiksia mekanik adalah mati lemas yang terjadi bila udara pernapasan terhalang
memasuki saluran pernapasan oleh berbagai kekerasan (yang bersifat mekanik), misalnya : 1
Penutupan lubang saluran pernapasan bagian atas :
Pembekapan (smothering)
Penyumbatan (Gagging dan choking)
Penekanan dinding saluran pernapasan :
Penjeratan (strangulation)
Pencekikan (manual strangulation, throttling)
Gantung (hanging)
Penekanan dinding dada dari luar (asfiksia traumatik)
Saluran pernapasan terisi air (tenggelam, drowning)
12
Karena mekanisme kematian pada kasus tenggelam bukan murni disebabkan oleh
asfiksia, maka ada sementara ahli yang tidak lagi memasukkan tenggelam ke dalam
kelompok asfiksia mekanik, tetapi dibicarakan tersendiri.
Pada orang yang mengalami asfiksia akan timbul gejala yang dapat dibedakan dalam
4 fase, yaitu :
1.
Fase dispnea
Penurunan kadar oksigen sel darah merah dan penimbunan CO2 dalam plasma akan
Terdapat busa halus pada hidung dan mulut yang timbul akibat peningkatan aktivitas
pernapasan pada fase 1 yang disertai sekresi selaput lendir saluran napas bagian atas. Keluar
masuknya udara yang cepat dalam saluran sempit akan menimbulkan busa yang kadangkadang bercampur darah akibat pecahnya kapiler.
Gambaran perbendungan pada mata berupa pelebaran pembuluh darah konjungtiva
bulbi dan palpebra yang terjadi pada fase 2. Akibatnya tekanan hidrostatik dalam pembuluh
darah meningkat terutama dalam vena, venula dan kapiler. Selain itu, hipoksia dapat merusak
endotel kapiler sehingga dinding kapiler yang terdiri dari selapis sel akan pecah dan timbul
bintik-bintik perdarahanyang dinamakan sebagai Tardieus spot.
Kapiler yang lebih mudah pecah adalah kapiler pada jaringan ikat longgar, misalnya
pada konjungtiva bulbi, palpebra dan subserosa lain. Kadang-kadang dijumpai pula di kulit
wajah.
Pemeriksaan Bedah Jenazah.6
Kelainan yang umum ditemukan pada pembedahan jenazah korban mati asfiksia
adalah:
1. Darah berwarna lebih gelap dan encer, karena fibrinolisin darah yang meningkat pasca
mati.
2. Busa halus di dalam saluran pernapasan.
3. Perbendungan sirkulasi pada seluruh organ dalam tubuh sehingga menjadi lebih berat,
berwarna lebih gelap dan pada pengirisan banyak mengeluarkan darah.
4. Petekie dapat ditemukan pada mukosa usus halus, epikardium pada bagian belakang
jantung daerah aurikuloventrikular, subpleura viseralis paru terutama di lobus bawah
pars diafragmatika dan fisura interlobaris, kulit kepala sebelah dalam terutama daerah
otot temporal, mukosa epiglotis dan daerah sub-glotis.
5. Edema paru sering terjadi pada kematian yang berhubungan dengan hipoksia.
6. Kelainan-kelainan yang berhubungan dengan kekerasan, seperti fraktur laring langsung
atau tidak langsung, perdarahan faring terutama bagian belakang rawan krikoid (pleksus
vena submukosa dengan dinding tipis).
Visum et Repertum.2
Visum et repertum adalah keterangan tertulis yang dibuat oleh dokter atas permintaan
penyidik yang berwenang mengenai hasil pemeriksaan medik terhadap manusia, baik hidup
atau mati ataupun bagian atau diduga bagian tubuh manusia, berdasarkan keilmuannya dan di
bawah sumpah, untuk kepentingan peradilan.
Visum et repertum terdiri dari 5 bagian yang tetap, yaitu :
1. Kata Pro justitia yang diletakkan di bagian atas. Kata ini menjelaskan bahwa visum et
repertum khusus dibuat untuk tujuan peradilan. Visum et repertum tidak membutuhkan
14
materai untuk dapat dijadikan sebagai alat bukti di depan sidang pengadilan yang
mempunyai kekuatan hukum.
2. Bagian Pendahuluan. Kata Pendahuluan sendiri tidak ditulis di dalam visum et
repertum, melainkan langsung dituliskan berupa kalimat-kalimat di bawah judul. Bagian
ini menerangkan nama dokter pembuat visum et repertum dan institusi kesehatannya,
instansi penyidikpemintanya berikut nomor dan tanggal surat permintaannya, tempat dan
waktu pemeriksaan, serta identitas korban yang diperiksa.
3. Bagian Pemberitaan, Bagian ini berjudul Hasil pemeriksaan: dan berisi hasil
pemeriksaan medik tentang keadaan kesehatan atau sakit atau luka korban yang berkaitan
dengan perkaranya, tindakan medik yang dilakukan serta keadaannya selesai
pengobatan/perawatan. Bila korban meninggal dan dilakukan autopsi, maka diuraikan
keadaan seluruh alat-dalam yang berkaitan dengan perkara dan matinya orang tersebut.
4. Bagian Kesimpulan. Bagian ini berjudul Kesimpulan dan berisi pendapat dokter
visum et repertum ini saya buat dengan sesungguhnya berdasarkan keilmuan saya dan
dengan mengingat sumpah sesuai dengan Kitab Undang-undang Hukum Acara Pidana. 1
Pembahasan kasus
A.
Pemeriksaan luar
o
Ukur panjang bayi
Dengan menggunakan rumus De Haase dapat memperkirakan usia bayi dalam
kandungan.
Diukur Panjang Bayi = 51 cm. (Panjang Bayi/5) x 4 minggu = (51 cm/5) x 4
o
o
o
o
o
o
o
o
o
o
o
o
o
Kesimpulannya bahwa mayat bayi ini lahir viable (keadaan bayi yang dapat hidup di
luar kandungan lepas dari ibunya) dengan cukup bulan dan matur.
o
o
o
o
Bayi tidak berpakaian, hanya ditutupi dengan kain panjang berwarna coklat.
Berlumuran darah dan lendir.
Terdapat vernix caseosa/lemak bayi pada lipat leher, ketiak, lipat lengan dan
paha, belakang telinga.
Tali pusat masih berhubungan dengan plasenta.
Terdapat meconium.
Kesimpulannya mayat bayi ini setelah dilahirkan tidak ada terdapat tandatanda
perawatan.
o
o
o
Mayat bayi ditemukan sianosis pada bibir, ujungujung jari, dan kuku.
Terdapat busa halus pada hidung dan mulut.
Terdapat memar pada mukosa bibir dan pipi.
Kesimpulannya mekanisme kematian pada bayi ini adalah asfiksia (mati lemas)
dengan sebab kematian pembekapan.
Pemeriksaan dalam
o
Ditemukan dada sudah mengembang dan diafragma sudah turun sampai sela iga 5.
o
Pemeriksaan makroskopik paru ditemukan paru sudah mengisi rongga dada dan
menutupi sebagian kandung jantung. Terdapat petekiae/ Tardieus spot di
o
o
sempurna.
Udara dalam saluran cerna terdapat di dalam usus halus.
melahirkan.
Pemeriksaan Untuk Membuktikan Ada atau Tidaknya Hubungan Antara Mayat Bayi
Dengan Wanita
Pemeriksaan yang membuktikan adanya hubungan antara wanita tersebut dengan mayat
bayi yang diketemukan.
o Pemeriksaan golongan darah mayat bayi: didapatkan hasil golongan darah B
o Pemeriksaan golongan darah wanita tersangka: didapatkan hasil golongan darah O
Pemeriksaan golongan darah ini tidak bermakna bila tidak diperiksa juga golongan
darah dari lakilaki yang menyebabkan kehamilan pada wanita ini.
Pemeriksaan DNA.
Dari hasil DNA didapatkan bahwa mayat bayi ini memiliki kecocokan pita dengan
Kesimpulan
Dari pembahasan dan interpretasi temuan diatas, diduga bayi terebut merupakan bayi
yang lahir hidup yang dibunuh oleh ibu kandungnya sendiri dengan cara membekap daerah
mulut dan hidung bayi tersebut sehingga terjadi asfiksia yang menyebabkan kematian pada
bayi terebut. Setelah bayi mati, pelaku yang adalah ibu kandung dari korban membuang
korban ke tempat sampah.
Daftar Pustaka
1. Budiyanto A, Widiatmaka W, Sudiono S, Munim TWA, Sidhi, Hertian S, et all. Ilmu
Kedokteran Forensik. 1st ed. Jakarta: Balai Penerbit FKUI; 1997. p. 1, 8-11, 25-36,5570,165-76.
2. Bagian Kedokteran Forensik FKUI. Peraturan Perundang-Undangan Bidang
18