Sunteți pe pagina 1din 24

ASKEP COMBUSTIO

Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Kebutuhan Cairan dan Elektrolit
Dosen Pengampu : Ahmad asyrofi, S. Kep.,M. Kep., Ns., Sp. Kep. MB.

Disusun oleh kelompok 3 PSIK 3 A :


1.

Afidatunisak

(Sk.113.003)

2.

Afrizal Enggar P

3.

Ayu Nur Dini

4.

Bagus Listiawan

(Sk.113.014)

5.

Dewi Yulaekha

(Sk.113.021)

6.

Dian Agustin

7.

Eka Fitriani

8.

Eka Adhe Maulana (Sk.113.030)

9.

Ervina Wulandari (Sk.113.038)

10.

Evi Heriyanti

11.

Inayatul Wakhidah (Sk.113.047)

12.

Indra Guna Winata (Sk.113.049)

(Sk.113.004)
(Sk.113.013)

(Sk.113.022)
(Sk.113.031)

(Sk.113.039)

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KENDAL
Tahun Akademik 2013/2014

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah
melimpahkan kehadirat serta Rahmat-Nya. Sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah ini dengan judul Askep Combustio tepat waktu.
Adapun maksud dari penulisan makalah ini untuk melengkapi tugas yang
diberikan oleh dosen keperawatan. Makalah ini ditulis berdasarkan hasil referensi
buku atau studi pustaka.
Dalam penyusunan makalah ini kami telah berusaha untuk menyusun dengan
sebaik mungkin. Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih jauh
dari sempurna. Kami berharap semoga makalah ini bermanfaat untuk menambah
pengetahuan tentang Askep Combustio.

Kendal, Oktober 2014

Penyusun

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Luka bakar merupakan salah satu trauma yang sering terjadi dalam kehidupan seharihari bahkan sering kali merupakan kecelakaan massal (mass disaseter) luka bakar
tergolong kasus epidemik yang serius dalam tahun-tahun belakangan ini. Luka bakar
adalah kerusakan atau kehilangan jaringan yang disebabkan kontak dengan sumber panas
seperti api, air panas, bahan kimia, listrik dan radiasi (Moenajat,2001).
Saat ini kasus luka bakar masih merupakan problem yang berat. Perawatan dan
rehabilitasinya masih sukar dan memerlukan ketentuan serta biaya yang mahal, tenaga
terlatih dan terampil. Mengingat banyaknya masalah dan komplikasi yang dapat dialami
klien, maka klien luka bakar memerlukan penanganan yang serius secara tim yang terdiri
dari berbagai disiplin ilmu seperti dokter, perawat, fisioterapi, ahli gizi,bahkan psikiater
serta pekerja sosial.
Pada kasus luka bakar dapat mengalami berbagai macam komplikasi yang fatal
termasuk diantaranya kondisi shock, infeksi, ketidak seimbangan cairan elektrolit
(inbalance elektrolit) dan masalah distress pernapasan. Selain komplikasi yang berbentuk
fisik, luka bakar dapat juga menyebabkan distress emosional (trauma) dan psikologis
yang berat dikarenakan cacat akibat luka bakar dan bekas luka (Donna,1991).
Dalam keadaan sakit sering didapatkan gangguan metabolisme cairan dan elektrolit.
Pada kasus luka bakar sendiri akan terjadi gangguan metabolisme caian dan elekrolit
yang dapat terjadi karena adanya peningkatan permeabilitas pembuluh darah sehingga
air, natrium dan protein tubuh keluar dari dalam sel dan menyebabkan terjadinya edema
yang dapat berlanjut pada keadaan hipovolemia dan hemokonsentrasi. Selain itu juga
dapat disebabkan karena adanya peningkatan mineralokotoid yang dipengaruhi oleh
retensi air, natrium, klorida dan ekskresi kalium serta adanya perbedaan tekanan osmotic
intra dan ekstrasel (Donna,1991).

B. Tujuan
1. Tujuan umum
Tujuan umum dari pembuatan makalah ini adalah supaya mahasiswa mampu
memahami dan menjelaskan asuhan keperawatan pada klien yang mengalami luka
bakar (combustio).
2. Tujuan Khusus
Tujuan khusus pembuatan makalah ini adalah agar mahasiswa mampu :
a. Memahami dan menjelaskan definisi luka bakar (combustio).
b. Memahami dan menjelaskan etiologi luka bakar (combustio).
c. Memahami dan menjelaskan manifestasi klinis yang dapat ditemukan pada klien
dengan luka bakar (combustio).
d. Memahami dan menjelaskan patofisiologi luka bakar (combustio).
e. Memahami dan menjelaskan pathways dari luka bakar (combustio).
f. Memahami dan menjelaskan penatalaksanaan medis luka bakar (combustio).
g. Memahami dan menjelaskan asuhan keperawatan pasien dengan luka bakar
(combustio) pengkajian, diagnosa dan intervensi.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. DEFINISI
Luka bakar adalah kerusakan atau kehilangan jaringan yang disebabkan kontak
dengan sumber panas seperti api, air panas, bahan kimia, listrik dan radiasi. (smeltzer,
suzanna, 2002)
Luka bakar adalah suatu keadaan dimana integritas kulit atau mukosa terputus akibat
trauma api, air panas, uap metal, panas, zat kimia dan listrik atau radiasi. Luka bakar
adalah luka yang disebabkan kontak dengan suhu tinggi seperti api, air panas, bahkan
kimia dan radiasi, juga sebab kontak dengan suhu rendah (frosh bite).
Jenis-jenis luka bakar:
1. Luka bakar listrik
Disebabkan oleh kontak dengan sumber tenaga bervoltage tinggi akibat arus
listrik dapat terjadi karena arus listrik mengaliri tubuh karena adanya loncatan arus
listrik atau karena ledakan tegangan tinggi antara lain akibat petir. Arus listrik
menimbulkan gangguan karena rangsangsan terhadap saraf dan otot. Energi panas
yang timbul akibat tahanan jaringan yang dilalui arus menyebabkan luka bakar pada
jaringan tersebut. Energi panas dari loncatan arus listrik tegangan tinggi yang
mengenai tubuh akan menimbulkan luka bakar yang dalam karena suhu bunga api
listrik dapat mencapai 2500 oC, arus bolak balik menimbulkan rangsangan otot yang
hebat berupa kejang kejang.
Urutan tahanan jaringan dimulai dari yang paling rendah yaitu saraf, pembuluh
darah, otot, kulit, tendon dan tulang. Pada jaringan yang tahanannya tinggi akan lebih
banyak arus yang melewatinya, maka panas yang timbul akan lebih tinggi. Karena
epidermisnya lebih tebal, telapak tangan dan kaki mempunyai tahanan listrik lebih
tinggi sehingga luka bakar yang terjadi juga lebih berat bila daerah ini terkena arus
listrik.

2. Luka bakar kimia


Luka bakar kimia dapat disebabkan oleh zat asam, zat basa dan zat produksi
petroleum. Luka bakar alkali lebih berbahaya daripada oleh asam, karena penetrasinya
lebih dalam sehingga kerusakan yang ditimbulkan lebih berat. Sedang asam umumnya
berefek pada permukaan saja.
Zat kimia dapat bersifat oksidator seperti kaporit, kalium permanganate dan asam
kromat. Bahan korosif seperti fenol dan fosfor putih juga larutan basa seperti kalium
hidroksida dan natrium hidroksida menyebabkan denaturasi protein. Denaturasi akibat
penggaraman dapat disebabkan oleh asam formiat, asetat, tanat, flourat, dan klorida.
Asam sulfat merusak sel karena bersifat cepat menarik air. Beberapa bahan dapat
menyebabkan keracunan sistemik. Asam florida dan oksalat dapat menyebabkan
hipokalsemia. Asam tanat, kromat, pikrat dan fosfor dapat merusak hati dan ginjal
kalau diabsorpsi tubuh. Lisol dapat menyebabkan methemoglobinemia.
B. ETIOLOGI
Luka bakar disebabkan oleh perpindahan energi dari sumber panas ketubuh. Panas
tersebut mungkin dipindankan melalui konduksi atau radiasi elektromagnetik. Berbagai
faktor dapat menjadi penyebab luka bakar. Beratnya luka bakar juga dipengaruhi oleh
cara dan lamanya kontak dengan sumber panas (misal suhu benda yang membakar, jenis
pakaian yang terbakar, sumber panas : api, air panas dan minyak panas, listrik, zat kimia,
radiasi, kondisi ruangan saat terjadi kebakaran dan ruangan yang tertutup).
Faktor yang menjadi penyebab beratnya luka bakar antara lain :
1. Keluasan luka bakar.
2. Kedalaman luka bakar.
3. Umur pasien.
4. Agen penyebab.
5. Fraktur atau luka luka lain yang menyertai.
6. Penyakit yang dialami terdahulu seperti diabetes, jantung, ginjal, dll.

7. Obesitas.
8. Adanya trauma inhalasi.
C. MANIFESTASI KLINIK
Derajat luka bakar yaitu :
1. Derajat I : Tampak merah dan agak menonjol dari kulit normal disekitarnya, kulit
kering, sangat nyeri dan sering disertai sensasi menyengat. Jaringan yang rusak
hanya epidermis, lama sembuh 5 hari dan hasil kulit kembali normal.
2. Derajat II
a. Derajat IIa : Jaringan yang rusak sebagian epidermis, dimana folikel rambut dan
kelenjar keringat utuh disertai rasa nyeri dan warna lesi merah atau kuning, lepuh,
luka basah, lama sembuh 7 14 hari dan hasil kulit kembali normal atau pucat.
b. Derajat IIb : Jaringan yang rusak sampai epidermis, dimana hanya kelenjar
keringat saja yang utuh. Tanda klinis sama dengan derajat IIa, lama sembuh 14-21
hari. Hasil kulit pucat, mengkilap, kadang ada cikatrix atau hipertrofi.
3. Derajat III : Jaringan yang rusak seluruh epidermis dan dermis. Kulit tampak pucat,
abu-abu gelap atau hitam, tampak retak-retak atau kulit tampak terkelupas, avaskuler,
sering dengan bayangan trombosis vena, tidak disertai rasa nyeri. Lama sembuh >21
hari dan hasil kulitnya menjadi cikatrik dan hipertropi.
D. PATOFISIOLOGI
Akibat pertama luka bakar adalah syok karena kaget dan kesakitan. Pembuluh
kapiler yang terpajan suhu tinggi rusak dan permeabilitas tinggi. Sel darah yang ada
didalamnya ikut rusak sehingga dapat menjadi anemia. Mengingat permeabilitas
menyebabkan udem dan menimbulkan bula dengan serta elektrolit. Hal itu menyebabkan
berkurangnya volume cairan intravaskuler. Kerusakan kulit akibat luka bakar
menyebakan kehilangan cairan tambahan karena penguapan yang berlebihan, cairan
masuk kebula yang terbentuk pada luka bakar derajat III dan pengeluaran. Cairan dari
keropeng luka bakar derajat III.

Akibat luka bakar, fungsi kulit yang hilang berakibat terjadi perubahan fisiologi.
Diantaranya adalah hilang daya lindung terhadap infeksi, cairan tubuh terbuang, hilang
kemampuan mengendalikan suhu, kelenjar keringat dan uap, banyak kehilangan reseptor
sensori.
Luka bakar mengakibatkan peningkatan permeabilitas pembuluh darah sehingga air,
natrium, klorida dan protein akan keluar dari sel dan menyebabkan terjadinya edema
yang dapat berlanjut pada keadaan hipovolemia dan hemo konsentrasi. Donna (1991)
menyatakan bahwa kehilangan cairan tubuh pada pasien luka bakar dapat disebabkan
oleh beberapa faktor antara lain :
1. Peningkatan mineral kortikoid
a. Retensi air, natrium dan klorida
b. Ekskresi kalium
2. Peningkatan permeabilitas pembuluh darah : keluarnya elektrolit dan protein dari
pembuluh darah.
3. Perbedaan tekan osmotik intra dan ekstrasel.
Kehilangan volume cairan akan mempengaruhi nilai normal cairan dan elektolit tubuh
yang selanjutnya akan terlihat dari hasil laboratorium. Luka bakar akan
mengakibatkan tidak hanya kerusakan kulit tetapi juga mempengaruhi sistem tubuh
pasien. Seluruh sistem tubuh menunjukkan perubahan reaksi fisiologis sebagai respon
kompensasi terhadap luka bakar, yang luas (mayor) tubuh tidak mampu lagi untuk
mengkompensasi sehingga timbul berbagai macam komplikasi.
Burn shock (syok hipovolemik) : Burn shock atau shock luka bakar merupakan
komplikasi yang sering dialami pasien dengan luka bakar luas karena hipovolemik
yang tidak segera diatasi. Manifestasi sistemik tubuh terhadap kondisi ini (Burgess
1991) adalah berupa :
a. Respon kardiovaskuler : Perpindahan cairan dari intravaskuler ke ekstravaskuler
melalui kebocoran kapiler yang mengakibatkan kehilangan Na, air dan protein
plasma serta edema jaringan yang diikuti dengan penurunan curah jantung,

hemokonsentrasi sel darah merah, penurunan perfusi pada organ mayor dan edema
menyeluruh.
b. Respon renalis : Dengan menurunnya volume intravaskuler, maka aliran plasma ke
ginjal dan GFR (laju filtrasi glomelular) mengakibatkan haluaran urine akan
menurun. Jika resusitasi cairan untuk kebutuhan intravaskuler tidak adekuat atau
terlambat diberikan, maka akan memungkinkan terjadinnya gagal ginjal akut.
Dengan resusitasi cairan yang adekuat, maka cairan interstitial dapat ditarik
kembali ke intravaskuler dan akan terjadi fase diuresis.
c. Respon gastro intestinal : Respon umum yang biasa terjadi pada pasien luka bakar
>20% adalah penurunan aktifitas gastrointestinal. Hal ini disebabkan oleh
kombinasi efek respon hipovolemik dan neurologik serta respon endokrin terhadap
adanya perlukaan luas. Pemasangan NGT akan mencegah distensi abdomen,
muntah dan potensi aspirasi. Dengan resusitasi yang adekuat, aktifitas
gastrointestinal akan kembali normal pada 24 48 jam setelah luka bakar.
d. Respon imun : Respon barier mekanik, kulit berfungsi sebagai mekanisme
pertahanan diri yang penting dari organisme yang mungkin masuk. Terjadi
gangguan integritas kulit akan memungkinkan mikroorganisme masuk kedalam
tubuh.
E. PATHWAYS
Bahan
kimia

Biol
ogis
Kerusakan
kulit
Resiko
infeksi
Kerusa
kan
integrit

Te
rm

Ra
dia
Luka
bakar
Psikolo
gis
Luka pada
tubuh yang
terlihat
pengua
pan
Peningkatan
pembulu
darah
Cairan
intravaskuler
menurun

Listrik
petir

-gangguan citra
tubuh
-defisiensi

Ketidak
seimbangan
nutrisi kurang
dari

Luka
terbuka
Nyeri
akut/kroni

F.

Hipovolemia
& hemo
konsentrasi
Gangg
uan
sirkulas

Laju
metaboli
sme
Gangguan
perfusi
jaringan

glukoge
nolisis

PENATALAKSANAAN
1. Penanganan perawatan awal ditempat kejadian tindakan yang dilakukan terhadap luka
bakar :
a. Jauhkan korban dari sumber panas, jika penyebabnya api, jangan biarkan korban
berlari, anjurkan korban untuk berguling guling atau bungkus tubuh korban
dengan kain basah dan pindahkan segera korban ke ruangan yang cukup
berventilasi jika kejadian luka bakar berada diruangan tertutup.
b. Buka pakaian dan perhiasan yang dikenakan korban.
c. Kaji kelancaran jalan nafas korban, beri bantuan pernafasan korban dan oksigen
bila diperlukan.
d. Beri pendinginan dengan merendam korban dalam air bersih yang bersuhu 200C
selama 15 20 menit segera setelah terjadinya luka bakar.
e. Jika penyebab luka bakar adalah zat kimia, siram korban dengan air sebanyak
banyaknya untuk menghilangkan zat kimia dari tubuhnya.
f. Kaji kesadaran, keadaan umum, luas dan kedalaman luka bakar serta cedera lain
yang menyertai luka bakar.
g. Segera bawa korban ke rumah sakit untuk penanganan lebih lanjut.
2. Penanganan luka bakar di unit gawat darurat tindakan yang harus dilakukan terhadap
pasien pada 24 jam pertama yaitu :
a. Penilaian keadaan umum pasien. Perhatikan A : Airway (jalan nafas), B : Breathing
(pernafasan), C : Circulation (sirkulasi).

b. Penilaian luas dan kedalaman luka bakar.


c. Kaji adanya kesulitan menelan atau bicara dan edema saluran pernafasan.
d. Kaji adanya faktor faktor lain yang memperberat luka bakar seperti adanya
fraktur, riwayat penyakit sebelumnya (seperti diabetes, hipertensi, gagal ginjal, dll).
e. Pasang infus (IV line), jika luka bakar >20% derajat II / III biasanya dipasang CVP
(kolaborasi dengan dokter).
f. Pasang kateter urin.
g. Pasang NGT/OGT jika diperlukan.
h. Beri terapi oksigen sesuai kebutuhan.
i. Berikan suntikan ATS / toxoid.
j. Perawatan luka :
1) Cuci luka dengan cairan savlon 1% (savlon : NaCl = 1 : 100)
2) Biarkan lepuh utuh (jangan dipecah kecuali terdapat pada sendi yang
mengganggu pergerakan.
3) Selimuti pasien dengan selimut steril.
4) Pemberian obat obatan (kolaborasi dokter) : Antasida H2 antagonis, roborantia
(vitamin C dan A), analgetik, antibiotik.
5) Mobilisasi secara dini.
6) Pengaturan posisi
Keterangan :
a) Pada 8 jam I diberikan dari kebutuhan cairan.
b) Pada 8 jam II diberikan dari kebutuhan cairan.
c) Pada 8 jam III diberikan sisanya.
d) Penanganan luka bakar di unit perawatan intensif.

k. Hal yang perlu diperhatikan selama pasien dirawat di unit ini meliputi :
1) Pantau keadaan pasien dan setting ventilator. Kaji apakah pasien mengadakan
perlawanan terhadap ventilator.
2) Observasi tanda tanda vital; tekanan darah, nadi, pernafasan, setiap jam dan
suhu setiap 4 jam.
3) Pantau nilai CVP.
4) Amati neurologis pasien (GCS).
5) Pantau status hemodinamik.
6) Pantau haluaran urin (minimal 1ml/kg BB/jam).
7) Auskultasi suara paru setiap pertukaran jaga.
8) Cek analisa gas darah setipa hari atau bila diperlukan.
9) Pantau status oksigen.
10) Penghisapan lendir (suction) minimal setiap 2 jam dan jika perlu.
11) Perawatan tiap 2 jam (beri boraq gliserin).
12) Perawatan mata dengan memberi salep atau tetes mata setiap 2 jam.
13) Ganti posisi pasien setiap 3 jam (perhatikan posisi yang benar bagi pasien).
14) Fisoterapi dada.
15) Perawatan daerah invasif seperti daerah pemasangan CVP, kateter dan tube
setiap hari.
16) Ganti kateter dan NGT setiap minggu.
17) Observasi letak tube (ETT) setiap shift.
18) Observasi setiap aspirasi cairan lambung.
19) Periksa laboratorium darah : elektrolit, ureum/kreatinin, AGD, proteim
(albumin), dan gula darah (kolaborasi dokter).

20) Perawatan luka bakar sesuai protokol rumah sakit.


21) Pemberian medikasi sesuai dengan petunjuk dokter.
3. Perawatan luka bakar di unit perawatan luka bakar. Terdapat dua jenis perawatan luka
selama dirawat di bangsal yaitu :
a. Perawatan terbuka, yakni luka yang telah diberi obat topical dibiarkan terbuka
tanpa balutan dan diberi pelindung cradle bed. Biasanya juga dilakukan untuk
daerah

yang

sulit

dibalut

seperti

wajah,

perineum,

dan

lipat

paha.

Keuntungan :
1) Waktu yang dibutuhkan lebih singkat.
2) Lebih praktis dan efisien.
3) Bila terjadi infeksi mudah terdeteksi.
Kerugian :
1) Pasien merasa kurang nyaman.
2) Dari segi etika kurang.
b. Perawatan tertutup, yakni penutupan luka dengan balutan kasa steril setelah
dibeikan obat topical.
Keuntungan :
1) Luka tidak langsung berhubungan dengan udara ruangan (mengurangi
kontaminasi).
2) Pasien merasa lebih nyaman.
Kerugian :
1) Balutan sering membatasi gerakan pasien.
2) Biaya perawatan bertambah.
3) Butuh waktu perawatan lebih lama.

4) Pasien merasa nyeri saat balutan dibuka.


4. Urutan prosedur tindakan perawatan luka pada pasien luka bakar antara lain :
a. Cuci / bersihkan luka dengan cairan savlon 1% dan cukur rambut yang tumbuh
pada daerah luka bakar sperti pada wajah, aksila, pubis, dll.
b. Lakukan nekrotomi jaringan nekrosis.
c. Lakukan escharotomy jika luka bakar melingkar (circumferential) dan eschar
menekan pembuluh darah. Eskartomi dilakukan oleh dokter.
d. Bullae (lepuh) dibiarkan utuh sampai hari ke 5 post luka bakar, kecuali jika di
daerah sendi / pergerakan boleh dipecahkan dengan menggunakan spuit steril dan
kemudian lakukan nekrotomi.
e. Mandikan pasien tiap hari jika mungkin.
f. Jika banyak pus, bersihkan dengan betadin sol 2%.
g. Perhatikan ekspresi wajah dan keadaan umum pasien selama merawat luka.
h. Bilas savlon 1% dengan menggunakan cairan NaCl 0,9%.
i. Keringkan menggunakan kasa steril.
j. Beri salep silver sulfadiazine (SSD) setebal 0,5cm pada seluruh daerah luka bakar
(kecuali wajah hanya jika luka bakar dalam [derajat III] dan jika luka bakar pada
wajah derajat I/II, beri salep antibiotika).
k. Tutup dengan kasa steril (perawatan tertutup atau biarkan terbuka (gunakan cradle
bed).
l. Terapi psikiater, mengingat pasien dengan luka bakar mengalami masalah psikis
maka perawat perlu bekerja sama dengan psikiatri untuk membantu pasien
mengatasi masalah psikisnya, namun bukan berarti menggantikan peran perawat
dalam memberikan support dan empati, sehingga diharapkan pasien dapat dapat
menerima keadaan dirinya dan dapat kembali kemasyarakat tanpa perasaan
terisolasi. Hal lain yang perlu diingat bahwa sering kali pasien mengalami luka
bakar karena upaya bunuh diri atau mencelakakan dirinya sendiri dengan latar

belakang gangguan mental atau depresi yang dialaminya sehingga perlu terapi
lebih lanjut oleh psikiatris.
m. Terapi fisioterapis, pasien luka bakar mengalami trauma bukan hanya secara fisik
namun secara psikis juga. Pasien juga mengalami nyeri yang hebat sehingga pasien
tidak berani untuk menggerakkan anggota tubuhnya terutama ynag mengalami luka
bakar. Hal ini akan mengakibatkan berbagai komplikasi terhadap pasien
diantaranya

yaitu

terjadi

kontraktur

dan

defisit

fungsi

tubuh.

Untuk mencegah terjadinya kontraktur, deformitas dan kemunduran fungsi tubuh,


perawat memerlukan kerjasama dengan anggota tim kesehatan lain yaitu
fisioterapis. Pasien luka bakar akan mendapatkan latihan yang sesuai dengan
kebutuhan fisiknya. Dengan pemberian latihan sedini mungkin dan pengaturan
posisi yang sesuai dengan keadaan luka bakar, diharapkan terjadinya kecacatan
dapat dicegah atau dinminimalkan. Rehabilitasi dini dapat dilakukan sejak pasien
mengalami luka bakar. Hal yang dapat dilakukan oleh perawat adalah dengan
memberi posisi.
n. Terapi nutrisi, ahli gizi diharapkan dapat membantu pasien dalam pemenuhan
nutrisi yang tidak hanya memenuhi kecukupan jumlah kalori, protein, lemak, dll
tapi terutama juga dalam hal pemenuhan makanan dan cara penyajian yang
menarik karena hal ini akan sangat mempengaruhi nafsu makan pasien. Dengan
pemberian nutrisi yang kuat serta menu yang variatif, diharapkan pasien dapat
mengalami

proses

penyembuhan

luka

secara

optimal.

Ahli gizi bertugas memberikan penyuluhan tentang gizi pada pasien dan dengan
dukungan perawat dan keluarga dalam memberikan motivasi untuk meningkatkan
intake nutrisinya maka diharapkan kebutuhan nutrisi yang adekuat bagi pasien
terpenuhi.
5. Penanganan medis, tindakan yang dilakukan dalam pelaksanaan pasien luka bakar
antara lain terapi cairan dan terapi obat obatan topical.
a. Pemberian cairan intravena. Tiga macam cairan diperlukan dalam kalkulasi
kebutuhan pasien :
1) Koloid termasuk plasma dan plasma expander seperti dextran.

2) Elektolit seperti NaCl, larutan ringer, larutan Hartman atau larutan tirode.
3) Larutan non elektrolit seperti glukosa 5%.

Sebelum infus diberikan, luas dan dalamnya luka bakar harus ditentukan secara
teliti. Kemudian jumlah cairan infus yang akan diberikan dihitung. Ada
beberapa cara untuk menghitung kebutuhan cairan ini. Pemberian cairan ada
beberapa formula :
a) Formula Baxter hanya memakai cairan RL dengan jumlah : % luas luka
bakar x BB (kg) x 4cc diberikan 8 jam I dan nya 16 jam berikut untuk
hari ke 2 tergantung keadaan.
b) Formula Evans, cairan yang diberikan adalah saline
i.

Elektrolit dosis : 1cc x BB kg x % luka bakar

ii.

Koloid dosis : 1cc x Bb kg x % luka bakar

iii.

Glukosa : Dewasa ; 2000cc, Anak ; 1000cc

c) Formula Brook, cairan yang diberikan adalah Ringer Laktat


i.

Elektrolit : 1,5cc x BB kg x % luka bakar

ii.

Koloid : 0,5cc x Bb kg x % luka bakar

iii.

Dektros : Dewasa ; 2000cc, Anak ; 1000cc

d) Formula farkland, cairan yang diberikan adalah Ringer Laktat


Elektrolit : 4cc x BB kg x % luka bakar
b. Terapi obat obatan topical. Ada berbagai jenis obat topical yang dapat digunakan
pada pasien luka bakar antara lain :
1) Mafenamid Acetate (sulfamylon). Indikasi : Luka dengan kuman pathogen gram
positif dan negatif, terapi pilihan untuk luka bakar listrik dan pada telinga.
Keterangan : Berikan 1 2 kali per hari dengan sarung tangan steril,

menimbulkan nyeri partial thickness burn selama 30 menit, jangan dibalut


karena dapat merngurangi efektifitas dan menyebabkan macerasi.
2) Silver Nitrat. Indikasi : Efektif sebagai spectrum luas pada luka pathogen dan
infeksi candida, digunakan pada pasien yang alergi sulfa atau tosix epidermal
nekrolisis. Keterangan : Berikan 0,5% balutan basah 2 3 kali per hari,
yakinkan balutan tetap lembab dengan membasahi setiap 2 jam.
3) Silver Sulfadiazine. Indikasi : Spektrum luas untuk microbial pathogen gunakan
dengan hati hati pada pasien dengan gangguan fungsi ginjal atau hati.
Keterangan : Berikan 1 2 kali per hari dengan sarung steril, biarkan luka
terbuka atau tertutup dengan kasa steril.
4) Povidone Iodine (Betadine). Indikasi : Efektif terhadap kuman gram positif dan
negatif, candida albican dan jamur. Keterangan : Tersedia dalam bentuk
solution, sabun dan salep, mudah digunakan dengan sarung tangan steril,
mempunyai kecenderungan untuk menjadi kerak dan menimbulkan nyeri, iritasi,
mengganggu

pergerakan

dan

dapat

menyebabkan

asidosis

metabolik.

Dengan pemberian obat obatan topical secara tepat dan efektif, diharapkan
dapat mengurangi terjadinya infeksi luka dan mencegah sepsis yang seringkali
masih menjadi penyebab kematian pasien.
G. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian

a. Aktifitas/istirahat.
Tanda: Penurunan kekuatan, tahanan; keterbatasan rentang gerak pada area yang
sakit; gangguan massa otot, perubahan tonus.
b. Sirkulasi:
Tanda (dengan cedera luka bakar lebih dari 20% APTT): hipotensi (syok),
penurunan nadi perifer distal pada ekstremitas yang cedera, vasokontriksi perifer
umum dengan kehilangan nadi, kulit putih dan dingin (syok listrik), takikardia

(syok, ansietas, nyeri), disritmia (syok listrik), pembentukan oedema jaringan


(semua luka bakar).
c. Integritas ego:
Gejala: masalah tentang keluarga, pekerjaan, keuangan, kecacatan.
Tanda: ansietas, menangis, ketergantungan, menyangkal, menarik diri, marah.
d. Eliminasi:
Tanda: haluaran urine menurun/tak ada selama fase darurat, warna mungkin hitam
kemerahan bila terjadi mioglobin, mengindikasikan kerusakan otot dalam, diuresis
(setelah kebocoran kapiler dan mobilisasi cairan ke dalam sirkulasi), penurunan
bising usus/tak ada, khususnya pada luka bakar kutaneus lebih besar dari 20%
sebagai stres penurunan motilitas/peristaltik gastrik.
e. Makanan/cairan:
Tanda: oedema jaringan umum; anoreksia; mual/muntah.
f. Neurosensori:
Gejala: area batas; kesemutan.
Tanda: perubahan orientasi, afek perilaku, penurunan refleks tendon dalam (RTD)
pada cedera ekstremitas, aktifitas kejang (syok listrik), laserasi korneal, kerusakan
retinal, penurunan ketajaman penglihatan (syok listrik), ruptur membran timpani
(syok listrik), paralisis (cedera listrik pada aliran saraf).
g. Nyeri/kenyamanan:
Gejala: Berbagai nyeri, contoh luka bakar derajat pertama secara eksteren sensitif
untuk disentuh, ditekan, gerakan udara dan perubahan suhu, luka bakar ketebalan
sedang derajat kedua sangat nyeri, sementara respon pada luka bakar ketebalan
derajat kedua tergantung pada keutuhan ujung saraf, luka bakar derajat tiga tidak
nyeri.

h. Pernafasan:
Gejala: terkurung dalam ruang tertutup, terpajan lama (kemungkinan cedera
inhalasi).
Tanda: serak, batuk mengi, partikel karbon dalam sputum, ketidakmampuan
menelan sekresi oral dan sianosis. indikasi cedera inhalasi.
Pengembangan torak mungkin terbatas pada adanya luka bakar lingkar dada, jalan
nafas atau stridor/mengi (obstruksi sehubungan dengan laringospasme, oedema
laringeal), bunyi nafas: gemericik (oedema paru), stridor (oedema laringeal), sekret
jalan nafas dalam (ronkhi).
i. Keamanan:
Tanda : kulit umum, destruksi jaringan dalam mungkin tidak terbukti selama 3-5
hari sehubungan dengan proses trobus mikrovaskuler pada beberapa luka. Area
kulit tak terbakar mungkin dingin/lembab, pucat, dengan pengisian kapiler lambat
pada adanya penurunan curah jantung sehubungan dengan kehilangan cairan/status
syok.
Cedera api: terdapat area cedera campuran dalam sehubungan dengan variase
intensitas panas yang dihasilkan bekuan terbakar. Bulu hidung gosong, mukosa
hidung dan mulut kering, merah, lepuh pada faring posterior, oedema lingkar mulut
dan atau lingkar nasal.
Cedera kimia: tampak luka bervariasi sesuai agen penyebab. Kulit mungkin coklat
kekuningan dengan tekstur seprti kulit samak halus, lepuh, ulkus, nekrosis, atau
jarinagn parut tebal. Cedera secara umum lebih dalam dari tampaknya secara
perkutan dan kerusakan jaringan dapat berlanjut sampai 72 jam setelah cedera.
Cedera listrik: cedera kutaneus eksternal biasanya lebih sedikit di bawah nekrosis.
Penampilan luka bervariasi dapat meliputi luka aliran masuk/keluar (eksplosif),
luka bakar dari gerakan aliran pada proksimal tubuh tertutup dan luka bakar termal
sehubungan dengan pakaian terbakar. Adanya fraktur/dislokasi (jatuh, kecelakaan
sepeda motor, kontraksi otot tetanik sehubungan dengan syok listrik).

2. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan laboratorium darah yang meliputi :
a. Hb, Ht, trombosit
b. Protein total (albumin dan globulin)
c. Ureum dan kreatinin
d. Elektrolit
e. Gula darah
f. Analisa gas darah (jika perlu lakukan tiap 12 jam atau minimal tiap hari)
g. Karboksihaemoglobin
h. Tes fungsi hati / LFT
H. DIAGNOSA KEPERAWATAN DAN INTERVENSI
1. Resiko infeksi b.d hilangnya barier kulit dan terganggunya respons imun.
a. Tujuan/kriteria evaluasi menurut NOC :
1) Klien bebas dari tanda dan gejala infeksi
2) Menunjukkan kemampuan untuk mencegah timbulnya infeksi
3) Jumlah leukosit dalam jumlah normal
4) Menunjukkan perilaku hidup sehat
b. Intervensi prioritas NIC :
Aktivitas perawat
1) Bersihkan lingkungan setelah dipakai pasien lain
2) Pertahankan teknik isolasi
3) Cuci tangan setiap sebelum dan sesudah tindakan keperawatan
4) Gunakan baju, sarung tangan sebagai alat pelindung
5) Pertahankan lingkungan aseptik selama pemasangan alat
6) Gunakan kateter intermiten untuk menurunkan infeksi kandung kencing
7) Monitor tanda dan gejala infeksi sistemik dan lokal
Pendidikan pasien dan keluarga

1) Instruksikan kepada pengunjung untuk cuci tangan saat berkunjung dan setelah
2)
3)
4)
5)
6)
7)
1)

berkunjung meninggalkan pasien


Gunakan sabun antimikroba untuk cuci tangan
Dorong masukan nutrisi yang cukup
Dorong masukan cairan
Dorong istirahat
Ajarkan pasien tanda dan gejala infeksi
Ajarkan cara menghindari infeksi
Aktivitas kolaborasi
Ganti letak IV parifer dan line central dan dressing sesuai dengan petunjuk

umum
2) Tingkatkan intek nutrisi
3) Berikan terapi antibiotik bila perlu infection protection (proteksi terhadap
infeksi)
4) Laporkan kecurigaan infeksi
5) Laporkan kultur positif
2. Ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d hipermetabolisme dan
kebutuhan bagi kesembuhan luka.
a. Tujuan/kriteria evaluasi menurut NOC :
1) Adanya peningkatan berat badan sesuai dengan tujuan
2) Berat badan ideal sesuai dengan tinggi badan
3) Mampu mengidentifikasi kebutuhan nutrisi
4) Tidak ada tanda-tanda malnutrisi
5) Menunjukkan peningkatan fungsi pengecapan dari menelan
6) Tidak terjadi penurunan berat badan yang berarti
b. Intervensi prioritas NIC :
Aktivitas perawat
1) Kaji adanya alergi makanan
2) Berikan substansi gula
3) Yakinkan diet yang dimakan mengandung tinggi serat untuk mencegah
konstipasi
4) Monitor jumlah nutrisi dan kandungan kalori
5) Kaji kemampuan pasien untuk mendapatkan nutrisi yang dibutuhkan
6) Monitor adanya penurunan berat badan
7) Monitor jumlah dan tipe aktivitas yang biasa dilakukan pasien
8) Monitor interaksi anak atau orang tua selama makan
9) Monitor kulit kering dan perubahan pigmentasi
10) Monitor turgor kulit, rambut kusam dan mudah patah
11) Monitor mual dan muntah, kadar albumin, protein, Hb dan kadar Ht
12) Catat adanya edema, hiperemik, hiperonik papila lidah, kavitas oral, lidah

1)
2)
3)
4)
5)

berwarna magenta atau scarlet


Pendidikan pasien dan keluarga
Anjurkan pasien untuk meningkatkan intek Fe
Anjurkan pasien untuk meningkatkan protein dan vitamin C
Ajarkan pasien bagaimana membuat catatan makanan harian
Berikan informasi tentang kebutuhan nutrisi
Jadwalkan pengobatan dan tindakan tidak selama jam makan

Aktivitas kolaborasi
1) Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan nutrisi yang
dibutuhkan pasien
2) Berikan makanan yang terpilih (sudah dikonsultasikan dengan ahli gizi)
3. Kerusakan integritas kulit b.d luka bakar terbuka
a. Tujuan/kriteria evaluasi menurut NOC :
1) Integritas kulit yang baik bisa dipertahankan (sensasi, elastilitas, temperatur,
hidrasi, pigmentasi)
2) Tidak ada luka atau lesi pada kulit
3) Perfusi jaringan baik
4) Menunjukan pemahaman dalam proses perbaikan kulit dan mencegah terjadinya
cedera berulang
5) Mampu melindungi kulit dan mempertahankan kelembaban kulit dan perawatan
alami
b. Intervensi prioritas NIC :
Aktivitas perawat
1) Mobilisasi pasien (ubah posisi pasien setiap dua jam sekali)
2) Monitor kulit akan adanya kemerahan
3) Oleskan lotion atau minyak/baby oil pada daerah yang tertekan
4) Monitor status nutrisi pasien
5) Memandikan pasien dengan sabun dan air hangat
6) Membersihkan, memantau dan meningkatkan proses penyembuhan pada luka
yang ditutup dengan jahitan
7) Monitor kesembuhan area insisi
8) Monitor tanda dan gejala infeksi pada area insisi
9) Bersihkan arean sekitar jahitan menggunakan lidi kapas steril
10) Ganti balutan pada interval waktu yang sesuai atau biarkan luka tetap terbuka
(tidak dibalut sesuai program)
Pendidikan pasien dan keluarga
1) Anjurkan pasien untuk mengunakan pakaian yang longgar
2) Hindari kerutan pada tempat tidur
3) Jaga kebersihan kulit agar tetap bersih dan kering
4. Nyeri akut atau kronis b.d saraf yang terbuka, kesembuhan luka dan penanganan luka
bakar
a. Tujuan/kriteria evaluasi menurut NOC :
1) Mampu mengontrol nyeri (tahu penyebab nyeri, mampu menggunakan teknik
nonfarmakologi untuk mengurangi nyeri, mencari bantuan)
2) Melaporkan bahwa nyeri berkurang dengan menggunakan manajemen nyeri
3) Mampu mengenali nyeri (skala, intensitas, frekuensi dan tanda nyeri)
4) Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurang
b. Intervensi prioritas NIC :
Aktivitas perawat
1) Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif, termasuk lokasi, karakteristik,
frekuensi, kualitas dan faktor presipitasi
2) Observasi reaksi nonverbal dari ketidak nyamanan
3) Gunakan teknik terapeutik untuk mengetahui pengalaman nyeri pasien

4) Evaluasi pengalaman nyeri masa lampau


5) Kontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri seperti suhu ruangan,
pencahayaan dan kebisingan lingkungan
6) Kurangi faktor presipitasi nyeri
7) Pilih dan lakukan penanganan nyeri (farmakologi dan nonfarmakologi, inter
personal)
8) Kaji tipe dan sumber nyeri untuk menentukan intervensi
9) Evaluasi keefektifan kontrol nyeri
10) Cek riwayat alergi
11) Monitor vital sign sebelum dan sesudah pemberian analgetik pertama kali
Pendidikan pasien dan keluarga
1) Bantu pasien dan keluarga untuk mencari dan menemukan dukungan
2) Ajarkan tentang teknik non farmakologi
3) Tingkatkan istirahat
Aktivitas kolaborasi
1) Evaluasi bersama pasien dan tim kesehatan tentang keefektifan kontrol nyeri
2)
3)
4)
5)

masa lampau
Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri
Kolaborasi dengan dokter jika ada keluhan dan tindakan nyeri tidak berhasil
Cek instruksi dokter tentang jenis obat, dosis dan frekuensi
Pilih analgetik yang perlukan atau dikombinasi dari analgetik ketika pemberian

lebih dari satu


6) Pilih rute melalui IM, IV untuk pengobatan nyeri secara teratur
5. Defisiensi pengetahuan b.d proses penanganan luka bakar
a. T ujuan/kriteria evaluasi menurut NOC :
1) Pasien dan keluarga menyatakan pemahaman tentang penyakit, kondisi,
prognosis dan program pengobatan
2) Pasien dan keluarga mampu melaksanakan prosedur yang dijelaskan secara
benar
3) Pasien dan keluarga mampu menjelaskan kembali apa yang dijelaskan
perawat/tim kesehatan lainnya
b. Intervensi prioritas NIC :
1) Jelaskan patofisiologi dari penyakit dan bagaimana hal ini berhubungan dengan
anatomi dan fisiologi dengan cara yang tepat
2) Gambarkan tanda dan gejala yang biasanya muncul pada penyakit, dengan cara
yang tepat
3) Identifikasi kemungkinan penyebab, dengan cara yang tepat
4) Sediakan informasi pada pasien tentang kondisi, dengan cara yang tepat
5) Diskusikan perubahan gaya hidup yang mungkin diperlukan untuk mencegah
komplikasi dimasa yang akan datang dan atau proses pengontrolan penyakit
6) Diskusikan pemilihan terapi atau penanganan
7) Rujuk pasien pada grup atau agensi di komunitas lokal dengan cara yang tepat
8) Instruksikan pasien mengenai tanda dan gejala untuk melaporkan pada pemberi
pelayanan kesehatan
6. Gangguan citra tubuh b.d luka bakar

a. Tujuan/ kriteria evaluasi menurut NOC :


1) Body image positif
2) Mampu mengidentifikasi kekuatan personal
3) Mendiskripsikan secara faktual perubahan fungsi tubuh
4) Mempertahankan interaksi sosial
b. Intervensi prioritas NIC :
1) Kaji secara verbal dan nonverbal respon klien terhadap tubuhnya
2) Monitor frekuensi mengkritik diri sendiri
3) Jelaskan tentang pengobatan, perawatan, kemajuan dan prognosis penyakit
4) Dorong klien mengungkapkan perasaannya
5) Identifikasi arti pengurangan melalui pemakaian alat bantu
6) Fasilitasi kontak dengan individu lain dalam kelompok kecil
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
Luka bakar merupakan jenis luka, kerusakan jaringan atau kehilangan jaringan yang
diakibatkan sumber panas ataupun suhu tinggi, sumber listrik, bahan kimiawi, cahaya,
radiasi dan friksi. Jenis luka dapat beraneka ragam dan memiliki penanganan yang
berbeda tergantung jenis jaringan yang terkena luka bakar, tingkat keparahannya dan
komplikasi yang terjadi akibat luka bakar tersebut. Luka bakar dapat merusak jaringan
otot, tulang, pembuluh darah dan jaringan epidermal yang mengakibatkan kerusakan
yang berada di tempat yang lebih dalam dari akhir system pernafasan. Seorang korban
luka bakar dapat mengalami berbagai macam komplikasi yang fatal termasuk
diantaranya kondisi syok, infeksi, ketidakseimbangan elektrolitdan distress pernapasan.
Selain komplikasi berbentuk fisik, luka bakar dapat menyebabkan distress emosional
dan psikologi yang berat dikarenakan cacat akibat luka bakar dan bekas luka.Pada
penanganan luka bakar dapat dibagi menjadi dua yaitu

pre hospital dan

hospital.Penanganan prehospital dengan menjaga penderita dalam keadaan tertutup agar


tidak terjadi evaporasi cairan tubuh yang dapat menyebabkan dehidrasi. Orang dengan
luka bakar biasanya diberikan obat-obatan penahan rasa sakit jenis analgesik. Kemudian
penanganan hospital dengan menggunakan prinsip ABC. Setiap pasien luka bakar harus
dianggap sebagai pasien trauma, karenanya dilakukan pemeriksaan airway, breathing dan
circulation-nya terlebih dahulu.
B. Saran

S-ar putea să vă placă și