Documente Academic
Documente Profesional
Documente Cultură
Diajukan Oleh :
ROSNA TIASMALA DEWI
NIM :1201S034P
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk menempuh ujian akhir D III
AKADEMI KEBIDANAN HAMPAR BAIDURI
Diajukan Oleh :
ROSNA TIASMALA DEWI
NIM :1201S034P
LEMBAR PERSETUJUAN
Karya tulis ini telah disetujui untuk mempertahankan di hadapan tim penguji Karya
Tulis Ilmiah Jurusan Kebidanan Hampar Biduri.
Judul : HUBUNGAN SECTIO CAESAREA DENGAN KEJADIAN ASFIKSIA DI
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH (RSUD) PRINGSEWU PERIODE
JANUARI-JUNI TAHUN 2012
Nama Mahasiswa
NIM
:1201S034P
Menyetujui
LEMBAR PENGESAHAN
Judul
Telah dipertahankan di depan tim penguji ujian sidang KTI dan dinyatakan
LULUS
Akademi Kebidanan Hampar Baiduri
Tanggal 01 Agustus 2013
TIM PENGUJI
Moderator
(.)
Penguji I
(.)
Penguji II
(.)
Mengesahkan
Direktur Akademi Kebidanan Hampar Baiduri
ABSTRAK
Oleh
Rosna Tiasmala Dewi
Sectio caesarea adalah lahirnya janin, plasenta dan selaput ketuban melalui irisan
yang dibuat di dinding perut dan rahim. Di Negara berkembang, section caesarea
merupakan pilihan terakhir untuk menyelamatkan ibu dan janin. Angka kematian ibu
karena section caesarea yang terjadi sebesar 15,6% dari 1.000 ibu dan kejadian
asfiksianya sebesar 8,7% dari kelahiran hidup. Sedangkan dari hasil pre survey yang
dilakukan pada bulan maret 2012 didapatkan angka kejadian asfiksia pada bulan
Januari Desember 2011 di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Pringsewu
sebanyak 39 kasus dari 624 persaliana.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan section caesarea dengan
kejadian asfiksia di RSUD Pringsewu periode januari juni tahun 2012 agar dapat
dilakukan upaya-upaya meminimalkan angka kejadian asfiksia.
Metode dalam penelitian ini mengggunakan desain penelitian case control. Subjek
penelitian adalah Ibu bersalin yang dirawat di RSUD Pringsewu periode Januari
Juni 2012. Data yang dikumpulkan adalah banyaknya ibu bersalin dengan kejadian
asfiksia di Rumah Sakit Umum Daerah Pringsewu.
Penelitian didapatkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara section caesarea
dengan kejadian asfiksia di RSUD Pringsewu periode Januari - Juni tahun 2012 yang
dintunjukkan dengan nilai nilai X2hitung = 6,618 X2tabel = 3,841. Risiko asfiksia
meningkat dengan bertambahnya persalinan yang menggunakan metode section
caesarea,hal ini berkaitan dengan perubahan fisiologi akibat proses kelahiran. Section
caesarea memicu pengeluaran hormon stress pada ibu yang menjadi kunci
pematangan paru paru bayi yang terisi air atau jika bayi lahir dengan section
caesarea
tanpa tanda persalinan maka tidak akan mendapat manfaat bagi
pengeluaran cairan paru dan penekanan rongga toraks sehingga mengalami peru
paru basah yang kebih persisten.
Kesimpulan penelitian ini adalah setiap bayi yang lahir dengan section caesarea
memiliki resiko mengalami kejadian asfiksia lebih tinggi dari pada persalinan normal
hal ini disebabkan oleh perubahan fisiologi akibat proses persalinan.
Kata Kunci:Secti Caesarea, Asfiksia , RSUD Pringsewu
Pustaka, 21 (2003 2007)
RIWAYAT HIDUP
Nama
Agama
: Islam
Nama Ayah
: Suroso
Nama Ibu
: SitiAsmariyah
Anak ke
: 1 (satu)
Alamat
RIWAYAT PENDIDIKAN :
1.
2.
3.
4.
1998-2003
: Sekolah Dasar Negeri 1 Datarajan Ulubelu Tanggamus
2003-2006
: SMP Negeri 1 Sumberejo, Lulus Tahun 2006
2006-2009
: SMA Negeri 1 Sumberejo, Lulus Tahun 2009
2010 s/d sekarang : Akademi Kebidanan Hampar Baiduri Kalianda
PERSEMBAHAN
Karya tulis ini penulis persembahkan untuk:
Kedua orang tuaku tercinta, adikku, orang yang aku sayangi yang selalu
menanti dan siap menerima keberhasilan studiku, rekan rekan
mahasiswa seperjuangan yang telah banyak membantu dalam
penyelesaian study ku dan untuk Almamater Akademi
Kebidanan Hampar Baiduri
Lampung Selatan
Tercinta
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat ALLAH SWT atas segala limpahan Rahmat, Hidayah dan
Karunia-Nya, sehingga penyusunan KTI yang berjudulHubungan sectio caesarea
dengan kejadian asfiksia di rumah sakit umum daerah (rsud) pringsewu periode
januari-juni tahun 2013, dapat saya selesaikan. KaryaTulis Ilmiah ini disusun untuk
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman Sampul Depan................................................................................... i
Halaman Sampul Dalam................................................................................... ii
Lembar Persetujuan.......................................................................................... ii
Lembar Pengesahan.......................................................................................... iii
Abstrak.............................................................................................................. v
Persembahan..................................................................................................... vii
Riwayat Hidup Penulis..................................................................................... viii
Kata Pengantar.................................................................................................. ix
Daftar Isi........................................................................................................... xi
Daftar Gambar.................................................................................................. xi
Daftar Tabel...................................................................................................... xii
Daftar Lampiran................................................................................................ xiii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang..............................................................................
1.2 Identifikasi Masalah.....................................................................
1.3 Masalah dan permasalahan...........................................................
1.4 Tujuan Penelitian..........................................................................
1.5 Manfaat Penelitian........................................................................
1.6 Ruang Lingkup Penelitian / Jenis Penelitian................................
1
5
5
5
6
7
32
32
33
33
33
34
35
6.1 Kesimpulan................................................................................... 53
6.2 Saran................................................................................ 54
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR TABEL
Tabel3.1
Tabel 4.1
Tabel 4.2
Tabel 4.1
32
43
43
44
DAFTAR LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
yang mengikuti kelahiran, mungkin merupakan suatu faktor penyokong pada inisiasi
respirasi (Cunningham, 2005).
Dari studi pendahuluan di RSUD Pringsewu pada tahun 2011 terdapat 624
bayi yang dilahirkan dengan persalinan sectio caesarea. Dari persalinan sectio
caesarea terdapat 39 bayi yang mengalami asfiksia. Sedangkan periode bulan Januari
sampai Maret 2012 terdapat 184 kelahiran, dimana kelahiran sectio caesarea
sebanyak 130 kelahiran dan 52 kelahiran normal sedangkan sisanya kelahiran dengan
tindakan vacum. Dari 130 kelahiran dengan cara sectio caesarea terdapat delapan
bayi yang mengalami gangguan pernafasan sedangkan pada 52 kelahiran normal
terdapat dua bayi yang mengalami gangguan sistem pernafasan.
Bila dilihat dari angka kejadian diatas, asfiksia pada bayi baru lahir masih
cukup tinggi, dimana kejadian asfiksia tersebut dapat disebabkan oleh berbagai
faktor, salah satunya adalah faktor persalinan dengan tindakan yaitu dengan sectio
caesarea. Oleh sebab itu peneliti tertarik untuk mengetahui apakah ada hubungan
antara persalinan sectio caesarea dengan kejadian asfiksia pada bayi baru lahir.
1.2
Sedangkan periode bulan Januari sampai Maret 2012 terdapat 184 kelahiran, dimana
kelahiran sectio caesarea sebanyak 130 kelahiran dan 52 kelahiran normal sedangkan
sisanya kelahiran dengan tindakan vacum. Dari 130 kelahiran dengan cara sectio
caesarea terdapat delapan bayi yang mengalami gangguan pernafasan sedangkan
pada 52 kelahiran normal terdapat dua bayi yang mengalami gangguan sistem
pernafasan.
1.3
Apakah ada hubungan sectio caesarea dengan kejadian asfiksia di Rumah Sakit
Umum Daerah (RSUD) Pringsewu pada tahun 2012 ?
1.4
Tujuan Penelitian
1.4.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui hubungan antara kelahiran sectio caesarea dengan kejadian
asfiksia pada bayi baru lahir di RSUD Pringsewu tahun 2012.
1.4.2 Tujuan Khusus
a. Diketahui kejadian persalinan sectio caesarea di RSUD Pringsewu.
b. Diketahui kejadian asfiksia pada bayi baru lahir di RSUD Pringsewu.
c. Diketahuihubungan antara persalinan sectio caesarea dengan kejadian
asfiksia pada bayi baru lahir di RSUD Pringsewu.
1.5 Manfaat Penelitian
Penelitian ini di harapkan dapat bermanfaat bagi semua pihak yang terlibat
dan berkepentingan.
1.5.1
Manfaat Teoritis
Untuk menambah wawasan pembaca tentang hubungan sectiocaesareadengan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
karena persalinan dengan tindakan, partus lama, trauma kelahiran, infeksi serta
penggunaan obat-obatan selama persalinan.
2.1.2
solusio
2.1.3
tersedia
menyebabkan
pembuluh
darah
di
paru-paru
mengalami
disebut hipoksia dan CO2 tertimbun dalam darah disebut hiperapnea. Akibatnya dapat
menyebabkan asidosis tipe respiratorik atau campuran dengan asidosis metabolik
karena mengalami metabolisme yang anaerob serta juga dapat terjadi hipoglikemia.
2.1.4
Diagnosis
Diagnosis hipoksia janin dapat dibuat dalam persalinan dengan ditemukannya
tanda-tanda gawat janin. Tiga hal yang perlu mendapat perhatian ( Depkes, 2001 )
1. Denyut jantung janin
Frekuensi normal adalah antara 120-160 denyut semenit, selama his
frekuensi ini bisa turun, tetapi diluar his kembali lagi kepada keadaan semula.
Peningkatan kecepatan denyut jantung umumnya tidak besar artinya, akan
tetapi apabila frekuensi turun sampai di bawah 100 x/mnt di luar his dan
lebih-lebih jika tidak teratur, hal itu merupakan tanda bahaya.
2.
sayatan kecil pada kulit kepala janin dan diambil contoh darah janin.Darah ini
diperiksa pH nya. Adanya asidosis menyebabkan turunnya Ph. Apabila PH itu
sampai turun dibawah 7,2 hal itu dianggap sebagai tanda bahaya oleh
beberapa penulis.
4.
5.
2.1.5
Anamnesis :
a) Gangguan atau kesulitan waktu lahir
b) Lahir tidak bernafas / menangis
c) Air ketuban bercampur mekoneum
Pemeriksaan Fisik :
a) Bayi tidak bernafas atau nafas megap-megap
b) Denyut jantung < 100 x/menit
c) Kulit sinosis, pucat
d) Tonus otot menurun
e) Untuk diagnosis asfiksia tidak perlu menunggu nilai apgar score.
2.1.6
Warna kulit biru - abu-abu atau pucat di seluruh tubuh Badan merah, kaki
dan tangan biru Seluruh tubuh dan anggota gerak merah.
Nilai apgar tidak dipakai untuk menentukan kapan memulai resusitasi atau
membuat keputusan mengenai jalannya resusitasi. Apabila penilaian pernafasan
menunjukkan bahwa bayi tidak bernafas atau pernafasan tidak kuat, harus segera
ditentukan dasar pengambilan kesimpulan untuk tindakan vertilasi dengan tekanan
positif (VTP) (Zaira, 2010)
Tabel 2.1 Derajat Berat Ringannya Asfiksia
Tanda
Frekuensi
jantung
Nilai
0
Tidak ada
Nilai
1
Lambat dibawah 100
Nilai
2
Di atas 100
Tidak ada
Beberapa fleksi
ekstremitas
Tonus otot
Flaksid
Menangis
dengan baik
Gerakan aktif
Menyeringai
Reflek mudah
terjadi
Tidak ada
Warna kulit
Biru pucat
1)
2)
3)
4)
Menangis kuat
Tubuh merah muda,
ekstremitas biru
Merah muda
seluruhnya
2.1.7
Prognosis
Prognosis tergantung pada kekurangan O2 dan luasnya perdarahan dalam otak
bayi. Bayi yang dalam keadaan asfiksia dan pulih kembali harus dipikirkan
kemungkinannya menderita cacat mental seperti epilepsy dan bodoh pada masa
mendatang ( Mochtar, Rustam 2001)
2.1.9
Komplikasi
1) Sembab otak
2) Perdarahan otak
3) Anuria atau oliguria
4) Hiperbilirubinemia
5) Obstruksi usus yang fungsional
6) Kejang sampai koma
7) Komplikasi akibat resusitasinya sendiri ( pneumothorak )
(Lab/UPF Ilmu Kesehatan Anak, 2001)
2.1.10 Resusitasi
1) Langkah-Langka Resusitasi
a) Letakkan bayi di lingkungan yang hangat kemudian keringkan tubuh
bayi dan selimuti tubuh bayi untuk mengurangi evaporasi.
b) Sisihkan kain yang basah kemudian tidurkan bayi terlentang pada
c)
d) Hisap lendir dengan penghisap lendir de lee dari mulut, apabila mulut
e)
f)
positif.
Ventilasi tekanan positif / PPV dengan memberikan O2 100 %
melalui ambubag atau masker, masker harus menutupi hidung
dan mulut tetapi tidak menutupi mata, jika tidak ada ambubag
beri bantuan dari mulur ke mulut, kecepatan PPV 40 60 x /
menit.
Setelah 30 detik lakukan penilaian denyut jantung selama 6
PPV.
60 100 dan tidak ada peningkatan denyut jantung, lakukan
(1) Kedua ibu jari menekan stemun sedalam 1 cm dan tangan lain
mengelilingi tubuh bayi.
(2) Jari tengah dan telunjuk menekan sternum dan tangan lain menahan
belakang tubuh bayi.
(3) Lakukan penilaian denyut jantung setiap 30 detik setelah kompresi
dada.
(4) Denyut jantung 80x./menit kompresi jantung dihentikan, lakukan PPV
sampai denyut jantung > 100 x / menit dan bayi dapat nafas spontan.
(5) Jika denyut jantung 0 atau < 10 x / menit, lakukan pemberian obat
epineprin 1 : 10.000 dosis 0,2 0,3 mL / kg BB secara IV.
(6) Lakukan penilaian denyut jantung janin, jika > 100 x / menit hentikan
obat.
(7) jika denyut jantung < 80 x / menit ulangi pemberian epineprin sesuai
dosis diatas tiap 3 5 menit.
(8) Lakukan penilaian denyut jantung, jika denyut jantung tetap / tidak
respon terhadap di atas dan tanpa ada hiporolemi beri bikarbonat
dengan dosis 2 MEQ/kg BB secara IV selama 2 menit. (Wiknjosastro,
2007)
Sectio caesarea adalah suatu pembedahan guna melahirkan anak lewat insisi
pada dinding abdomen dan uterus (Harry Oxorn & William R Forte, 3003).
Sectio caesarea adalah pembedahan untuk mengeluarkan anak dari rongga
rahim dengan mengiris dinding perut dan dinding rahim (Obstetri Oparetif, 2003).
Sectio caesarea adalah suatu tindakan untuk melahirkan bayi dengan berat di
atas 500 gram, melalui sayatan pada dinding uterus yang masih utuh / intact
(Saifuddin AB, 2001).
Janin Abnormal
Janin sakit atau abnormal, misalnya gangguan Rh, kerusakan genetik,
diperlukan (Harry Oxorn, 2003 ). Kalau jalan lahir ibu mengalami infeksi yang luas
dan fasilitas untuk caesarea extraperitoneal tidak tersedia. Kalau dokter bedahnya
tidak berpengalaman, kalau keadaannya tidak menguntungkan bagi pembedahan, atau
kalau tidak tersedia tenaga asisten yang memadai.
2.2.6 Komplikasi Sectio Caesarea
1) Pada Ibu
Telah dikemukakan bahwa dengan kemajuan tehnik pembedahan, dengan
adanya antibiotika, dan dengan persediaan darah yang cukup, sectio caesarea
sekarang jauh lebih aman daripada dahulu. Angka kematian di Rumah Sakit
dengan fasilitas yang baik dan tenaga-tenaga yang kompeten kurang dari 2 per
1000/kelahiran hidup.
2) Pada Bayi
Seperti halnya dengan ibunya, nasib anak yang dilahirkan dengan sectio
caesarea banyak tergantung dari keadaan yang menjadi alasan untuk
melakukan sectio caesarea. Menurut statistik di negara-negara dengan
pengawasan antenatl dan intranatal yang baik, kematian perinatal pasca sectio
caesarea berkisar antara 4 dan 7 %.
3) Komplikasi-komplikasi lain yang bisa timbul
a) Perdarahan
b) Infeksi Puerpural
c) Luka kandung kencing, embolisme paru-paru Alergi
(Kasdu, 2003 )
2.2.7 Angka Morbiditas Sesudah Sectio caesarea
1) Morbiditas Maternal
Morbiditas maternal labih sering terjadi setelah sectio caesarea daripada
setelah kelahiran normal ; insidensinya antara 15 dan 20 %. Hampir separuh
dari pasien-pasien yang menjalani sectio caesarea mengalami komplikasi
operatif atau post operatif yang sebagian di antaranya bersifat serius dan bisa
membawa kematian. Morbiditas yang standar bagi sectio caesarea adalah
sekitar 20.
2) Mortalitas Janin
Meskipun mortalitas janin pada sectio caesarea telah menurun, namun
angkanya masih 2 kali lipat angka mortalitas pada kelahiran per vaginam yaitu
sekitar 5,5 %. Menurut Dr. Andon Hestiantoro SpOG (K) dari Departemen
Obstetri dan Ginekologi FKUI/RSCM menjelaskan bahwa risiko yang dialami
bayi baru lahir terkait persalinan caesar adalah mencapai 3,5 kali lebih besar
dibandingkan dengan persalinan normal.
2.2.8 Nasehat Untuk Ibu Yang Telah Di Lakukan Sectio caesarea
1) Sedapat-dapatnya jangan hamil selama 1 tahun setelah di SC
2) Kehamilan dan persalinan yang berikutnya harus diawasi dan
berlangsung pada Rumah Sakit yang besar.
2.2.9 Faktor Penyebab Terjadinya Asfiksia
Beberapa kondisi tertentu pada ibu hamil dapat menyebabka gangguan
sirkulasi darah uteroplasenter sehingga pasokan oksigen ke bayi menjadi
berkurang.Hipoksia bayi di dalam rahim ditunjukkan dengan gawat janin yang dapat
berlanjut menjadi asfiksia bayi baru lahir. Beberapa faktor tertentu diketahui dapat
menjadi penyebab terjadinya asfiksia pada bayi baru lahir, diantaranya adalah faktor
ibu, tali pusat clam bayi berikut ini:
b)
Faktor ibu
1) Preeklampsia dan eklampsia
2) Pendarahan abnormal (plasenta previa atau solusio plasenta)
d)
2.3
Penelitian Terdahulu
Neneng Yelis Br. Sitepu, 2011. Meneliti tentang hubungan antara jenis
BAB III
KERANGKA KONSEPTUAL, DEFINISI OPERASIONAL
DAN HIPOTESA
3.1.
Kerangka Konseptual
Kerangka konsep adalah abstraksi yang terbentuk oleh generalisasi dari hal
khusus. Konsep hanya dapat diamati atau diukur melalui konstruktur atau yang lebih
dikenal dengan nama variable (Notoatmojo, 2005).
Bagan 2.2 Kerangka Konseptual Penelitian
Variabel Dependen
Variabel Independen
3.2.
Sectio Caesarea
Variabel dan definisi operasional
Kejadian Asfiksia
dependent(variabel
terikat)adalah
merupakan
variabel
yang
dipengaruhi atau yang menjadi akibat karena adanya variabel bebas (Sugiono, 2004).
Variabel dependent pada penelitian ini adalah kejadian asfiksia.
3) Variabel Independen
Variabel independen (variabel bebas) adalah merupakan variabel yang
mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbul variabel terikat
(Sugiono, 2004). Variabel independent yang diteliti pada penelitian ini adalah sectio
caesarea.
3.3
Definisi operasional
Variabel
1. Persalinan
sectio
caesarea
2. Kejadian
Asfiksia
3.4
Definisi Operasional
Alat Ukur
Persalinan untuk
Rekam Medik
melahirkan janin dengan
melalui pembedahan di
perut dengan menyayat
dinding rahim yang
didapatkan dari catatan
medic (Kasdu, 2003)
Keadaan bayi yang tidak Rekam Medik
dapat bernafas secara
spontan dan teratur segera
setelah lahir yang
didapatkan dari status
penyakit (Manuaba, 2007)
a. Ringan : nilai APGAR
7-10
b. Asfiksia sedang, nilai
APGAR 4-6
c. Asfiksia berat, nilai
APGAR 0-3
(Depkes RI, 2002)
Cara
Hasil Ukur
Ukur
Checklist 1= Sectio
caesarea
Skala
Ukur
Nominal
0=Tidak Sectio
caesarea
1=Asfiksia
Checklist 0=Tidak asfiksia
Nominal
Hipotesis
H0
: Tidak ada hubungan sectio caesarea dengan kejadian asfiksia di
Ha
BAB IV
METODE PENELITIAN
4.1
Desain Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian korelasional dengan
adalah untuk mengetahui sejauh mana hubungan antara sectio caesarea dengan
kejadian asfiksia di RSUD Pringsewu tahun 2012.
4.2
2002). Populasi kasus dalam penelitian ini adalah seluruh bayi yang lahir dengan
asfiksia di RSUD Pringsewu dari bulan Maret sampai dengan April 2012 yang
diperkirakan berjumlah 40 bayi.Sedangkan populasi kontrol dalam penelitian ini yaitu
seluruh persalinan di RSUD Pringsewu dari bulan Maret sampai dengan April yang
keadaan bayinya tidak asfiksia.
4.3
dari karakteristik yang dimiliki oleh populasi (Hidayat, A. Azis Alimul 2007). Jumlah
sampel dalam penelitian ini adalah 74persalinan, yang diambil dari 37 persalinan bayi
dengan asfiksia sebagi sampel kasus dan 37 persalinan bayi yang tidak asfiksia
sebagai sampel kontrol.
Adapun sampel yang memenuhi kriteria dalam penelitian ini adalah:
a.
b.
4.4
Ibu bersalin dengan kejadian sectio caesarea dan yang tidak sectio caesarea
Ibu bersalin dengan bayi asfiksia dan yang tidak asfiksia.
Lokasi dan Waktu Penelitian
Waktu penelitian
: Mei 2012
No
Uraian kegiatan
1 Pengajuan judul
2 Pre survey
Waktu
Maret 2012
Maret 2012
3
4
5
6
7
4.5
observasi retrospektif yaitu berupa catatan tentang jumlah seluruh persalinan secsio
caesareadan bayi yang lahir asfiksia atau tidak asfiksia di RSUD Pringsewu periode
Januari Juni tahun 2012.
Instrument penelitian yang digunakan adalah dokumentasi.data yang diambil
adalah seluruh jumlah persalinan secsio caesareadan bayi yang dilahirkan asfiksia
atau tidak di RSUD Pringsewu periode Januari Juni tahun 2012.
4.6
a.
Editing
Yaitu pemeriksaan data dengan rencana semula seperti yang diiginkan.
b.
Coding
Yaitu untuk memberi tanda pada data yang telah diolah untuk mempermudah
mengadakan tabulasi :
1
c.
Processing
Yaitu data yang sudah di beri kode kemudian di masukan ke dalam komputer.
d.
Cleaning
Yaitu merupakan kegiatan pengecekan kembali data yang sudah dimasukkan
Tabulating
Pada tahap ini rekapitulasi yang sama dikelompokkan dengan teliti dan teratur,
lalu dihitung dan dijumlahkan kemudian dituliskan dalam bentuk table table.
4.7
sesuai dengan kriteria yang ada. Langkah-langkah analisa data yang dilakukan
peneliti adalah :
4.7.1 Analisis Univariat
Di maksud untuk mengetahui distribusi frekuensi dan proporsi variabelvariabel yang di amati, baik variabel dependent maupun variabel independent. Data
dianalisis dengan menggunakan rumus sebagai berikut (Notoatmodjo, 2005).
R
C
x100%
D
Keterangan :
R : Persentase angka kehadiran variabel penelitian
C : Jumlah variabel yang diteliti
D : Jumlah seluruh sampel
4.7.2
Analisis Bivariat
Yaitu menilai adanya hubungan antara sectio caesareaterhadap kejadian
asfiksia dengan memasukkan data dalam tabel silang. Uji statistik yang digunakan
untuk membuktikan hipotesis adalah chi-squere dengan : 0.05. Rumusan chi square
(Notoatmodjo, 2005):
X2
(O E ) 2
E
dK ( k 1)(b 1)
Keterangan :
X2
: Chi Square
dK
: Kolom
: Baris
Jika X2hitung X2tabel berarti Ho ditolak, ada hubungan yang signifikan secara
statistik antara kedua variabel.Tetapi jika X2hitung < X2tabel berarti Ho diterima, tidak
ada hubungan yang signifikan secara statistik antara kedua variabel.
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1.1
tinggal yang mempunyai 10 tempat tidur, dan dikelola oleh Misi Khatolik RSUD
Pringsewu telah mengalami perjalanan panjang dan melampauienam periode zaman
pemerintahan yaitu: Zaman Belanda, Zaman Jepang, Kemerdekaan, Orde Lama, Orde
Baru, dan Reformasi, menghantarken embrio RSUD Pringsewu menjadi seperti
sekarang ini. Pada Agresi II tahun 1949 RSUD Pringsewu dibumi hanguskan dan
pada tahun 1952 dibangun kembali dengan 30 TT.RSUD Pringsewu mulai
berkembang dengan pesat setelah adanya penempatan dokter sepesialis yaitu 4
(empat) bidang sepesialis dasar (Kebidanan, Bedah Umum, Kesehatan Anak, dan
Penyakit Dalam) padatahun 1990.
Pada tahun 1995 berdasarkan SK Mentri Kesehatan Republik Indonesia
nomor 106/Menkes/Sk/1/1995 dan diundangkan dalam lembaran Daerah nomor 43
tahun 1999 seri D tanggal 19 Mei 1999 Rumah Sakit Umum Daerah Pringsewu
ditingkatkan kelasnya menjadi kelas C. Manajemen Rumah Sakit terus berusaha
untuk meningkatkan cakupan dan kualitas pelayanan dan kepuasan pelayanan melalui
pengembangan organisasi, peniingkatan sumberdaya manusia, pengembangan sarana
dan prasarana pelayanan serta dengan peningkatan pola keuangan yang sehat yang
dapat menjadikan RSUD Pringsewu sebagai institusi yang sehat yang dapat
37
menjadikan RSUD Pringsewu sebagai institusi pemerintahan yang professional dan
akuntabel.
Adapun riwayat singkat RSUD Pringsewu adalah sebagai berikut
tindakan.Penyakit
terbanyak
adalah
Tahun 1949
Tahun 1952
Tahun 1990
Mulai
ditempatkan
Dokter
Spesialis
Kebidanan,
Daerah Pringsewu juga memiliki misi, filosofi dan budaya kerja sebagai berikut:
a. Misi RSUD Pringsewu adalah
1. Meningkatkan profesionalisme
Sumbar
Daya
Manusia RSUD
Pringsewu
2. Mengembangkan system administrasi manajemen RS dan system
informasi manajemen RS.
3. Mengembangkan dan memanfaatkan teknologi kesehatan.
4. Mengembangkan system pembiayaan pelayanan kesehatan. Rumah
Sakit (Billing Sistem)
5. Mengembangkan sarana dan prasarana Rumah Sakit.
6. Meningkatkan kerjasama dengan institusi pendidikan / kesehatan.
7. Mempersiapkan kemandirian Rumah Sakit dalam sumberdaya.
8. Mendukung Pringsewu Sehat 2010.
b. Filosofi
Anda Sehat Dan Puas Kami Bahagia
5.1.4
a.
Jenis pelayanan
1. Rawat inap
2. Rawat jalan
b.
Fasilitas penunjang
d.
1. Aula
2. Mushola
3. Kantin
4. Usaha Bersama Dharma Wanita
5.2
1.
Analisis Univariat
a. Distribusi Frekuensi Ibu Bersalin dengan Sectio Caesarea Periode
Januari-Juni Tahun 2012
Tabel 4.1
Distribusi Frekuensi Ibu Bersalin dengan Sectio Caesarea
di RSUD Pringsewu Periode Januari-Juni Tahun 2012
Sectio Caesarea
Jumlah
Persentase (%)
Ya
Tidak
Jumlah
37
37
74
50,0
50,0
100,0
Berdasarkan tabel 4.1 di atas dapat dilihat bahwa dari 74 sampel yang
diteliti di RSUD Pringsewu periode Januari-Juni tahun 2012, terdapat 37
(50,0%) ibu bersalin dengan section caesarea dan 37 (50,0%) ibu bersalin tidak
dengan sectio caesarea.
Jumlah
Persentase (%)
Ya
Tidak
Jumlah
37
37
74
6,7
93,3
100,0
Analisis Bivariat
a. Hubungan Sectio Caesarea dengan Kejadian Asfiksia di RSUD
Pringsewu Periode Januari-Juni Tahun 2012
Tabel 4.3
Hubungan Sectio Caesarea dengan Kejadian Asfiksia
di RSUD Pringsewu Periode Januari-Juni Tahun 2012
Sectio
Caesarea
Ya
Tidak
Jumlah
N
11
26
37
Asfiksia
Ya
Tidak
%
N
%
33,3 22 66,7
63,4 15 36,6
50,0 37 50,0
Jumlah
N
33
41
74
%
100
100
100
P value
0,019
OR Ci
95%
3,467
(1,3239,083)
Berdasarkan Tabel 4.3 di atas dari 33ibu bersalin yang sectio caesarea 11
(33,3%) diantaranya mengalami asfiksia dan 22 (66,7%) tidak mengalami
asfiksia. Sedangkan dari 41ibu bersalin yang tidak sectio caesarea sebanyak 26
(63,4%) diantaranya mengalami asfiksia dan 15 (36,6%) tidak mengalami
asfiksia.Hasil analisis dengan menggunakan uji chi squarediperoleh p value =
0,019> 0,05dengan demikian hipotesis nol ditolak. Hal ini berarti ada hubungan
yang bermakna antara sectio caesarea dengan kejadian asfiksia di RSUD
Pringsewu periode Januari-Juni tahun 2012. Hasil analisis juga menemukan OR
= 3,467 yang berarti ibu bersalin dengan sectio caesareaberpeluang 3,467 kali
mengalami asfiksia dibandingkan ibu bersalin yang tidak sectio caesarea.
5.3
Pembahasan
1.
jumlah ibu bersalin di RSUD Pringsewu periode Januari-Juni tahun 2012, terdapat 33
(44,6%) ibu bersalin dengan sectio caesarea dan 41 (55,4%) ibu bersalin tidak
dengan sectio caesarea. Dari data tersebut terlihat RSUD Pringsewu memiliki
proporsi pasien ibu bersalin dengan sectio caesarea yang relatif tinggi, hal ini
mungkin karena RSUD Pringsewu menjadi tempat rujukan bagi pasien ibu bersalin
yang memiliki masalah dengan kehamilan dan persalinannya.
Menurut Kasdu Dini (2003), persalinan dengan seksio sesarea dilakukan
dengan tujuan untuk melahirkan bayi melalui tindakan pembedahan dengan membuka
dinding perut dan dinding rahim.
Melakukan bedah caesar untuk persalinan merupakan fenomena yang saat ini
meluas di kota-kota besar di Indonesia.Beragam alasan melatar belakangi semakin
banyaknya ibu yang memilih persalinan dengan bedah caesar. Menurut Dr. Andon
Hestiantoro, SpOG (K) dari Departemen Obstetri dan Ginekologi FKUI/RSCM
menjelaskan bahwa seharusnya persalinan caesar dilakukan atas dasar indikasi medis.
Namun saat ini terjadi kecenderungan lain untuk indikasi persalinan dengan bedah
caesar. Indikasi tersebut seringkali tidak sesuai dengan indikasi medis.
Berdasarkan hasil penelitian dan teori diatas menurut peneliti masih proporsi
pasien ibu bersalin dengan sectio caesareadi rumah sakit umum Pringsewu tahun
2012, disebabkan karena akibat persalinan yang tidak bisa dilakukan secara normal
baik disebabkan karena faktor janin misalnya janin terlalu besar, faktor ibu misalnya
sempitnya tulang pangul sehingga menghambat jalan keluar bayi.
Kemungkinan kedua faktor penyebab ibu bersalin dengan sectio caesarea di
rumah sakit umum Pringsewu tahun 2012 disebabkan karena atas dasar indikasi
sosial, yaitu memilih waktu dan tanggal kelahiran,faktor pemahaman ibu hamil yang
salah tentang melahirkan caesar lebih aman dibandingkan dengan persalinan normal
serta pada akhir- akhir ini banyak terdapat banyak kasus sectio caesarea disebabkan
karena adanya dana jampersal.
Operasi Caesar sudah memasyarakat dikalangan kedokteran kebidanan, apalagi
ditunjang oleh perkembangan ilmu anestesi (pembiusan).Bahkan, pada perkembangan
saat ini, operasi caesar dianggap jauh lebih aman daripada sebelumnya.Hal ini
berhubungan dengan kemajuan dibidang teknologi kesehatan, farmasi, maupun di
bidang-bidang penunjang lainnya. Bagi masyarakat perkotaan golongan ekonomi
menengah keatas, operasi caesar merupakan hal yang tidak menakutkan lagi.
Meskipun
penyebab
harus
dilakukannya
tindakan
operasi
adalah
untuk
menyelamatkan nyawa ibu dan bayinya, tetapi sebagian kecil masyarakat memilih
cara ini karena kekhawatiran akan mengalami rasa sakit jika melahirkan secara alami.
Padahal, menjalani persalinan dengan bedah caesar tidak lebih baik daripada
persalinan alami dan juga dalam kehamilan sehat, persalinan alami jauh lebih aman
bagi ibu maupun bayinya.
Anestesi pada sectio caesarea dapat mempengaruhi aliran darahdengan
mengubah tekanan perfusi atau resistensi vaskuler baik secara langsung maupun tidak
langsung. Salah satupengaruh anestesi terhadap janin adalah terjadinya asfiksia
neonatorum ((Eliza, 2003).
Menurut Helen Varney 2007, neonatus yang dilahirkan dengan sectio caesarea,
terutama jika tidak ada tanda persalinan, tidak mendapatkan manfaat dari pengeluaran
cairan paru dan penekanan pada toraks sehingga mengalami gangguan pernafasan
yang lebih persistan.
Masih adanya adanya efek samping dari Anastesi pada sectio caesareadapat
menyebabkan asfiksiadan juga pentingnya persalinan dilakukan dengan cara normal
karena dapat membantu kelancaran pernapasan bayi untuk mencegah terjadinya
penemonia diharapkan bagi petugas kesehatan untuk lebih menigkatkan pengetahuan
masyarakat mengenai manfaat dan kerugian jika melakukan sectio caesarea dengan
cara konseling melalui KIE (Komunikasi, informasi dan Edukasi) kepada ibu-ibu
hamilguna menghindari komplikasi yang mungkin terjadi pada tindakan sectio
caesarea baik terhadap ibu maupun bayi yang dilahirkan.
2.
jumlah ibu bersalin di RSUD Pringsewu periode Januari-Juni tahun 2012, terdiri dari
554 persalinan normal dan 37 orang diantaranya mengalami kejadian asfiksia.
Terlihat dari data tersebut, bahwa jumlah persalinan yang mengalami kejadian
asfiksia di RSUD Pringsewu periode Januari Juni tahun 2012 masih tergolong
tinggi yaitu 6,7%.
Menurut Wiknjosastro (2004), asfiksia terjadi karena gangguan pertukaran gas
dan pengangkutan O2 dari ibu ke janin, sehingga terdapat gangguan dalam persediaan
O2 dan dalam menghilangkan CO2 dan dapat berakibat O2 tidak cukup dalam darah
disebut hipoksia dan CO2 tertimbun dalam darah disebut hiperapnea. Akibatnya dapat
menyebabkan asidosis tipe respiratorik atau campuran dengan asidosis metabolik
karena mengalami metabolisme yang anaerob serta juga dapat terjadi hipoglikemia.
Berdasarkan teori diatas menurut peneliti terdapatnya kejadian asfiksia
sebanyak 37 bayi di RSUD Pringsewu periode Januari-Juni tahun 2012 kemungkinan
disebabkan karena komplikasi pada masa kehamilan sepertianemia maternal,
penekanan respirasi atau penyakit paru, malnutrisi, asidosis, dan dehidrasi, supine
hipotensi, degenerasi vaskularnya,
primer,simpul mati (lilitan tali pusat), anemia janin, dan perdarahanyang dapat
mengakibatkan aliran darah menuju plasenta akan berkurang sehingga O 2 dan nutrisi
makin tidak seimbang untuk memenuhi kebutuhan metabolisme.
Hasil penelitian dengan menggunakan uji chi square menghasilkan nilai X2hitung
= 5,469 dengan X2tabel = 3,814, sehingga X2hitung X2tabel yang berarti ada hubungan
yang bermakna antara sectio caesarea dengan kejadian asfiksia di RSUD Pringsewu
periode Januari-Juni tahun 2012. Hasil analisis juga menemukan OR = 3,467 yang
berarti ibu bersalin dengan sectio caesareaberpeluang 3,467 kali mengalami asfiksia
dibandingkan ibu bersalin yang tidak sectio caesarea.
Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Neneng, 2011.Meneliti
tentang hubungan antara jenis persalinan dengan kejadian asfiksia neonatorum di
RSUD Dr. M Soewandhie Surabaya.Berdasarkan data studi pendahuluan di RSUD
Dr. M. Soewandhie didapatkan bahwa 63,57% dari kasus asfiksia tahun 2010 bayi
lahir dengan persalinan tindakan.
Menurut Helen Varney (2007), bayi yang lahir melalui sectio caesarea,
terutama jika tidak ada tanda persalinan, tidak mendapatkan manfaat dari
pengurangan cairan paru dan penekanan pada toraks sehingga mengalami paru-paru
basah yang lebih persisten. Situasi ini dapat mengakibatkan takipnea sementara pada
bayi baru lahir. Di samping itu bayi lahir dengan sectio caesarea yang mengalami
asfiksia juga berkaitan dengan tindakan anestesi yang mempunyai pengaruh depresi
pusat pernafasan bayi.
Namun pada penelitian ini juga ditemukan bayi lahir dengan persalinan spontan
yang mengalami asfiksia sebesar 36,6%. Hal ini berkaitan dengan perubahan
fisiologis bayi baru lahir yaitu proses perubahan dari ketergantungan total ke
kemandirian fisiologis ( Helen Varney, 2007 ).Di samping itu penyebab asfiksia pada
bayi baru lahir dengan spontan adalah dikarenakan adanya faktor anastesi epidural
yang bertujuan untuk mengurangi rasa nyeri ibu ada saat persalinan. Sedangkan pada
kasus bayi lahir dengan persalinan sectio caesarea yang mengalami asfiksia
disebabkan karena proses kelahiran sectio caesarea itu sendiri dimana tidak ada
penekanan pada toraks sehingga paru bayi banyak terisi cairan daripada oksigen,
tetapi kebanyakan bayi yang asfiksia tersebut cepat mengalami perbaikan
dikarenakan tindakan yang baik dan tepat serta pengawasan yang lebih lanjut dimana
bayi mendapatkan perawatan yang intensif di ruang NICU.
Menurut Dr. Andon Hestiantoro SpOG ( K ) dari FKUI/RSCM, peningkatan
risiko akibat persalinan dengan bedah caesar tidak hanya terjadi pada ibu, namun juga
terjadi peningkatan risiko bagi bayi yang baru lahir terkait dengan cara persalinan
caesar. Risiko gangguan pernafasan yang dialami bayi baru lahir terkait persalinan
caesar adalah 3,467 kali lebih besar dibandingkan persalinan normal.Di Rumah Sakit
Umum Daerah Pringsewu meskipun angka kejadian asfiksia pada bayi baru lahir
dengan seksio sesarea masih tergolong tinggi, hal ini dapat menjadi masalah serius
pada bayi jika tidak ditanggulangi dengan benar.Diaharapkanbagi pihak rumah sakit,
adanya tim resusitasi yang tanggap dan tepat dalam menangani kegawatdaruratan
pada bayi baru lahir guna mencegah terjadinya komplikasi pada bayi asfiksia.
Masalah lain yang dihadapi oleh masyarakat khususnya pasien adalah dengan
adanya bayi yang mengalami asfiksia akan memperpanjang masa perawatan di
Rumah Sakit. Hal ini tidak mempengaruhi keyakinan pada pasien untuk memilih
persalinan dengan bedah caesar karena mengingat adanya Jamkesmas dari
Pemerintah Daerah Pringsewu, sehingga biaya yang harus dikeluarkan oleh pasien
masih terjangkau, yaitu hanya sekedar untuk pembelian obat.
Begitu besarnya bahaya yang dapat mengancam keselamatan jiwa ibu dan janin
akibat persalinan sectio caesarea peran petugas kesehatan sangat signifikan untuk
meningkatkan perilaku ibu agar teratur memeriksakan kondisi kesehatan ibu dan janin
dalam masa kehamilan, penyuluhan yang dilakukan secara berulang-ulang kepada ibu
hamil tentang manfaat ANC dapat berperan dalam membentuk kesadaran yang
diwujudkan dalam tindakan ibu untuk teratur memeriksakan kehamilan sebagai upaya
deteksi awal faktor yang dapat menyebabkan asfiksia karena pengetahuan merupakan
domain penting untuk membentuk perilaku seseorang.
Menurut peneliti hubungan antara sectio caesarea dengan kejadian asfiksia di
RSUD Pringsewu periode Januari-Juni tahun 2012 meman sangat erat kaitannya. Bila
dilihat dari hasil penelitian, angka kejadian asfiksia pada bayi baru lahir masih cukup
tinggi, dimana kejadian asfiksia tersebut dapat disebabkan oleh berbagai faktor, salah
satunya adalah faktor persalinan dengan tindakan yaitu dengan sectio caesarea.
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1
Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan penelitian yang berjudul
6.2
Saran
Berdasarkan hasil dan analisis data dalam penelitian ini maka saran yang dapat
diberikan adalah:
1.
Bagi peneliti
Diharap bisa menerapkan teori- teori yang ada tentang penanganan asfiksia, dan
dapat
memberikan
dan
mengaktualisasikan
tentang
pentingnya
penanganan asfiksia pada saat melakukan tindakan praktik nyata pada masyarakat.
4.
Diharap bagi ibu-ibu hamil agar lebih rajin dan lebih aktif melakukan
kunjungan Antenatal Care sehingga faktor-faktor resiko penyebab asfiksia
yang berasal dari factor ibu dapat dicegah secara dini.
LAMPIRAN
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, S. 2002. Manajemen Penelitian. Jakarta . Rineka Cipta.
Cunningham, F. G. 2005. Obstetri Williams. Jakarta: EGC.
Depkes, RI. 2005. Angka Kematian Ibu dan Angka Kematian Bayi. Jakarta.
_______. 2005. Profil Kesehatan Indonesia. Jakarta.
_______. 2008. Profil Kesehatan Indonesia. Jakarta.
Dewi Y, dkk. 2007 Operasi Caesar, Pengantar dari A sampai Z. Jakarta: EDSA
Mahkota
Hidayat, A. Aziz Alimul, 2007. Metode Penelitian Kebidanan dan Tehnik Analisis
Data. Jakarta, Salemba Medika
Kasdu, Dini. 2003. Operasi Caesar Masalah dan Solusinya. Jakarta, Puspa Swara
Manuaba, Ida Bagus Gde. 2002. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan Keluarga
Berencana. Jakarta. Salemba Medika
1.
2.
3.
4.
LEMBAR KONSULTASI
NAMA
NIM
JUDUL
Gadingrejo,
Pembimbing I
Pembimbing II
(...)
()