Sunteți pe pagina 1din 14

ASUHAN KEPERAWATAN PADA LANSIA

DENGAN
INKONTINENSIA URINE

PENGERTIAN
Inkontinensia
urine
merupakan
pelepasan urine secara tidak terkontrol
dalam jumlah yang cukup banyak.
Inkontenensia
urine
merupakan
eliminasi urine dari kandung kemih
yang tidak terkendali atau terjadi diluar
keinginan. (Brunner, Sudart. 2002)

BENTUK_BENTUK
1.

2.

3.

Inkontinensia urine fungsional :


Keadaan ketika individu mengalami inkontinensia karena kesulitan dalam mencapai atau
ketidakmampuan untuk mencapai toilet sebelum berkemih.
Batasan karakteristik :
Data mayor(harus terdapat)
Inkontinensia sebelum atau selama usaha mencapai toilet.
Inkontinensia urine reflex :
Keadaan ketika individu mengalami pengeluaran urine involunter yang dapat diprediksi
tanpa sensasi dorongan, berkemih, atau kandung kemih penuh.
Batasan karakteristik :
Data mayor(harus terdapat, satu atau lebih)
Kontraksi kandung kemih tidak terlambat
Reflek involunter menghasilkan kandung kemih spontan
Kehilangan sensasi penuh kandung kemih atau desakan berkemih sebagian atau
komplet.
Inkontinensia urine stress :
Keadaan ketika individu mengalami pengeluaran urine involunter segera pada
peningkatan tekanan intraabdominal.
Batasan karakteristik :
Data mayor(harus terdapat)
Individu melaporkan penurunan urine(biasanya kurang dari 50 cc) yang terjadi karena
peningkatan tekanan abdominal akibat berdiri, bersin, batuk, berlari, atau mengangkat
beban berat

NexT...
4. Inkontinensia urine total :
Keadaan ketika individu mengalami urine terus menerus yang
tidak dapat di perkirakan, tanpa distensi atau tidak menyadari
kandung kemih penuh.
Batasan karakteristik :
Data mayor(harus terdapat)
Aliran konstan dari urine tanpa distensi
Nokturia lebih dari 2 kali selama tidur
Refraktori inkontinensia pada tindakan lain
Data minor(mungkin terdapat)
Tidak menyadari isyarat kadung kemih untuk berkemih
Tidak menyadari inkontinensia
5. Inkontinensia urine dorongan :
Keadaan ketika individu mengalami pengeluaran urine
involunter yang dihubungkan dengan keinginan kuat dan tibatiba untuk berkemih.
Batasan karakteristik :

ETIOLOGI
Antara Lain :
Melemahnya otot dasar panggul akibat
kehamilan berkali-kali
Kebisaan mengejan yang salah, atau batuk
kronis
Adanya kontraksi (gerakan) abnormal dari
dinding kandung kemih, sehingga walaupun
kandung kemih baru terisi sedikit,sudah
menimbulkan rasa ingin berkemih.
Isk ( Vaginitis, Uretritis)

MANIFESTASI KLINIS
Inkontinesia urine dapat terjadi dengan berbagai
manifestasi antara lain:
Fungsi sfingter yang terganggu menyebabkan
kandung kemih bocor bila batuk atau bersin.
Bisa juga disebabkan oleh kelainan diseliling
daerah saluran kencing.
Fungsi otak besar yang terganggu dan
mengakibatkan kontraksi kandung kemih.
Terjadi hambatan pengeluaran urine dengan
pelebaran kandung kemih, urine banyak dalam
kandung kemih sampai kapasitas berlebih.

PENATALAKSANAAN
Yang
sering
dikerjakan
pada
penderita
lanjut
usia
dengan
incontinensia
urine
adalah
memasang kateter secara menetap.
Untuk
beberapa
pertimbangan,
misalnya memantau produksi urine
dan mengatur balance cairan hal ini
masih dapat diterima, tetapi sering
kali pemasangan kateter ini tidak
jelas dan mengandung resiko untuk

3 MACAM KATERISASI PADA


INKONTINENSIA URINE
1. katerisasi luar
Terutama pada pria yang memakai system kateter kondom.
Efek samping yang utama adalah iritasi pada kulit dan sering
lepas.
2. katerisasi intermiten
Katerisasi secara intermiten dapat dicoba, terutama pada
wanita lanjut usia yang menderita inkontinensia urine.
Frekuensi pemasangan 2-4x sehari dengan sangat
memperhatikan sterilisasi dan tehnik prosedurnya.
3. Katerisasi secara menetap
Pemasangan kateter secara menetap harus benar-benar
dibatasi pada indikasi yang tepat. Misalnya untuk ulkus
dekubitus yang terganggu penyembuhannya karena ada
inkontinensia urine ini.

Pengelolaan Inkontinensia Urine


Pada Penderita Usia Lanjut
1. Program rehabilitasi

Melatih respon kandung kemih agar baik lagi

Melatih perilaku berkemih

Latihan otot-otot dasar panggul

Modifikasi tempat untuk berkemih


2. Katerisasi baik secara berkala atau menetap
3. Obat-obatan, antara lain untuk relaksasi kandung kemih,
osterogen
4. Pembedahan,
misalnya
untuk
mengangkat
penyebab
sumbatan atau keadaan patologi lain.
5. Lain-lain, misalkan penyesuaian lingkungan yang mendukung
untuk kemudahan berkemih, penggunaan pakaian dalam dan
bahan-bahan penyerap khusus untuk mengurangi dampak
inkontinensia

PROSES KEPERAWATAN
PENGKAJIAN
a. Identitas klien
-------Inkontinensia pada umumnya biasanya
sering atau cenderung terjadi pada lansia
(usia ke atas 65 tahun), dengan jenis
kelamin perempuan, tetapi tidak menutup
kemungkinan lansia laki-laki juga beresiko

DIAGNOSA KEPERAWATAN
Antara Lain :
Resiko infeksi b.d inkontinensia, imobilitas dalam
waktu yang lama.
Resiko
Kerusakan
Integitas
kulit
yang
berhubungan dengan irigasi konstan oleh urine.
Resiko ketidakefektifan penatalaksaan program
terapeutik
yang
berhubungan
dengan
ketidakcukupan
pengetahuan
tenttang
penyebab inkontinen, penatalaksaan, progam
latihan pemulihan kandung kemih, tanda dan
gejala komplikasi, serta sumbe komonitas.

INTERVENSI
Dx. I
Tujuan :
Berkemih dengan urine jernih tanpa ketidaknyamanan, urinalisis
dalam batas normal, kultur urine menunjukkan tidak adanya
bakteri.
Intervensi :
a. Berikan perawatan perineal dengan air sabun setiap shift. Jika
pasien inkontinensia, cuci daerah perineal sesegera mungkin.
R: Untuk mencegah kontaminasi uretra.
b. Jika di pasang kateter indwelling, berikan perawatan kateter
2x sehari (merupakan bagian dari waktu mandi pagi dan pada
waktu akan tidur) dan setelah buang air besar. R: Kateter
memberikan jalan pada bakteri untuk memasuki kandung
kemih dan naik ke saluran perkemihan.

NexT...
Dx. II
Tujuan :
Kulit periostomal tetap utuh.
Suhu 37 C.
Urine jernih dengan sedimen minimal.
Intervensi :
a. Pantau penampilan kulit periostomal setiap 8jam.
R: Untuk mengidentifikasi kemajuan atau penyimpangan dari hasil yang
diharapkan.
b. Ganti wafer stomehesif setiap minggu atau bila bocor terdeteksi. Yakinkan
kulit bersih dan kering sebelum memasang wafer yang baru. Potong lubang
wafer kira-kira setengah inci lebih besar dar diameter stoma untuk menjamin
ketepatan ukuran kantung yang benar-benar menutupi kulit periostomal.
Kosongkan kantung urostomi bila telah seperempat sampai setengah penuh.
R: Peningkatan berat urine dapat merusak segel periostomal, memungkinkan
kebocoran urine. Pemajanan menetap pada kulit periostomal terhadap asam
urine dapat menyebabkan kerusakan kulit dan peningkatan resiko infeksi.

NexT...
Dx. III
Tujuan :
Mengungkapkan pemahaman tentang kondisi, pemeriksaan diagnostik, dan
macam terapeutik.
Keluhan berkurang tentang cemas atau gugup.
Ekspresi wajah rileks.
Intervensi :
a. Berikan kesempatan kepada klien dan orang terdekat untuk mengekspresikan
perasaan dan harapannya. Perbaiki konsep yang salah.
R: Kemapuan pemecahan masalah pasien ditingkatkan bila lingkungan nyaman
dan mendukung diberikan.
b. Berikan informasi tentang:
Sifat penyakit.
Deskripsi singkat tentang tidur.
Pemeriksaan setelah perawatan.
Bila informasi harus diberikan selama episode nyeri, pertahankan intruksi dan
penjelasan singkat dan sederhana. Berikan informasi lebih detail bila nyeri
terkontrol. R: Pengetahuan apa yang akan dirasakan membantu mengurangi
ansietas, nyeri mempengaruhi prose belajar.

S-ar putea să vă placă și