Sunteți pe pagina 1din 24

KATA SAMBUTAN

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 52 Tahun 2009 tentang Perkembangan


Kependudukan dan Pembangunan Keluarga mengamanatkan bahwa salah satu
pembangunan sumber daya manusia Indonesia adalah melalui pengendalian jumlah
penduduk.
Jumlah penduduk Indonesia menurut Sensus Penduduk (SP) tahun 2010 berjumlah 237,6
juta jiwa. Jumlah yang besar ini terdiri dari lapisan penduduk balita, anak, dewasa, dan
lansia. Khusus lansia, menurut Pendataan Keluarga tahun 2010 yang dilakukan oleh Badan
Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) ternyata jumlah penduduk lansia
di Indonesia berjumlah 15,5 juta jiwa. Jumlah ini semakin tahun akan semakin besar. Hal ini
karena adanya pembangunan kesehatan dan sosial ekonomi yang diselenggarakan di
Indonesia.
Jumlah penduduk lansia yang besar ini membutuhkan penanganan yang serius, sebab mau
tidak mau penduduk lansia akan menjadi salah satu lapisan penduduk yang jika tidak
diberdayakan dengan maksimal akan menjadi lapisan penduduk yang dianggap beban
pembangunan. Agar penduduk lansia tidak menjadi beban pembangunan diperlukan adanya
pemberdayaan penduduk lansia. Hal ini sesuai dengan undang-undang No.13 tahun 1998
tentang Kesejahteraan Lansia. Dalam undang-undang tersebut dijelaskan bahwa penduduk
lansia di Indonesia dibagi menjadi dua golongan, yaitu penduduk lansia potensial dan
penduduk lansia tidak potensial.
BKKBN yang merupakan instansi pemerintah yang berwenang menyelenggerakan Program
Kependudukan dan Keluarga Berencana memiliki Program Pembangunan Ketahanan dan
Kesejahteraan Keluarga (PK3). Khusus untuk keluarga lansia, BKKBN melalui Direktorat Bina
Ketahanan Keluarga Lansia dan Rentan membina dan memberdayakan kelompok-kelompok
kegiatan Bina Keluarga Lansia (BKL) yang ada di seluruh kelurahan dan desa yang ada di
Indonesia.
Kelompok kegiatan BKL merupakan wadah kegiatan bagi keluarga lansia dan keluarga yang
memiliki lansia yang berusaha meningkatkan kegiatan dan keterampilan keluarga dalam
memberikan pelayanan, perawatan, dan pengakuan yang layak sebagai orang tua bagi lansia
tidak potensial dan meningkatkan kesejahteraan keluarga lansia melalui kegiatan
pemberdayaan, pembinaan, serta pengembangan potensi bagi lansia.
Tujuan utama adanya kelompok BKL adalah pengetahuan, sikap, dan perilaku (PSP) keluarga
lansia dan keluarga yang memiliki lansia dalam meningkatkan ketahanan dan kesejahteraan
keluarga. Dengan demikian, kelompok BKL menjadi sangat penting dan strategis
keberadannya. Agar pengelolaan dan penyelenggaraan Program Pembinaan Ketahanan
Keluarga Lansia semakin optimal, maka diperlukan Pedoman Pembinaan Ketahanan
Keluarga Lansia.
i

Buku Media Pembelajaran Pembinaan Ketahanan Keluarga Lansia merupakan Buku untuk
penyelenggaraan Program Pembinaan Ketahanan Keluarga Lansia. Dengan adanya buku ini,
yang terdiri dari 10 (sepuluh) seri yaitu 1. Program Kependudukan dan KB Nasional ; 2.
Pembinaan Kesehatan Fisik Bagi Lansia; 3. Pembinaan Kesehatan Reproduksi Bagi Lansia; 4.
Pembinaan Mental Emosional Bagi Lansia; 5. Pembinaan Mental Spiritual Bagi Lansia; 6.
Pembinaan Sosial Kemasyarakatan Bagi Lansia; 7. Pengembangan Ekonomi Produktif Bagi
Lansia; 8. Teknik Fasilitasi; 9. Teknik Dinamika Kelompok; dan 10. Teknik Advokasi dan KIE.
Diharapkan penyelenggaraan Program Pembinaan Ketahanan Keluarga Lansia di setiap
tingkatan wilayah dapat bergairah dan berjalan dengan baik.
Semoga Buku Media Pembelajaran Pembinaan Ketahanan Keluarga Lansia yang terdiri dari
10 (sepuluh) seri ini dapat menjadi acuan dan pegangan bagi para pengelola dan pembina
pelaksana program Pembinaan Ketahanan Keluarga Lansia. Dengan demikian, akan
terwujud penduduk Lansia yang sehat, sejahtera, mandiri, dan bertakwa kepada Tuhan Yang
Maha Esa.

Jakarta, Mei 2012


Deputi Bidang Keluarga Sejahtera
dan Pemberdayaan Keluarga,

Dr. Sudibyo Alimoeso, M.A.

ii

KATA PENGANTAR
Puji Syukur kita Panjatkan Kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, karena atas rahmat dan karuniaNya, Seri Media Pembelajaran Pembinaan Ketahanan Keluarga Lansia dapat diselesesaikan.
Ketahanan Keluarga Lansia yang dilembagakan melalui wadah kelompok kegiatan (poktan)
yang bernama Bina Keluarga Lansia (BKL). Kelompok BKL diharapkan dapat meningkatkan
Pengetahuan, Sikap, dan Perilaku (PSP) keluarga lansia dan lansia itu sendiri. Pembinaan
Ketahanan Keluarga Lansia adalah bagian integral dari Program Pembangunan Ketahanan
dan Kesejahteraan Keluarga (PK3).
Sekaitan dengan hal tersebut diatas, diperlukan adanya kumpulan Media Pembelajaran
Pembinaan Ketahanan Keluarga Lansia yang dapat dimanfaatkan oleh kelompok BKL dan
mengakselerasi tujuan pembinaan ketahanan keluarga lansia, yaitu peningkatan PSP
keluarga lansia dan lansia itu sendiri yang pada akhirnya dapat mendukung peningkatan
ketahanan dan kesejahteraan keluarga.
Media Pembelajaran Pembinaan Ketahanan Keluarga Lansia dapat digunakan juga dalam
kegiatan peningkatan kapasitas tenaga pelatih dan pengelola BKL. Selain itu kami harapkan
seri media pembelajaran ini dapat dimanfaatkan oleh berbagai pihak yang membutuhkan.
Media Pembelajaran Pembinaan Ketahanan Keluarga Lansia terdiri dari 10 (sepuluh) seri,
dan pada seri keeempat akan dibahas mengenai Pembinaan Mental Emosional Bagi Lansia.
Apabila Media Pembelajaran Pembinaan Ketahanan Keluarga Lansia yang kami susun
memiliki banyak kekurangan kami mohon maaf, dan kami sangat terbuka terhadap saran
dan kritik untuk perbaikan di masa yang akan datang.
Akhirnya kepada semua pihak yang senantiasa membantu kami menyelesaikan Media
Pembelajaran Pembinaan Ketahanan Keluarga Lansia, kami sampaikan terimakasih dan
penghargaan yang setinggi-tingginya

Jakarta, Mei 2011


Direktorat Bina Ketahanan Keluarga
Lansia dan Rentan
Direktur,

Drs. Furqan Ia Faried,MA

iii

DAFTAR ISI
KATA SAMBUTAN ...................................................................................................................................

KATA PENGANTAR .................................................................................................................................

iii

DAFTAR ISI ................................................................................................................................................

iv

BAB I PENDAHULUAN ...........................................................................................................................

A. Latar Belakang..............................................................................................................................

B. Sasaran ...................................................................................................................

C. Tujuan......................................................................................................................

D. Batasan Pengertian ...............................................................................................

BAB II BERBAGAI PERUBAHAN PADA LANSIA ...........................................................

A. Perubahan Psikologis Pada Lansia.........................................................................

B. Perubahan Pada Aspek Emosi/Perasaan Lansia ..................................................

C. Perubahan Sikap dan Perilaku ..............................................................................

BAB III MASALAH PSIKOLOGIS PADA LANSIA.............................................................

A. Penyebab Timbulnya Permasalahan Psikologis Pada Lansia...............................

B. Masalah Yang Berkaitan Dengan Permasalahan Lansia .....................................

C. Masalah Psikologis Yang Dialami Lansia...............................................................

BAB IV PEMBINAAN PSIKOLOGIS PADA LANSIA .......................................................

11

A. Upaya Mempersiapkan Kehidupan ......................................................................

11

B. Upaya Yang Dilakukan Keluarga Dalam Pembinaan Lansia ................................

11

C. Upaya Yang Dilakukan Lansia Dalam Menjalani Masa Tua ................................

12

BAB V PENUTUP ...........................................................................................................

13

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................

14

LAMPIRAN .....................................................................................................................

15

iv

BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Kondisi psikologis adalah merupakan keadaan diri seseorang yang tampak melalui
perilaku yang dapat diamati. Tatkala memasuki usia lanjut, berbagai perubahan akan
dialami oleh Lansia termasuk perubahan yang berkaitan dengan kondisi psikologis.
Secara umum Lansia mengalami perubahan atau kemunduran fungsi psikologis, baik
dari segi kemampuan berpikir, perasaan maupun sikap dan perilakunya.. Kondisi
psikologis ini tentu saja dapat mempengaruhi kehidupan seseorang, khususnya
menyangkut kepribadian/personality. Kepribadian ini bisa direfleksikan melalui perilaku,
sikap, perasaan dan nilai-nilai yang dianut. Untuk dapat membantu memberdayakan
Lansia, kita perlu menemukenali dan mengetahui berbagai tipe Lansia yaitu :
1.
2.
3.
4.

Lansia yang produktif yaitu Lansia yang fungsi psikologisnya stabil dan fisiknya
kuat;
Lansia yang mengalami kemunduran psikologis, tetapi fisiknya masih kuat;
Lansia yang mengalami kemunduran fisik, tapi psikologisnya tetap stabil;
Lansia yang renta yaitu Lansia yang fisik maupun psikologisnya mengalami
kemunduran.

Di samping itu, menurut Nugroho W ( 2000) adalah :


1. tipe arif bijaksana: yaitu tipe kaya pengalaman, menyesuaikan diri dengan
perubahan zaman, ramah, rendah hati, menjadi panutan.
2. tipe mandiri: yaitu tipe bersifat selektif terhadap pekerjaan, mempunyai kegiatan.
3. tipe tidak puas: yaitu tipe konflik lahir batin, menentang proses penuaan yang
menyebabkan hilangnya kecantikan, daya tarik jasmani, kehilangan kekuasaan,
jabatan, teman.
4. tipe pasrah: yaitu lansia yang menerima dan menunggu nasib baik.
5. tipe bingung: yaitu lansia yang kehilangan kepribadian, mengasingkan diri, minder,
pasif, dan kaget.
Pemahaman mengenai tipe Lansia tersebut dapat menjadi titik tolak dalam upaya
pemberdayaan Lansia, baik dalam bentuk pembinaan kepada Lansia yang dilaksanakan
oleh kader BKL dan pembina BKL maupun upaya yang dapat dilakukan oleh Lansia
sendiri. Untuk memenuhi maksud tersebut, pembina dan kader kelompok BKL perlu
mendapatkan pembekalan yang antara lain dapat diberikan melalui pelatihan.
Sehubungan dengan itu disusun bahan ajar mengenai Pembinaan Mental Emosional
(Psikologis) Bagi Lansia.

B. SASARAN
Sasaran dari pemakai buku ini adalah :
1. Petugas yang akan melakukan pembinaan terhadap kader Bina Keluarga Lansia.
2. Kader BKL yang akan menyampaikan penyuluhan kepada sasaran keluarga yang
memiliki Lansia dan Lansianya sendiri.
3. Masyarakat luas lainnya yang membutuhkan informasi mengenai Program
Kependudukan dan Keluarga Berencana, Pembinaan Ketahanan Keluarga Lansia, dan
Pembinaan Emosional Bagi Lansia.
C. TUJUAN
1.

Umum
Memberikan pengetahuan dan pemahaman mengenai pembinaan mental emosional
(psikologis) bagi Lansia.

2. Khusus
Memberikan pengetahuan dan pemahaman mengenai :
a. Menjelaskan berbagai perubahan pada lansia;
b. Masalah psikologis pada lansia;
c. Pembinaan psikologis pada lansia.
D. BATASAN DAN PENGERTIAN
1. LANSIA (LANJUT USIA)
Adalah orang yang telah berusia 60 tahun keatas.
2. KELUARGA LANSIA
Adalah keluarga yang memiliki salah satu anggota keluarganya telah berusia 60
tahun keatas atau keluarga yang terdiri dari suami istri, yang berusia diatas 60 tahun
keatas
3. BINA KELUARGA LANSIA (BKL)
Adalah kelompok kegiatan (Poktan) keluarga yang mempunyai Lansia yang bertujuan
meningkatkan pengetahuan dan keterampilan keluarga yang memiliki lansia dan
lansia itu sendiri untuk meningkatkan kualitas hidup lansia dalam rangka
meningkatkan kesertaan, pembinaan, dan kemandirian ber- KB bagi PUS anggota
kelompok kegiatan.

4. PEMBINAAN KETAHANAN KELUARGA LANSIA


Adalah program peningkatan ketahanan dan kesejahteraan keluarga bagi keluarga
lansia.
5. SISTEM SENSORI
Adalah bagian dari sistem saraf yang terdiri dari reseptor sensori yang menerima
rangsangan dari lingkungan internal maupun eksternal, jalur neural yang
menyalurkan informasi dari reseptor ke otak, dan bagian otak yang terutama
bertugas mengolah informasi tersebut.
6. PATOLOGIS
Adalah ilmu tentang penyakit atau pemgertian lain adalah dalam keadaan sakit.
7.

AFEKTIF/AFFECTIVE DOMAIN (RANAH AFEKTIF


Adalah perilaku-perilaku yang menekankan pada aspek perasaan dan emosi,
seperti minat, sikap, apresiasi, dan cara penyesuaian diri.

8.

DIMENSIA
Merupakan suatu penyakit degeneratif pada orang lanjut usia yang disebabkan oleh
kerusakan sel-sel otak sehingga sistem syaraf tidak dapat lagi membawa informasi
dari dan ke otak serta mengakibatkan kemunduran daya ingat/pelupa dan
keterampilan secara progresif. disertai gangguan emosi dan perubahan perilaku.

9.

TINGKAH LAKU REGRESI (Siegmund Freud)


Adalah salah satu bentuk dari mekanisme defensif untuk seolah kembali ketika masih
anak-anak atau tingkah laku yang kurang matang yang merupakan ciri dari tingkah
laku anak kecil.

10. AMBIVALENSI
Adalah perasaan tidak sadar yang saling bertentangan terhadap situasi yang
sama/terhadap seseorang pada waktu yang sama atau dapat disebut juga sebagai
perasaan mendua.
11. AKTUALISASI/AKTUALISASI DIRI
Adalah proses menjadi diri sendiri dan mengembangkan sifat-sifat serta potensipotensi psikologis yang unik, akan berubah sejalan dengan perkembangan hidup
seseorang.

BAB II
BERBAGAI PERUBAHAN PADA LANSIA
Tidak dapat dipungkiri bahwa tatkala seseorang memasuki usia lanjut (Lansia) pasti
mengalami berbagai perubahan dalam kehidupannya yang terlihat, baik perubahan fisik
maupun dalam sistem sensori yang mulai menjadi lambat dan menjadi kurang sensitif dalam
rangsangan terhadap lingkungannya. Beberapa perubahan yang dialami Lansia adalah
sebagai berikut.
A. PERUBAHAN PSIKOLOGIS PADA LANSIA
Melambatnya rangsangan sensoris/sensory information berpengaruh terhadap
kemampuan untuk menangani lingkungan secara keseluruhan antara lain untuk akses
terhadap pengetahuan tentang kehidupan dunia. Kondisi ini akan menimbulkan
keterbatasan dalam melakukan komunikasi yang efektif dengan lingkungan dan orangorang sekelilingnya. Kondisi seperti ini mengakibatkankan Lansia mengalami perubahan
dalam beberapa hal sebagaimana uraian di bawah ini.
1.

Perubahan pada aspek kemampuan berpikir


Perubahan pada aspek kemampuan berpikir berkaitan dengan kemampuan belajar,
pemahaman, kinerja, pemecahan masalah, daya ingat/memori, motivasi dan
pengambilan keputusan dengan uraian sebagai berikut.
a. Kemampuan belajar
Lanjut usia yang tidak mengalami masalah fisik atau mental, masih memiliki
kemampuan belajar yang baik. Hal ini sesuai dengan prinsip belajar seumur hidup
bahwa manusia itu memiliki kemampuan untuk belajar sejak dilahirkan sempai
akhir hayat. Namun, apabila lanjut usia mengalami gangguan fisik atau mental
maka akan terjadi penurunan kemampuan belajar disebabkan karena gangguan
tersebut. Akibatnya Lansia merasa tertinggal dengan perkembangan yang terjadi
di sekitarnya. Sebenarnya sulit untuk menemukan seberapa banyak
berkurangnya kemampuan belajar sebagai pengaruh dari usia tua/lanjut usia.
Meskipun kelompok lanjut usia lebih parah dibandingkan dengan kelompok
muda namun hasil dari penelitian yang telah dilakukan menunjukkan perbedaan
yang kecil dan tergantung kepada teknik penelitian yang dilakukan.
b. Kemampuan pemahaman
Pada lanjut usia, kemampuan pemahaman atau menangkap pengertian
dipengaruhi oleh fungsi pendengarannya. Penurunan fungsi indera pendengaran
mempengaruhi daya tangkap serta kemampuan pemahaman terhadap sesuatu.
Lansia sering kali tidak dapat memahami sesuatu dengan baik. Untuk mengatasi
permasalahan tersebut sebaiknya dilakukan kontak mata; saling memandang jika
berbicara dengan Lansia. Dengan kontak mata, mereka akan dapat membaca
bibir lawan bicaranya, sehingga penurunan pendengarannya dapat diatasi dan
dapat lebih mudah memahami maksud orang lain. Peran keluarga dan pasangan
4

hidup berpengaruh besar terhadap kondisi lanjut usia untuk menumbuhkan


motivasi agar tetap dapat menjalankan kehidupan yang lebih bahagia
2.

Kinerja
Pada individu dengan lanjut usia yang sangat tua memang akan terlihat penurunan
kinerja baik secara kuantitatif maupun kualitatif. Penurunan itu bersifat wajar
sesuai dengan perubahan organ-organ biologis ataupun perubahan yang sifatnya
patologis. Agar para Lansia dapat mempertahankan kinerjanya perlu diberikan
latihan-latihan keterampilan.

3.

Pemecahan masalah
Masalah-masalah yang dihadapi lanjut usia tentu semakin banyak. Banyak hal yang
dahulunya dengan mudah dapat dipecahkan menjadi terhambat karena terjadi
penurunan pada fungsi panca indra. Hambatan yang lain dapat berasal dari
penurunan daya ingat, pemahaman dan lain-lain, yang berakibat penanganan
dalam pemecahan masalah menjadi lebih lama.

4.

Daya ingat/memori
Daya ingat adalah kemampuan untuk menerima, mencamkan, menyimpan dan
menghadirkan kembali rangsangan/peristiwa yang pernah dialami seseorang. Daya
ingat merupakan salah satu fungsi kemampuan berpikir yang banyak berperan
dalam proses belajar, memecahkan masalah, maupun kecerdasan (intelegensia),
bahkan hampir semua tingkah laku manusia itu dipengaruhi olah daya ingat. Pada
lanjut usia, daya ingat merupakan salah satu fungsi yang seringkali paling awal
mengalami penurunan. Gangguan yang terjadi pada seseorang dengan lanjut usia
dan menderita dimensia, adalah mereka tidak dapat mengingat peristiwa atau
kejadian yang baru dialami, akan tetapi hal-hal yang telah lama terjadi masih
diingat.

5.

Motivasi
Motivasi adalah sesuatu yang mendorong seseorang untuk bertingkah laku demi
mencapai sesuatu yang diinginkan atau yang dituntut oleh lingkungannya. Motivasi
dapat bersumber dari fungsi berpikir dan fungsi kasih sayang. Pada lanjut usia,
motivasi untuk mencapai/memperoleh sesuatu cukup besar, namun motivasi
tersebut seringkali kurang didukung oleh kekuatan fisik maupun psikologis,
sehingga hal-hal yang diinginkan banyak berhenti di tengah jalan. Dalam kondisi
seperti ini dukungan keluarga dan pasangan hidup sangat berarti untuk dapat tetap
memelihara dan menumbuhkan rasa percaya diri yang besar. Lingkungan yang
seperti ini sangat dibutuhkan untuk kehidupan lanjut usia.

6.

Pengambilan keputusan
Pengambilan keputusan termasuk dalam proses pemecahan masalah. Pengambilan
keputusan pada umumnya berdasarkan pada data yang terkumpul, kemudian
dianalisis, dipertimbangkan dan dipilih alternatif yang dinilai positif
(menguntungkan), selanjutnya diambil suatu keputusan. Pengambilan keputusan
pada lanjut usia sering lambat atau seolah-olah terjadi penundaan. Oleh sebab itu,
mereka membutuhkan pendamping yang dengan sabar sering mengingatkan
mereka. Keputusan yang diambil tanpa adanya bimbingan akan menimbulkan
kekecewaan dan mungkin depresi serta dapat memperburuk kondisi Lansia.

B. PERUBAHAN PADA ASPEK EMOSI/PERASAAN LANSIA


Aspek emosi/perasaan adalah fenomena yang dihayati secara subyektif sebagai sesuatu
yang menimbulkan kesenangan atau kesedihan yang pada dasarnya dibedakan atas :
1. biologis, meliputi perasaan indera (panas, dingin, pahit, asin dan sebagainya),
perasaan vital (lapar, haus, kenyang dan lain-lain) dan perasaan naluriah (antara lain
kasih sayang, cinta, takut);
2. psikologis, meliputi : perasaan diri, perasaan sosial, perasaan etis, estetis, perasaan
intelek serta perasaan religius.
Pada usia lanjut umumnya perasaan tetap berfungsi dengan baik dan jika ada yang
mengalami penurunan seringkali merupakan aspek biologis, sebagai akibat dari
penurunan fungsi organ tubuh. Sedangkan psikologis relatif tetap berperan dengan baik,
bahkan makin mantap, kecuali bagi mereka yang mempunyai masalah fisik ataupun
mental. Usia lanjut kadang-kadang menunjukkan emosi yang kurang stabil, hal ini dapat
ditangkap sebagai tanda bahwa terdapat masalah atau ada hal-hal yang tidak mudah
diamati, karena itu perlu dikonsultasikan kepada para ahli.
Penurunan fungsi afektif tampak jelas pada usia lanjut yang sangat tua (diatas 90 tahun).
Penurunan tersebut sering diikuti oleh tingkah laku regresi, misalnya mengumpulkan
segala macam barang untuk dibawa ke tempat tidur.
C. PERUBAHAN SIKAP DAN PERILAKU
Berikut ini beberapa perubahan yang dialami Lansia serta berkaitan dengan sikap dan
perilaku.
1. Kemunduran psikomotorik yaitu gerakan kaku dan lamban. Hal ini disebabkan
karena kemunduran psikomotorik, sehingga tubuh tidak lentur dan tidak
terkoordinasi dengan baik.

2. Perubahan dalam menjalin hubungan sosial, cenderung mencari orang-orang


seusianya, dan mengurangi partisipasi dalam hubungan sosial.
3. Memimpikan dan berorientasi pada masa lampaunya dengan kenangan-kenangan
yang menyenangkan; kejayaan, keunggulan dan keberhasilan.
4. Kemunduran fisik
Kemunduran fisik bagaimanapun akan berpengaruh terhadap kemampuan dan
perilaku seseorang. Seseorang yang pada masa mudanya dianggap cantik/tampan
akan merasa kehilangan daya tariknya jika memasuki masa tua. Perempuan biasanya
lebih merasa cemas dan tertekan dibandingkan dengan laki-laki karena keadaan
tersebut. Kecemasaan yang timbul bagi mereka yang merasa dirinya menjadi kurang
menarik. Bagi laki-laki hal tersebut terjadi tanpa disertai dengan perubahan
psikologis yang luar biasa, berbeda halnya dengan perempuan yang terkadang dapat
juga mempengaruhi psikologisnya..

BAB III
MASALAH PSIKOLOGIS PADA LANSIA
A. PENYEBAB TIMBULNYA PERMASALAHAN PSIKOLOGIS PADA LANSIA
1. Kondisi fisik
Menurunnya kondisi fisik Lansia merupakan faktor alami yang tidak dapat dicegah
tetapi dapat diperlambat atau dipercepat tergantung kepada Lansia yang
bersangkutan, pola makan, lingkungan dan keturunan. Perubahan yang dapat
dilihat antaranya adalah :
a.
b.
c.
d.

perubahan pada bagian wajah, tangan dan kulit;


perubahan bagian dalam tubuh;
perubahan panca indra;
perubahan motorik (kekuatan, kecepatan).

Perubahan tersebut berpengaruh terhadap kondisi psikologis Lansia sebab


berpengaruh terhadap aktivitas ekonomi dan sosial mereka. Untuk menghadapai
hal itu, semua orang perlu mempersiapkan diri untuk menghadapi masa Lansia.
2.

Keluarga
Keluarga yang kurang memberikan perhatian, kurangnya komunikasi dan kurang
memahami kebutuhan Lansia akan mempercepat kemunduran kondisi psikologis
Lansia. Keluarga, sebagai bagian dari suatu komunitas masyarakat, merupakan
lingkaran spesial terdekat dan merupakan sumber utama dari dukungan sosial yang
dimiliki Lansia. Walaupun demikian, bagi anak yang harus menjaga dan mengurus
orang tua yang sudah Lansia tidaklah mudah, dan seringkali menimbulkan
kecemasan dan tekanan. Ada dua sumber tekanan bagi keluarga yang harus
mengurus Lansia :
a. pertama, kesulitan dalam menghadapi kenyataan mengenai menurunnya
kemampuan orang tua terutama bila berkaitan dengan penurunan
kemampuan daya berpikir. Apabila keluarga tidak memahami penyebabpenyebab menurunnya kemampuan ini akan menimbulkan kecemasan,
ambivalensi, serta sikap antagonis terhadap orang tua yang sudah Lansia;
b. kedua, bila situasi membuat Lansia merasa terkungkung, atau sampai
menganggu peran serta tanggungjawab anak (misalnya sebagai istri/ suami,
orang tua, karyawan), maka akan menimbulkan perasaan marah dan rasa
bersalah, di samping kecemasan dan depresi, baik bagi Lansia itu sendiri
maupun anak atau keluarga yang mengurusnya.

B. MASALAH YANG BERKAITAN DENGAN PERMASALAHAN LANSIA


1. Keluarga
Keluarga dapat menimbulkan frustrasi bagi Lansia jika
terjadi hambatan
komunikasi antara Lansia dengan anak, menantu dan cucunya.
2.

Pasangan hidup
Sebagian Lansia yang tidak mempunyai pasangan, cenderung mengisolasi diri
karena merasa sudah tidak memiliki teman/sahabat lagi.

3.

Lingkungan sosial
Ada kalanya perempuan/laki-laki Lansia mengisolasi diri karena merasa tidak
mempunya sahabat/teman, padahal Lansia masih mempunyai keinginan untuk
diakui dan dibutuhkan oleh orang lain.

4.

Pensiun/purna tugas
Perpindahan status dari pekerja menjadi tidak bekerja lagi berpengaruh dan
menjadi sangat bermakna terhadap Lansia.

5.

Kematian
Lansia yang tidak siap menghadapi kematian akan menimbulkan rasa takut mati.

C. MASALAH PSIKOLOGIS YANG DIALAMI LANSIA


1. Kecemasan dan ketakutan
Kecemasan dan ketakutan yang muncul antara lain :
a. Cemas akan perubahan fisik dan fungsi anggota tubuh;
b. Cemas akan kekuatan social;
c. Cemas akan tersingkir dari kehidupan sosial;
d. Takut penyakit;
e. Takut mati;
f. Takut kekurangan uang.
Keadaan ini dapat disertai dengan rasa sedih, bimbang dan terancam sampai ke
dalam batinnya. Bila yang ditakutkan menjadi kenyataan, maka Lansia akan menjadi
penakut, penuh duka dan curiga. Namun apabila Lansia berhasil menguasai rasa
takut, Lansia akan mengupayakan untuk menghadapi sendiri apa adanya dengan
segala kelemahan dan keunggulannya.

2. Mudah tersinggung
Suasana hati Lansia cenderung peka, mudah tersinggung dan cepat berubah.
Perasaan penuh dengan ketegangan, gelisah dan sikap banyak menuntut, bahkan
kadang kala terjadi ledakan emosi yang penuh kecurigaan.
3. Rasa kesepian
Bagi Lansia yang sudah janda atau duda kesadaran akan kesendirian sering menjadi
pengalaman yang menakutkan. Teman dekat satu persatu meninggal, selain itu anakanak meninggalkan rumah untuk membentuk keluarga sendiri, yang dikenal juga
dengan sebutan/istilah sarang kosong. Rasa sepi ini dapat menimbulkan kesangsian
akan makna/nilai dirinya dan guna bagi masyarakat.
4. Hilangnya kepercayaan diri
Lansia sering merasa tidak yakin akan dirinya dan menjalani hidup dengan perasaan
iri dan benci. Kadang kala ia gembira bila melihat kegagalan generasi muda.
5. Bermimpi masa lampau
Sebagian Lansia suka bermimpi/mempunyai khayalan kosong mengenai masa
lampau. Lansia berusaha melarikan diri dari masa kini yang tidak menyenangkannya
dan masa mendatang yang kurang memberikan harapan, seperti masa lampau
dengan kenangan-kenangan yang menyenangkan.
6. Egois
Lansia merasa bahwa kekuatannya makin surut. Sebagai kompensasi, munculnya
pelampiasan dalam bentuk kesombongan, keras kepala, mementingkan diri sendiri
dan merasa dirinya paling benar.

10

BAB IV
PEMBINAAN PSIKOLOGIS PADA LANSIA
Upaya pembinaan dari aspek psikologis ini sangat dimungkinkan untuk dilakukan, baik oleh
keluarga Lansia maupun pribadi Lansia. Pembinaan yang dilakukan antara lain dengan
mempersiapkan Lansia agar mempunyai kehidupan yang lebih nyaman di masa tua,
pembinaan Lansia oleh keluarga, dan upaya yang harus dilakukan sendiri oleh Lansia
sebagaimana uraian berikut ini.
A. UPAYA MEMPERSIAPKAN KEHIDUPAN
Agar para Lansia merasa nyaman dalam kehidupan sehari-hari, beberapa hal yang perlu
diperhatikan oleh Lansia untuk dapat menemukan makna hidupnya adalah:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.

Menentukan tempat tinggal yang memuaskan untuk masa tua;


Menyesuaikan diri dengan uang pensiun yang diperolehnya/uang yang dimilikinya;
Memantapkan kegiatan rutin rumah tangga secara memuaskan;
Memelihara hubungan yang harmonis dengan suami/istri;
Mengahadapi kehidupan diri sendiri atau persiapan diri untuk hidup tanpa
pasangan;
Memelihara hubungan dengan anak dan cucu;
Memelihara hubungan dengan lingkungan sekitar;
Menjalankan dan mendalami ajaran agama sesuai dengan ajaran agama yang
dianutnya.

B. UPAYA YANG DILAKUKAN KELUARGA DALAM PEMBINAAN LANSIA


Keluarga yang tinggal dengan anggota keluarga Lansia dapat memberdayakan Lansia
tersebut dengan meakukan hal-hal berikut.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

Keluarga membantu menemukan makna hidup pada usia lanjut.


Keluarga menyediakan waktu untuk mengajak berbicara dari hati ke hati serta
membantu agar Lansia dapat menyampaikan keluhannya.
Keluarga berupaya untuk memahami apa yang dirasakan Lansia, mencari
penyebab masalah dan berbagi pengalaman dengan keluarga Lansia lain.
Keluarga berusaha memenuhi kebutuhan Lansia dengan memberikan perhatian,
kasih sayang yang tulus dan rasa aman.
Keluarga merujuk kepada tenaga ahli, apabila menghadapi Lansia yang mengalami
gangguan mental yang cukup mengganggu.
Keluarga menjadi pembina dan pembimbing dalam membantu mengembangkan
aktualisasi diri Lansia
Keluarga membantu untuk dapat menciptakan suasana yang menyenangkan bagi
kehidupan Lansia.
11

C. UPAYA YANG DILAKUKAN LANSIA DALAM MENJALANI MASA TUA


1.

Menerima usia lanjut dengan lapang dada


Menerima perubahan dirinya dengan hati pasrah. Kenyataan bahwa dirinya
menjadi tua diterima secara positif dengan senang hati untuk memasuki tingkatan
hidup yang baru.

2.

Berlatih melepaskan diri dan bijaksana


Cara ini dilakukan dengan berlatih untuk memiliki sikap lepas bebas dari
kehidupan duniawi dalam arti mengambil jarak dari segala milikNya, untuk
kemudian dapat memperoleh perspektif baru yaitu : hidup dengan arif, bijaksana,
penuh cinta kasih dan pengertian kepada generasi muda. Hal ini bisa tercapai bila
Lansia memiliki kematangan jiwa dan kaya dengan pengalaman hidup.

3.

Berupaya menghadapi kesepian


Upaya yang dilakukan dalam menghadapi kesepian adalah:
a. berusaha membuat dirinya bermanfaat bagi orang lain;
b. mengunjungi teman Lansia yang hidup sendiri;
c. memperhatikan dan menghibur orang yang mengalami kesusahan;
d. bagi Lansia yang sudah tidak dapat pergi kemana-mana, upaya ini dapat
dilakukan melalui surat-menyurat dengan tulisan pendek atau melalui telepon,
sehingga akan menyebabkan dirinya ikut terhibur;
e. membuka diri untuk bergaul;
f. melaksanakan ibadah nenurut agama yang dianutnya dengan tekun;
g. menciptakan kegiatan/kesibukan yang bermanfaat bagi dirinya, keluarga dan
masyarakat sesuai dengan kemampuan yang dimiliki;
h. menemukan kembali minat dan bakat serta berprestasi/
i. Saat kekuatan jasmani mulai menyusut, ada potensi dan kekuatan dalam diri
yang baru berkembang. Seseorang akhirnya menemukan dan mengembangkan
bakat dan minatnya sehingga dapat berprestasi di berbagai bidang, misalnya
seni, musik, sastra, agama, perkebunan, pertanian dan lain sebagainya.

12

BAB V
PENUTUP
Pembinaan mental emosional (psikologis) bagi Lansia merupakan salah satu kegiatan yang
mutlak dilakukan, baik oleh keluarga yang memiliki anggota keluarga Lansia maupun oleh
Lansia sendiri. Betapa pun bagusnya pemeliharaan fisik Lansia namun tanpa memperhatikan
dan atau dibarengi dengan pembinaan psikologis terhadap Lansia, maka mustahil
pemberdayaan dan terwujudnya Lansia yang potensial dapat tercapai. Permasalahanpermasalahan psikologis pada usia lanjut yang tidak ditangani secara sungguh-sungguh,
apalagi diabaikan dapat memperburuk kondisi fisik dan kehidupan Lansia secara
keseluruhan. Oleh karena itu, bahan ajar mengenai hal tersebut diharapkan dapat dijadikan
sebagai acuan oleh para kader dalam mengisi kegiatan-kegiatan pertemuan penyuluhan
pada kelompok Bina Keluarga Lansia (BKL).

13

DAFTAR PUSTAKA
Id.wordpress.com
www.artikata.com
id.wikipedia.com
dr Suparyanto.blogspot.com
id.shooving.com

14

LAMPIRAN : 1
Pertemuan ke -7
Pembinaan Mental Emosional Bagi Lansia (Bagian I)

Langkah-langkah Pertemuan Penyuluhan untuk Kader BKL


A. Pembukaan (Wajib)
1. Pemeriksaan kesehatan;
2. Senam bersama/olah raga bersama;
3. Curahan hati (Curhat) membahas tentang masalah Lansia yang dihadapi pada
pertemuan yang lalu.
B. Materi Penyuluhan
1. Berbagai perubahan pada Lansia
2. Masalah psikologis pada Lansia
3. Pembinaan psikologis pada Lansia
C. Waktu Pertemuan
120 Menit atau sesuai dengan kesepakatan
GARIS BESAR POKOK PENYULUHAN
No.
I.

Materi Penyuluhan
Berbagai
Perubahan
Lansia

Pada

Kegiatan Lansia
A. Perubahan psikologis pada
Lansia
1. Perubahan pada aspek
kemampuan berpikir
a. Kemampuan
belajar
(Lansia belajar hal baru)

b. Kemampuan
pemahaman
(Lansia
berusaha mema-hami
sesuatu hal)

15

Peran Keluarga

a. Membantu Lansia dalam


mempelajari sesuatu terutama
Lansia yang mengalami
gangguan fisik atau mental.
b. Membantu Lansia memahami
sesuatu dengan kontak mata
saat berbicara dan berbicara
dengan jelas.

2. Kinerja

3. Pemecahan
(Lansia
masalah)

2. Membantu Lansia meningkatkan


kinerja
dengan
memberikan
pelatihan
keterampilan
masalah
memecahkan

3. Membantu Lansia memecahkan permasalahan yang


dihadapi)

4. Daya ingat/memori

4. Membantu
Lansia
untuk
mengingat kembali, jangan
menertawakan.

5. Motivasi

5. Memberikan
dorongan
kepada Lansia agar semangat,
jangan dilarang.

6. Pengambilan keputusan

6. Membimbing Lansia dalam


mengambil keputusan yang
tepat sehingga tidak timbul
kekecewaan.

B. Perubahan pada aspek emosi/


perasaan Lansia
1. Emosi biologis (Lansia
beradap-tasi terhadap
penurunan fungsi organorgan biologis

2.

Emosi psikologis (Lansia


menjaga kestabilan
emosinya dan
memberikan nasihat)

16

1. Membimbing dan bertoleransi


terhadap Lansia dalam
menghadapi perubahan emosi
biologis yang disebabkan
karena penurunan fungsi
organ tubuh
2. Mendukung Lansia dalam
menjaga kestabilan emosinya.
Menghormati, memberi peran
dan meminta nasihat kepada
Lansia.

C. Perubahan sikap dan perilaku


1. Kemunduran
psikomotorik (Lansia
beradaptasi terhadap
perubahan sikap dan
perilaku yang timbul
akibat kemunduran
psikomotorik)
2. Hubungan sosial (Lansia
ber-kumpul dengan
teman sebaya)

1. Mengantisipasi perubahan
sikap dan perilaku Lansia serta
membantu Lansia dalam
menghadapi tersebut serta
membantu keperluan seharihari dengan sabar dan ikhlas.
2. Memberi kesempatan,
membawa Lansia berkumpul
dengan teman sebaya.

3. Orientasi pada masa


lampau (Lansia
memimpikan kejayaan
pada masa lampau).

3. Menjadi pendengar yang baik


sewaktu Lansia menceritakan
keberhasilannya pada masa
lampau.

4. Kemunduran fisik(Lansia
ber-adaptasi terhadap
kemuduran fisik)

4. Menjaga perasaan Lansia agar


tidak tersinggung dengan
perubahan fisiknya.

17

LAMPIRAN : 2
Pertemuan ke - 8
Pembinaan Mental Emosional Bagi Lansia (Bagian II)

Langkah-langkah Pertemuan Penyuluhan untuk Kader BKL


A. Pembukaan (Wajib)
1. Pemeriksaan kesehatan;
2. Senam bersama/olah raga bersama;
3. Curahan hati (Curhat) membahas tentang masalah Lansia yang dihadapi pada
pertemuan yang lalu.
B. Materi Penyuluhan
a. Berbagai perubahan pada Lansia
b. Masalah psikologis pada Lansia
c. Pembinaan psikologis pada Lansia
C. Waktu Pertemuan
120 Menit atau sesuai dengan kesepakatan

GARIS BESAR POKOK PENYULUHAN


No.
II.

Materi Penyuluhan

Kegiatan Lansia

Peran Keluarga

Masalah
Psikologis A. Penyebab
timbulnya
pada Lansia
permasalahan psikologis pada
Lansia
1. Mengingatkan bahwa peru1. Kondisi
fisik
(Lansia
bahan fisik Lansia adalah proses
memahami dan menerima
alami dan akan dialami semua
penyebab
penurunan
orang yang harus dihadapi
kondisi fisik yang terjadi)
dengan sabar serta ikhlas.
2. Keluarga
memahami
kurangnya
keluarga)

(Lansia 2. Memberikan perhatian serta


penyebab
waktu yang cukup untuk Lansia.
dukungan
Menjalin komunikasi secara
terbuka
dan jujur untuk
menghindari konflik

18

III.

Pembinaan Psikologis
pada Lansia

B. Masalah yang
berkaitan
dengan permasalahan Lansia
(Lansia menghadapi permasalahan yang berkaitan dengan
keluarga, pasangan hidup,
lingkungan
sosial,
masa
pensiun/purna tugas serta
kematian)

Membantu
Lansia
dengan
menjembatani
permasalahan
dengan keluarga yang berkatan
dengan komunikasi, menemani
dan menga-jak bercakap-cakap
dan mengingatkan tentang proses
alamiah dalam menghadapi masa
pensiun dan kematian).

C. Masalah
psikologis
yang
dialami Lansia
1. Kecemasan dan ketakutan
2. Mudah tersinggung
3. Rasa kesepian
4. Hilangnya
kepercayaan
diri
5. Bermimpi masa lampau
6. Egois
A. Upaya
mempersiapkan
kehidupan

Membantu
menenteramkan
Lansia
dalam
menghadapi
kecemasan dan ketakutan di usia
lanjut, menjaga perasaannya serta
menghargai
apapun
yang
dilakukannya untuk meningkatkan
keperca yaan diri.

Membantu menciptakan kondisi


keluarga
dan
lingkungan
senyaman mungkin.
B. Upaya
yang
dilakukan 1. Menyediakan
waktu
untuk
keluarga dalam pembinaan
berkomunikasi
Lansia
2. Memahami perasaan Lansia
3. Memenuhi kebutuhan Lansia
4. Melakukan rujukan, jika perlu.

C. Upaya yang dilakukan Lansia 1. Menerima keadaan dengan


dalam menjalani masa tua
sabar dan ikhlas
2. Latihan melepaskan diri dari
beban permasalahan serta
berlatih untuk bijaksana.
3. Menghadapi kesepian dengan
lapang hati.
4. Menemukan bakat /minat dan
mengembangkannya
D. Penutup
1. Demikian Bapak-bapak dan ibu-ibu hasil pertemuan kita pada hari ini, jangan lupa
pertemuan berikutnya harus hadir lagi;
2. Jangan lupa materi yang diberikan hari ini,
didiskusikan bersama anggota keluarga;
3. Mari pertemuan kita akhiri dengan berdoa.
19

dipelajari kembali di rumah dan

S-ar putea să vă placă și